Anda di halaman 1dari 25

Dia Berjanji dan Aku Percaya

Sering Wonwoo dengar kalau hidup itu

seperti puzzle, dirangkai satu persatu hingga

menjadi utuh. Tapi untuk kasusnya, Wonwoo sendiri

yang melempar jauh kepingan-kepingan itu dari

hidupnya. Kepingannya sudah terlanjur terkena

noda dan tidak indah kalaupun nantinya menjadi

utuh. Kekosongan dari keping hidupnya harus dia

gantikan dengan kepingan baru yang dia buat

sendiri, bukan lagi seorangan tapi bersama sang bayi

dan Mingyu nantinya. Tidak mudah memang, tapi

Mingyu menjanjikan kepingan miliknya agar

mereka menjadi setara. Bukankah indah? Mingyu

menjanjikan dan Wonwoo percaya.

Semua sudah mulai sibuk, calon mertua

Wonwoo luar biasa membantu, mulai dari acara

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

hingga rumah yang akan mereka tinggali nantinya.

Tidak pernah ada dipikiran Wonwoo kalau dia akan

memiliki bahkan lebih dari itu, ada yang mengisi

rumah ini bersama Wonwoo di dalamnya. Warnanya

putih keseluruhan, mulai dari dinding hingga

perabotan. Ada dua kamar anak, satu kamar utama

dan satu kamar tamu. Mingyu bilang “Nanti satu

kamarnya buat kamar bermain buat bayi atau kamar

kerja. Bebas nanti lu mau gimana, gua ngikut selagi

jelas fungsinya.” Tidak besar tapi cukup untuk

bertiga kata Mingyu, tapi tidak untuk Wonwoo, ini

terlalu besar lebih dari yang dia pikirkan saat calon

mertuanya menyerahkan kunci ini sebagai hadiah

pernikahan. “Wonwoo, rumahnya sengaja disiapin

untuk Mingyu, tapi karena sudah ada kamu dan bayi,

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

jadi lebih bijak rasanya kalau diserahkan bersama

kamu juga. Biarkan Mingyu itu nanti minta mobil

sama papanya.” Tidak tau kenapa, indah ini berasa

tidak nyata untuk Wonwoo, terlalu lancar. Tuhan

memang sebaik ini atau dia yang terlalu banyak

mengalami rasa sulit sebelumnya lalu ini menjadi

bayarannya?

“Mau tau si bayi cewe apa cowo gak Gyu?”

Wonwoo tanyakan saat makan malam mereka hari

itu, oglio olio buatan Mingyu. “Lu maunya gimana?

Gua ngikut aja. Lu yang punya hak buat nentuin itu

sekarang.” Wonwoo berhenti mengunyah pastanya,

meminta gelas di dekat Mingyu dan menuangkan

airnya di sana lalu diteguk sekali. “Lo bapaknya

Mingyu, lo punya hak. Gua mau denger pendapat lo,

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

nanti kita pertimbangin gimana baiknya. Mumpung

minggu depan mau ke dokter lagi.” Mingyu diam,

entah bagaimana lagi Wonwoo meyakinkan Mingyu

kalau dia punya hak atas anak ini tanpa memikirkan

Jeonghan atau Cheol, mereka bukan siapa-siapa lagi

sekarang.

“Gua belum penasaran sih sekarang bayi

cewe atau cowo, selagi lu dan bayi sehat. Tapi kalau

lu udah mau beli peralatan bayi atau mau dekor

kamar lebih baik tau dari sekarang supaya gak

keteteran nanti.” Wonwoo tidak pernah tahu Mingyu

seperti ini sebelumnya, sisi baru Mingyu jadi lebih

jelas terlihat saat mereka mulai melihat semuanya

bukan dari sudut pandang teman. Jauh lebih lembut,

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

lebih memperhatikan mau Wonwoo seperti apa lalu

mengungkapkan pendapatnya.

“Kita tunda dulu sampai resepsi gimana?”

Mingyu mengangguk, “Iya gua ngikut lu mau

gimana. Nanti gua ikut, boleh?” Dijawab dengan

anggukan. “Lo udah jadi ayahnya nanti, udah pasti

boleh Mingyu.” Dia tersenyum, “Lanjutin

makannya.” Dan perbincangan ringan lainnya

berlanjut hingga hidangan mereka habis.

