Anda di halaman 1dari 7

Permen Ajaib

Oleh : Reflina Intan Salsabila

Tidak banyak yang kuingat di masa-masa kecil dulu, tapi yang pasti aku
tinggal bersama embah putriku karena kedua orang tuaku pergi
merantau ke daerah Sumatera. Embahku tinggal di sebuah dusun
terpencil di Kabupaten Pati, Jawa Tengah sejak usiaku masih beberapa
bulan sampai kemudian aku 9 tahun baru tinggal bersama kedua orang
tuaku setelah mereka memutuskan untuk menetap di kelurahan yang
ada di daerah Kabupaten Pati. Aku bersama kakak laki-lakiku diasuh
oleh Embah dan Bu Lek, Embah kakungku sudah meninggal jauh
sebelum aku lahir sedangkan Bu Lekku masih lajang.

Ada satu peristiwa yang masih aku ingat saat berusia 4 tahun dulu,
mungkin tidak serinci kisah sebenarnya tapi hal ini masih berefek
sampai saat aku sudah di bangku SMU. Awal mula kejadian ini waktu aku
bermain ke rumah sepupu yang terletak kira-kira 1 km dari rumah
Embah, aku diajakin main ke rumah tetangga sepupu di sana sudah ada
anak-anak yang lain juga.

Ada seorang anak laki-laki sebaya denganku yang menjadi pusat


perhatianku selama bermain bersama tersebut, tingkah lakunya benar-
benar membuat penasaran. Dia selalu mengeluarkan suara seperti
sedang menyesap permen.
"Bud, kamu sedang apa ngisep permen kok ga habis-habis dari pagi
tadi?" Tanyaku

"Ini enak banget tau, kamu mesti nyoba…!" Jawabnya

"Emang itu permen apa?"

"Permen ini tidak usah beli, gratis! Kamu cukup tidak usah menggosok
gigi seminggu, permen ini otomatis ada di mulut kamu, manis banget!"

Karena aku penasaran, setelah pulang ke rumah aku beniat untuk


mendapatkan permen seperti Budi juga yaitu dengan cara tidak
menggosok gigi selama seminggu. Hari pertama masih baik-baik saja,
aku acuhakn saja meski mulut terasa asam. Hari ke dua aku masih
bertahan, mulut terasa asam dan sedikit bau tidak enak keluar dari
mulutku. Hari ke tiga bau mulut sudah menyengat dan rasa asampun
sangat tidak enak, aku menghindari interaksi dengan orang-orang di
sekitar.

Beberapa orang sudah menegur kenapa mulutku bau sekali, ada yang
menanyakan kamu ga gosok gigi ya dan ada pula menanyakan makanan
apa yang ku makan sehingga berakibat seperti itu. Hari berikutnya
masih tetap sama, tetap bertahan untuk tidak gosok gigi meski sudah
terasa ngilu, bau, dan asam yang teramat sangat. Hari keenam hampir
saja aku menangis karena ketidaknyamanan, tapi segera teringat
perjuanganku tinggal satu hari lagi untuk mendapatkan permen ajaib
yang istimewa itu.

Hari terakhir yaitu hari yang ke tujuh pagi-pagi sekali


"Huaaaaaaaaaaaaaaaa.....!!! Hik...hik..hik...!!!" Aku menangis
sekencangnya karena merasakan sakit gigiku yang teramat sangat,
Embah dan Bu Lek serta merta berlarian ke kamarku dan bertanya apa
yang terjadi padaku. Kemudian aku menunjukkan mulutku dengan jari
telunjuk dan mereka terkejut melihat perubahan yang terjadi.

"Kamu kenapa Ros?" Tanya Embah

"Gigiku sakit banget Mbah?" Jawabku

"Lho, kok bisa?" Embah bertanya lagi

Akupun menjawabnya, "Iya Mbah, aku ga gosok gigi seminggu. Karena


kata Budi kalau aku ga gosok gigi seminggu nanti aku bisa mendapatkan
permen langsung ada di mulutku tanpa harus membeli dan katanya lagi
rasa permen itu enak sekali, ga habis-habis. Huuuu...hu...hu..."

"Oalaaah....pantesan beberapa hari ini kalau kamu bicara ada bau-


baunya gimana gitu, ternyata ga gosok gigi to...Semnggu lagi....Benjolan
yang di gigi Budi itu bukan permen tapi gusinya yang bengkak seperti
kamu ini karena tidak menggosok gigi. Yo wes nanti jam 9 kita ke
Puskesmas di Wedari biar diperiksa gigimu, lain kali Tanya dulu sama
Embah atau Bu Lek kalau mau melakukan sesuatu yah dan tentunya gak
diulangi lagi kan bertahan untuk tidak gosok gigi selama seminggu lagi"
Ceramah Bu Lek sembari senyum-senyum.

