Anda di halaman 1dari 6

1

OriSiro
Aku punya banyak impian, ratusan, bahkan ribuan. Tentang apapun. Aku selalu menempelkannya di dinding agar aku terus diingatkan pada target yang harus dicapai. Satu diantaranya, aku wujudkan bersama ketiga temanku. Memiliki kedai es krim rempah. OriSiro. Sepeda motor kami berhenti di depan toko rempah Pasar Gede. Ketika melangkah masuk, aroma aneka rempah langsung menyapa hidung kami. Pemilik toko berwajah Cina tersenyum manis, menanyakan rempah yang akan kami beli. Aku dan Eva mulai menunjuk-nunjuk beberapa rempah sesuai dengan resep yang akan kami buat. Ada kencur, serai, jahe, adas, pulosari, manis jangan, kapulaga, cabai jawa, lada hitam dan pekak. Eva sempat berbisik waktu keluar dari toko tentang keyakinanku membangun usaha ini. Yakin sekali Va, es krim rempah masih jarang ada di Solo. Jadi menurutku, usaha ini punya peluang bagus. Jika kita yakin, Tuhan pasti menerangi jalan kita. Mengabulkan setiap tekad dan usaha yang kita lakukan. Jawabku kembali menyakinkannya. Eva mengangguk, menatap mataku dalam, mungkin mencoba membacanya. Tapi aku sangat optimis dengan hal ini. Setelah itu aku menyakinkan dua temanku yang lain; dik Zain dan dik Ifah. Dan, sesuai dengan harapan, akhirnya mereka semua mau bergabung mewujudkan impianku yang kini menjadi impian bersama. Yes, jalanku semakin dipermudahkan oleh Allah. Impian adalah sesuatu yang sangat aku impikan, tapi aku tidak suka jika ada orang yang menghina impianku. Mimpiku saat itu berwirausaha ketika masih memegang title mahasiswa.. Saat di shelter kampus, tiba-tiba Bimo menanyakan usaha yang akan kami realisasikan. Meskipun bersahabat karena magang disatu tempat dan duduk di kelas yang sama, aku kadang bingung dengannya. Jadi orang itu tahu diri. Bermimpi sih boleh tapi jangan tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh bakalan sakit. Kata Bimo padaku, aku dan Eva memanyunkan bibir dan mengangkat bahu. Padahal sesungguhnya sudut hatiku langsung terusik. Bagiku, orang hidup harus punya impian, punya passion, punya tujuan. Jika dia tidak punya itu dalam jalan hidupnya. Aku yakin, hidupnya lempeng aja.

Kamu baru tahu rasanya kalau sudah mengalami. Aku juga punya mimpi tapi hanya yang bisa aku capai. Aku mendengus kesal. Lihat saja Bimo, akan aku buktikaaan, tidak untuk kamu saja tapi juga untuk orang-orang yang mempesimiskan impiannya. Hari pertama memulai usaha, aku dan Eva mengambil start tiga jam sebelum kuliah dimulai. Untungnya, kemudahan kami dapatkan saat meminta bantuan bu RT depan kosku. Dan beliau mengizinkan kami bereksperimen di dapur dengan segala sarana dan prasarana. Hingga hampir mendekati setengah empat kuliah sore mata kuliah microteaching dimulai tapi pekerjaan kami di dapur belum kelar 100%. Mungkin Bimo memang peduli pada kami. Nyatanya meski sedikit sinis, kini ia malah membantu kami berkoar-koar menawarkan produk kami pada mahasiswa di gedung E PBS FKIP UNS. Eva pergi ke ruang dosen dan aku berkeliling mencari pembeli di lobi gedung. Sedangkan dik Zain yang melayani dengan skup dan cone. Delapan kali kami berjualan tentu bukan hal yang mudah. Tapi kami tak mengenal kata menyerah meskipun tak pelak kadang kami terjatuh dan harus bangun. Tapi tak apa, bukankah dulu waktu kami kecil dan belajar berjalan kami harus mengalami jatuh berkali-kali dan kami tidak menyerah. Sekarang, kami ingin menekuninya kembali dalam konteks yang berbeda. Mungkin saja terkadang aku terlihat begitu pemimpi. Dalam hidup aku selalu menggenggam utuh lingkaran impianku. Tak kupedulikan bagaimana orang memandang diriku dan caraku hidup. Aku hanya tahu satu: aku harus bisa mewujudkannya. Kalau misalnya usaha kamu itu menganggu kuliah, mbok ya ndak usah dulu. Kuliah yang benar, rajin belajar. Diselesaikan dulu saja, baru berwirausaha. Suara bapak di telepon seakan masih terngiang terus. Mboten kok Pak, Mega bisa menjalaninya. Mega yakin tidak menggangu kuliah. Belaku. Aku bukan hanya sekedar membela tapi aku memang sedang mencoba meyeimbangkan keduanya. Antara wirausaha dan jadwal kuliah. Aku sangat suka memeluk mimpi. Tapi orang masih saja salah dalam mengartikannya. Mimpi adalah bunga tidur, lalu bagaimana dengan impian? Apakah ia