Sudah kali keberapa Wonwoo bersama calon

mertuanya itu kembali ke penatu, tubuh Wonwoo

yang semakin berisi belum lagi baju yang harus

longgar agar mudah untuk bergerak. “Maaf Wonwoo

ngerepotin mama bolak balik gini.” Wajahnya

murung, hormonnya mempengaruhi mood, Wonwoo

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

jadi lebih mudah tersentuh. “Gak sayang, namanya

juga hamil. Yang penting kamu dan bayi nyaman.

Habis ini cek gedung, ya? Mingyu ikut katanya

habis ngurus wisuda.” Mingyu yang sudah hampir

lulus itu mengganggu Wonwoo, kalau saja tidak

melakukan hal bodoh mungkin dia dan Mingyu lulus

bersamaan. “Iya, ma.”

Aula salah satu hotel milik kerabat dari

keluarga Mingyu, besar sudah pasti. “Lampunya

baru selesai diganti kemarin, ini baru khusus buat

Mingyu dan calon.” Chandelier menggantung tepat

di atas mereka sekarang, Wonwoo mengusap

perutnya. “Mingyu sebentar lagi datang ma,

Wonwoo ke toilet dulu, ya?” Rasanya terlalu

berlebihan untuk Wonwoo, mual perutnya

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

mengingat dia seharusnya tidak sejauh ini. Mingyu

dan keluarga tidak harus menanggung deritanya,

tidak seharusnya Wonwoo menjadi bagian dari

keluarga mereka yang entahlah terlalu baik dari

sudut pandangnya.

Dadanya sesak, perutnya penuh seperti ada

yang akan keluar melalui mulutnya. Tubuh Wonwoo

lunglai, hampir limbun namun tangannya

berpegangan pada wastafel. Matanya berkunang-

kunang, dia terduduk di lantai toilet, dingin, tidak

dapat menegakkan tubuhnya. Ingin dia menangis

hingga ada yang sadar dia ada di sana. Mencoba

menghubungi Mingyu tapi tidak dijawab. Berkali-

kali tapi tidak juga ada jawaban.

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

Dia sandarkan tubuhnya pada kabinet bawah

wastafel, meluruskan kakinya, memejamkan

matanya. Meyakinkan diri bahwa Mingyu akan

datang mencarinya nanti. Tapi dingin, Wonwoo

tidak tahan akan dinginnya. Wonwoo meremat

bajunya, memeluk tubuhnya, “Mingyu, gua sama

adek kedinginan.” Suaranya semakin memelan dia

kedinginan.

Telepon genggam Wonwoo berdering, nama

Mingyu muncul di sana. “Wonwoo?” suara

terdengar dari seberang. “Gyu, tolongin gua. Gak

bisa berdiri.” Suaranya bergetar. “Lu kenapa? Gua

masih di kampus Won, ini baru mau ke sana. Gua

panggilin mama ya? Bentar, masih bisa tahan kan?”

Tidak, kalau calon mertuanya yang datang akan

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

panjang urusannya. “Jangan mama, lu aja. gua

tungguin di sini.” Suara pintu mobil ditutup, Mingyu

tergesa. “Kelamaan, jawab dulu lu kenapa dan di

mana?” Wonwoo menghela napas, mengusap

perutnya sekali. “Toilet, gua lemes sekarang duduk

di lantai. Dingin Gyu.” Mingyu menggerutu dari

seberang sana, mencari kunci mobilnya. “Sama

mama, ya? Gua telpon mama dulu. Jangan nolak

Won, pikirin bayi kalo lu kenapa-napa. Lu bilang

gua punya hak kan? Yaudah sekarang gua pake hak

gua buat bantuin lu. Jangan nolak, di badan lu bukan

lu sendiri aja sekarang, ada anak lu, ada anak gua

juga. Tahan bentar, gua telpon mama.” Dan Wonwoo

diam, Mingyu tahu bagaimana menggunakan hak

yang Wonwoo janjikan.

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

Tak lama calon mertuanya datang, berteriak

melihat Wonwoo yang terduduk di lantai. Membawa

Wonwoo ke rumah sakit terdekat sesaat Mingyu

sampai. Tidak ada masalah selain Wonwoo yang

kelelahan, diminta istirahat dan beberapa vitamin

yang harus diminum selama kehamilan. “Wonwoo,

nginep tempat mama, ya? Supaya ada yang jagain.

Kasian kalau di kos sendiri.” Wonwoo tidak siap

dengan ini, terlalu cepat dan tentu tidak nyaman. “Di

kos aja ma, kan ada temen Wonwoo di sana. Ada

DK, bisa bantuin Wonwoo.”

