Anda di halaman 1dari 7

HIDUP BERAWAL DARI MIMPI

Mimpi Kujelang matahari dengan segelas teh panas Di pagi ini ku bebas, karena nggak ada kelas Di ruang mata ini kamar ini serasa luas Letih dan lelah juga lambat-lambat terkuras

Teh sudah habis, kerongkonganku pun panas Mulai kutulis semua kehidupan di kertas Hari-hari yang keras, kisah cinta yang pedas Perasaan yang waswas, Dan gerakku yang terbatas

Tinta yang keluar dari dalam pena Berirama dengan apa yang kurasa Dalam hati ini ingin kuubah semua Kehidupan monoton penuh luka putus asa

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi Rasakan semua, peduli itu ironi-tragedi Senang-bahagia, hingga kelak kau mati Harapan Bertahun-tahun kemudian, berpuluh tahun kemudian, seorang lelaki tua membelai rambut seorang gadis belia yang murung dan putus asa. Cahaya maghrib begitu temaram sementara dingin semakin menyelusup ke pori-pori sisa hujan sore tadi. Gadis itu menangis di bangku taman beberapa blok tak jauh dari rumahnya. Orang-orang yang sedari tadi lalu lalang menatapnya dengan pandangan iba; seperti melihat gadis berkerudung merah penjual korek api di malam natal. Gadis yang cantik, begitu barangkali pikir mereka, mengapa dia menangis ? Beberapa orang mendatanginya sejak tadi, menanyakan apakah ia baik-baik saja, apakah ada yang
1

bisa mereka bantu? Tetapi jawab gadis itu, Terima kasih, aku hanya sedang bersedih dan ingin menangis. Aku baik-baik saja. Saat lelaki tua itu datang beberapa menit yang lalu, gadis itu menangis lebih keras lagi. Dia memeluk tubuh lelaki itu dan menumpahkan air matanya disana. Kakek, mengapa aku tak bisa membahagiakan orangtuaku? Mengapa akau selalu gagal dalam segala hal di hidupku? Mengapa aku tak bisa mewujudkan mimpi-mimpiku? Lelaki tua itu mengeratkan pelukannya. Gadis belia merasakan kenyamanan yang merambati perasaannya. Tidak, cucuku, kata lelaki tua itu, Jangan pernah berkata begitu. Barangkali kadang-kadang hidup memang tidak menyenangkan, tetapi jangan padamkan mimpimu. Jangan lelah bermimpi dan berharap. Putus asa hanya kata yang sia-sia Titik balik Saya memulai semua ini dari bawah, kata pemilik rumah makan itu, seorang reporter surat kabar kota sedang mewawancarainya, duapuluh tahun yang lalu, ketika saya masih muda, saya hanya tukang cuci piring disebuah kedai makanan di Stasiun kota. Lalu bagaimana bapak bisa memulai bisnis rumah makan i ni? Hingga sekrang menjadi pengusaha sukses dengan 16 cabang rumah makan tersebar di lima kota berbeda? Reporter itu membetulkan posisi alat perekam yang dibawanya, kemudian mempersilahkan Pak Hasan kembali meneruskan cerita. Saya sempat berfikir bahwa hidup saya akan berakhir di ember cucian piring-piring kotor. Wktu itu saya hanya tukang cuci. Pekerjaan tukang cuci. Pikiran sayatukang cuci. Hidup saya tukang cuci. Mata Pak hasan tampak menerawang ke masa berpuluh tahun silam, Hingga majikan mengengkat saya menjadi asistennya. Hidup saya oleng. Saya menjadi bingung pada diri sendiri. Saya tidak percaya. Bagaimana mungkin saya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci harus menghadapi pembeli dan memenuhi permintaa-permintaan mereka dengan wewenang yang diberikan majikan kepada saya? Biasanya saya hanyaberhadapan dengan piring-piring, menggosok dan membilas sampai cling, dan sekarang bagaimana saya harus menjalankan tugas lain yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya?
2