juga hanya sebatas bunga tidur? Bagiku impian adalah bunga kehidupan yang aku jalani untuk sekarang dan untuk masa depan. Aku ingin kembali mengaris tebal kata-kata yang selalu aku dengungkan Aku sangat serius dengan impianku dan hal tersebut bukan menjadi penghalang kuliah melainkan pemacu dan pemicu semangatku. Aku akan menanamnya. Seperti ketika aku bermain Zen Garden di game Plants vs. Zombies yang ada di laptopku. Penuh suka cita aku menabur benih, memberinya air, memupuk, memberi musik, merawatnya agar terhindar dari hama yang menyerang. Maka keajaiban itu akan datang dan aku siap menuainya. Aroma aneka rempah menelisip ke dalam alveolus Pras. Dia terlihat begitu menyukainya. Hampir setiap hari bertandang sepertinya tak pernah membuat ia jera dan jenuh. Paling tidak ia tak pernah menyesal menyendoki habis es krim lada hitam kesukaannya. Prasetyo adalah pelanggan kedai kami yang setia. Beberapa minggu yang lalu aku baru tahu ternyata ia bukan orang indonesia asli meskipun terlihat dominan Jawa tapi ternyata ia tidak berasal dari Jawa melainkan Suriname, saudara jauh. Sebenarnya bukan hanya Pras saja tapi juga ada banyak masyarakat, pelajar, dan mahasiswa menjadi pelanggan kami terutama mahasiswa asing. Ada Sean, Lee, Ah Jung, Mey, Christian, Fara, Ki Joon, Rei Chan, Moses dan Rudy serta yang masih banyak lagi yang aku tidak begitu hafal namanya. Bagi kami pelayanan yang baik akan membawa dampak yang baik pula. Berikan yang terbaik untuk orang lain baru dirimu dan bantu orang lain untuk berdiri menang baru kamu. Lonceng kecil di pintu masuk bergemerincing menandakan seorang pembeli datang lagi. Aku menyambut dengan senyum semakin lebar. Ternyata tebakan salah, dia Eva yang baru saja datang bertandang memamerkan kebahagiaannya. Sudah tiba? Ketemu dosen nggak? Tanyaku.

Eva memamerkan senyum lebarnya. Aku pesan es krim Original ya, please. Lagi bahagia banget nih, entar aku bayar kok. Ujar Eva dengan raut bersemangat, mungkin lebih dari kata itu. Very full bersemangat. Pasti tembus ketemu dosen pembimbing skripsi dan disetujui lagi nih. Batinku ikut senang. Syukurlah ia menyusulku untuk segera memantapkan paling tidak tiga bab sebelum semester tujuh berakhir. Kami memang bertekad untuk lulus lebih cepat atau kalau tidak tepat empat tahun tapi tidak penuh. Bersamaan dengan anggukanku pada pesanan Eva, rinai rintik jatuh menempel di kaca depan. Aku menghentikan gerak, mengalihkan perhatian. Pras memandang gerimis di luar tanpa minat sembari menusuk-nusuk es krim lada hitam dengan nikmatnya. Saat aku melihat kearahnya Pras tersenyum bersahabat. Jadi meskipun hujan dan aku berada di kedai ini. Aku tidak akan bte kok. Ada es krim lada hitam yang menemaniku. Aku sangat menyukai kreasi kedaimu dengan lada hitam, ia selalu berhasil membuatku merasa hangat. Sahutnya cepat membuat senyumku terkembang ada-ada aja. Dua perempuan datang dengan pakaian yang terkena titik hujan masuk menuju ruang belakang, tak sabar menghempaskan dirinya. Tertawa lepas bersamaan. Aku menghampirinya menyerahkan sekotak tisu. Dik Zain dan dik Ifah berebut mengambil tisu tersebut untuk mengelap titik-titik hujan diwajahnya. Mbak Eva, Mbak Megaaaa masih ingat dengan lonceng kecil di pintu masuk yang bergemerincing tepat tanggal 7 Mei kemarin lusa? Tanya dik Ifah yang terburu dijawab dik Zain. Ternyata itu adalah tim peninjau. Proposal pengajuan dana di program mahasiswa wirausaha alias PMW kita akhirnya tembuuuuus juga, horeeeee. Teriak dik Zain tanpa mampu ditahan. Aku menutup wajah. Kemudian tertawa dan menangis terharu disaat yang bersamaan. Hal yang sama ternyata dilakukan juga oleh Eva. Prasetyo melihat kami dengan senyum dan dahi yang berkerut. Begini ceritanya, ujarku membuka lembaran kisah kami. Kulihat raut wajah Pras yang serba ingin tahu. Aku menceritakan semua detail padanya. Bagi kami tidak ada rahasia khusus di kedai kami. Dengan senang hati, semua kami bagi.

