Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Stase Gadar Kritis
Disusun Oleh :
Hery Pranoto
NIM: 202302186
i
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat (Herdinan, T.H., Kamitsuru, S., 2015).
Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu mengalami
penurunan ventilasi yang adekuat, actual atau potensial, karena parubahan pola
napas (NANDA, 2018).
Dari pengertian diata dapat disimpulkan bahwa pola nafas tidak efektif
adalah keadaan abnormal dimana fase inspirasi lebih cepat ataupun dangkal
dibandingkan dengan fase ekspirasi yang lebih dominan memanjang. Halnini
disebabkan karena beberapa hal salah satuny adalah terkait penyakit penyerta yang
dialami oleh klien.
B. Etiologi
1
12. Kerusakan intervensi diagfragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada mendula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
D. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik pola nafas tidak efektif (D.0005) menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
2
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurut
5) Tekanan ekspirasi menurun
6) Tekanan inspirasi menurun
7) Ekskuersi dada berubah
E. Fokus Pengkajian
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga
yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan
juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan
yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam
kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan
nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
3
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara
tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan
cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut
bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan
lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar
suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran
jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
4
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
5
PATHWAY
GFR turun
Risiko perfusi
jaringan perifer
GGK tidak efektif
RAA turun
Hipertofi antrikel naik
FOKUS PENGKAJIAN
6
G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Pola napas tidak efektif
2. Hipervolemia
3. Risiko perfusi jaringan tidak efektif
4. Nausea
5. Intoleransi Aktivitas
7
darah memburuk diuretik. 6. Untuk membantu proses
Edema Cukup Menurun 7. Anjurkan untuk pengeluaran cairan dalam
meningkat melakukan hemodialisa tubuh.
sesuai jadwal. 7. Untuk membantu
mengeluarkan ureum dari
dalam tubuh.
8
BAB II
TINJAUAN KASUS
Keadaan Pre Hospital : AVPU : …………………………… TD : ………./……….. mmHg Nadi : …………. x/menit
Pernafasan : …………… x/menit Suhu : ……….. oC SpO2 : ………….. %
Tindakan Pre Hospital : RJP Oksigen IVFD NGT Suction
Bidai DC Hecting Obat …………………………..
Lainnya: ………………………………..
A
Obstruksi Jalan Nafas √√ Jalan Nafas Paten
Stridor, Gargling, Snoring Stridor, Gargling, Snoring
SpO2 > 94 %
B
√ SpO2 80 – 94 %
√SpO2 < 80%
RR 14 – 26 x/m
RR >30 x/m atau <14 x/m √ RR 26 – 30 x/m
E
Suhu > 40oC atau < 36oC √Suhu 37,5-40oC/32-36,5oC Suhu 36,5 – 37,5oC
VAS = 7 – 10 (berat) VAS = 4 – 6 (sedang) VAS = 1 – 3 (ringan)
EKG : mengancam nyawa EKG : resiko tinggi EKG : resiko rendah-normal
9
TRIASE MERAH KUNING
HIJAU
HITAM ( Meninggal )
Petugas Triase
CATATAN :
FORM PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (Resume)
Emergency Nursing Department | STIKes Muhammadiyah Gombong
……………………………………………………………………………………………..
Riwayat Penyakit Dahulu : Keluarga pasien mengatakan pasien rutin cuci darah pada hari
rabu dan sabtu pagi
Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien mengatakan dalam keluarga ada yang
pernah menderita hipertensi, yaitu bapaknya.
Y
Airways
√ Paten Tidak Paten ( Snoring Gargling Stridor Benda Asing ) Lain-
lain .............................
Breathing
Irama Nafas Teratur √ Tidak Teratur
Suara Nafas √ Vesikuler Bronchovesikuler Wheezing Ronchi
10
Pola Nafas Apneu √ Dyspnea Bradipnea Tachipnea
Orthopnea
Penggunaan Otot Bantu Nafas √ Retraksi Dada Cuping hidung
Jenis Nafas √ Pernafasan Dada Pernafasan Perut
Frekuensi Nafas 28 x/menit
Circulation
Akral : Hangat √ Dingin Pucat : √ Ya
Tidak
Sianosis : Ya √ Tidak CRT : √ <2 detik >2
detik
Tekanan Darah : 202/117 mmHg Nadi : √ Teraba 124 x/m
Tidak Teraba
Perdarahan : Ya .................. cc Lokasi Perdarahan : ...................................... √
Tidak
Adanya riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar : Diare Muntah Luka
Bakar Perdarahan
Kelembaban Kulit : Lembab √ Kering
Turgor : Baik √ Kurang
Luas Luka Bakar : ........ ...... % Grade : ............... Produksi Urine : .................. cc
PRIMARY SURVE
Disability
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis √ Apatis Somnolen Sopor
Coma
Nilai GCS : E4 V2 M4 Total : 10
Pupil : √ Isokhor Miosis Midriasis Diameter 1mm
2mm √ 3mm 4mm
Y
Respon Cahaya : √ + - 5
5
Penilaian Ekstremitas : Sensorik √ Ya Tidak kekuatan
Motorik √ Ya Tidak otot 5
5
Exposure
Pengkajian Nyeri
Onset : tidak terkaji
Provokatif/Paliatif : tidak terkaji
Qualitas : tidak terkaji
Regio/Radiation : tidak terkaji
11
Scale/Severity : tidak terkaji
Time : tidak terkaji
Apakah ada nyeri : Ya, skor nyeri VRS : ............. √ Tidak
Lokasi Nyeri
VAS : .............
