Anda di halaman 1dari 10

STASE KEPERAWAT MEDIKAL BEDAH LAPORAN PENDAHULUAN

DYPSNEADI RUANG BOUGENVILE RST dr. SOEDJONO


MAGELANG

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Stase
Keperawatan Dasar Profesi

Di susun oleh :
Teguh Septiawan
233203051

PRORAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Dyspnea atau disebut dengan sesak nafas merupakan keadaan sulit
untuk bernafas atau bernafas dengan berusaha (Rehatta, Suwandito, &
Prihatanto, 2014). Dyspnea merpakan kondisi dimana seseorang mengalami
kesulitan bernafas yang diakibatkan kurangnya pasokan udara yang masuk
ke paru-paru, gangguan pada transportasi oksigen dari luar sehingga
mencapai jaringan, dan pemanfaatan oksigen oleh sel (Iqbal & Aini, 2021).
B. Etiologi
Etiologi dyspnea adalah sebagai berikut (Rauf, et al., 2021):
1) Reseptor mekanik pada otot pernafasan; paru dan dinding dada
2) Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2
3) Peningkatan kerja pernafasan yang dapat meningkatnya rasa sesak nafas
Seseorang dengan gejala utama berupa dipsnea biasanya memiliki satu ddari
keadaan: penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru interstitial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru, serta
kecemasan.
Dyspnea secara fisiologis dihasilkan dari tiga kelainan utama yakni
peningkatan beban yang membutuhkan upaya pernapasan yang lebih besar
(contohnya obstruksi), peningkatan proporsi otot pernapasan yang
diperlukan untuk mempertahankan beban kerja normal (contohnya
kelemahan), dan peningkatan kebutuhan ventilator (misal demam dan
anemia). Kondisi anatomi dan penyakit yang mungkin mendasari terjadinya
dypsnea adalah obstruksi saluran napas (PPOK, saluran pernapasan yang
reaktif, batuk/sekresi, tumor), retriksi paru (fibrosis atau penyakit interstitial
lainnya, efusi, infeksi, kifosis, obesitas), perfusi/ketidakcocokan oksigenasi
(anemia, hipertensi paru, gagal jantung, emboli paru), dan
kelelahan/kelemahan (multiple sclerosis, sclerosis lateral amyotrophic,
kelelahan karena kanker) (Sudarsa, 2020).
C. Patofisiologi (Dibuat dalam pathway)

