LANDASAN TEORI
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
2.3 Penyebab dari Halusinasi
3
2.4 Proses terjadinya Halusinasi
Halusinasi berkembang menjadi 4 fase ( Habes, dkk, 1902)
1. Fase Pertama ( Conforting )
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah,
kesepian, klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Cara ini
untuk menolong sementara.
2. Fase Kedua ( Conderming )
Pencemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal. Klien berada pada tingkat “Listening” pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi dapat
berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendengar
dan klien tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasi menonjol dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3. Fase Ketiga ( Controling )
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan
rasa aman yang sementara.
4. Fase Keempat ( Conquerting )
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintahkan dan memarahi klien, tidak dapat
berhubungan dengan orang lainkarena terlalu sibuk dengan halusinasinya.
Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang
singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak
di lakukan intervensi
2.5 Akibat dari Halusinasi
3.
4
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan. (Rawlins,1993).
5
2. Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
Data Subjektif
Disorientasi.
3. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subjektif
6
Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup
4. Diagnosa Keperawatan
V.
VI.
Tindakan :
Kontak sering dan singkat.
Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal
dan non verbal)
3 Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah
ada suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara
itu. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, tetapi perawat tidak. Katakan perawat akan membantu
7
Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat
terjadi halusinasi.
.Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi
halusinasi.
1.3 Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi
halusinasi.
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya.
Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan
kegiatan, mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau
dengar.
4. Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.
Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri
pujian jika berhasil.
Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang
gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi
waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
8
1.5 Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
2.
Tindakan :
Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
4. Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.
2. Diagnosa 2:
Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
a Tujuan Umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b 2. Tujuan Khusus:
1.6 Klien dapat membina hubungan saling percaya
c Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapetutik
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
. Jujur dan menepati janji
Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
9
1.7 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan:
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian
negatif
Utamakan memberikan pujian yang realistik
Tindakan:
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
Tindakan:
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan bantuan sebagian
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
1 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
10
1.10 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
5.
kemampuannya
Tindakan:
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Tindakan:
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
11