Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

LANDASAN TEORI
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

2.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa


adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart &
Sundenn, 1998).

Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada


panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun.
(Maramis, 1995 hal 119)
2.2 Tanda dan gejala
Menurut (Budi Anna Keliat, 1999) :
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),

takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
2.3 Penyebab dari Halusinasi

Salah satu penyebab dari Perubahan sensori perseptual : halusinasi


yaitu isolasi social : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain (Rawlins,1993).

3
2.4 Proses terjadinya Halusinasi
Halusinasi berkembang menjadi 4 fase ( Habes, dkk, 1902)
1. Fase Pertama ( Conforting )
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah,
kesepian, klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Cara ini
untuk menolong sementara.
2. Fase Kedua ( Conderming )
Pencemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal. Klien berada pada tingkat “Listening” pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi dapat
berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendengar
dan klien tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasi menonjol dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3. Fase Ketiga ( Controling )
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan
rasa aman yang sementara.
4. Fase Keempat ( Conquerting )
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintahkan dan memarahi klien, tidak dapat
berhubungan dengan orang lainkarena terlalu sibuk dengan halusinasinya.
Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang
singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak
di lakukan intervensi
2.5 Akibat dari Halusinasi
3.

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat


beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko

4
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan. (Rawlins,1993).

2.6 Pohon Masalah


III.

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi (Core Problem)

Isolasi sosial : menarik diri ( Causa )

2.7 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


IV.

a1. Masalah keperawatan :


1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri

2 Data yang perlu dikaji


1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
 Data subjektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin


membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak
lingkungannya.
 Data objektif

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,


melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

5
2. Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
 Data Subjektif

 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan


dengan stimulus nyata.

 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang


nyata.

 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.

 Klien merasa makan sesuatu.

 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.

 Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan


didengar.

 Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.


 Data Objektif

 Klien berbicara dan tertawa sendiri.

 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.

 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan


sesuatu.

 Disorientasi.
3. Isolasi sosial : menarik diri
 Data Subjektif

 Klien mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi

 Klien mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain

 Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.


 Data Objektif

 Klien terlihat lebih suka sendiri

 Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan

6
 Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup
4. Diagnosa Keperawatan
V.

1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


2) Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
3) Isolasi sosial : menarik diri

VI.

2.8 Rencana Tindakan Keperawatan


1. Diagnosa 1:
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1.1 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
 Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan –
ciptakan lingkungan yang tenang – buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat, topik).
 2. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
 . Empati.
 Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan.

1.2 Klien dapat mengenal halusinasinya.

Tindakan :
 Kontak sering dan singkat.
 Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal
dan non verbal)
 3 Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah
ada suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara
itu. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, tetapi perawat tidak. Katakan perawat akan membantu

7
 Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat
terjadi halusinasi.
 .Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi
halusinasi.
1.3 Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Tindakan :
 Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi
halusinasi.
 2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya.
 Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan
kegiatan, mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau
dengar.
 4. Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.
 Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri
pujian jika berhasil.
 Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi.

1.4 Klien dapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang
gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi
waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

8
1.5 Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
2.

Tindakan :
 Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
 2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
 3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
 4. Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.

2. Diagnosa 2:
Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
a Tujuan Umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b 2. Tujuan Khusus:
1.6 Klien dapat membina hubungan saling percaya
c Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapetutik
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
 2. Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
 4. Jelaskan tujuan pertemuan
 . Jujur dan menepati janji
 Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 . Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.

9
1.7 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki

Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian
negatif
 Utamakan memberikan pujian yang realistik

1.8 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Tindakan:
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.

1.9 Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai


dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan:
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
  Kegiatan mandiri
  Kegiatan dengan bantuan sebagian
 Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
 1 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan

10
1.10 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
5.

kemampuannya

Tindakan:
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

1.11Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan:
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

11

Anda mungkin juga menyukai