Anda di halaman 1dari 33

Abses Cruris Bilateral

Pembimbing: dr. Desidera Husadani, SpKK


Oleh: Agnes
112017027
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT IMANUEL
PERIODE 18 FEBRUARI s/d 23 MARET 2019
Identitas Pasien
Nama : Tn. OM Nomor MR : 25-49-16

JenisKelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Belum Kawin

TanggalLahir/Usia : segayam 10 october 1990 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai BUMN Agama : Islam

Alamat: Dusun III rw 03 muara enim TanggalMasuk : 27 Februari 2019


Anamnesis

 Diambildari : Alloanamnesis 27 Februari 2019 11.30 WIB


 Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada tungkai bawah
kaki sejak 1 minggu SMRS.
 Keluhan tambahan
Disertai demam
Anamnesis

 Riwayat penyakit sekarang:

 Satu bulan SMRS, pasien mulai menyadari adanya bintil putih berukuran
sebesar jarum pentul pada pipi sebelah kiri. Bintil putih tersebut bertambah
banyak dan menjalar ke bahu kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien tidak
mengeluhkan adanya gatal, nyeri atapun panas. Bintil tidak bertambah
besar.

 Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat penyakit serupa pada


keluarga.
Anamnesis

 Riwayat penyakit sekarang:

 Satu bulan SMRS, pasien mulai menyadari adanya bintil putih berukuran
sebesar jarum pentul pada pipi sebelah kiri. Bintil putih tersebut bertambah
banyak dan menjalar ke bahu kiri sejak 1 minggu yang lalu. Pasien tidak
mengeluhkan adanya gatal, nyeri atapun panas. Bintil tidak bertambah
besar.

 Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat penyakit serupa pada


keluarga.
Anamnesis
 Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada kedua tungkai sejak 1
minggu SMRS. Benjolan terasa gatal, perih seperti terbakar disertai warna
merah berisi nanah. Pasien mengatakan keluhan gatal membaik jika di garuk
namun setelah digaruk terasa perih. Keluhan tidak bertambah parah ketika
berkeringat. Benjolan muncul ketika pasien selesai bermain outbond, awalnya
benjolan berjumlah 1 di bagian paha atas berbentuk bulat dengan diameter
2x1cm berwarna merah disertai nanah kemudian benjolan pecah ketika sudah
matang berisi nanah disertai darah, setelah pecah benjolan mulai menyebar ke
bagian tulang kering kanan sebanyak dua buah dan tulang kering kiri sebanyak
satu buah. Pasien mengatakan setelah benjolan pecah, luka terasa sangat gatal
sehingga pasien mengaruk luka tersebut
Lanjutan Anamnesis

 . Keluhan benjolan disertai demam, mual (-), muntah (-), keluhan pada
daerah kemaluan disangkal pasien. Pasien sempat mengobati luka
sendiri dengan dikompres dengan rivanol dan betadine namun keluhan
tak kunjung membaik. Riwayat penyakit menular sexul disangkal,
riwayat penyakit Dahulu seperti keluhan diatas disangkal, riwayat
alergi, diabetes, ginjal dan ganguan imnunitas disangkal, riwayat orang
sekitar dengan keluhan sama disangkal, riwayat pemakaian handuk dan
pakaian secara bersamaan disangkal, riwayat sanitasi buruk disangkal.
Anamnesis
 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit serupa pada keluarga.
 Riwayat Pemakaian Obat
Mengompres luka dengan rivanol dan betadine.
 Riwayat Kontak
Pasien aktif bermain di tempat outbond arum jeram . Pasien tidak mengetahui
ada riwayat kontak dengan siapapun yang menderita penyakit serupa.
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Fisik (Tanggal 27 Februari 2019)
 Pemeriksaan Umum
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 100x/menit
 Pernafasaan : 20 x/menit
 Suhu : 37,0°C
 Berat Badan : 59 kg
 Tinggi Badan : 171 cm
 Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran
Status Dermatologikus
 Lesi 1  Lesi 2
 Regio: cruris dextra  Regio: cruris dextra
superior inferior
 Distribusi: regional,  Distribusi: regional,
soliter soliter
 Efloresensi primer:  Efloresensi primer:
nodul nodul
 Efloresensi sekunder:  Efloresensi sekunder:
ulkus ulkus
 Warna: eritematosa  Warna: eritematosa
 Bentuk: tidak teratur  Bentuk: tidak teratur
 Batas: tegas  Batas: tegas
 Ukuran: 2 cm x 1 cm x  Ukuran: 1 cm x 1 cm x
0,5 cm 0,5 cm
 Susunan: anular  Susunan: anular
 Jumlah: 1.  Jumlah: 1

