Anda di halaman 1dari 32

Cerpen

MENEMUKAN DOMPET

Sudah beberapa bulan aku menunggu panggilan kerja. Rasanya hariku pilu bingung tanpa
arah. Kerjaanku hanya luntang-lantung di rumah. Aku bingung harus ngapain. Ingin usaha
tapi tak punya modal. Suatu hari, kuniatkan untuk bertemu teman-temanku, sekedar
berbagi tentang masalahku ini.

Saat jalan menuju rumah temanku, di samping jalan sedikit ujung dari trotoar, aku melihat
sebuah dompet berwarna hitam. Kuhampiri dompet itu, kubuka, dan kulihat isinya. KTP,
SIM A, beberapa surat- surat penting, tabungan yang isinya fantastis, dan sebuah kartu
kredit. Dalam pikiranku muncul suara agar aku menggunakan isi dalam dompet itu.

Tapi tidak, aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya. Tak selang berapa lama
setelah aku pulang dari rumah temanku, kukembalikan dompet itu. Bermodalkan alamat di
KTP, aku menemukan rumahnya di perumahan elit dekat dengan hotel Grand Palace.
Kupencet bel dan kemudian dibuka oleh tukang kebun yang bekerja di rumah itu.

“Permisi, Pak. Benarkah ini alamat Pak Budi?” Tanyaku.


“Iya benar. Anda siapa, ya?” Tanya tukang kebun.
“Saya Adi, ingin bertemu dengan Pak Budi. Ada urusan penting.”
“Baiklah silakan masuk, kebetulan bapak ada di dalam,” Pinta tukang kebun.
Aku masuk dengan malu-malu ke dalam rumah megah pemilik dompet yang kutemukan.
“Ada apa? Siapa Kamu?” Tanya pemilik rumah itu kepadaku.

“Saya Adi, Pak. Mohon maaf sebelumnya, saya menemukan dompet Bapak di trotoar
dekat hotel.”

“Oh, ya silakan duduk, Nak!”


Aku duduk di dekat beliau dan menyerahkan dompet yang kutemukan tersebut.
“Kau tinggal di mana, Nak? Dan bekerja di mana?” Tanyanya dengan penasaran.

“Di kompleks Asri Cempaka, Pak. Saya masih ngganggur sudah berbulan – bulan melamar
tapi belum dapat panggilan.” Tambahku.

“Kau sarjana apa?” Tanyanya. “Ekonomi Manajemen, Pak.” Jawabku.

“Oke baiklah, Nak. Di perusahaan Bapak sedang membuthkan staff administrasi.


Barangkali jika kamu tertarik bisa ke kantor saya besok pagi jam 9. Ini kartu nama saya.”
Sambung Pak Adi sambil menyodorkan kartu namanya padaku.

“Sungguh, Pak?”
“Iya, Nak. Saya membutuhkan karyawan yang penuh dedikasi dan jujur seperti dirimu ini.”
“ Terima kasih banyak, Pak.” Kataku tidak percaya, ini seperti keajaiban.
Unsur Instrinsik:

Tema : Nilai moral


Tokoh : Adi dan Pak Budi
Alur : Maju
Latar : Trotoar dekat hotel grand palace, di rumah pak budi, sedih, bahagia
Gaya Bahasa : Lugas
Sudut Pandang : Orang pertama
Amanat : Kejujuran adalah sifat yang mulia dan akan mendapat balasan kebaikan baik dari
orang sekitar maupun dari Tuhan.

Contoh Cerpen Persahabatan


Tinggal Kenangan

Pagi itu sangatlah cerah, mentari pagi muncul memancarkan sinar cerah dengan semangat
67 eh semangat 45 maksudnya. Sama denganku, hari ini adalah hari ulang tahun orang
yang sangat aku kagumi bahkan kucintai. Semua sudah aku persiapkan termasuk kue ultah
serta kadonya.

Aku masuk ke kelas dengan hati gembira dan bibir tersenyum-senyum sendiri. Kakiku
melangkah tepat di depan pintu masuk kelas dan disambut ceria oleh sahabat sahabatku
Syarif dan Renata.
Yaps! hampir lupa, aku Sherly kepanjangan dari Sherlyna rantika putri. Cewek manis
berkumis tipis yang kini sedang dilanda asmara cinta.

“Ciee yang senyum senyum sendiri, kenapa? sakit?” ucap Renata sambil menekan
tangannya ke jidatku.
“Apaan sih Ren, emang aku gila” ucapku (memanyunkan bibir 5 meter).
“Ya mungkin, ya gak Rif?” ucap Renata melirik Syarif.
“Betul, kenapa kamu Sher?” ucap Syarif.
“Hari ini tuh hari special banget buat aku, aku mau bikin suprise buat pangeran cecakku”
ucapku panjang lebar sambil bayangin apa yang akan terjadi nantinya.
Pangeran cecak? Ya, pangeran cecak adalah cowok yang aku kagumi selama ini. Aku
julukin pengeran cecak karena dia super duper takut sama cecak, namanya Tara.

Bel waktu istirahat pun tiba, siswa siswi berbondong bondong ingin memanjakan lidah dan
juga perutnya yang dari tadi demo minta makan.
“Hay guys, doain aku ya. Semoga rencana ini sukses berjalan mulus semulus jalan tol,
amin” ucapku.
“Oke, tuh ada Tara kebetulan banget deketin gih” ucap Syarif.
“Sukses ya say” ucap mereka berdua serentak serta kepala dimiringkan ala-ala Rita
sugiarto penyanyi dangdut.
Aku berjalan dengan pedenya sampai gak lihat ada batu di depanku, untungnya gak jatuh,
kalau jatuh malu dong sama pangeran cecakku.

Setelah melewati lorong lorong kelas, aku melihat Tara lagi berduaan sama Lyla cewek
yang paling aku benci karena gayanya yang kecentilan, sok cantik, sombong pokoknya aku
ilfeel banget deh sama dia. Tanpa sadar kue dan kadonya jatuh ke lantai, aku berlari
secepat mungkin sambil menangis.

Aku melihat ekspresi Renata dan Syarif kebingungan dengan tingkahku yang mula ceria
berubah drastis menjadi duka membara.
“Sherly, kamu kenapa?” ucap Renata sambil memelukku.
“Tara sama Lyla berduaan mereka mesra banget” ucapku terbata bata.
“Udahlah cari yang lain, masih banyak kok” ucap Syarif.

Sepulang Sekolah kurebahkan tubuhku di kasur empuk milikku. Kutatap langit biru
kamarku. Pikiran itu selalu terngiang ngiang di memory otakku. Kubangkitkan tubuh ini
menuju meja belajar.
Pena menari nari amat lambat di atas kertas polos putih. Kutulis kata puitis yang berisi
sesuai isi hatiku.

Tinggal kenangan.

Kuukir namamu dalam hatiku


Agar hati ini tak dalam kekosongan.
Meskipun kau telah menodai hati ini,
Akan kuhapus dengan sejuta air mata.

Aku rela mentari membakar kulitku


Aku rela kebahagiaanku kuberikan padamu
Asal kau bahagia.

Namun itu dulu


Sekarang sudah terbalut
Oleh balutan kenangan.

For Tara (pangeran cecakku)

Pagi ini mendung, mentari engan tul memancarkan sinarnya, sama dengan hatiku.
Mungkin mentari mengerti apa yang sedang aku rasakan.
Aku berjalan sempoyongan dengan mata sembab gara gara menangis semalaman menuju
kelasku disambut oleh sahabat sahabatku.

“Sherly kamu jangan begitu dong, kita kan juga turut sedih jadinya. Strong bro move on
bangkit dari keterpurukan ini” ucap Renata menenangkanku.
“Dan kamu jangan kaget ya, kalau Tara sama Lyla sudah jadiab kemarin. Aku tahu berita
ini dari Gita teman sekelas kita” ucap Syarif.
“Iya makasih ya sahabat sahabatku. Kalian itu orang yang selalu suport aku, aku sayang
kalian. Aku akan move on dari Tara dan selalu bersama kalian” ucapku menangis terharu.
Kita bertiga saling berpelukan.
Sahabat bukanlah selayaknya pacaran yang dapat putus atau nyambung. Namun, Sahabat
adalah persatuan yang abadi.

– Karya Septy Aisyah –

Contoh Cerpen Lucu


Diet Berakhir Jeruji

Adalah Joe, yang hanya bisa mengejar tukang bakso dengan pandangannya yang pilu, Joe
merupakan mahasiswa yang bisa dikatakan maniak weight loss, yang mengatur diet sehat
dan diet ketat -macam betul. Hari-hari ia isi dengan konsumsi makanan penuh gizi rendah
kalori, plus dengan hati yang tidak menikmati. Joe tidak menyadari bahwa ia tidak terlahir
kurus, kedua orangtuanya gemuk, hampir seluruh sanaknya gemuk, kecuali satu orang,
yaitu Alex, si buncit yang humoris.