Reporter muda itu mengangguk-angguk. Ada senyum yang terbit dari wajahnya. Pak hasan juga tersenyum masih bersemangat melanjutkan cerita; Dua hari setelah diangkat menjadi asisten majikan warung, saya menghadap untuk mengundurkan diri dan kembali jadi tukang cuci saja. Mengapa? Tanya majikan saya. Saya tidak bisa mengerjakan apapun selain mencuci piring, jawab saya. Di sanalah majikan memarahi saya. Katanya, kalau hari ini kamu tukang cuci piring, bermimpilah besok kamu akan jadi pemilik warung. Kalu kamu sudah menjadi pemilik warung, bermimpilah tentang hal lain yang lebih besar! Sajak saat itu, kesadaran saya tersentak. Lalu saya mulai menanam impian-impian saya sendiri. Bagaimana bapak bisa berhenti berpikir bahwa nasib bapak hanyalah tukang cuci di warung itu? Majikan saya memutuskan untuk tidak menjual makanannya di temp at. Semua dibungkus. Sejak permintaan pelanggannya semakin meningkat, majikan saya tidak punya tempat lagi untuk menruh meja dan bangku-bangku. Piring-piring tidak digunakan lagibuntuk makan di tempat. Saya pun kehilangan piring-piring saya. Sejak saat itu saya mulai percaya bahwa masa depan saya bukan lagi tukang cuci. Maka saya mulai menerima takdir baru sebagai asisten majikan, selama menjadi asisten, saya belajar banyak hal dari majikan. Yang paling penting adalah soal impian. Kata mantan majikan saya itu, masa depan kita di mulai dari impian kita saat ini, saya sendiri tidak percaya saya bisa seperti sekarang ini. Lima belas atau dua pulah tahun yang lalu barangkali saya hanya bermimpi memiliki warung sendiri, tetapi kita tidak pernah tahu tuhan punya cara kerja yang berbeda dalam mengekssekusi impian dan harapan-harapan kita. Hasrat Dunia memang tak selebar daun kelor Akal dan pikiranku pun tak selamanya kotor Membuka mata hati demi sebuah cita-cita melangkah pasti, pena dan tinta berbicara Tetapkan pilihan tuk satu kemungkinan Sebagai bintang hiburan, dan terus melayang
3

Tak heran ragaku terbalut lebel mewah Cerminan seorang raja dalam cerita cinderella Ini bukan mimpi atau halusinasi Sebuah anugrah yang akan ku nikmati nanti Hasil kerja kerasku terbyarkan lunas.. tuntas.. Melakoni jati diri sampai puas Tinggalkanlah gengsi, hidup berwal dari mimpi Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi Rasakan semua, peduli itu ironi tragedi Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Utopia Seorang penyair pernah ditanya soal utopia. Apa itu utopia yanya seseorang kepadanya. Utopia adalah sebuah titik, yang ketika kau berada di sebuah horison, titik itu berada sepuluh langkah di hdapanmu, kata si penyair, Setiap kali kau mendekatinya sepuluh langkah, titik itu akan menjauh sepuluh langkah. Dan ketika kau berusaha menggapainya seribu langkah, titik itu selalu menjauh sebanyak langkah yang kau ambil, lanjut si penyair. Lalu , apa pentingnya utopia? Si penanya terus bertanya. Itu tadi, utopia penting untuk dimiliki, agar kau selalu melangkah dan terus melangkah. Percaya Dulu, sama sekali nggak kebayang kita bakal kayak gini, fahd. Kata Tito kepadaku. Dulu Fade2Black Cuma band Hip Hop biasa yang menjual album rekamannya dari tangan ke tangan, manggung Cuma dibayar ucapan terima kasih tau nasi bungkus... kita sam sekali nggak kebayang bakal kayak sekarang. Kita Cuma percaya bahwa kerja keras nggak akan sia-sia. Ya, kita percaya itu.

