LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab yang sering adalah
diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab lain gagal
ginjal kronis yaitu:
1. Penyakit Glomerulus kronis
2. Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis)
3. Kelainan konginetal (Polikistik ginjal)
4. Penyakit vaskular ( Renal nephrosclerosis)
5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisi)
6. Penyakit kolagen ( Systemic Lupus Erlythematosusu)
7. Obat obatan netrotoksik (aminoglikosida)
1.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai rgan koordinasi dengan peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak sehingga kerusakan krnis secara fisiologis ginjal
akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut
adalah tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal krnis (Robinson,
2013; Judith, 2006)
1. Ginjal dan Gastointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremia maka timbul maka timbul hipotensi,
mulut kering, penurunan tugor kulit, kelemahan dan fatique, dan mual.
Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang
hebat. Dampak dari peningkaatan kalium adalah peningkatan iritabilitas
otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan, kelebihan cairan yang tidak
terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling
khas adalah terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang
tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadinya hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremia
percarditis, effusi, perikardial ( kemungkinan bisa terjadi tamponade
jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema perifer
3. Respiratory System
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyei pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lug, dan
sesak napas
4. Gastrointestinal
Biasanya menunjukan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif
duodenal, lesi pada usus halus/ usus besar, clitis, dan pankreatitis.
Kejadian sekunder biasanya mungkin sepertianoreksia, nausea, dan
vomiting.
5. Integumen
Kulit pucat, kekuning – kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp. Selain
itu biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan
timbulnya urea pada pundak
6. Neurologis
Biasanya ditunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada
lengan, dan kaki . Selain itu juga ada kram pada otot dan refleks kedutan,
daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing,
koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukan adanya perubahan
metabolik encephalophaty
7. Endokrin
Bisa terjadi iritabilitas dan penurunan libido, amenorea dan gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma,
peningkatan sekresi aldosteron dan kerusakan metabolisme karbohidrat
8. Hematopitiec
Terjadinya anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trobositopenia (dampak dari dialysis) kerusakan platelet. Biasanya
masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukan dengan adanya
perdarahan (purpura, ekimosisi, dan petechiae)
9. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan
klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard)
1.1.4 Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurunkan secara drastis yang
berasal dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50%
dalam hal DFR. Pada penurunan fungsi rata – rata 50% biasanya muncul
tanda dan gejala azotamia sedang poliuri, nkturia, hipertensi, dan sesekali
terjadi anemia. Selain itu selama terjadi kegagalan fungsi ginjal
makakeseimbanagn cairan dan elektrolitpun terganggu. Pada hakiktanya tanda
dan gejala gagal ginjal kronik hampir sama dengan gagal ginjal akut, namun
awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari gagal ginjal kronik
membawa dampak yang sitemik terhadap seluruh sistem tubuh dan sering
mengakibatkan komplikasi (Madara, 2018)
1.1.5 Pathway Obs. TU
Retensi urine
Infeksi Vaskuler Zat toksik
Refluks
Reaksi Ag - Ab Arterosklerosis Akumulasi di ginjal
Hidronefrosis
Suplai Vaskuler Ginjal
Peningkatan
tekanan Iskemia
GFR turun
Hiperkalemia Produksi Hb ↓
Sindrom uremia CES ↑
Kerusakan Edema
Suplai O2 ↑ asam
Integritas Kulit Mual, Edema paru Anaerob
↑ preload laktat
muntah jaringan ↓
Hiper-
ventilasi Kelebihan volume Gangguan ↑ beban ↓ COP Nyeri
Ketidakseimbang cairan pertukaran Suplai O2
jantung Synkope sendi
an nutrisi kurang gas otak ↓
Ketidakefektifan pola dari tubuh
nafas
Intoleransi aktivitas
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa gagal ginjal kronis (Baughman, 2012) :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin).
2) Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT.
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
d. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
1.1.7 Penatalaksanaan
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis
adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjaal yang ada dan mempertahakan
keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien.