Namun Joe percaya dengan motivasi dari seminar bisnis multilevel yang pernah
digelutinya 5 bulan lalu, “tidak ada yang tak mungkin”, “jika kalian ingin mencapai apa
yang kalian inginkan”, dan “sukses usia muda”, tentu saja sukses bagi Joe adalah sukses
menurunkan berat badan, apa yang membuat Joe tidak pernah berhasil adalah nafsu makan
yang sama besar dengan badan, memang ia memakan sayur, dengan porsi yang sangat
banyak.

Suatu hari ia membaca sebuah artikel “Tertawa dapat membakar lemak” dan dengan sangat
serius menanggapi, Joe sama dengan kedua orangtuanya, pemurung dengan muka
berlemak -sulit dibuat tertawa. Namun hari dimana ia membaca artikel itu adalah hari
dimana ia seolah terlahir kembali. Joe menjadi pribadi yang gampang sekali tertawa,
bahkan saat seseorang berbicara serius (pada saat itu Joe menerima caci maki), sikap Joe
yang berubah tentu mengundang berbagai penafsiran dari masyarakat, dan didominasi oleh
pandangan bahwa ia telah gila.

Sedikit namun sakit, Joe perlahan-lahan diabaikan, teman-temannya sering memandang


paham ke arahnya ketika ia mencoba berbicara hal yang lucu, hanya merespon berupa
tersenyum penuh simpati, keluarga Joe pun perlahan mulai mengabaikannya, dan ketika
Joe menimbang badannya, mendapati beratnya hanya berkurang sedikit, beberapa ons, ia
meningkatkan intensitas ‘latihannya’.

Hingga pada suatu pagi, pihak keluarga sudah tidak kuat lagi dan melaporkan Joe ke
rumah sakit Jiwa di pusat kota, dan sorenya datanglah sebuah avanza hitam ke rumah Joe,
membawa lima orang dokter jiwa (orangtua Joe sudah mengatakan sebelumnya kalau Joe
bertubuh besar dan suka melawan) dan menyeret paksa Joe ke dalam mobil, bahkan Joe
tetap tertawa karena salah satu motivasinya dalam latihan tertawa ini adalah “memandang
positif dari segala sesuatu”, singkat cerita, Joe harus menginap sampai waktu yang belum
ditentukan di balik jeruji besi yang dicat putih, berjalan dalam takdir, takdir untuk bersama
penghuni-penghuni lain yang juga melakukan ‘latihan’ yang sama.
Dan tibalah mereka di RSJ pusat kota, avanza itu diparkir tepat di depan pintu masuk, Joe
digiring layaknya tahanan, begitu sampai di dalam, semua orang terkejut, dengan wajah
‘inikah dajjal yang terkutuk itu’ Joe melirik marah ke sekeliling, seperti banteng
menghadap matador, kedua tangannya yang diborgol bergetar, dokter-dokter yang
menggiringnya mulai cemas, anak itu tepat seperti apa yang dikatakan orangtuanya -
pelawan.

Para dokter yang menggiring Joe mulai mempercepat langkahnya menuju kamar sel nomor
3 di ujung kiri, dekat tangga, yang di bawah nomornya bertuliskan ‘tidak perlu menunggu
mukjizat untuk sembuh’, borgol semakin bergetar, menimbulkan bunyi krincing-krincing
yang menarik perhatian hingga ke pintu depan, seolah akan ada yang kerasukan.

Sang satpam dengan rambut mangkuk, yang mejaga pintu depan bergegas menuju ke arah
para dokter yang bersama Joe, berlari dengan epik, pasalnya selama hampir 1 tahun ia
bekerja ia hampir tak pernah digunakan untuk mengamankan -ada satpam lain yang lebih
berwibawa untuk itu,

“Lepaskan aku! Aku bukan orang gila!” Teriak Joe seolah baru bangun dari hipnotis,
bagaimana bisa ia belum tahu sampai harus berada di depan pintu sel,
“Tenang-tenang, tenang-tenang” satu dokter mengurut-ngurut lengan Joe dengan hampir
profesional,

Satpam sudah sampai, Joe merasa seperti dibinatangkan, akhirnya meteran amarah sudah
sampai pada batasnya, Joe entah bagaimana caranya, dan di depan hakim para dokter akan
bersaksi,

“Saya melihat anak itu melepaskan borgol dengan kekuatannya, dan seketika itu kami
semua panik”

Kedamaian yang biasanya ada di sore hari RSJ tersebut, hilang dalam sekejap diganti riuh
yang menegangkan, alarm berbunyi, satu orang di ruang resepsionis tergesa-gesa menekan
nomor pada telepon yang ada di meja, para pasien di ruang bawah mendekatkan diri
mereka ke jeruji, bohong dengan wajah takut namun mereka sangat menikmati.

Satpam rambut mangkuk segera mencekik Joe dari belakang, Joe pun segera meresponnya,
dengan reflek serta kekuatan, yang dibangun dari setidaknya beberapa bulan diet ketat (dan
sehat), membuat badan besarnya tidak hanya besar bodoh, namun besar sehat yang di
dalam setiap ototnya terdapat kekuatan dari gizi makanan mahal. Joe langsung
menjungkirkan si satpam ke depan, tubuh satpam yang tadi menggantung di belakang Joe
terhempas keras ke lantai.

Si Satpam, muka ‘bule’nya memerah, matanya melihat ke atas sekali, hingga hanya putih
yang terlihat di matanya yang bulat, terkapar kejang-kejang, dan dadanya kembang-
kempis, persis seperti ingin mengeluarkan bunyi mirip kentut dari punggungnya yang
menempel di lantai. Para dokter ragu dalam keterburu-buruan yang seolah akan mengambil
tindakan mantap -namun tidak melakukan apapun.

Satu, dua dokter tumbang dengan satu dorongan, hanya dua pria yang takut berdiri dan
memilih untuk pura-pura mati, namun mata lebar Joe masih terfokus pada satu dokter,
yang berlari ke arah pintu depan, Joe bergegas mengejarnya, dengan lambat.
Polisi: Apakah ia berhasil mengejar anda?
Dokter: Tidak, saya berlari ke arah jalan besar, dan terus berlari sambil sesekali menoleh
ke arah rumah sakit, disana Joe, masih berdiri di luar dekat pintu, kepalanya menoleh ke
segala arah dengan dingin.
Polisi: Baik, baik pak, terima kasih, sekarang bapak boleh keluar lewat pintu yang di sana.
Dokter: T-t-terima kasih pak, kalau boleh tau, apa bapak pernah mendengar nama Joe?
Mana tahu, mana tahu ini kan, dia pernah melakukan tindakan kriminal.
Polisi: (mengangguk mantap) kami semua saudara Joe, ayo bapak yang di pintu itu sudah
menunggu pak dokter dengan tongkat baseballnya, silahkan.

-Karya Guido Gusthi Abadi-

Contoh Cerpen Cinta Romantis


Surat Cinta dan Sebatang Coklat

Aku mengintip dari balik pohon beringin, agak jauh dari gadis itu. Ia masih duduk
bersimpuh di sana. Wajahnya terlihat serius. Tangan indahnya terlihat sedang
menggoreskan tinta ke selembar kertas yang ia bawa dari rumah. Kulihat sebutir air mata
jatuh dari pelupuk matanya dan diikuti tetes-tetes air mata berikutnya. Ya, dia pasti
menulis surat lagi!

Beberapa menit berlalu, dia pun menyelesaikan suratnya dan memasukkannya ke dalam
sebuah amplop merah muda. Aku tetap pada posisiku. Gadis cantik itu pun berdiri,
meletakkan amplop itu di tempat biasa, tersenyum, kemudian beranjak pergi. Ketika dia
sudah tak terlihat lagi, dengan langkah hati-hati aku mendekati tempat dimana dia
meletakkan suratnya tadi. Kuambil surat itu, kubuka perlahan, dan mulai membacanya…

Kepada: Arvito Abi


Ketika aku menulis surat ini, suasana di sekeliling aku sangat sepi, Vit. Aku tak pernah
berpikir sebelumnya, bahwa kesepian ini kamu rasakan setiap hari. Aku merasa menjadi
perempuan tak berguna karena tak bisa selalu menemani kesendirianmu. Maafkan aku
hanya bisa datang setiap Sabtu pagi untuk sekedar melepas kerinduanku padamu. Aku
benar-benar rindu, Vit…

Hari ini, aku ingin menceritakan banyak hal ke kamu…


Vito, kamu pasti ingat dulu kamu pernah berkata bahwa kamu ingin memiliki sebuah
rumah yang letaknya jauh dari keramaian. Ketika itu kamu berkata, kamu ingin hidup di
sana bersama orang yang kamu sayang dan kamu berkata orang itu adalah aku. Percaya
atau tidak, sekarang rumah itu sudah ada, Vit. Aku bangun rumah itu dengan hasil keringat
aku sendiri. Walaupun sepenuhnya aku sadar, kamu sudah damai hidup sendiri di sini, tapi
setidaknya aku berhasil mewujudkan salah satu keinginan kamu. Semoga kamu terkesan,
Vit…