Status Dermatologikus
 Lesi 3 x 0,5 cm
 Regio: cruris  Susunan: anular
sinistra
 Jumlah: 1
 Distribusi: regional,
soliter
 Efloresensi primer:
makula disertai
nodul ditengahnya
 Efloresensi
sekunder: pus dan
erosi
 Warna: eritematosa
 Bentuk: tidak
teratur
 Batas: tidak tegas
 Ukuran: 5cm x 6cm
Pemeriksaan Penunjang

 Tidak ada
Pemeriksaan yang Dianjurkan

 Pemeriksaan darah lengkap


 Pemeriksaan gram
 Kultur bakter
Resume
 Pasien usia 27 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan pada kedua tungkai sejak 1 minggu
SMRS. Benjolan terasa gatal, perih seperti terbakar disertai warna merah berisi nanah. Pasien
mengatakan keluhan gatal membaik jika di garuk namun setelah digaruk terasa perih. Benjolan
muncul ketika pasien selesai bermain outbond, awalnya benjolan berjumlah 1 di bagian paha atas
berbentuk bulat dengan diameter 2x1cm berwarna merah disertai nanah kemudian benjolan pecah
ketika sudah matang berisi nanah disertai darah, setelah pecah benjolan mulai menyebar ke bagian
tulang kering kanan sebanyak dua buah dan tulang kering kiri sebanyak satu buah. Pasien
mengatakan setelah benjolan pecah, luka terasa sangat gatal sehingga pasien mengaruk luka
tersebut. Keluhan benjolan disertai demam. Pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, Tekanan
darah 110/70 mmHg, Nadi 100x/menit Pernafasaan 20 x/menit, Suhu 37,0°C, Berat Badan 59 kg,
Tinggi Badan 171 cm
 Efloresesensi Lesi 1 dan 2: Regio cruris dextra superior dan inferior, Distribusi regional, soliter,
Efloresensi primer nodul, Efloresensi sekunder ulkus, Warna eritematosa, Bentuk tidak teratur
Batas tegas, Ukuran 2 cm x 1 cm x 0,5 cm, Susunan anular; Lesi 3 Regio cruris sinistra, Distribusi
regional, soliter, Efloresensi primer makula disertai nodul ditengahnya, Efloresensi sekunder pus
dan erosi, Warna eritematosa, Bentuk tidak teratur, Batas tidak tegas,Ukuran 5cm x 6cm x 0,5 cm
Susunan: anular
Diagnosa Kerja

 Abses Cruris Bilateral


Diagnosa Banding

 Impetigo bockhart
 Erisipelas
 Selulitis
Rencana Pengobatan

 Pirotop cream 10mg


 Clabat tab 3x500mg
 Mefinter tab 3x 500mg
Edukasi

 Area yang terdapat lesi jangan digaruk


 Jaga lesi agar tidak kotor
 Jika terdapat nanah jangan dipecahkan dengan tangan kotor.
Prognosa

 Ad Vitam Bonam
 Ad Functionam Bonam
 Ad Sanationam Bonam
 Ad Kosmetikum Bonam
Landasan Teori
 Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan. Apabila abses mengenai
kulit berarti di dalam kutis atau subkutis yang disebut abses kutis atau
abses kutaneus. Batas antara ruangan yang berisikan nanah dan jaringan
di sekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrat proses
radang. Sel dan jaringan akan hancur kemudian membentuk nanah.
Dinding abses terdiri dari jaringan sakit, yang belum menjadi nanah
Epidemiologi

 Diabetes mellitus
 Obesitas
 Higiene yang buruk
 Sindroma hiper-IgE
 Penderita HIV terutama dengan infeksi Staphylococcus aureus yang resisten
metisilin
Etiologi
Infeksi bakteri dapat menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu:
 Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
 Bakteri menyebar dari suatu infekski di bagian tubuh lain secara limfatogen atau hematogen
 Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia atau tidak menimbulkan gangguan,
terkadang dapat menyebabkan terbentuknya abses
 Adanya cedera dapat menjadi penyebab terjadinya abses

Selain itu peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :


 Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
 Daerah yang terinfeksi yang kurang mendapatkan aliran darah
 Terdapat gangguan sistem kekebalan misalnya daya tahan tubuh yang menurun
Patofisiologi Abses
Gejala klinis

 Demam
 Malaise
 Kemerahan
 Panas
 Pembengkakan
 Rasa nyeri
 Fungsiolesa
Diagnosis Banding

 Impetigo Bockhart
 Erisipelas
 Seluliis
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apakah terjadi infeksi


dengan adanya leukositosis
 Gram stain. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan kokus gram positif
dengan leukosit polimorfonuklear (PMN)(Gambar 4)
 Kultur bakteri dilakukan dengan mengambil cairan nanah untuk
mengisolasi kuman Staphylococcus aureus
Penatalaksanaan
 Pencegahan
 Tindakan bedah
 Terapi lain yang dapat diaplikasi pada abses adalah dengan kompres hangat pada lesi untuk
memicu konsolidasi dan drainase secara spontan
 Teapi antibitoik sistemik
 Antibiotik sistemik dapat diberikan untuk resolusi yang cepat pada orang dengan keadaan
umum baik
 Contoh antibiotik yang dapat diberikan adalah:
 Penisilin G 1,2 juta U IM selama 7 hari
 Amoksisilin 500 mg 3 kali perhari
 Ampisilin 250-500 mg 4 kali perhari selama 7-10 hari
 Cefixime 200-400 mg 2 kali sehari
 Doksisiklin 100 mg dua kali sehari2
Prognosis

 Secara umum, diagnosis dan penangan yang tepat dapat memberikan hasil
yang baik.
Pembahasan kasus

 Berdasarkan anamnesis diatas dapat diketahui untuk faktor epidemiologi


pasien tidak termasuk. Namun untuk faktor etiologi akibat luka ringan
yang disebabkan karena trauma pada saat bermain outbont yang
mnyebabkan kuman dapat masuk ke dalam jaringan dibawah kulit dan
kuman dapan menyebar secara local. Berdasarkan tempat terjadinya
luka berupa ditungkai bawah dimana vaskularisasi dan hyginitas pada
tungkai bawah tidak sebaik tungkai atas dapat menjadi predisposisi
terjadinya abses.
Pembahasan kasus

 Pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, Tekanan darah


110/70 mmHg, Nadi 100x/menit Pernafasaan 20 x/menit, Suhu
37,0°C, Berat Badan 59 kg, Tinggi Badan 171 cm,
mengambarkan keadaan umum pasien baik tidak memiliki
faktor predisposisi seperti obesitas.
Pemeriksaan fisik
 Efloresesensi Lesi 1 dan 2: Regio cruris dextra superior dan inferior,
Distribusi regional, soliter, Efloresensi primer nodul, Efloresensi
sekunder ulkus, Warna eritematosa, Bentuk tidak teratur Batas tegas,
Ukuran 2 cm x 1 cm x 0,5 cm, Susunan anular; Lesi 3 Regio cruris
sinistra, Distribusi regional, soliter, Efloresensi primer makula disertai
nodul ditengahnya, Efloresensi sekunder pus dan erosi, Warna
eritematosa, Bentuk tidak teratur, Batas tidak tegas,Ukuran 5cm x 6cm x
0,5 cm Susunan: anular. Sesuai gejala klinis abses yang berupa Pada
awalnya lesi yang timbul merupakan nodul kemerahan dan nyeri. Dalam
beberapa hari sampai minggu, pus atau nanah akan berkumpul di dalam
ruang tengah lesi. Abses dapat terjadi soliter atau multipel
Berdasarkan tatalaksana

 Pasien diberikan Pirotop cream 10mg yang memiliki isi mupirocin yang
berfungsi untuk menghentikan proses sintesis protein bakteri dengan cara
menghambat isoleucyl tranfer RNA (bakteriostatik) pada bakteri
staphylococcus aureus, S epidermidis dan S. Beta haemolitycus.
 Clabat tab 500mg memiliki kandungan amoxicilin dan clavunid acid yang
bekerja sebagai antibiotik oral untuk pengobatan lebih cepat pada keadaan
umum yang baik.
 Mefinter tab 500mg merupakan asam mefenamat untuk mengurangi rasa nyeri
akibat peradangan pada daerah yang terluka yang bersifat pengobatan
asimtomatik
Berdasarkan Prognosis

 Ad Vitam dan Ad Functionam Bonam adalah bonam karena


dari pasiennya sadar keadaan umum pasien baik, TTVnya
dalam batas normal. Ad Sanationam Bonam karena bisa
kambuh lagi bila pola sanitasi yang buruk atau system
imunitas menurun dan virulensi kuman dalam tubuh
meningkat karena imunitas tubuh yang menurun. Ad
Kosmetikum Bonam karena jika penangan luka secara baik
dan bersih, dan didapati pada pasien ini tidak terdapat bakat
keloid jadi kulit dapat kembali seperti semula

Anda mungkin juga menyukai