Wonwoo menelan ludahnya, berharap

Mingyu membantunya tapi nihil dia diam saja

seperti menyetujui. “Jangan dong, nanti DK repot

nak. Kalau di rumah sama mama kan apa aja nanti

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

mama bantu. Iya kan Mingyu?” Wonwoo menatap

Mingyu, memohon untuk membantunya, tapi yang

keluar dari mulut Mingyu “Di apart sama Mingyu

aja gimana? Wonwoo pasti gak enak ngerepotin

mama, lagian ini anak Mingyu sama Wonwoo jadi

biar Mingyu yang ngurus. Kita bisa ma, tenang aja.”

Calon mertua Wonwoo akhirnya menyetujui, tapi

Wonwoo tidak suka keputusan Mingyu.

“Gua gak mau Gyu, gak nyaman. Gua belum

siap hidup bareng orang lain buat sekarang. Beda

cerita kalau nanti sudah nikah, lu pasti paham

maksud gua. Buat sekarang gua gak bisa, gua di kos

aja.” Mobil berhenti, mereka di depan kos Wonwoo

sekarang. “Tapi lu lagi lemes gini, mana tega gua

tinggalin gitu aja.” Wonwoo memejamkan matanya,

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

terlalu lelah berdebat. “Gua perlu istirahat, harus

tenang dan nyaman. Gua nyaman di kos dan gak bisa

Gyu kalo tiba-tiba gini. Udah ya? Ngertiin posisi

gua. Kalo lu masih gak bisa ninggalin gua, datang

aja pagi atau malam tiap hari. Okay?” Mingyu

memutar tubuhnya, menatap mata Wonwoo sebentar

lalu mengangguk. “Tapi kalau udah lemes kayak

barusan bilang, ya? Jangan dipaksain. Nanti gua cek

terus sampe kita pindah ke rumah. Won, teriak

panggil gua. Minta gua buat bantu lu, minta gua

menuhin tanggung jawab gua. Sekecil apapun itu

panggil gua, teriakin nama gua. Gak perlu takut gua

cape, gua bakal lebih cape ngerasa bersalah

ninggalin lu ngurus apa-apa sendiri, masalah lain

masih bisa nunggu Won. Semuanya bisa dikendaliin

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

senyaman yang lu mau, sebisa yang gua usahaain.”

Wonwoo mengangguk.

“Iya, gua minta semua yang lu janjiin itu

setelah ini. Udah dulu, ya? Gua masuk, ya?” Lengan

Wonwoo ditahan, “Boleh ngomong sama bayi?”

Wonwoo mengangguk lagi lalu memajukan

tubuhnya agar lebih dekat pada Mingyu. Diusap

perutnya, sudah bulan ke 5 sekarang semakin besar.

“Dek, bilang papa supaya gak kecapean soalnya

suka bandel tadi sampe hampir pingsan. Jagain papa

juga dek, gitu-gitu aslinya gampang nangis.”

Wonwoo menepuk tangan Mingyu di perutnya,

tanda tidak setuju. “Dek, om? Masih om

manggilnya, sebentar lagi panggil ayah ya? Kita

udah deal kan kemaren? Iya pokoknya om sebentar

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

lagi lulus, gak bareng papa tapi gapapa nanti papa

kamu nyusul setelah kamu lahir. Sehat-sehat ya dek,

papa kamu udah relain banyak hal buat kamu jadi

harus sehat supaya papa seneng. Om gak punya hak

bilang gini sih, tapi papa kamu hebat dek semua

dilakuin demi kamu. Om mau pulang dulu, papa

kamu kalo bandel lagi bilang sama om atau sama om

DK. Kalau mau apa-apa bilang aja dek, ngerengek

supaya papa kamu minta ke om. Udah dulu, om mau

pulang. Dadah adek!” Mingyu terkekeh setelahnya.

“Pulang ah, ngalor ngidul lo jadinya.

Langsung istirahat ya Gyu, besok masih ngurusin

Wisuda kan? Dua hari lagi. Gua dateng ya? Nanti

kalo udah selesai aja gua samperin, takut rewel lagi

guanya.” Mingyu mengangguk, masih fokus pada

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

perut Wonwoo, ingin mengusapnya kembali. “Iya, lu

juga istirahat. Jangan mikir yang berat Won, semua

bakal baik aja selagi lu dan bayi punya gua.”

Wonwoo menarik lengan Mingyu menuju

perutnya lagi, “Usap lagi aja, boleh kok. Makasih

buat hari ini om Mingyu, ayo semangat supaya adek

bisa manggil om ayah nanti.” Suaranya dibuat

seperti anak kecil, matanya menatap Mingyu yang

tersenyum di depannya dengan usapan kecil di

perutnya. “Iya, adek.”

Wisuda Mingyu sudah selesai, Wonwoo

datang bersama DK dengan bunga di tangannya.

Banyak yang menatap Wonwoo tentu saja, seperti

biasa namun lebih intens mungkin karena perutnya

yang sudah kelihatan itu. “Lu tiap hari diliatin gini

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

Won?” DK berbisik, heran dengan mata yang

mengikuti mereka sepanjang jalan dari awal masuk

kawasan kampus. “Udah biasa, tapi ini agak

berlebihan aja abis tau gua hamil. Itu Mingyu, ayo!”

Dia peluk Mingyu, lalu bersalaman dengan keluarga

Mingyu. Wonwoo mengenakan baju serasi dengan

keluarga Mingyu, foto wisuda bersama calon

keluarga katanya.

Tidak banyak, setelah foto dan makan siang

Wonwoo pulang diantar Mingyu lalu diakhiri

dengan kebiasaan baru Mingyu mengusap perutnya,

“Bentar lagi panggilnya ayah dek, udah gak sabar.

Bentar lagi jadi ayahnya adek.” Pernikahan tinggal

menghitung hari, Mingyu sibuk setiap hari

menggantikan Wonwoo mengurus ini dan itu. “Gyu,

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

udah bisa istirahat sampe besok. Lu cape banget

pasti, besok cuma ambil jas doang. Gua bisa sendiri

kok.” Mingyu tentu tidak setuju dan berakhir mereka

datang bersama. Tidak ada yang perlu dipermak lagi,

mereka sudah bisa tenang sekarang hingga h-1 untuk

memastikan dekorasi di tempat acara.

--

Make up, setelan, musik, dekorasi, tamu,

makanan, semuanya sempurna. Wonwoo sebentar

lagi keluar, bertemu Mingyu sebagai pasangannya

bukan lagi sebatas teman kuliah. Mereka sudah

membicarakannya kemarin, panggilan mereka harus

dibenahi menjadi lebih masuk akal tidak lagi lu-gua

seperti biasanya. “Gua ngikut, lagian nanti tetap

harus dibiasain takut adek ngikut pake lu-gua apa

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

gak dibebat sama mama.” Mingyu itu sempurnanya

Wonwoo sekarang, semua menjadi lebih indah dari

sudut pandang manapun. Ada rasa takut kalau-kalau

ibunya tiba-tiba datang, atau mungkin Jeonghan

datang bersama Cheol dan menghancurkan

semuanya. Tapi tidak mungkin, mereka tidak

senekat itu. Tidak mungkin seberlebihan itu,

Wonwoo mengucap mantra agar menenangkan

dirinya.

Ada DK di sampingnya sekarang, mata DK

sudah berkaca-kaca sejak datang dan

menghamburkan tubuhnya pada tubuh Wonwoo.

Mengucap selamat dan “Gua gak tau lu malah nikah

sama Mingyu gini, berasa gak ada gunanya gua jadi

temen kalo inget gimana Mingyu langsung ambil

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

alih tanggung jawab buat bayi itu sendirian. Won,

bahagia abis ini jangan sedih lagi. Gua gak terima

kalo sampe lu gak bahagia abis ini. Gua masih ada

di sini buat lu, kalo ada apa-apa bilang ke gua. Minta

bantuan gua, sebisanya gua bantuin.” Tidak ada

waktu lagi, mereka harus masuk sekarang, biarkan

DK dengan tangisannya sendirian.

Musik mengalun, iramanya mengikuti tiap

langkah Wonwoo. Ruangan penuh dengan tamu,

semua mengarah pada Wonwoo. Senyum mereka

merekah, ada sedikit terdengar bisik dari kanan dan

kiri. Mata Wonwoo fokus ke depan, mencari mata

Mingyu, mencari separuhnya. Mata mereka

bertemu, mengikat satu sama lain. Senyum Mingyu

terlihat mengarah ke Wonwoo, dibalas dengan

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

senyum tipisnya. Terus melangkah menuju Mingyu,

semakin dekat, semakin keras terdengar degup

jantung Wonwoo bertalu. Telapak tangan Mingyu

menyambut Wonwoo, menggenggam jemarinya

naik ke atas loka Mingyu berpijak, di hadapan

Mingyu.

“Membersamai Wonwoo hingga mati dalam

sedih, senang, sehat maupun sakit.”

“Membersamai Mingyu hingga mati dalam

sedih, senang, sehat maupun sakit.”

Cincin disematkan, tubuh keduanya

mendekat, menatap mata satu sama lain. Semakin

dekat dan Mingyu mengedipkan matanya pelan

meminta izin kepada Wonwoo, dan dijawab dengan

anggukan kecil. Labium keduanya bertaut dengan

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

mata terpejam merasakan keintiman, singkat,

ciuman pertama mereka terasa seperti mengikat

bersama janji yang telah diucap. Saling

membersamai janji keduanya, semoga bisa

menuntaskan ikatan hingga maut memisahkan.

Keduanya mengenakan setelan berwarna

putih dengan boutunniere dari bunga kering sesuai

dengan tema pernikahannya, classic. Musik

dimainkan oleh orkestra berskala kicil yang

sejujurnya Wonwoo rasa berlebihan. Setelan

berwarna pastel dengan headband bunga di kepala

para tamu wanita. Saatnya menjamu tamu satu

persatu.

Semua tahu dengan kabar Wonwoo yang

sedang mengandung, tanpa terkecuali termasuk

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

keluarga besar Mingyu. “Tante pikir Mingyu gak

bakal secepet ini lho… ngelangkahin banyak

sepupunya mana langsung punya anak gini. Bukan

menyinggung ya, tapi tante ikut seneng. Siapa yang

nyangka Mingyu bisa punya anak.” Mingyu

menarik Wonwoo mundur, tidak akan habis

pembahasan ini. “Mingyu ajak Wonwoo makan dulu

tante, kasian dedeknya minta zuppa soup.” Wonwoo

mendelik, tante tertawa. “Aduh adek, makan dulu

sayang. Jangan makan yang gak mateng Gyu. Gak

boleh.” Mingyu tersenyum, membawa Wonwoo

jauh dari keluarganya.

“Lo emang suka gini kalau acara keluarga?”

Duduk Wonwoo sudah tidak bisa tegak seperti biasa,

kurang nyaman katanya. Bersandar pada kursi

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

menatap Mingyu dengan piring di tangannya.

“Gimana? Suka sop iga gak Won? Atau mau soto?

Aku-kamu, kan udah janji kemaren gak pake lu-gua

lagi Wonwoo” Masih sibuk dengan piringnya.

“Ayah kamu bawel dek. Mau cake aja Gyu.” Mingyu

tersipu, ingat kalau status keduanya sudah berubah

sekarang. “Makan nasi dek, cake gak bikin

kenyang.” Dikulumnya senyumnya, malu kelihatan

jelas oleh Wonwoo. “Gak suka nasi ayah, maunya

cake.” Mingyu mendelik, tidak dia biarkan Wonwoo

dan anaknya itu makan sembarangan. “Nasi ya dek,

ayah suapin.” Setelah berdebat panjang akhirnya

Wonwoo memilih zuppa soup seperti yang Mingyu

katakan di awal.

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

“Habis ini satu kamar dong Gyu?” Mingyu

terdiam, statusnya sebagai suami Wonwoo tentu saja

satu mereka kamar sekarang. “Kamu bakal nyaman

gak kalo sekamar? Atau langsung pulang ke rumah?

Nanti sementara pisah dulu kamarnya.” Coba

bayangkan menjadi Wonwoo, dengan Mingyu yang

seperti ini apakah akan mengiyakan ide pisah kamar

itu?

“Aku nanya doang, gak masalah kok satu

kamar. Dibiasain mulai sekarang. Iya kan dek? Bobo

sama ayah ya dek nanti malam?” Lagi, Mingyu

tersipu dibuatnya. “Dek, papa kamu itu emang suka

gini ya? Flirty abis, baru tau ternyata Wonwoo itu

kayak gini. Beda kalo sama ayah dulu, sok keras

@melampauw
Dia Berjanji dan Aku Percaya

makanya ayah dulu gak pernah kepincut.” Wonwoo

tergelak.

“Udah beda statusnya, apa salahnya kalo

flirty sama suami sendiri?” Lagi dan lagi Mingyu

tersipu. “Suami… iya ya? Apa salahnya?” Masih

sibuk meredakan senyum masing-masing, Mingyu

kembali bertanya. “Kalo gitu, udah boleh dipanggil

sayang dong? Sayang.”

“Sayang.”

Lagi, lagi, dan lagi Mingyu tersipu karenanya.

@melampauw

Anda mungkin juga menyukai