Oh iya, Vit, dua hari yang lalu aku menerima seikat bunga dari kakak kamu, Kak Restu.
Awalnya aku kira itu hanya sebagai ucapan selamat dari Kak Restu atas kelulusan aku.
Tapi ternyata, Kak Restu mengungkapkan perasaannya ke aku, Vit. Jangan marah dulu,
beneran setelah itu, aku langsung mengembalikan bunganya. Aku berkata bahwa aku tidak
bisa. Aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak. Sebenarnya, ada alasan yang
lebih dari itu dan dia pasti tau, Vit. Aku jadi teringat kamu, Vito. Ketika kamu
mengungkapkan perasaanmu ke aku, kamu kasih aku sebatang cokelat karena kamu sangat
tau aku tidak suka bunga. Pokoknya kamu itu orang yang paling bisa mengerti aku dan
selamanya kamu takkan pernah tergantikan…

Vit, sebenarnya surat ini tidak sama seperti surat-suratku sebelumnya. Surat ini bukan
hanya sekedar surat cinta, tetapi juga surat perpisahan. Vito, entah aku harus bahagia atau
berduka ketika mengatakannya. Aku akan pergi, Vit. Aku mendapat beasiswa untuk
melanjutkan S2 di Jepang. Aku akan mewujudkan satu lagi keinginan kamu. Keinginan
kamu untuk menulis nama kita berdua di puncak Gunung Fuji. Di Jepang nanti, aku akan
menghuni rumah impian kamu itu, Vit. Rumah impian kita berdua. Aku tidak sendirian di
sana. Aku percaya bayangan kamu selalu ada di samping aku…

Vito, ini berarti aku harus meninggalkan kamu di sini sendirian. Selama beberapa tahun ke
depan aku tidak bisa melakukan ritual Sabtu pagi mengunjungimu. Jujur, aku sedih, Vit.
Tapi aku yakin jalan yang aku ambil ini akan bahagiakan kamu dan kedua orangtuaku.
Doakan saja aku dari sini…

Vit, kamu lihat, matahari di sini mulai tenggelam. Ini adalah waktu favorit kita, Vit. Senja.
Mungkin saatnya aku pulang. Seperti biasanya, bersamaan dengan surat ini kusertakan
sebatang cokelat kesukaanmu. Kuletakkan di bawah nisan yang berukir indah namamu…

Aku pamit, Sayang. Selamat tinggal. Doakan aku supaya tetap bahagia. I Love You More,
Vito…

Terdalam,
Regita Feronica J. (Gita)

Tanpa sadar, aku berurai air mata usai membacanya. Aku baru menyadari sepenuhnya
bahwa gadis itu masih belum bisa lepas dari Vito, adik lelakiku yang kini telah hidup
damai di akhirat sana. Tiba-tiba aku menyesal pernah mengungkapkan perasaanku padanya
karena sekarang aku yakin cinta mereka berdua abadi meskipun salah satu diantaranya
sudah pergi dan tinggal sebuah nama.

Aku melirik cokelat yang tergeletak tepat di bawah nisan adikku. Kemudian kuusap air
mataku, tersenyum, dan bertekad memendam seluruh perasaanku pada gadis itu.

Gita, aku akan berjalan mundur…

-Karya Tiara Eviani Putri-

Contoh Cerpen Kehidupan


Bintang

Dia, duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang
langit yang gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari.
Tak ada bintang yang terlihat, semua bersembunyi dibalik awan, barangkali malu untuk
kulihat, katanya dalam hati seraya tersenyum. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, solah
menghembuskan udara pada wajahnya yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan
seni tersendiri di kegelapan malam. Ahh, ternyata ada satu bintang di balik awan,
senyumnya tersungging di balik bibirnya yang mungil. Ya Rabb, ternyata setitik cahaya
pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di
malam hari. Ah, seandainya ketika membuka jendela, memandang langit dan tak
menemukan bintang kemudian dia tak mencoba menatap awan tapi menutup jendela
kembali, dia tak akan menemukan bintang yang tersembunyi di balik awan.

***
Seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada cahaya kecil
dalam malam yang gelap, yang kita berinama “bintang”. Betapa indahnya cahaya itu
walaupun tak bisa menerangi malam. Tapi, lain halnya ketika kita melihat ada setitik noda
di atas kain putih yang membentang. Kita justru terfokus pada noda yang kecil, dan seolah
lupa betapa bersihnya kain itu terlepas dari setitik noda yang ada, yang mungkin bisa
hilang hanya dengan sedikit detergent pemutih. Itulah hidup, kadang-kadang kita lupa
untuk memandang sesuatu dari sisi lain yang dimiliki.

Saya, memiliki seorang murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol dibanding
lainnya. Suatu hari, ketika kami tengah membicarakan sistem tata surya, hanya sebagai
pengetahuan bahwa bumi merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang
menjadi tempat tinggal manusia, murid saya itu, sebut saja namanya Rimba, tiba-tiba
berdiri dan mengambil helm milik guru lain yang disimpan diatas loker dalam ruang kelas
serta memakainya. Tanpa saya sadari saya berkata kepadanya :”Wah,,,teman-teman, lihat!!
Rimba memakai helm, seperti astronot yang mau terbang ke bulan ya…”. Semua teman-
temannya memandang ke arahnya, dia tersenyum, spontan helmnya langsung di lepas dan
dikembalikan ke tempat semula, tanpa harus disuruh untuk mengembalikan. Kemudian
saya ajak mereka untuk menggambar roket di atas kertas putih yang tersedia. Dan hasilnya,
Subhanallah, murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol itu justru tahapan
menggambarnya dua tingkat lebih tinggi dibanding murid yang saya pikir paling pandai di
kelas.

Seandainya saja saya memberikan reaksi yang lain seperti :”Rimba, silakan dikembalikan
helmnya karena sekarang saatnya kita belajar”, atau :”Maaf, silakan dikembalikan helmnya
karena Rimba belum minta ijin bu guru”, atau yang lainya, mungkin saya tidak akan
pernah tahu bahwa kecerdasan dia sudah lebih dari apa yang saya sangka karena
pembahasan hari itu bukan tentang astronot atau roket. Atau barangkali saya membutuhkan
lebih dari satu kalimat perintah untuk membuatnya mengembalikan helm ke tempat
semula.

Reaksi berbeda yang kita berikan ketika kita memandang bintang di kegelapan malam atau
setitik noda di selembar kain putih ternyata akan memberikan hasil yang berbeda pula.
Hidup ini indah, cobalah kita memandang sesuatu dari sisi yang lain, maka yang tampak
bukan hanya sekedar 2 dimensi. Bukankah lebih seru ketika kita melihat film 3 dimensi???

-Karya Wijayanti-

Contoh Cerpen Motivasi


Matahari Pun Tak Bosan
Ku bangkit setelah lama ambil posisi jongkok menyaksikan kejadian yang menimpa
embun. Mentari mulai meninggi dan membasahi seluruh ragaku dengan cahaya kuningnya
yang lembut. Kugerakan seluruh ototku. Kuajak tubuhku beraktivitas. Yah… kuolah
ragaku.

Putar kanan… putar kiri… hadap kanan… hadap kiri… badanku meliuk-liuk. Aliran darah
segar segera membanjiri pembuluh darahku. Aku terbuai keasyikan. Di tengah keasyikan
itu, samar-samar kudengar orang bercakap-cakap. Kuajak kakiku melangkah mencari asal
suara. Di ruang tamu kudapati dua orang tengah terlibat perbincangan yang serius. Aku
intip dibalik pintu belakang. Bapak angkat dan temannya. Aku tak mengerti apa yang
sedang mereka bicarakan. Bahasa sunda adalah penghalangnya, karena aku tidak mengerti
bahasa itu.

Diam-diam kuberanikan duduk disamping bapak angkatku setelah mendapat perizinan.


Akupun kini terlibat dalam pembicaraan yang telah mereka mulai. Dengan menggunakan
bahasa indonesia raya, aku bertanya dan menjawab serta menanggapi apa yang ada dalam
diskusi pagi itu.

Masalah pekerjaan dan tetek bengeknya, hal itulah ternyata yang jadi perdebatan. Bapak
angkatku seorang pedagang dan beliau menekuni pekerjaan itu. temannya seorang guru
dan setengah-setengah menjalani profesi yang dimilikinya.

“Saya heran kenapa kamu tak pernah capek bolak-balik dari rumah ke pasar tiap hari?”
Pertanyaan temannya buat bapak. Pertanyaan konyol kupikir. Bagaimana tidak coba , kalau
aku boleh bertanya padanya kenapa pula dia tak pernah capek bolak-balik dari rumahnya
ke sekolah? Ya… kan?

“Kata siapa saya tidak capek!” Bapak menanggapinya singkat.

“Hmm… tidak, maksud saya apakah kamu tidak bosan?” pertanyaan lanjutan buat bapak.
Gila, sepertinya ini orang sedang didera kebosanan nich dengan kerjanya. Ah, tapi apa
mungkin. Kalau tidak kenapa dia bertanya dengan pertanyan konyol seperti itu? Hatiku
berdialog sendiri.

Suasana ruangan membisu. Kulirik bapak angkatku. Bapak diam. Bukan diam biasa. Ada
kebijaksanaan dan wibawa tercipta diwajahnya dan aku baru tahu itu. Perkenalanku dengan
bapak angkatku belumlah lama, baru sepekan lebih dua hari. Sejauh ini aku lihat bapak
orangnya humoris, kocak, suka bercanda dan jarang serius. Tapi pagi ini beda sekali.