Bagi kami, sukses bermanfaat bagi orang lain. Bagi kami, kontribusi yang terbaik adalah tujuan dan passion. Mungkin kami masih berupa api kecil. Tapi dengan bantuan dari segala penjuru, kami pasti bisa membesarkan api kami. Plan B kita apa jika tidak lolos? tanyaku pada dik Zain. Dik Zain dengan semangatnya berseru. Kalau aku sih tetep maju Mbak. Ah, aku punya ide dik. Kalau ini tidak lolos, gimana kalau kita mengajukan proposal ini pada teman-teman bapak kita dan para dosen. Siapa tahu mereka mau menanam modal istilah halusnya. Tapi dalam waktu dua tahun kita kembalikan. Gimana? Bagus Mbak, aku juga setuju dengan ide itu tapi tetap saja kita perlu memberitahu Mbak Eva dan Ifah. Nanti kalau mereka enggak setuju dan enggak mau, aku masih punya semangat untuk merealisasikannya mbak. Sahutnya penuh bara semangat. Siiip, sekarang kita daftar orang-orang yang akan kita tembusi ya. Ternyata sebelum kami memasukkan proposal pengajuan dana. Dana sokongan PMW telah disetujui dan kami terima. Plan A lolos dan plan B masih kami gunakan sebagai pengembangan sayap usaha OriSiro. Syukurlah, perjalanan waktu mematangkan semuanya. Akhirnya sesuai dengan yang tertulis dalam proposal usaha, setiap tahun kami mampu membuka cabang di setiap kota. Kini kami mempunyai tiga kedai di wilayah Yogjakarta, Bali dan Jakarta. Jika kalian menemukan kedai es krim rempah OriSiro, kami persilahkan untuk mencobanya. Kami peduli pada kesehatan konsumen, selain itu kami ingin mengenalkan aneka rempah pada generasi muda serta tak lupa kami ingin turut andil melestarikan budaya juga. OriSiro mempunyai arti bahwa racikan bumbu yang kami ramu adalah original dari kami untuk Siro atau dalam bahasa Indonesianya kamu. Kami sajikan dari segi rasa dan kualitas yang terbaik dari kami untuk anda. Es krim yang dingin menyatu dengan rempah yang menghangatkan. Selamat mencoba. Pelanggan kami bermula dari coba-coba. Dan selamat menikmati sensasi dan rasanya. SELESAI.

BIODATA

NAMA LENGKAP NIM JURUSAN/PRODI/SEMESTER VI FAKULTAS/ KAMPUS TEMPAT/TANGGAL LAHIR ALAMAT RUMAH SRAGEN ALAMAT KOS SURAKARTA TELP/ HP EMAIL

: EKA MEGA CYNTHIA : K1209023 : PBS/ BAHASA DAN SASTRA INDONESIA/

: FKIP UNS : KARANGANYAR, 18 MARET 1991 :GENJAHAN 034, JIRAPAN, MASARAN,

:PANGGUNGREJO

RT02/RW23,

JEBRES,

: 081915343655 : andromedalion@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai