Anda di halaman 1dari 22

Refrat Asma Bronkial

PEMBIMBING:
DR. SUSANTO ISMAN, SP.A

DISUSUN OLEH:
AGNES / 11.2017.027
Pendahuluan

 Penyakit saluran pernafasan kronik dengan


derajat mulai dari serangan ringan hingga
berat. Penderita akan bawa seumur hidup, tidak
dapat sembuh total. Upaya terbaik ialah
menurunkan frekuensi dan derajat serangan.
Talaksanaan utama adalah hindari faktor
pencetus
Anamnesis
 Riwayat dalam keluarga
 batuk dan/atau mengi yang memburuk dengan progresif
 Sesak nafas dari ringan sampai berat
 Pasien masih lancar berbicara dan aktifitasnya tidak
terganggu
 Pada serangan sedang, gejala bertambah berat anak sulit
mengungkapkan kalimat
 gejala sesak dan sianosis dapat dijumpai, pasien berbicara
terputus-putus saat mengucapkan kata-kata.
Pemeriksaan Fisik
 adanya wheezing terutama pada saat ekspirasi, retraksi, dan
peningkatan frekuensi nafas dan denyut nadi bahkan dapat
dijumpai sianosis
 Takipneu
 Letargi
 Pada Batuk auskultasi dapat terdengar ronkhi basah kasar dan
mengi
Pemeriksaan Penunjang

 Analisis gas darah (AGD)


 foto rontgen thoraks
 Pemeriksaan IgE dan eusinofil total
 Uji provokasi dengan histamin atau metakolin
Klasifikasi derajat asma anak secara arbitreri PNAA
membagi asma anak
Penetuan
derajat
serangan
asma
Epidemiologi

 Perbandingan laki-laki dan perempuan pada


usia dini adalah 2:1. Pada usia remaja
menjadi 1:1, karena terjadi penurunan gejala di
akhir usia remaja laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Ketika memasuki usia dewasa,
prevalensi lebih besar pada wanita.
Etiologi
Fakto genetik Faktor Lingkungan
 Hipereaktivitas  alergen didalam ruangan
 atopi/Alergi bronkus  alergen diluar ruangan
 faktor yang memodifikasi  makanan
penyakit genetic  obat-obatan tertentu
 jenis Kelamin  bahan yang mengiritasi
 ras/Etnik  asap rokok (perokok aktif dan pasif)
dan polusi udara (luar & dalam
ruangan)
 exercise induced asthma
 perubahan cuaca
Etiologi
 Pemicu: aeroallergen, allergen rumah, kapang, ragi, seasonal
aeroalergen.
 Pemacu: Rhinovirus, ozon, pemakaian β2 agonist.
 Pencetus: Infeksi viral sal. napas, aeroalergen, alergen dalam
rumah, seasonal aeroallergen, alergen tempat kerjadan, kondisi
komorbid
Patofisiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Tatalaksana
Reliever Controller
 Bronkodilator  Inhalasi
glukokortikosteroid
 Antikolinergik
 Leukotriene Receptor
 Kortikosteroid
Antagonist (LTRA)
 Long acting β2 Agonist
(LABA)
 Teofilin lepas lambat
Bronkodilator

Short-acting β2 agonist
Epinefrin (E.S: sakit kepala, gelisah, palpitasi, takiaritmia,
tremor, hipertensi)
β2 agonis selektif.
Bronkodilator
Methyl xanthine
Methilxanthine cepat diabsorbsi setelah pemberian oral,
rectal, atau parenteral. Pemberian teofilin IM harus
dihindarkan karena menimbulkan nyeri setempat yang lama
Antikolinergik

Kortikosteroid
Harus sesuai kriteria
Inhalasi glukokortikosteroid

Leukotriene Receptor Antagonist (LTRA)


 Long acting β2 Agonist (LABA)

 Teofilin Lepas Lambat


Tatalaksana
 Terapi supportif

 Cara pemberian obat


Pencegahan

 Pengendalian lingkungan : hindari asap rokok,


tidak memelihara hewan berbulu, perbaiki
ventilasi ruangan, kurangi kelembaban kamar
untuk anak yang sensitif terhadap debu rumah
dan tungau.
 Pemberian ASI ekslusif minimal 4 bulan
 Menghindari makanan berpotensi alergen
Kesimpulan

 Dubia et bonam apabila ditangani dengan benar. Asma


merupakan penyakit yang bersifat reversible karena
berhubungan imunologi, makanya dapat mengalami
serangan berulang. Talaksanaan serangan asma
tergantung kepada derajat serangannya. Tatalaksana
asma jangka panjang mengurangi terjadinya serangan,
sehingga dapat meningkatkan quality of life penderita.

Anda mungkin juga menyukai