Suasana Coffe Station malam itu begitu hening, malam begiu bersahabat, dan kami sedang memperbincangkan bagaimana impian, keyakinan, rasa percaya, kerja keras, bisa membawa kita pada kebahagiaan. Lo lihat baju gue, Fahd? Sepatu, topi, semuanya gratis. Dikasih sama sponsor. Ini barang-barang mahal yang dulu Cuma bisa gue lihat di majalaj dipake orang lain. Sekarang gue mendapatkannya gratis karena sponsor suka sama karya kita dan mereka pengin kita jadi brand ambassador-nya. Arie mulai berkomentar, Gue bersyukur banget udah berada di titik ini, tapi ini emang bukan hal yanh mudah, kita berjuang kurang lebih sepuluh tahun buat sampe ke sini. Imbuhnya. Aku hanya memperhatikan mereka, tersenyum kagum mendengarkan kisah hebat dari orang-orang yang begitu luar biasa seperti mereka. Sesekali aku menyesap cokelat panas dihadapanku, lalu kembali mendengarkan kisah mereka. Bener banget Fahd. Kita sama sekali nggak kebayng bisa keliling Indonesia, keluar negeri, orang-orang menghormati dan menghargai kita. Seneng banget! Sebelumnya kita semua berasal dari keluarga sederhana, working class. Ini semua bahkan jauh banget dari apa yang pernah kita impikan tentang fade 2 black waktu pertama kali kita membentuknya. Eza tak ketinggalan mengungkapkan rasa syukurnya. Semua memang berubah saat kita diajak kolaborasi sama Bondan Prakoso, kita makasih banget sama dia, udah ngajakin kita dalam project Bondan Prakoso & Fade2Black ini Timpal tito. Bondan hanya tersenyummendengarnya. Dia. Pemuda hebat yang begitu rendah hati dan bersahaja, tak pernah merasa semua sukses ini berkat dirinya sendiri, Enggak gitu, bro. Kita sama-sama berusaha dan bekerja keras. Kita mewujudkannya bareng-bareng. Katanya sambil tersenyum. Aku tersenyum. Semua yang duduk di meja itu, tito, Eza, dan Arie, juga tersenyum. Ya kan kalian tahu sendiri, kata tito, Bondan udah jadi musisi besar duluan. Siapa sih yang nggak tahu Bondan Prakoso? Dia udah jadi artis terkenal sejak kecil. Gue sama bondan satu kampus, kita sama-sama kuliah di Sastra Belanda
5

UI, dulu kita cuma sering sharing soal musik. Sampai pada suatu hari Bondan ngajakin bikin Project bareng. Gue tentu aja seneng banget. Pas gue kabarin sama anak dua ini, katanya sambil menunju Eza dan Arie, Dua-duanya girang banget! Gue tahu gimana mereka loncat-loncat heboh waktu dapat kabar itu. Sekarang, kita berempat udah toyor-toyoran, deket banget! Kemana-mana bareng! ia menutup ceritanya dengan tawa. Kami semua tertawa Bondan terkekeh, Lebay lo ah! Sama aja kok, gue juga berasal dari keluarga sederhana. Working class, seperti kata Eza. Gue berproses sejak lama. Gue berjuang dari kecil untuk bisa punya tempat di indutri ini. Sumpah, nggak gampang.. tapi kerja keras emang selalu menunjukan hasilnya. Bareng Fade2Blackpun nggak kerasa udah 5 tahun sejak 2005, awalnya kita Cuma di anggap band biasa aja malah mungkin di spelekan, kita baru bener-bener ngerasain semuanya meledak di tahun ini, di album ketiga. Meskipun di dua album sebelumnya kita juga pernah dapet penghargaan-penghargaan, nggak bisa dipungkiri lagu Ya sudahlah jadi momentumnya. Cerita bondan. Kalian emang hebat, kataku, Bukan Cuma musik yang bagus, lirik yang bagus, katya yang bagus, kesuksesan juga soal bagaimana seseorang menjalani dan menjalankan semuanya, kan? Bener banget, kata Tito, Kalau boleh di gambarkan, perjalanan kita bisa diwakili sama tiga lagu. Hidup berawal dari mimpi di album Respect, waktu di album Unity, sama Ya sudahlah di album for all. Kita memulai semua ini dari impian, kemudian kita memperjuangkan dan mempertaruhkan impian itu bersama waktu yang terus berjalan...terakhir, saat kerja keras kita sudah dilakukan, kita hanya menunggu dengan rasa percaya dan cinta, Ya Sudahlah! Ya, hidup berawal dari mimpi! kata Bondan sambil tersenyum. Kemudian Tito tersenyum. Eza tersenyum. Arie tersenyum, aku tersenyum. Semua tersenyum. Entah bagaimana caranya, senyum selalu menular. Dinamika Jalan sedikit tersungkur terjungkir balik Melangkah menuju titik, lakukan yang terbaik
6

Kuketatkan tekad dan niat agar melesat Seperti rudal squad, mimpiku kan kudapat Mencari tepuk tangan atas karya keringatku Bukan satu yang ingin aku tuju Naik ke atas pentas, agar orang puas Dapat applause, cek atau pun uang kertas Cari sensasi atau pun kontroversi Bukan caraku agar hidup kurekonstruksi Dri mimpi semua hal dapat terjadi Maka lebarkan sayap dan terbanglah yang tinggi Tinggalkanlah gengsi, hidup berwal dari mimpi Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi Rasakan semua, peduli itu ironi tragedi Senang-bahagia, hingga kelak kau mati Agar semua terjadi, hingga kelak kau mati... Agar semua terjadi, hingga kelak kau mati...

Anda mungkin juga menyukai