Bapak menghela napas, mengisi ruang kosong didadanya. Perlahan mengalir nasihatnya
lewat lisannya. Diwejangkan jawaban buat pertanyaan temannya.

“Kamu tahu matahari bukan?” Retoris bapak bertanya. Temannya mengangguk. Begitu
juga aku.

“Matahari bersinar disiang hari. Muncul ditimur dan tenggelam dibarat. Dia bertugas
menerangi bumi, memberi kehidupan untuk makhluk yang ada di seantero persada.”

Kembali bapak diam. Kulihat teman bapak diam menyimak sabda bapak. Aku ikut
menunggu apa yang akan disampaikan bapak selanjutnya.
“Kalau matahari berhenti sejenak saja dari tugasnya, apa yang bakalan terjadi?”

“Kacau…” Jawab teman bapak. aku mengiyakan. Bapak, aku dan temannya tertawa.
Suasana kembali tak tegang.

“Bagaimana jadinya jika matahripun ikut bosan dan meninggalkan tugasnya?”


Pertanyaan retoris bapak muncul lagi.

“Begitulah, bagaimana pula saya akan bosan bolak-balik ke pasar. Jika saya bosan dan
berhenti bekerja, tentunya anak istri saya tak akan makan. Bukankah begitu Jang?”

Temannya tersenyum di balik anggukannya. Tampak semangat baru terpancar di air


mukanya, seolah wajah itu berkata “Ayo… semangat bekerja Jang, mendidik dan mengajar
siswa-siswamu”

Aku terharu mendengar untaian petuah bapak barusan. Aku tidak menyangka sedikitpun
kalau dari lisan lelaki yang tidak sempat menyelesaikan sekolah dasar ini mampu
memberikan motivasi dan pencerahan pada temannya, meskipun profesinya hanyalah
sebagai seorang pedagang. Salut dech… dua jempol untuk bapak angkatku… Hidup pak
Rohim, Bapak yang ikhlas penuh cinta menerimaku selama melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di pinggiran Kota Banten ini.

-Karya Danil Gusrianto-

Contoh Cerpen Perjuangan


Semut yang Pindah Rumah

“Maju.. maju..
dia mendekat, cepatlah..
kita harus selamat sampai di sana..”
Begitulah suara riuh-riuh kecil yang kudengar sejak dari tadi aku bangun tidur. Meraka
keluar dari kediaman pertama mereka, berbaris entah itu menuju kemana. Perjalanan
mereka yang begitu panjang, membuat mereka takut akan terjadi sesuatu.

Aku yang langsung kaget melihat mereka, dapatkah engkau bayangkan ketika bangun tidur
mereka berbaris di dinding, sedangkan wajahku mengahadap kesana. Sontak aku langsung
kaget, saat itu juga rasa ngantukku hilang, padahal awalnya aku malas sekali untuk bangun.
Rasa takut meghampiriku. Tapi, lama-lama rasa itu mulai hilang, aku mulai
memperhatikan mereka dengan seksama, apa yang mereka fikirkan? Mengapa mereka
tampak terlalu tergesa-gesa berjalan?

Mungkin mereka mengira bahwa aku adalah raksasa jahat yang akan mengganggu
mereka.. hmm.. mereka terlalu berprasangka buruk terhadapku, tapi lama-kelaman pasukan
mereka bertambah sampai- sampai ratu mereka juga keluar. Aku yang tadinya niat tidak
akan mengganggu mereka mulai merubah fikiran, kaya’nya mereka yang akan menakut-
takutiku.

Aku beraksi, aku ambil minyak angin aku semburkan pada mereka, sontak mereka
berkeliaran tak tau arah lagi. Aku mulai prihatin, banyak di antara mereka keluar dari jalur
yang ada, kehilangan arah kerena semburan tadi. Hidup mereka memang sulit. Ada saja
yang mengganggu mereka di tengah perjalanan. Tidak lama kemudian mereka malui
terarah lagi, telah berbaris dan jalan ke tempat tujuan awal mereka, mereka mencari jalan
baru yang tidak terkontaminasi dengan minyak angin tadi.

Aku menyerah untuk memganggu mereka. Aku biarkan mereka menuju tempat yang lebih
nyaman, perlahan aku tau ternyata mereka berjalan menuju rumah baru yang lebih aman
dari rumah sebelumnya. Ratu mereka memerintahkan untuk pindah karena tempat yang
lama di rasa sudah tidak memberikan perlindungan bagi meraka lagi. Perjalanan mereka
yang jauh akhirnya bermuara pada tempat yang lebih baik dari sebelumnya, disana mereka
kembali menata kehidupan mereka.

Dari kisah semut tadi aku belajar perjalannan hidup yang mahal harganya. Dimana saat
kita telah mengusahakan sesuatu katakanlah itu impian kita, maka jika di tengah perjalanan
dalam menggapai impian itu kita jatuh. Langsung bangkit, temukan jalan lain yang lebih
baik untuk menggapainya. Karena jika kita tetap diam, kita akan ketinggalan yang impian
itu semakin jauh dari kita, kehidupan akan terus berlanjut meskipun tanpa kita.

-Karya Devi Yulia Rahmi-

Contoh Cerpen Fantasi


Hikayat Penciptaan Bintang

Dulu ketika peri peri hidup di bumi dan jumlah manusia masih sedikit, pada batang pohon
oak berdaun rindang dalam belantara, tinggallah peri yang selalu durja. Tiap hari kerjanya
hanya menangis. Matanya sembab dan raut wajahnya murung. Kalau malam tiba,
tangisannya terdengar ke seluruh penjuru hutan hingga pohon pohon dan binatang binatang
terjaga dari tidur mereka. Kalau siang datang, lamunannya panjang seolah sedang
memikirkan perkara yang maha berat.

Karena tangis sang peri tak kunjung reda dan membuat seluruh penghuni hutan terusik,
datanglah angin padanya. Angin bertanya kenapa ia begitu bersedih? Peri bangkit dari
sandaran, dikibas-kibaskan sayap kecilnya kemudian duduk dengan cara mendekap lutut di
atas punggung angin. “Kawan kawanku telah pergi. Mereka telah pindah ke utara untuk
mencari rumah baru dengan meninggalkanku”
“Kenapa kawan kawanmu meninggalkanmu ?” tanya angin. Sang peri diam. “Kenapa?”,
desak angin. “Karena aku buruk rupa” jawabnya sambil memalingkan wajah. Kemudian
tampaklah benjolan besar di pipi sebelah kanannya hingga karena benjolan itu mukanya
terlihat bopeng. Sedang di seluruh permukaan wajahnya terdapat pula banyak bintik
merah, yang kalau satu saja bintik itu pecah maka terciumlah bau tak sedap ke seluruh
tempat di mana ia berada. Dengan wajah seperti itu, peri peri lain selalu mengejeknya.

Sang peri mengajak angin menuruni pohon, kemudian mereka terbang menuju telaga.
Sesampainnya di sana tampaklah bulan yang bayangan wajahnya terpantul di atas
permukaan air. “Kau tahu,” lirihnya. “keinginanku sekarang, aku ingin cantik dan bersinar
seperti dia, dengan begitu niscaya sirnalah kedukaanku”. Angin menggelengkan kepala,
“Tak mungkin” katanya dalam hati. Bulan begitu agung, ia perhiasan malam sebagaimana
matahari menjadi perhiasan siang. Setiap mahluk tentu boleh bermimpi untuk memiliki
kecantikannya namun mustahil bisa mendapatkannya. Mimpi memiliki kecantikan bulan
hanya akan berakhir pada kesia-saiaan.

Sang peri menatap angin lalu berkata, “Akan kuminta bulan agar membagi kecantikannya
denganku, kan kujumpai ia sekarang”. Terbanglah ia menuju langit, namun begitu sampai
di antara gumpalan awan, ia terpental ke bumi, sayapnya terlalu kecil dan napasnya lebih
dulu habis sebelum sampai ke atas sana. Berkali kali ia mencoba namun lagi lagi terpental.
Sang peri menghampiri angin, ia meminta agar angin mengantarnya. Angin
menggelengkan kepala kembali. katanya Perjalanan dari bumi kebulan sangat jauh, tak
satu mahlukpun dapat sampai kesana termasuk dirinya.

Wajah sang peri bertambah muram. Kesedihan makin membayangi. Ditatapnya lagi
bayangan bulan di atas telaga, lama dan dalam. Ketika ia terpesona oleh kecantikan
tersebut, kepalanya menjadi berat, pandangannya memburam dan akhirnya karena
merasakan kelelahan yang sangat, iapun ambruk tak sadarkan diri.

Saat siuman, pandangan sang peri masih kabur sedang pusing membebat kepalanya.
Namun dalam pandangan yang belum jernih tersebut, ia melihat bayangan terang
keemasan di hadapannya. Makin lama bayangan itu makin jernih. Alangkah terkejutnya ia
begitu mengetahui kalau ternyata bulan telah turun ke bumi tuk menemuinya. Ketika peri
hendak mengatakan sesuatu, bulan lebih dulu memotong dengan berkata “Aku sudah tahu
apa yang kau inginkan”.