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dyspnea yakni (Hasniati, Arianti, & Philip, 2019):
1) Peningkatan jumlah frekuensi nafas
- Dewasa >20 x/menit
- Anak >30 x/menit
- Bayi >40 x/menit
2) Kulit tampak kebiruan pada sekitar bibir dan ujung jari
3) Adanya suara tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, mengi
4) Malas minum
5) Berat badan menurun
6) Kejang
7) Batuk
8) Demam
9) Lemah
E. Pengkajian (Fokus)
1. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan tanda vital (berupa suhu, tekanan darah,
nadi, pernapasan, serta pulse oximetry), auskultasi paru dan jantung,
pemeriksaan fremitus raba, penggunaan otot banatu napas, peningkatan
tekanan vena jugular dan pulsus paradoksus, serta melakukan
pemeriksaan perkusi dada (Sudarsa, 2020).
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan pasien dyspnea antara lain
(Sudarsa, 2020):
a) Foto rontgen: menunjukkan hiperinflasi dan pendataran pada bagian
diafragma
b) Pemeriksaan fungsi paru: menurunnya volume tidal, kapasital vital,
eosinophil biasanya meningkat dalam darah atau sputum
c) Pemeriksaan alergi: test kulit (+) yang menyebabkan reaksi melepuh
dan hebat yang dapat mengidentifikasikan allergen spesifik
d) Pulse oximetry: saturasi O2 perifer menurun (sianosis)
e) Analisa gas darah: menunjukkan hipoksia selama serangan akut,
awalnya terdapat hipokapnea dan respirasi alkalosis serta PCO2
yang rendah
F. Penatalaksanaan Medis
Obat yang dapat diberikan sebagai terapi dispnea, antara lain (Sudarsa,
2020):
a) Opiod
Opiod dapat diberikan pada pasien opiod-naïve maupun pasien
toleransi opiod tanpa menyebabkan depresi napas yang relevan atau
terganggunya oksigenasi atau peningkatan konsentrasi CO2.
b) Benzodiazepina
Dapat digunakan ketika pasien tidak atau kurang respons terhadap
efek opioid, dapat diberikan tanpa atau kombinasi dengan opioid,
khususnya pada pasien dengan cemas. Kombinasi opiod dengan
benzodiazepines disarankan khususnya pada kasus stadium advance
dan pasien yang sekarat. Lorazepam dan midazolam merupakan
jenis benzodiazepine yang paling sering digunakan.
c) Obat lainnya
Steroid terbukti efektif dalam menangani dyspnea yang disebabkan
oleh lymphangiosis carcinomatosa, radiation pneumonitis, sindrom
vena kava superior, komponen inflamasi, atau pada obstruksi saluran
napas (pada kanker). Obat ini tidak boleh digunakan secara rutin
kecuali pada indikasi yang disebutkan.
G. Defisien butuhan dasar manusia
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. pemenuhan kebutuhan oksigen
sangat perlu untuk dilakukan karena setiap detik menusia memerlukan
kebutuhan oksigen yang dihirup pada saluran pernafasan manusia. Oksigen
adalah kebutuhan dasar manusia yang paling penting. Tubuh memerlukan
oksigen untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel agar dapat
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan, atau organ
(Khairi, 2022).
H. Asuhan Keperawatan (Pengkajian, diagnosa, dan renpra)
1) Pengkajian
a) Airway
- Peningkatan sekresi pernapasan
- Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b) Breathing
- Distress pernapasan: pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi
- Menggunakan otot aksesori pernapasan
- Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, sianosis
c) Circulation
- Penurunan curah jantung: gelisah, letargi, takikardia
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran: ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
- Papiledema
- Penurunan haluaran urine
d) Pemeriksaan fisik
- System pernafasan
Inpeksi : kembang kempis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasan tertinggal
Perkusi : suara nafasn( sonor, hipersonor, atau pekak)
Auskultasi; suara abnormal (wheezing dan ronchi)
a. System Kardiovaskuler:
Inspeksi: adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar daridaerah
trauma
Palpasi: bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut
jantung paradok
b. System neurologis
Inpeksi: gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi: kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
c. Pemeriksaan sekunder
i. Aktifitas
Gejala: Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidupmenetap,
jadwal olahraga tidak teratur
Tanda: Takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
ii. Sirkulasi
Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanan darah, diabetes mellitus, gagal nafas
Tanda: Tekanan darah dapat normal/naik/turun, nadi dapat
normal/penuh/lemah/kuat, bunyi jantung menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitis atau complain
ventrikel, irama jantung tidak teratur, distensi vena juguler
2) Diagnosa
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru dibuktikan dengan dispnea, pola napas
abnormal fase ekpirasi memanjang (D. 0005)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan dispnea, takikardia, bunyi napas
tambahan, napas cuping hidung, pola napas abnormal, warna kulit
abnormal (D. 0003)
c. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
dibuktikan dengan dispnea, terdengar suara napas tambahan
(D.0022)
I. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.01011)
posisi tubuh yang selama 3x24 jam 1. Monitor pola napas
menghambat ekspansi diharapkan pola napas 2. Monitor bunyi napas
paru dibuktikan dengan tidak efektif dapat teratasi 3. Pertahankan kepatenan
dispnea, pola napas dengan kriteria hasil: jalan napas
abnormal fase ekpirasi Pola napas (L.01004) 4. Berikan oksigen
memanjang (D. 0005) 1. Dyspnea menurun 5. Kolaborasi pemberian
2. Penggunaan otot bronkodilator,
bantu napas menurun ekspektoran, mukolitik,
3. Frekuensi napas jika perlu
membaik
4. Pernapasan cuping
hidung menurun
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Terapi oksigen (I.01026)
gas berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor kecepatan aliran
dengan dalam 3x24 jam oksigen
ketidakseimbangan diharapkan gangguan 2. Monitor posisi alat terapi
ventilasi-perfusi pertukaran gas dapat oksigen
dibuktikan dengan teratasi dengan kriteria 3. Monitor tanda-tanda
dispnea, takikardia, hasil: hipoventilasi
bunyi napas tambahan, Pertukaran gas 4. Monitor integritas mukosa
napas cuping hidung, (L.01003) hidung akibat pemasangan
pola napas abnormal, oksigen
warna kulit abnormal 1. Bunyi napas tambahan 5. Bersihkan secret pada
(D. 0003) menurun mulut, hidung, dan trakea
2. pola napas membaik 6. Pertahankan kepatenan
3. warna kulit membaik jalan napas
4. takikardia membaik 7. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen hypervolemia
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.03114)
kelebihan asupan cairan selama 3x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
dibuktikan dengan diharapkan hipervolemia hypervolemia
dispnea, terdengar suara dapat teratasi dengan 2. Monitor intake dan output
napas tambahan kriteria hasil: cairan
(D.0022) Keseimbangan cairan 3. Monitor kecepatan infus
(L.05020) secara ketat
1. Asupan cairan 4. Tinggikan kepala tempat
meningkat tidur 30-40˚
2. Kelembaban 5. Ajarkan cara membatasi
membrane mukosa cairan
meningkat 6. Kolaborasi pemberian
3. Asupan makanan diuretik
meningkat
4. Tanda-tanda vital
normal
J. Implementasi
Implementasi merupakan tahap dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat 9indakan rencana keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat nencapai tujuan dan hasil
yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status 9indakan9 pasien (Potter,
2017).