Aku hanya nyengir menahan sakit gigiku sambil mengiyaka yang


dikatakan Bu Lek.

Aku benar-benar kapok untuk mencoba tidak gosok gigi lagi, gigi
gerahamku sudah mulai berlubang dan sampai SMU masih kumat nyeri
giginya.

Tentu, saya bisa membantu Anda untuk menambahkan cerita cerpen


menjadi 750 kata. Berikut ini tambahan cerita:

Waktu berlalu, dan kejadian itu tetap menghantui pikiranku selama


bertahun-tahun. Meskipun sekarang aku telah tumbuh dewasa,
peristiwa itu selalu menjadi kenangan lucu dalam hidupku. Tetapi itu
juga mengajarkan pelajaran berharga tentang kebersihan dan kesehatan
gigi.
Setelah peristiwa itu, Embah dan Bu Lek selalu memberiku nasihat bijak
tentang pentingnya merawat gigi. Mereka mengajari aku cara menyikat
gigi dengan benar, menggunakan benang gigi, dan rajin periksa gigi ke
dokter gigi. Pelajaran itu membekas dalam diriku, dan aku menjadi
pribadi yang sangat memperhatikan kesehatan gigi.

Selama masa remaja, aku terus mematuhi kebiasaan itu. Aku selalu
menjaga gigiku agar tetap bersih dan sehat. Mereka yang pernah
menyaksikan aku dalam keadaan malodorus itu pun pasti terkejut
dengan perubahan drastis dalam kualitas napasku. Aku tidak lagi
mengalami bau mulut yang tak tertahankan, dan gigiku tetap kuat dan
sehat.

Namun, cerita itu juga mengajarkan aku bahwa ada pelajaran yang lebih
dalam dari sekadar kebersihan gigi. Itu mengajarkan aku untuk tidak
terlalu mudah tergoda oleh janji-janji yang terlalu bagus untuk menjadi
kenyataan. Terkadang, kita harus waspada terhadap godaan yang
seakan-akan terlalu baik untuk menjadi kenyataan.

Dalam perjalanan hidupku, aku telah menghadapi banyak godaan dan


tawaran yang menggiurkan. Beberapa di antaranya sangat menggoda,
seperti penawaran pekerjaan impian atau kesempatan besar. Tetapi
pengalaman masa kecilku dengan "permen ajaib" itu selalu menjadi
pengingat bahwa ada hal-hal yang perlu diwaspadai, terutama jika
tawaran itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
Aku juga belajar bahwa cerita-cerita lucu seperti itu adalah bagian dari
hidup. Mereka yang pernah mendengar cerita tentangku yang berusaha
mendapatkan "permen ajaib" itu selalu tertawa dan mengingatkan aku
akan hal itu. Mungkin cerita itu tidak akan pernah pudar, dan aku yakin
akan terus menjadi kenangan yang menyenangkan dalam hidupku.

Selain itu, peristiwa itu mengajarkan aku pentingnya berbicara dengan


orang yang lebih berpengalaman, seperti Embah dan Bu Lek, sebelum
melakukan sesuatu yang mungkin berisiko. Mereka adalah sumber
pengetahuan dan bijak yang selalu siap membimbing dan memberi
nasihat. Pelajaran itu selalu kuingat, dan aku selalu berusaha untuk
mendengarkan saran dari orang-orang yang lebih berpengalaman.

Jadi, meskipun peristiwa itu terjadi dalam kisah masa kecilku yang
penuh tawa, ceritanya tetap memiliki makna mendalam. Ia adalah
pengingat untuk waspada terhadap godaan yang terlalu bagus untuk
menjadi kenyataan, dan juga pengingat bahwa ada pelajaran yang bisa
kita ambil dari setiap pengalaman, bahkan yang paling lucu sekalipun.

Sekarang, sebagai orang dewasa, aku senang bisa berbagi cerita ini
dengan orang lain. Semoga cerita ini juga bisa menjadi pengingat bagi
siapa pun yang mendengarnya, tentang pentingnya kebersihan gigi dan
berpikir dua kali sebelum terlalu tergiur oleh janji-janji yang terlalu
manis. Dan yang paling penting, semoga cerita ini bisa menghibur dan
membuat Anda tersenyum, seperti yang terjadi pada diriku setiap kali
aku mengingat kisah "permen ajaib" itu.

Anda mungkin juga menyukai