Bulan menjulurkan tangan dan mendekap sang peri di dadanya. Tanya bulan, apakah
cantik adalah syarat utama untuk dapat mencinta dan dicinta? Benarkah menjadi cantik itu
menyenangkan? Sang peri mengerutkan dahi. Bulan kembali berkata dengan meyampaikan
sebuah rahasia, kalau kecantikan yang diinginkan sang peri nyatanya sekadar kefanaan
karena suatu ketika ia kan pudar. Itulah kecantian jasmani, yang karenanya telah membuat
para lelaki tertipu hingga rela saling menghunus pedang, membunuh dan menghancurkan.
Ia yang cantik jasmani saja umpama dadu yang terbuat dari kobaran api, yang membuat
para lelaki saling berebut mendapatkannya walau amat panas ia digenggaman. Sejarah
kecantikan jasmani adalah sejarah pertumpahan darah, kedengkian, kesombongan dan
tipuan.

“Apakah aku tidak boleh menjadi cantik” tanya sang peri. Bulan tersenyum, bukan begitu
jawabnya. Lebih dari cantik ia juga harus berguna. Ia harus bisa memberi manfaat bagi
manusia, binatang binatang, tumbuhan dan pohon pohon. Karena ketika wanita cantik
menuntut agar dirinya dicintai, wanita berguna justru berbagi dan memberi, itulah hakekat
kecantikan sesunggguhnya kata bulan. peri menatap wajah bulan yang anggun. Ia bertanya
apa yang harus ia lakukan agar menjadi cantik sekaligus berguna? Bulan menjawabnya
hanya dengan senyuman.

Kemudian ia membawa peri terbang ke langit. Begitu sampai di pusat tata surya, ia
meletakan sang peri di tangannya. Bulan meminta peri menutup mata. Dengan sebuah
tiupan ajaib yang mengeluarkan sinar perak dari mulutnya, tubuh sang peri menjadi hangat
karena diselimuti sinar itu. Tak lama sekujur tubuhnya pun bergetar, berguncang guncang,
meregang. Lalu dalam hitungan detik wujudnya telah berubah menjadi bintang yang
bersinar sangat terang. Ialah bintang pertama yang lahir dalam sejarah tata surya.

Sang peri bahagia, ia menari nari, menyanyi, tertawa karena dirinya menjadi cantik. Ia
berterimakasih atas perubahan dirinya. Bulan kembali berkata, sekarang aku akan
menunjukan cara agar engkau menjadi lebih berguna bagi mahluk lain. Mulai saat ini
bimbinglah mahluk mahluk yang tersesat di bumi dengan cahayamu. Pandu mereka yang
tersesat dan tak dapat menemukan rumahnya, tunjukan sampan sampan nelayan yang
kehilangan arah pelayarannya, beritahu para pengembara yang sedang kebingungan
menentukan jalur pengembaraannya. Jadilah penunjuk jalan bagi siapapun yang
membutuhkan.

Mulai saat itu sang peri tinggal di langit. Ia mengembara mencari mahluk mahluk yang
tersesat dalam perjalanan kemudian dengan cahayanya menunjukan mereka arah yang
benar hingga sampai ke tujuan. Suatu hari dilihatnya rombongan peri yang kelelahan di
padang pasir gersang. Ketika sadar mereka adalah teman temannya yang tersesat,
mengedip ngediplah ia dan menunjuk arah tenggara. Peri peri kaget, karena di langit
terdapat setitik cahaya terang yang sangat cantik. Atas petunjuk cahaya itu mereka terbang
kembali. Tak lama di hadapan mereka terhampar taman bunga yang luas. Peri peri
bersorak setelah berhasil menemukan rumah baru. Tak satupun dari mereka tahu, kalau
bintang cantik penunjuk jalan itu adalah salah satu dari mereka yang telah mereka kucilkan
dulu. Mereka hanya bisa terkesima, kagum dan berharap dapat memiliki kecantikan seperti
sang bintang. Tak ada yang tahu rahasia ini kecuali angin. Dimana ia selalu menyaksikan
bayangan sang bintang yang kini berdampingan bersama bulan di atas permukaan telaga
dengan segenap rasa kagum yang melingkupi dadanya.

-Karya Suguh Kurniawan-

Bangkit

Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun berkelap kelip memamerkan
keindahannya. Aku berjalan menyusuri sebuah lorong nan sepi, tak ada satu orang pun
disana. Hatiku terasa sepi dan gundah dengan segala kekacauan yang terjadi hari ini.
Sebuah hari dimana seharusnya kebahagiaan ku dapati.

Namun apa yang terjadi? Hal buruk justru menimpaku bertubi-tubi, konflik dengan orang
tua karena ketidak lulusanku, perayaan ulang tahun yang terpaksa gagal, hadiah sepeda
motor yang gagal ku dapat, adik yang menyebalkan dan sorak sorai teman-teman
merayakan kelulusannya.
Hari-hari yang keras karena kisah cinta pahitku. Hingga indahnya malam ini seakan tak
mampu membuatku tersenyum lagi. Tetesan air mata mulai mengalir di pipiku dan
perlahan ku usap.

Ya, sakit memang putus cinta.

Rasanya beberapa menit lalu kata-kata terakhirnya masih bisa kurasakan merobek-robek
hatiku “sudah sana… pergilah jika itu yang kamu inginkan! Kamu kira aku tak bisa
menemukan yang lebih baik darimu.

Semoga kamu tak menyesali keputusanmu yang telah menyia-nyiakan cinta suciku!”
kutipan pesan yang masuk ke ponselku.

Beberapa telephone masuk pun sengaja ku tolak karena sudah begitu muaknya. Air mata
terus mengalir di pipiku diikuti dengan sakit kepala yang mulai terasa. Seakan tak mampu
bangkit, aku terus duduk termenung di pinggir jalan.

“Halo mba.. lagi sedih banget nih kayanya, bisa bagi uangnya dong” ucap seorang pemuda
yang sedang mabuk menghampiriku.

Karena tak meresponnya, pemuda itupun pengancamku dengan sebilah pisau lipat yang
dikeluarkan dari saku celana jeansnya. Tanpa berfikir panjang, ku ambil tas di sebelahku
dan kuserahkan semua uang yang ku miliki.

“Ambil semua ini dan pergilah menjauh!”

Kembali ku susuri jalan hingga sampailah ke sebuah jembatan tua dengan jurang tinggi di
bawahnya. Kakiku mulai melangkah maju dan ku angkat kaki kananku.

Selangkah lagi tubuhku akan jatuh ke dalam jurang, semua kekacauan di hatiku seakan
menghilangkan rasa takutku terhadap ketinggian.

Namun tiba-tiba seseorang menarik bajuku. Ternyata pria pemabuk tadilah yang
menarikku menjauh dari pinggir jembatan.

“Kenapa kamu lakukan ini, kenapa kamu menolongku?!”

Tanpa berkata apa-apa ia pergi meninggalkanku lalu ku kejar dia. Setelah beberapa saat ia
baru mulai berbicara.

“Aku sangat membenci orang-orang lemah sepertimu. Maaf jika aku menarikmu” ucapnya
sembari menatapku tajam dan menjulurkan tangannya. Kaget bukan main ku lihat
tangannya yang ternyata sisa 2 jari saja.

“Kaget ya, ini adalah bukti kerasnya kehidupan di jalan. Jariku yang lain hilang dipotong
preman karena persaingan.” Karena tak ku sabut jabatan tangannya, ia pun meletakkan
kembali tangannya dan melanjutkan ceritanya.
“Maaf ku ambil tasmu, sudah 3 hari aku tak makan. Biasanya aku makan dari sisa
makanan di tong sampah. Namun karena hujan deras kemarin, semua makanan yang ku
anggap masih layak sudah berubah membusuk.”

Memang jika dilihat dari tubuhnya, ia sangat kurus. Sembari menahan aroma alkohol yang
begitu menyengat dari mulutnya, ku berikan kembali tasku padanya. “Ambilah ini,
mungkin kamu lebih membutuhkannya.”

Dari percakapan singkat dengannya, hatiku mulai kembali kuat. Tak bisa kubayangkan jika
aku yang berada di posisinya.

Ya meskipun hidupku selalu kecukupan, namun tak pernah ada rasa syukur di hati. Pria
yang selama ini ku perjuangkan namun ternyata selalu membuatku kecewa pun seakan tak
lagi membebaniku.

“Pulanglah, masih banyak yang menanti kepulanganmu!” ucapnya sembari beranjak


menjauh dariku.

Malam semakin sunyi, ku susuri jalan ke arah rumah. Ketika sampai di persimpangan
jalan, ku dapati kekasihku berdiri dengan segenggam bunga di tangannya.

3 orang yang ku kenal juga berdiri menantiku, ya kedua orang tua dan adikku pun ikut
mencariku.

“Maaf sayang, aku telah banyak mengecewakanmu dan salah menilaimu” pelukan erat
mendarat di badanku. Tak kuasa menahan tangis haru, ku peluk balik kekasihku.

Beberapa saat berlalu ia kemudian menyerahkan bunga di tangannya dan sebuah buku
kecil yang ternyata diary ku.

Di buku kecil itulah aku menuliskan keluh kesah dan rasa banggaku pada sosok pria yang
sedang menggenggam erat tanganku ini.

Di balik sana, keluargaku tersenyum melihatku kembali. Kami pun masuk ke mobil dan
pergi ke mall untuk merayakan ulang tahunku. Ya meskipun hadiah motor tetap tak
kudapat karena aku gagal lulus ujian.

Unsur Intrinsik Cerpen di Atas

 Tema: Kehidupan/Jangan mudah putus asa


 Latar waktu: Malam hari, dengan bukti “cahaya bulan malam ini”
 Latar tempat: dipinggir jalan dengan bukti “aku terus duduk termenung di pinggir jalan”
 Latar suasana: sunyi sepi dengan bukti “malam semakin sunyi”
 Alur: Maju
 Penokohan:

Aku: Mudah putus asa, tidak bersyukur

Pria pemabuk: Bad boy tapi kuat dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
 Sudut pandang: Orang pertama sebagai tokoh utama.
 Nilai moral: Saat tokoh utama menyadari betapa berharganya hidupnya dengan segala
kelebihan yang dimiliki, sedang banyak orang di luar sana yang serba kekurangan.
 Nilai kepedulian: Ketika pria pemabuk menolong tokoh utama yang sebenarnya tak
dikenali.
 Nilai perjuangan: Perjuangan hidup pria pemabuk yang begitu keras dan sulit.

Contoh Cerpen Singkat Pengalaman Pribadi

Contoh Cerpen Singkat Pengalaman Pribadi

Terimakasih

Malam itu suasana di rumah seakan begitu dingin. Semua anggota keluarga tak
mengeluarkan satu patah kata pun. Bukan karena marah atau kecewa, namun karena pusing
memikirkan bagaimana cara membayar iuran wisata sekolahku.

Awalnya aku hanya ingin mengurangi beban kedua orang tuaku dengan memutuskan untuk
tidak ikut study tour. Namun belum selesai ku ucapkan keinginanku, Ayah yang semula
terdiam seribu bahasa langsung membantah.

“Tidak, kamu tetap ikut! Sudah tidurlah, besok ayah bayarkan biaya study tourmu”
Ku susuri ruang tengah menuju kamarku. Meski sebenarnya tak bisa tidur, ku coba
memejamkan mata dan tak memikirkan apapun. Namun isak tangis ibuku yang terdengar
lirih semakin membuatku tak bisa terlelap.

Aku tahu betul mengapa ibuku menangis, namun ayah tetap bersikeras untuk menyuruhku
mengikuti kegiatan sekolah tersebut. Dialah sosok pria yang tak pernah membiarkan buah
hatinya sedih bahkan malu karena ketidak mampuannya.

Kala itu malam belum terlalu larut, hingga masuk pukul 8.00 malam suara pintu terketuk
memecahkan hening di rumahku. Seorang tetangga datang dengan membawa sebuah
amplop coklat.

“Malam pak, maaf datang malam-malam”

“Tidak papa pak, silahkan masuk” sambut ayahku.

Setelah keduanya berbincang santai, tetanggaku menyerahkan amplop tersebut pada


ayahku. “Ini adalah uang pembayaran tanah yang beberapa bulan lalu digunakan untuk
jalan desa.”

Seketika ayahku terkejut. Bagaimana tidak, uang tak tak pernah ia bayangkan sebelumnya
tiba-tiba diantarkan ke rumah. Ya, awalnya tanah yang seberapa itu direlakan ayah untuk
menjadi jalan umum. Namun karena kebijakan desa, tanah tersebut diputuskan untuk
dibeli.

Seperginya tetanggaku, ibu langsung masuk ke kamarku sembari memelukku erat. Tanpa
berkata panjang ia memberikan sejumlah uang untuk membayar biaya study tourku. Air
mata tak bisa tertahankan dari mata kami, dan malam itu rasa syukur memenuhi hatiku.
Contoh Cerpen Singkat Lucu

www.idpengertian.com

Scrub Gula Pasir

Pagi itu Dina berangkat sekolah bersama Nina sahabatnya. Sembari menyusuri lorong
kelas yang cukup panjang, Dina bertanya pada Nina.

“Nin, menurutmu tipe cewek idaman Andi itu kaya apa sih?”

Sambil tersenyum lebar Nina lantas menjawab. “Em gimana ya? Setahuku tipenya Andi
sih gak muluk-muluk. Justru dia lebih suka sama cewek yang natural gitu lah.”

“Oh gitu ya, gak suka sama cewek yang hobi dandan gitu” Sambut Dina dengan muka
semakin berbinar kegirangan.

“Ya kira-kira gitu lah.”


“Lalu gimana dong biar wajah tampak tetap cantik meski gak pake make up tebal?” Tanya
Dina lagi.

“Coba aja pakai masker bengkoang dan scrub gula pasir biar bibir merah merona”

“Wah ide bagus tuh, nanti malam ku coba deh”

Selama beberapa hari Dina mencoba tips yang diberikan oleh Nina. Dina pun sangat
senang karena wajahnya mulai tampak lebih cerah dan berseri. Bekas jerawat yang
awalnya tampak jelas pun mulai tersamarkan.

Scrub gula pasir untuk bibir pun tak pernah lupa untuk ia gunakan mengingat seminggu
lagi bakal ada acara pensi. Pastinya di acara ini Dina bakal ketemu Andi dan dia harus
tampil secantik mungkin.

“Loh bibirmu kenapa Din, seksi banget sampe keliatan bonyok gitu hahaha” sambut Nina
saat Dina baru saja masuk kelas.

Dengan muka cemberut dan tanpa rasa berdosa Dina mengatakan jika ini akibat scrub gula
pasir yang Nina sarankan.

“Init uh akibat scrub gula pasir yang aku pakai tiap malam. Bibirku jadi digigiti nyamuk
sampai sensual gini”

“Oh My Good” Nina heran dengan sahabat sebangkunya ini.


Contoh Cerpen Islami

source : kata mutiara islam

Keutamaan Istighfar

Tangis dan air mata seakan menjadi teman sehari-hari seorang janda bernama Aisyah.
Bagaimana tidak, setelah menikah selama 15 tahun dan menjadi ibu rumah tangga
seutuhnya ia kehilangan suami tercintanya.

Meskipun alm suaminya merupakan karyawan tetap di sebuah perusahaan besar dan
setelah meninggal ia mendapat cukup banyak pesangon, namun itu tidak akan cukup untuk
membiayai kehidupannya dengan 4 orang anak dari pernikahannya dengan alm suaminya
tersebut dalam kurun waktu yang lama.

Sebulan berlalu rasa rindu pada suaminya masih begitu terasa, dan peninggalan suaminya
pun sudah semakin menipis. Sedangkan dirinya masih dalam masa indah yang
membuatnya tak bisa bekerja keluar rumah.

Ya Aisyah adalah seorang wanita terjaga yang begitu rapat menutup diri dari perbuatan
yang dilarang atau dimubahkan oleh agama.

Hingga tiba 40 hari ia ditinggal suaminya, pengajian pun dilaksanakan di kediamannya


untuk mendoakan suaminya. Dalam pengajian tersebut ustadzah yang mengisi
menceritakan tentang keutamaan istighfar.
“Barang siapa memperbanyak istighfar, segala yang ia minta akan dikabulkan oleh Allah
dan rezeki mengalir akan didapatinya” sebuah kalimat yang begitu mengena di hati
Aisyah.

Setelah pengajian selesai, Aisyah begitu memikirkan isi pengajian siang tadi. Akhirnya ia
pun memutuskan untuk melakukan apa yang dikatakan oleh ustadzahnya.

Tak hanya dirinya, ia pun mengajak semua anaknya untuk mengalamkan dzikir ringan
tersebut. Tiada hari, jam bahkan menit yang terlewat tanpa lafadz istighfar.

Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu dan uang uang peninggalan suaminya
semakin menipis sedangkan kebutuhan hidup semakin tinggi.

Ia bingung bukan main, sedangkan anak-anaknya masih kecil sehingga tak ada yang
mengasuhnya jika ia pergi bekerja. Karena semakin bingung dan merasa tak ada orang
yang mampu menolongnya, ia semakin rajin memanjatkan doa dan memperbanyak
istighfar setiap harinya.

Keajaiban datang seketika itu juga.

“Assalamualaikum, tok-tok” Terdengar suara di balik pintu ruang tamunya.

Bergegas Aisyah pun membukakan pintu, ternyata seorang wanita paruh baya tak dikenal
yang datang ke rumahnya.

Pembicaraan dimulai dengan hangat, hingga masuk pada pembicaraan inti. Wanita paruh
baya tersebut ternyata seorang konglomerat dermawan yang sedang mencari lahan untuk
membuat masjid.

Diketahui jika suami Aisyah juga meninggalkan sebuah pekarangan yang terletak di
pinggir jalan dan cukup strategis. Lahan tersebut pun ditawar oleh wanita berparas cantik
tersebut.