Tujuan dari implementasi aalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan 9indakan9, pencegahan penyakit, pemulihan
9indakan9, dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradaptasi dalam implementasi asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat akan terus melakukan pengumpulan data
dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien (Nursalam,
2018).

Jenis-jenis 9indakan tahap pelaksanaan implementasi antara lain sebagai berikut:


1) Secara Mandiri (Independent) Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya
stressor.
2) Saling ketergantungan (Interdependent) Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama
tim keperawatan dengan tim 9indakan9 lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain- lain.
3) Rujukan Ketergantungan (Dependent) Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan
profesi lainnya diantaranya dokter, psikiatri, ahli gizi, dan lainnya.
4) Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tahap ini sangat
penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien.
Mengambil 9indakan evaluasi untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan telah
terpenuhi bukan untuk melaporkan intervensi keperawatan yang telah dilakukan. Hasil
yang diharapkan merupakan standar penilaian bagi perawat untuk melihat apakah tujuan
telah terpenuhi (Potter, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Hasniati, Arianti, & Philip, W. (2019). Penerapan Metode Bayesian Network Model
pada Sistem Diagnosa Penyakit Sesak Nafas Bayi. Ikraith-informatika, 3(2),
19-26.

Iqbal, M., & Aini, D. N. (2021). Penerapan Latihan Pursed Lips Breathing terhadap
Respiratory
Nursalam. (2019). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Prraktik
Keperawatan Profesisonal. Salemba Medika.

Khairi, A. A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Diagnosa Medis


Asma Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Mawar RSUD
Kota Kendari. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kendari.
Rate pada Pasien PPOK dengan Dypsnea. Jurnal Ners Widya Husada,8(3).
Rauf, S., Appulembang, I., Sugiyarto, Nugraha, D. P., Meilinda, V., & Ningsih, O.
S. (2021). Teori Keperawatan Medikal Bedah I. Aceh: Yayasan Penerbit
MuhammadZaini.
Rehatta, M., Suwandito, & Prihatanto, F. S. (2014). Pedoman Keterampilan Medik
2 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sudarsa, I. W. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif. Surabaya: Airlangga
University Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). SDKI. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI SPP PPNI. (2018). SIKI. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasonal Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). SLKI. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai