Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF TN “K”

DI RUANGAN KOLIBRI RS BHAYANGKARA


MAKASSAR

Disusun Oleh:
Rahmah Pujiastuti Sauwali
22.02.026

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Pola napas tidak efektif merupakan suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batus secara efektif (Lynda Juall,
Carpenito).
Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi yang adekuat (Wilkinson, 2012). Pola napas tidak efektif
adalah bentilasi atau pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
adekuat. (Santoso, Budi,2013). Dalam klasifikasinya
B. Patofisiologi
Ketidakefektifan pola napas biasanya berhubungan dengan kejadian
penyakit asma atau dipsnea. Asma adalah obstruksi jalan napas difus
reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini:
1. Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan napas
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronki
3. Pengisian bronki dengan mukus yang kental
Selain itu otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang
kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini
tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
imunologis dan sistem saraf otonom. Gangguan yang berupa obstruksi saluran
napas dapat dinilai sebara obyektif dengan VEP, (volume ekspirasi paksa detik
pertama) atau APE ( arus puncak ekspirasi), sedangkan penurunan KVP
(kapasitas vital paksa) menggambarkan derajat hiperinflamasi paru.
Penyempitan saluran napas dapat terjadi, baik pada saluran napas besar,
sedang maupun kecil. Gejala mengi (wheezing) menandakan adanya
penyempitan disaluran napas besar, sedangkan penyempitan pada saluran napas
kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.
Penyempitan saluran napas ternyata tidak merata diseluruh bagian paru,
ada daerah-daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler
yang melalui daerah tersebut mengalami hipoksemia penurunan Pa02 mungkin
kelainan pada asma sub klinis (suyono, Slamet. 2013)
C. Pathway
Obstruksi Jalan Napas

Penyempitan Jalan Napas

Ekspansi Paru Menurun

Suplay Oksigen Tidak Adekuat Keseluruh Tubuh

Hipoksia

Sesak Napas

Ketidakefektifan Pola napas


D. Manifestasi Klinis
1. Batuk tidak efektif
2. Ketikmampuan untuk mengeluarkan sekresi dalam napas
3. Frekuensi, irama, kedalam pernapasan normal
4. Terdapat suara napas tambahan yang menunjukkan adanya sumbatan ronchi
E. Pemeriksaan Penunjang
Rotgen dada merupakan pemeriksaan yang dilakukan misalnya untuk melihat
lesi paru pada penyakit paru, adanya tumor, benda asing, pembengkakan paru,
penyakit jantung dan untuk melihat struktur abnormal.
F. Penatalaksanaan medis/terapi
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Latihan napas dalam
b. Latihan batuk efektif
c. Fisioterapi dada
2. Penatalaksanaan medis
a. Pemberian oksigenasi
b. Melebarkan saluran pernapasan melalui terapi nebulisasi
G. Fokus pengkajian keperawatan
1. Identitas pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama
atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
2. Keluhan utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
napas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernapas serta batuk
nonproduktif
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak napas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor prediposisi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit -
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab efusi pleura sebagai CA paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
H. Diagnosa Keperawatan
keputusan klinis mengenai seseorang keluarga atau masyarakat sebagai
akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual ataupun
potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana
tindakan asuhan keperawatan.
Adapun diagnosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan tindakan
invasif adalah:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(kelemahan otot napas)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi,
iskemia, neoplasma)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
I. Perencanaan
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan standar intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas
membaik
b. Kriteria kasil
 Dyspnea menurun
 Penggunaan otot bantu napas menurun
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun
 Otopnea menurun
 Pernapasan pursed-lip menurun
 Frekuensi napas membaik
c. Intervensi
Manajemen jalan napas (I.01011)
 Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering)
 Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma sevikal)
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
J. Evaluasi
Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah pasien, serta pencapaian tujuan
serta ketepatan inervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui
perbandiangan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.
K. Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/539354157/Laporan-Pendahuluan-Pola-
Napas-Tidak-Efektif

Anda mungkin juga menyukai