Tidak banyak yang kuingat di masa-masa kecil dulu, tapi yang pasti aku
tinggal bersama embah putriku karena kedua orang tuaku pergi
merantau ke daerah Sumatera. Embahku tinggal di sebuah dusun
terpencil di Kabupaten Pati, Jawa Tengah sejak usiaku masih beberapa
bulan sampai kemudian aku 9 tahun baru tinggal bersama kedua orang
tuaku setelah mereka memutuskan untuk menetap di kelurahan yang
ada di daerah Kabupaten Pati. Aku bersama kakak laki-lakiku diasuh
oleh Embah dan Bu Lek, Embah kakungku sudah meninggal jauh
sebelum aku lahir sedangkan Bu Lekku masih lajang.
Ada satu peristiwa yang masih aku ingat saat berusia 4 tahun dulu,
mungkin tidak serinci kisah sebenarnya tapi hal ini masih berefek
sampai saat aku sudah di bangku SMU. Awal mula kejadian ini waktu aku
bermain ke rumah sepupu yang terletak kira-kira 1 km dari rumah
Embah, aku diajakin main ke rumah tetangga sepupu di sana sudah ada
anak-anak yang lain juga.
"Permen ini tidak usah beli, gratis! Kamu cukup tidak usah menggosok
gigi seminggu, permen ini otomatis ada di mulut kamu, manis banget!"
Beberapa orang sudah menegur kenapa mulutku bau sekali, ada yang
menanyakan kamu ga gosok gigi ya dan ada pula menanyakan makanan
apa yang ku makan sehingga berakibat seperti itu. Hari berikutnya
masih tetap sama, tetap bertahan untuk tidak gosok gigi meski sudah
terasa ngilu, bau, dan asam yang teramat sangat. Hari keenam hampir
saja aku menangis karena ketidaknyamanan, tapi segera teringat
perjuanganku tinggal satu hari lagi untuk mendapatkan permen ajaib
yang istimewa itu.
Aku benar-benar kapok untuk mencoba tidak gosok gigi lagi, gigi
gerahamku sudah mulai berlubang dan sampai SMU masih kumat nyeri
giginya.
Selama masa remaja, aku terus mematuhi kebiasaan itu. Aku selalu
menjaga gigiku agar tetap bersih dan sehat. Mereka yang pernah
menyaksikan aku dalam keadaan malodorus itu pun pasti terkejut
dengan perubahan drastis dalam kualitas napasku. Aku tidak lagi
mengalami bau mulut yang tak tertahankan, dan gigiku tetap kuat dan
sehat.
Namun, cerita itu juga mengajarkan aku bahwa ada pelajaran yang lebih
dalam dari sekadar kebersihan gigi. Itu mengajarkan aku untuk tidak
terlalu mudah tergoda oleh janji-janji yang terlalu bagus untuk menjadi
kenyataan. Terkadang, kita harus waspada terhadap godaan yang
seakan-akan terlalu baik untuk menjadi kenyataan.
Jadi, meskipun peristiwa itu terjadi dalam kisah masa kecilku yang
penuh tawa, ceritanya tetap memiliki makna mendalam. Ia adalah
pengingat untuk waspada terhadap godaan yang terlalu bagus untuk
menjadi kenyataan, dan juga pengingat bahwa ada pelajaran yang bisa
kita ambil dari setiap pengalaman, bahkan yang paling lucu sekalipun.
Sekarang, sebagai orang dewasa, aku senang bisa berbagi cerita ini
dengan orang lain. Semoga cerita ini juga bisa menjadi pengingat bagi
siapa pun yang mendengarnya, tentang pentingnya kebersihan gigi dan
berpikir dua kali sebelum terlalu tergiur oleh janji-janji yang terlalu
manis. Dan yang paling penting, semoga cerita ini bisa menghibur dan
membuat Anda tersenyum, seperti yang terjadi pada diriku setiap kali
aku mengingat kisah "permen ajaib" itu.