Karena tidak tahu pasaran harga tanah, Aisyah pun tidak mematok harga. Tanpa diduga,
ternyata wanita tersebut memberi penawaran harga yang begitu tinggi.

“Bagaimana jika lahan ibu saya ambil alih dengan harga 1 Milyar?” ucapnya lembut.

Dengan mata berkaca-kaca Aisyah sontak mengiyakan tawaran tersebut.

“Boleh, sangat boleh. Suami saya pasti sangat bahagia jika lahan yang lama tak terpakai
tersebut bisa bermanfaat bagi keluarganya dan dibuat untuk lahan masjid” jawabnya.

“Baik setelah ini saya akan mengurus pemindah namaan sertifikat tanah dan pembayaran
akan saya lakukan secara cash”.

Sore harinya, dua orang pria dengan pakaian serba hitam datang membawa koper ke
rumahnya pagi tadi dan koper yang dibawanya berisikan uang senilai 1 milyar. ke rumah
Aisyah. Ternyata dua orang tersebut adalah ajudan dari wanita yang datang
Penandatanganan penjualan pun ia lakukan untuk memproses pemindah namaan sertifikat
tanah. Uang senilai 1 milyar pun ia dapatkan.

Tangis haru tak bisa ia bendung lagi. Bagaimana cara Allah mengeluarkan hamba-Nya dari
kesulitan sungguh di luar perkiraan. Ada saja cara yang Allah pilihkan untuk memberikan
kebahagiaan dan jalan keluar bagi hamba yang mau memohon.

Setelah hari itu, Aisyah dan anak-anaknya pun tak pernah henti mengucapkan istighfar
setiap saat. Sedangkan uang yang ia dapat dari penjualan tanah peninggalan alm. suaminya
ia gunakan untuk biaya sekolah anak-anak dan biaya membuka bisnis catering , Ya, ia
lebih memilih bisnis rumahan karena dengannya ia tetap bisa memantau anak-anaknya di
rumah.

Contoh Cerpen Singkat Percintaan Romantis

made-blog.com

Aku Menantimu

“Lis, tadi ada yang nanyain kamu loh, cowok kayaknya belum pernah datang kesini deh
sebelumnya” ucap Nia.

“Oh paling pelanggan baru yang mau minta jadwal periksa” sahut Lisa sepele menanggapi
ucapan teman kerjanya.
Lisa dan Nia adalah dua sahabat yang bekerja di sebuah klinik. Keduanya sering berjumpa
dengan orang-orang baru jadi, bukan hal aneh jika hal semacam ini sangat wajar dan biasa
baginya.

“Gak, dia kayaknya beda deh. Bukan pasien biasa” sambung Nia.

“Maksudnya beda?” muka Lisa tampak nyengir dan heran dengan ucapan Nia.

“Ih kamu masa gak paham juga sih, ya sudah lah tak usah dipikirkan lagi”.

“Kring-kring” terdengar suara telpon menyahut pembicaraan mereka.

“Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?”

“Selamat pagi, saya mau bicara dengan ibu Lisa, apakah ada di klinik?” sambut seorang
pria di balik telephone.

“Iya saya sendiri, maaf dengan siapa ya?”

Tut-tut-tut tiba-tiba telpon mati dan tidak ada pembicaraan lebih lanjut.

Hari ini Lisa bekerja seperti biasa dan malam harinya ketika ia sampai ke rumah, suasana
nampak berbeda. Kedua orang tua Lisa tiba-tiba memanggilnya untuk berkumpul di ruang
keluarga.

“Lis, tadi anak sahabat ibu datang kesini dan ingin bertemu kamu. Anaknya baik dan
tampan lho”

“Ih ibu apa sih, kenal juga belum udah main puji-puji aja.” jawabnya sambil pergi ke dapur
untuk membuat teh hangat.

Kembalinya di ruang tengah, ia langsung disambut dengan ucapan ayahnya yang


mengatakan jika ia ingin cepat memiliki cucu. Kaget bukan main, Lisa pun tersedak
dengan tehnya.

“Apa salahnya jika ayah ingin menggendong cucu, sedangkan kamu sudah cukup umur
untuk menikah dan adikmu juga sudah besar. Kalian harus bergantian.”

Ucapan singkat tersebut memang tak disautinya, namun berhasil membuat Lisa tak bisa
tidur semalaman.

Keesokan harinya, Nia mengabari hal yang sama seperti kemarin. Jika ada seorang pria
yang sama mencarinya kembali.

Lalu pada malam hari setelah klinik tutup, ia bergegas pulang. Sesampainya di rumah,
segerombolan orang sudah duduk di ruang tamu rumahnya dan bercengkrama hangat
dengan kedua orang tuanya.

Dengan senyum kecil di wajah manisnya, Lisa beranjak masuk ke dapur.


“Dek mereka itu siapa, kok kakak belum pernah lihat.”

“Mereka itu calon keluarga baru kakak.” sahut Ria adik Lisa.

“Whatt??!! Kamu itu yang ngarang banget kalo ngomong.” Tapi memang si salah satu
diantaranya ada yang masih muda dan lumayan ganteng juga, batin Lisa.

Setelah bersih-bersih, Lisa dipanggil ibunya untuk ke ruang tamu.

“Lis perkenalkan ini anak sahabat ibu yang ibu ceritakan kemarin”

Senyum manis tampak di wajah panjangnya yang ke Araban.

Meski ragu, Lisa seakan pernah mengenal pria yang ada di hadapannya tersebut.

“Halo namaku Heru, kamu pasti lupa ya sama aku?”

Pipi Lisa pun mendadak merah dan memori otaknya flashback pada kenangan 7 tahun lalu.
Ternyata Heru adalah teman SMA Lisa yang pernah menjadi pujaan hatinya.

Tak disangka jika pria yang pernah ia dambakan datang melamarnya tanpa isyarat apapun
sebelumnya.

Tidak, bukan tanpa isyarat, sebenarnya Heru adalah pria yang sempat mencari Lisa
beberapa kali ke kliniknya. Akan tetapi karena tak kunjung bertemu, ia memutuskan untuk
langsung datang ke rumahnya. Tentu dengan persetujuan orang tua Lisa karena mereka
sudah saling mengenal sebelumnya.

2 bulan berlalu, pernikahan Heru dan Lisa berlangsung. Keduanya tampak masih malu-
malu saat bersanding di pelaminan, namun aura bahagia juga begitu terpancar di mimik
wajah keduanya.
Contoh Cerpen Singkat Motivasi

source : inc

Membantu Kesusahan Orang Maka Kesusahan Kita Akan Terangkat

Hari ini dagangan Pak Yanto tersisa setengah lebih, pasar begitu sepi. “Buk maaf uang
belanja hari ini kurang banyak, dengan bapak tidak habis” ucap Pak Yanto pada istrinya.

“Gak papa pak, semoga cukup untuk makan dan uang saku anak-anak” jawab istrinya
dengan lembut dan menyodorkan teh hangat pada suaminya.

Keesokan harinya Pak Yanto kembali ke pasar untuk berjualan. Di tengah jalan ia bertemu
seorang kakek tua yang tampak sudah rapuh. Ia terlihat kebingungan, lalu dihampirilah
oleh Pak Yanto.

“Ada apa kek, ada yang bisa dibantu?”

“Kakek mau pulang, tapi tidak punya ongkos. Kakek tak tahu harus bagaimana karena
bekerja pun sudah tidak mungkin.”

Melihat kakek tua tersebut hati Pak Yanto tak kuasa membiarkannya. Meski hanya
memiliki uang pas-pasan, ia memberikannya untuk ongkos kakek pulang ke kampungnya.
Pak Yanto pun mengantarkannya ke terminal untuk mencari bis yang sesuai tujuan kakek.
“Terima kasih banyak nak, semoga rejekimu selalu lancar, kakek tak bisa membalas apa-
apa selain doa” ucapnya dengan sedikit memeluk Pak Yanto.

“Amin makasih kek, semoga selamat sampai tujuan.”

Seperginya kakek tersebut Pak Yanto kembali ke pasar, ternyata sudah ada seorang
membeli yang menunggu untuk memborong habis dagangannya dengan harga tinggi.

Sungguh kemurahan hati Pak Yanto telah membawa keuntungan untuk dirinya sendiri.

Contoh Cerpen Singkat Anak Sekolah

made-blog.com

Bolos Sekolah

Siapa sih yang tak suka dengan hari minggu. Hari dimana kamu bisa bersantai sepanjang
hari tanpa harus pergi ke sekolah dan mengikuti pelajaran dengan soal-soal yang membuat
kepala pusing. Pada hari minggu ini Danu memutuskan untuk pergi ke waterboom dan
menikmati hari liburnya untuk bersenang-senang bersama keluarga. Suasana yang begitu
menyenangkan membuat Danu lupa jam hingga tak disadari ternyata ia bermain di
waterboom hingga siang.

Karena lapar ia dan keluarganya pergi ke mall untuk makan siang dan nonton di bioskop.
Kebetulan hari itu ada film anime anak yang cukup bagus dan pastinya mendidik. Liburan
menyenangkan ini berlanjut hingga malam dan sesampainya di rumah ia langsung pergi ke
kamar membaringkan tubuhnya yang sudah begitu lelah namun bahagia.
Kring.. kringgg… Suara alarm terdengar nyaring dari meja belajar di kamar Danu.