Sebagai penyakit yang kompleks gagal ginjal kronis membutuhkan
penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir komplikasi
dan meningkatkan harapan hidup klien. Oleh karena itu ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan pada klien gagal ginjal
kronik (Baughman,2012)
1. Perawatan kulit yang baik
Perhatikan hygine kulit pasien dengan baik melalui personal hygiene
(mandi/seka) secara rutin. Gunakan sabun yang mengandung lemak dan
lotion tanpa lakhohol untuk mengurangi rasa gatal. Jangan gunakan
glisering/ sabun yang mengandung glisering karena akan mengakibatkan
kulit tambah kering.
2. Jaga kebersihan oral
Lalukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang
lembut/ spon. Kurangi konsumsi gula (bahan makanan manis) untuk
mengurangi rasa tidak nyaman di mulut
3. Beri dukungan nutrisi
Kolaborasi dengan nutrionit untuk menyediakan menu makanan favorit
sesuai dengan anjuran diet. Beri dukungan intake tinggi kalori, rendah
natrium dan kalium.
4. Pantau adanya hyperkalemia
Hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan adanya kejang/ kram pada
lengan dan abdomen, dan diarea. Selain itu pemantauan hiperkalemia
dengan ECG. Hiperkalemia bisa diatasi dengan dialisis.
5. Atasi hiperfosfemia dan hipokalsemia
Kondisi hiperkalsemia bisa diatasi dengan pemberian atasida (kandungan
alumunium/ kalsium karbonat).
6. Kaji status hidrasi dengan hati – hati
Dilakukan dengan memeriksa ada/ tidaknya distensi vena juguralis, ada
tidaknya crakles pada auskultasi paru. Selain itu, status hidrasi bisa dilihat
dari keringat berlebih pada aksila, lidah yang kering, hipertensi, edema
perifer. Cairan hidrasi yang diperbolehkanadalah 500 – 600 ml atau lebih
dari haluaran urine 24 jam
7. Kontrol tekanan darah
Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan
mengontrol volume intravaskuler dan obat – obatan antihisertensi
8. Pantau ada/ idaknya komplikasi pada tulang dan sendi
9. Latih klien dalam dan batuk efektif untuk mencegah terjadinya kegagalan
napas akibat obstruksi
10. Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan ( pada
perawatan luka operasi)
11. Observasi adanya tanda – tanda perdarahan
Pantau kadar hemoglobin dan hematkrit klien. Pemberian heparin selama
klien menjalani dialisis harus disesuaikan dengan kebutuhan
12. Observasi adanya gejala neurologis
Laporkan segera jika dijumpai kedutan, sakit kepala, kesadaran delirium
dan kejang otot, berikan diazepam/ fenitoin jika dijumpai kejang
13. Atasi komplikasi dari penyakit
Sebagai penyakit yang sangat mudah menimbulkan komplikasi, maka
harus dipantau secara ketat. Gagal ginjal konggesif dan edema pulmonal
dapat diatasi dengan membatasi cairan, diit rendah natrium, diuretik,
preparat inopatik (digitalis/ debutamin) dan dilakukan dialisis jika perlu.
Kondisi asidosis metabolik bisa diatasi dengan pemberian natrium
bikarbonat atau dialisis
14. Laporkan segera jika ditemui tanda – tanda perikarditis (friction rub dan
nyeri dada)
15. Tata laksana dialisis / transplantasi ginjal
Untuk membantu mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan dialisis.
Jika memungkinkan koordinasikan untuk memberikan transplantasi ginjal
1.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis
adalah (Baughman, 2012)
1. Penyakit Tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi
rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan mengakibatkan
fraktur phatologis
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa dan kelainan 4.
hemodinamik ( sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri)
3. Anemia (National institutes for health and clinical excellences guidelines
39:2009)
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal ( endokrin ). Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi
ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin
1. Penanganan anemia pada GGK harus dilakukan saat Hb < 11 g/dl
(atau 10 g/dl pada usia < 2 tahun).
2. Menentukan apakah anemia disebabkan oleh GGK atau bukan.
Dengan memperhatikan LFG < 60 ml/min/1.73m2 .