VRS :
VAS :
Fahrenheit
Suhu Axila : 36, oC Suhu Rectal : ...................... oC
Berat Badan : ................ kg
Pemeriksaan Penunjang
GDA :
(tanggal: 7 Desember 2021 )
Item Hasil Nilai Normal Interpretasi Item Hasil Nilai Interpretasi
Normal
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : mesochepal, tidak ada jejas, rambut beruban
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada :
DARY
12
VEY
SU
SEC Paru-Paru : I: simetris, terdapat retraksi dinding
dada; P: pengembangan dada teraba
simetris; P: sonor; A: vesikuler
Jantung : I: ictus cordis tidak nampak; P: ictus
cordis terabadi IC ke 5 midclavikula
sinistra; P: redup; A: S1 S2 reguler
Terpasang nasal kanul 4 liter/menit
Ekstremitas : (atas) tidak ada edema, terpasang infus NaCl 8 tpm dan syringe
pump (NE) pada ektremitas kanan
(bawah) ada edema di kedua ekstremitas derajat piting edema 2
Genitalia : Terpasang dc kateter dengan urin output 100 cc
PROGRAM TERAPI
Tanggal/Jam : 07 Desember 2021 jam 10.00
NO NAMA OBAT DOSIS INDIKASI
1 Ranitidine 50 mg Menghambat skresi asam lambung
2 Furosemid 20 mg Mengurangi cairan berlebih (diuretik)
3 Ca Gluconate 100mg/ml @10ml Menjaga kadar kalsium dengan kondisi gangguan
fungsi ginjal
4 D40 25 ml iv Memenuhi kebutuhan glukosa dalam tubuh
5 Insulin 10 unit Memenuhi kebutuhan pasokan insulin dalam tubuh
6 NaCL 10 tpm Memenuhi kebutuhan cairan di dalam tubuh
7 NE 3 cc/jam Meningkatkan tekanan darah
ANALISA DATA
13
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PATHWAY PROBLEM
1 DS : pasien mengatakan sesak Depresi pusat Retensi cairan Pola nafas tidak
nafas pernafasan efektif
DO : Vol vaskuler
- Terdapat penggunaan otot meningkat
bantu napas
- SpO2 88%
- TTV : TD 80/54; Nadi Edema pulmonal
124x/m; RR 28x/m; Suhu
36°C
- Hasil pemeriksaan darah : Ekspansi paru
a. Ureum 226 mg/dl,
b. Kreatinin 19,69 mg/dl
c. Kalium 7.58
Dyspnea
edema
Hipervolemia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan
2. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan
14
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SLKI INTERVENSI RASIONAL
DX
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas 1. Mengetahui status per
selama 1x6 jam diharapkan sesak nafas (01011): pasien
berkurang dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola nafas 2. Mengetahui adanya buny
Pola Nafas (01004) (frekuensi, kedalaman, tambahan
Indikator Awal Akhir usaha nafas) 3. Untuk peningkatan inspir
Dispnea Cukup Menurun 2. Monitor bunyi nafas ekspirasi
meningkat tambahan 4. Membantu proses pernafa
Penggunaa Cukup Menurun 3. Posisikan semi fowler atau 5. Mengetahui kondisi
n otot bantu meningkat fowler pasien secara berkala
napas 4. Berikan oksigen 6. untuk mengurangi keluhan
cukup 5. Monitor tanda-tanda vital
Pernapasan Cukup Menurun 6. Kolaboraasi pemberian
cuping meningkat Farmakologi
hidung
Frekuensi Cukup Membaik
nafas memburuk
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipervolemia 1. Mengetahui kondisi pe
selama 1x6 jam diharapkan resiko (I.03114): hipervolemia.
ketidakseimbangan cairan berkurang 1. Periksa tanda dan gejala 2. Mencegah ter
dengan kriteria hasil : hipervolemia. komplikasi
Keseimbangan Cairan (L.05020) 2. Identifikasi penyebab hipervolemia.
Indikator Awal Akhir hipervolemia. 3. Memantau kondisi pasi
Asupan Cukup Meningkat 3. Monitor status 4. Mencegah ter
cairan menurun hemodinamik. ketidakstabilan b
Keluaran Cukup Meningkat 4. Batasi asupan cairan dan cairan.
urin menurun garam. 5. Mencegah hiperv
Tekanan Cukup Membaik 5. Kolaborasi pemberian berlajut.
darah memburuk diuretik.
Edema Cukup Menurun
meningkat
15
IMPLEMENTASI
TGL/JAM TINDAKAN RESPON TTD
07/12/2021 Memonitor pola nafas (frekuensi, S:
10.00 kedalaman, usaha nafas) O:
Memonitor tanda-tanda vital - Pasien tampak sesak, terdapat
retraksi dinding dada
- TD 202/117 mmHg; Nadi
124x/m; RR 28x/m; Suhu 36°C
- SpO2 88%
Tindakan Observasi
16
TD Nadi RR Suhu SpO2
Jam Keterangan
(mmHg) (kali/menit) (kali/menit) (oC) (%)
10.00 80/54 124 28 36 94
10.50 85/52 111 26 36,2 100
11.20 84/50 109 26 36 100
11.50 90/54 119 24 36 100
12.20 98/56 105 27 36,2 99
12.50 104/58 102 26 36 99
13.20 105/65 119 25 36,3 100
EVALUASI
TGL/JAM NO EVALUASI TTD
DX
7/12/2021 1 S : Pasien mengatakan masih sesak napas
O:
13.30
- Pasien masih terlihat sesak
- GCS 10 E4V2M4
- TD 135/95 mmHg; Nadi 119x/m; RR 25x/m; Suhu 36,3°C
- Kalium 7,58 (hiperkalemia)
A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif belum teratasi
Indikator Awal Akhir Hasil
Dispnea Cukup Menurun Cukup meningkat
meningkat
Penggunaan otot Cukup Menurun Cukup meningkat
bantu napas meningkat
cukup
Pernapasan Cukup Menurun Cukup meningkat
cuping hidung meningkat
Frekuensi nafas Cukup Membaik Cukup memburuk
memburuk
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan oksigen
- Posisikan semi fowler
7/12/2021 2 S : Pasien mengatakan ada bengkak di kedua kakinya
O:
13.30
- Terdapat edema di ekstremitas bawah
- Deraajat piting edema 2
- Ureum 226 mg/dl, kreatinin 19,69 mg/dl
- TD 135/95 mmHg; Nadi 119x/m; RR 25x/m; Suhu 36,3°C
A : Masalah keperawatan resiko ketidakseimbangan cairan belum
teratasi
Indikator Awal Akhir Hasil
Asupan Cukup Meningkat Cukup
cairan menurun menurun
Keluaran Cukup Meningkat Cukup
17
urin menurun menurun
Tekanan Cukup Membaik Cukup
darah memburuk memburuk
Edema Cukup Menurun Cukup
meningkat meningkat
P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital
- Batasi asupan cairan
- Kolaborasi pemberian obat
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
natrium bertujuan untuk membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah. Garam mengandung unsur natrium
yang bersifat menahan air, serta konsumsi garam dapat menyebabkan tumpukan
cairan dalam tubuh dan akan mengurangi rasa haus (Colvi, 2015).
Implementasi merupakan kegiatan dari tahap proses keperawatan,
implementasi mencakup empat aspek yaitu observasi, tindakan mandiri, health
education (HE), dan kolaborasi. Implementasi yang dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien.
Dalam kasus ini keluhan utama pada pasien adalah sesak napas dengan frekuensi
napas 28 x/m, terapi yang diberikan adalah dengan memposisikan pasien semi
fowler dan dengan pemberian oksigen serta dibantu dengan implementasi dalam
pengurangan cairan dalam tubuh pasien.
Salah satu tindakan keperawatan Pola Napas Tidak Efektif yaitu dengan
memposisikan pasien semi fowler. Posisi semi fowler adalah posisi dimana kepala
dan tubuh dinaikan dengan derajat kemiringan 45 derajat (Muzaki & Ani, 2020)
Mengatur pasien dalam posisi tidur semi fowler akan membantu menurunkan
konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru-paru maksimal serta
mengatasi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan
membran alveolus. Dengan posisi semi fowler, sesak nafas berkurang dan
sekaligus akan meningkatkan durasi tidur klien (Muzaki & Ani, 2020).
Menurut Plasay & Putra (2020) klien dengan gangguan system pernapasan
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen secara normal, oksigen sangat berperan
dalam pernafasan, oksigen berperan didalam tubuh dalam proses pembentukan
metabolisme sel sehingga jika kekurangan oksigen maka akan berdampak buruk
bagi tubuh, sehingga diperlukan terapi tambahan untuk pasien yang mengalami
gangguan oksigenasi. Lalu memposisikan klien dengan semifowler atau fowler
dengan data subyektif klien mengatakan lebih nyaman posisi tersebut untuk
mempermudah fungsi pernapasan dengan adanya gravitasi (Muzaki & Ani, 2020)
20
DAFTAR PUSTAKA
Muzaki, A., & Ani, Y. (2020). Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap
Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien Congestive Heart Failure (Chf). 1,
19–24.
Plasay M & Putra, BY. (2020). Literature Review: Analisis Asuhan Keperawatan
Dengan Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien Congestive Heart Failure
Sari, L.R. (2016). Upaya Mencegah Kelebihan Volume Cairan Pada Pasien
Chronic Kidney Desease. Jurnal E-Keperawatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kritria Hasil Keperawatan. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi danTindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI
21