Ia pun segera bangkit mematikan alarm tersebut, namun bukannya pergi ke kamar mandi
Danu justru melanjutkan tidurnya.

“Danu.. sudah siang begini kenapa belum bangun. Nanti kamu telat sekolah lho” panggil
ibunya.

“Danu masih lelah bu, bolos sehari boleh ya. Lagian hari ini gak ada tes ataupun PR kok
jadi aman” sahutnya.

“Kamu itu sekolah untuk masa depanmu, tak bisa sembarangan begitu. Lagi pula
sekolahmu itu mahal.”

“Iya bu, tapi sekali saja bolos boleh yaa” lanjut Danu merayu

Geram dengan jawaban anak sematang wayangnya, ibu Danu kemudian membangunkan
paksa anaknya dan membawanya ke sebuah tempat. Tanpa turun dari mobil, ibu Danu
menunjuk anak-anak yang sedang bermain dengan baju ala kadarnya.

Ternyata Danu diajak ke sebuah panti asuhan.

“Lihat anak-anak itu, mereka tak memiliki orang tua yang bisa membiayai sekolah.
Padahal mereka sangat ingin menimba ilmu di sekolah sepertimu” Jelas ibu Danu.

Selanjutnya Danu diajak menyusuri jalan dan berhenti di sebuah persimpangan. Dari situ
terlihat segerombolan anak dengan penampilan yang lusuh. Mereka sedang memainkan
alat musik tiup kecil sembari menyodorkan plastik bekas untuk meminta uang pada orang
yang lewat.

Ya, anak-anak gelandangan tersebut harus bersusah payah demi mendapatkan uang untuk
makan. Jangankan sekolah, untuk makan 3 kali sehari saja mereka harus berjuang keras
terlebih dahulu.

Di perjalanan pulang Danu pun melihat seorang anak dengan tongkat sedang berjalan kaki.
Terlihat anak itu mengenakan seragam merah putih dan menggendong tas yang sudah
nampak using.

Dalam hatinya mulai sadar “betapa beruntungnya aku, hidup berkecukupan dan bisa
menempuh pendidikan dengan enak. Fisik yang sempurna juga ku miliki tapi kenapa aku
menyia-nyiakan kenikmatan ini.”

Setelah dibeli pelajaran berharga oleh ibunya, akhirnya Danu berangkat sekolah. Meskipun
telat namun ia tetap semangat mengikuti pelajaran di kelas.
Contoh Cerpen Singkat Pendidikan

Contoh Cerpen Singkat Pendidikan

Jiwa Wirausaha

Yesi adalah salah seorang mahasiswa berprestasi di sebuah universitas ternama. Selain
jago dalam bidang akademis, Yesi juga termasuk mahasiswa yang aktif dan sama sekali
tidak gengsian. Terbukti dengan usahanya untuk menjual cemilan sehat dari rumput laut
yang ia olah sendiri.

Produk dengan cita rasa lezat tersebut ia jual dengan harga yang relatif murah. Awalnya ia
hanya memasarkan produknya pada teman kuliah, dosen dan staff kampus. Akan tetapi
setelah berjalan cukup lama ia mulai eksis di dunia maya untuk lebih mengembangkan
bisnisnya.

“Yes, kamu kok memilih berjualan cemilan seperti ini, sedangkan kamu adalah mahasiswa
berprestasi yang pasti bisa dengan mudah mendapat pekerjaan di perusahaan besar. Lagi
pula cemilan kamu kan dijual dengan harga relatif murah, apakah kamu yakin
keuntungannya seimbang dengan uang yang akan kamu dapat dengan bekerja di
perusahaan besar?” Tanya teman Yesi yang penasaran dengan keputusan mahasiswa cantik
ini.
“Iya memang benar, mungkin aku bisa dapat pekerjaan di perusahaan bonafit dengan gaji
besar. Tapi aku kuliah dengan biaya besar bukan untuk mengembalikan modal dan
menumpuk kekayaan kelak. Aku lebih bahagia kalau ilmuku bisa bermanfaat bagi
kesehatan orang, Ya contohnya cemilan sehat yang aku buat dengan riset hasil aku
menempuh pendidikan di universitas ini.”

Jawaban Yesi yang dalam tersebut lantas membuat temannya diam terpaku.

Contoh Cerpen Singkat Kehidupan Sehari-hari

Contoh Cerpen Singkat Kehidupan Sehari-hari

Profesionalisme

Suara alarm yang terdengar nyaring berhasil mengusik tidur Luki yang begitu lelap. Niat
hati hanya ingin mematikan alarm tersebut, namun matanya seketika terbuka lebar. Luki
kaget melihat jam menunjukkan pukul 7.

“Astaga sudah jam 7”

Segera ia bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke kantor. Dengan kecepatan maksimal ia
mengendarai mobilnya di tengah jalanan ibu kota. Sayang seberapa ngebut Luki, tetap saja
ia sudah telat meeting yang telah diajukan jamnya karena bos Luk yang akan pergi ke luar
kota.

“Pagi pak, bolehkah saya ikut bergabung?” Tanya Luki pada bosnya yang tengah
memimpin meeting.

“Silahkan masuk. Oh iya tapi maaf project kamu ini harus saya gantikan dengan Haris.”

“Tapi pak, Saya hanya telat sebentar.”

“Tidak masalah sebentar atau lama, namun bagaimana profesionalisme kamu. Kami semua
tenaga professional dan konsisten. Jika kamu tak bisa menangani project ini secara
professional mengapa harus saya pertahankan, sedangkan ada temanmu yang memberi ide
menarik untuk project ini.”

“Terlebih ini project besar yang tak boleh disepelekan begitu. Masih untung kamu tetap
bisa bergabung dengan anggota lainnya.” sambung bosnya.

Mendengar ucapan itu Luki terdiam dengan penuh penyesalan.

Selesainya meeting semua anggota kembali tim kembali ke meja masing-masing. Mira
yang merupakan teman dekat Luki di kantor pun menanyakan perihal telatnya.

“Kamu kenapa Luk, kok bisa telat di meeting sepenting ini?”

“Iya aku salah, semalam aku begadang nonton bola hingga bangun kesiangan dan lupa
dengan meeting penting ini.”

“Oalah lain kali cobalah untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang menguntungkan
untukmu” Sahut Mira menasehati sahabatnya yang tengah dirundung rasa menyesal ini.
Contoh Cerpen Singkat Persahabatan

www.yuksinau.id

Sahabat Terbaik

Siang itu aku dan Bunga, sahabatku dari kecil sedang mengantri sebuah tiket konser.
Karena artis yang akan tampil di konser tersebut kebetulan artis internasional, jadi tak
heran jika antrian begitu panjang. Bahkan kami pun sudah mengantri sejak jam 7 tadi dan
sampai sekarang masih belum dapat tiketnya.

Sampai sore tiba, ternyata kami tak kunjung dapat tiket konser itu padahal slot tiket sudah
sangat mepet. Hanya orang yang beruntung yang bisa mendapatkannya. Salah satu cara
mendapatkan tiket konser itu adalah dengan mengikuti kuis di sebuah radio. Tak mau
ketinggalan pastinya aku pun selalu dengerin radio yang mengadakan kuis tersebut.

Suatu hari tiket tinggal satu-satunya dan aku belum dapat telpon dari radio tersebut. Ya,
mereka yang ditelpon dan berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan adalah mereka
yang dapat.

Harapanku pupus ketika seseorang ditelpon dari radio tersebut dan berhasil menjawab
pertanyaan yang diajukan.
Karena begitu ngefansnya sama artis yang mau konser, seharian aku menangis dan tak mau
keluar kamar. Bunga yang tau keadaanku pun segera datang ke rumah.

“Sore tante, Titanya ada?”

“Ada itu di kamar, seharian belum keluar” sahut mamaku menjawab pertanyaan Bunga.

“Ta, kenapa sih nangis gitu kaya anak kecil tau.”

“Apa sih, kamu kan tau gimana ngefansnya aku sama BTS. Bayangin udah ngantri dari
pagi sampai sore dan ikutan kuis tiap hari tapi ga bisa dapat tiket juga!”

“Nih tiket buat kamu” Bunga menyodorkan sebuah tiket padaku.

Dengan muka heran aku menerima tiket tersebut, ku lihat dengan seksama.

“Hah gimana caranya kamu bisa dapat tiket ini?”

“Aku ikutan kuis juga dan kebetulan aku yang terakhir dapat. Tapi itu buat kamu aja.
Lagian aku gak begitu ngefans kok sama BTS, Cuma ikutan kamu aja hehe” sahutnya
tanpa muka bersalah.

“Beneran?” Aku langsung bangkit memeluk Bunga yang tengah meledekku karena muka
sembabku.

“Beruntung banget deh aku punya sahabat kamu. Jangan-jangan kamu ikutan kuis Cuma
biar dapet tiket untukku ya?”

“Iya hehe” jawaban Bunga yang semakin membuatku merasa beruntung bersahabat dengan
gadis berambut ikal ini.

Anda mungkin juga menyukai