3. Anemia defisiensi zat besi, biasanya pada:
(a) Orang dengan GGK stadium 5 dengan level ferritin < 100
mikrogram/L. Orang dengan GGK stadium 3 dan 4, dengan level
ferritin < 100 mikrogram/L.
(b) Penanganan anemia (Perhimpunan nefrologi Indonesia:2010)
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido seringa ,mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: baik sedang √ lemah Kesadaran: Sopor
Tanda vital TD: 158/92 mmHg Nadi: 92 x/menit Suhu : 36,5 C RR: 28
x/menit
Pola nafas: irama: Teratur √ Tidak teratur
Jenis √ Dispnoe Kussmaul Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas: Vesikuler Stridor Wheezing √ Ronchi Lain-lain:
Pernafasan
Masalah: Hipervolemia
Nafsu makan: √ Baik Menurun Frekuensi: 3 x 70 cc
Porsi makan: √ Habis Tidak Jelaskan: -
Minum: - cc/hari Jenis: -
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √ Bersih Kotor Berbau
Mukosa: Lembab √ Kering Stomatitis
Tenggorokan Sakit menelan/nyeri tekan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil √ Lain-lain: Tidak ada
Abdomen
Pencernaan
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Normal Interpretasi
Hemoglobin 9,6 g/dL 13,5 – 17, 5 Rendah
Hematokrit 28 % 33 – 45 Rendah
Leukosit 18 10^3/uL 4,4 – 11, 3 Tinggi
Eritrosit 3,3 10^6/uL 4.1 – 5.1 Rendah
Kreatinin 14,3 mg/dL 0,5 – 1,1 Tinggi
Ureum 24,2 mg/dL 8 – 24 Tinggi
Natrium 133 Mmol/L 135 - 145 Rendah
Pemeriksaan Radiologi
Kesimpulan terjadi edema paru.
Terapi:
Terapi medis yang diberikan selama perawatan adalah cairan IV :
1. Furosemid 20 mg/ 8 jam berfungsi untuk mengobati edema karena
gangguan jantung, ginjal dan hipertensi.
2. Ampicilin sulbactar 1,5 gr/ 12 jam berfungsi untuk mengobati infeksi
saluran pernapasan, pencernaan, dan perkemihan.
3. Infus RL 10 ml/jam yang berfungsi sebagai pengambilan cairan elektrolit.
4. Candesartan 16 mg/ 24 jam berfungsi untuk menurunkan tekanan darah,
melindungi ginjal dari kerusakan karena hipertensi.
Kediri, 23-03-2021
Mahasiswa,
(Yesika Margiana)
ANALISA DATA
1. Dispnea Dipertahankan/ditingkatkan……5……
2. Frekuensi napas Dipertahankan/ditingkatkan……5……
3. Dipertahankan/ditingkatkan…………….
4. Dipertahankan/ditingkatkan…………….
5. …. Dipertahankan/ditingkatkan……………
6. Dipertahankan/ditingkatkan…………….
7. Dipertahankan/ditingkatkan…………….
8. Dipertahankan/ditingkatkan…………….
2. 13.00 S: Yesika
Pasien mengalami penurunan tingkat Margiana
kesadaran.
O:
1. Pasien tampak terlihat sesak nafas
2. Terdapat suara nafas tambahan
ronkhi basah pada lobus inferior
kanan dan kiri
3. Terdapat irama pernafasan tidak
teratur
4. Terpasang O2 NRM 10 lpm
5. TTV :
TD 150/88 mmHg
N 89 x/menit
RR 28 x/menit
S 36,5 C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor pola napas dan bunyi
napas tambahan
2. Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
3. Berikan oksigen
CATATAN PERKEMBANGAN
2. 13.00 S: Yesika
Pasien mengalami penurunan tingkat Margiana
kesadaran.
O:
1. Pasien tampak terlihat sesak nafas
2. Terdapat suara nafas tambahan
ronkhi basah pada lobus inferior
kanan dan kiri
3. Terdapat irama pernafasan tidak
teratur
4. Terpasang O2 NRM 10 lpm
5. TTV :
TD 147/84 mmHg
N 86 x/menit
RR 26 x/menit
S 36,2 C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor pola napas dan bunyi
napas tambahan
2. Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
3. Berikan oksigen