Anda di halaman 1dari 35

IT'S OK WE HAVE

MIN PAPA

Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA
Esa Kim

Dilarang melakukan plagiarisme (mengutip


sebagian atau seluruh isi cerita tanpa ijin,
mencetak atau memperbanyak cerita,
menyebarluaskan cerita, dsb tanpa izin dari pemilik
cerita.
Jika teman-teman pembaca menemukan hal-hal
yang sudah disebutkan di atas, mohon
kerjasamanya.

2
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Table of Contents

Cinta Pertama
5

Drunk Love
17

3 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Persembahan
E-book ini aku persembahkan untuk pembaca setia tulisanku
dalam rangka merayakan Married With Ex-Idol yang sudah
menyentuh 1 juta views di watpad!
Terima kasih untuk semua teman-teman yang masih setia
mengikuti tulisanku. I never even imagined that I could still
writing until right now, aku juga tidak pernah mengharapkan
tulisanku bisa dibaca sebanyak 1 juta kali.
Thanks to BTS karena sudah mempertemukan aku dengan
teman-teman yang baik selama menulis cerita kalian di
Wattpad. Aku selalu ingin tetap seperti ini, mengagumi dan
menulis.
Semoga teman-teman pembaca suka dengan e-book pertama
yang aku kerjakan sendiri ini. Walau masih banyak
kekurangan, semoga ini bisa mengobati rindu kalian dengan
Min Family!

4 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Cinta
Pertama
K aki berbalut sandal selop rumahan melangkah
cepat seperti hampir berlari. Kaki-kaki itu melewati
ruang resepsionis rumah sakit dan berbelok untuk
masuk ke dalam lift.
Yun Gi tak sadar mengigit bibir bawahnya saking
khawatir sambil menunggu lift membawanya ke lantai
yang pria itu ingin tuju. Pria itu segera bergegas keluar
dari lift dan mencari ruang pedodonti.
Suara tangisan familiar terdengar sampai lorong yang
Yun Gi susuri. Suara tangisan itu menuntun Yun Gi
melangkah mengikuti. Segera pria itu mendorong pintu
masuk dengan tulisan ruang pedodonti di pintunya.
Didapati beberapa orang mengisi ruangan, termasuk
sang istri. Yun Gi tak bisa lagi fokus ke lain hal.
Tatapannya hanya tertuju pada Yunna kecil yang
sedang mengamuk di kursi dental, seragam sekolah
peri kecil itu sudah berubah merah karena darah yang
turun dari mulut. Hana dan seorang dokter perempuan
mencoba memegangi Yunna yang mengamuk.

5 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Mau sama Daddy! Daddy! Daddy!" Yunna menangis


kencang sambil memanggil sang ayah.
Yun Gi cekatan mendekat dan memangku Yunna.
Tangisan Yunna seperti meremas dadanya. Putrinya
sedang kesakitan.
"Tidak mau cabut gigi, Daddy! Yunna tidak mau!"
Yunna mengamuk saat dokter mendekat ke arahnya.
"Ini harus dicabut karena sudah goyang, kalau tidak
dicabut malah semakin sakit." Dokter itu menjelaskan
ke arah Yunna dengan nada yang ramah.
"Ssstt... Tidak boleh menangis lagi, sudah sama
Daddy." Yun Gi berusaha menenangkan.
Hana masih ada di ruangan itu dengan Yunho yang
bersembunyi di balik tubuhnya sambil memeluk kaki
sang ibu. Seragam sekolahnya juga belum diganti.
Ketara tangisannya ditahan karena tahu apa yang
menimpa kembarannya adalah salahnya.
"Tapi aku tidak mau cabut!!!!" Yunna berteriak. Air
matanya sudah jatuh terus. Pipinya basah.
"Tidak sakit, Yunna. Sudah sama Daddy," Hana
berusaha menenangkan.
"Tidak sakit, cuma sebentar. Setelah giginya dicabut,
nanti dikasi es krim sama dokternya," Yun Gi
menimpali.
"Be-benar tidak sa-sakit, Daddy?" tanyanya
sesenggukan sambil mendongak menatap wajah sang

6 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

ayah yang memangkunya. Tatapan itu seperti hanya


percaya pada Yun Gi.
"Iya, sungguh."
Akhirnya setelah drama mengamuk, dokter mulai
melakukan penanganan untuk mencabut gigi Yunna.
"Buka mulut, Sayang," Yun Gi yang memangku
Yunna berucap. "Tahan sebentar."
Yunna di pangkuan Yun Gi sudah sepenuhnya
terpejam, tak berani membuka mata. Itu
menggemaskan, sampai Yun Gi mengulas senyum
samar. Kekhawatirannya sedikit mereda.
Yun Gi bisa merasakan genggaman erat tangan kecil
Yunna di kemeja hitamnya tepat di punggung ketika
dokter mendekatkan alat untuk cabut gigi.
Hana melihat bagaimana suaminya mengatasi
masalah tentang Yunna. Hana tahu Yun Gi punya
tempat yang spesial di hati buah hatinya. Hana bahkan
bisa merasakan seberapa khawatirnya Yun Gi, itu jelas
ketara ketika Yun Gi tak berhenti berkeringat di sekitar
dahi padahal AC ruangan menyala. Yun Gi adalah ayah
yang baik.
"Sudah selesai," ucap dokter itu setelah menyumbat
gusi Yunna sehabis gigi peri kecil itu dicabut.
Yunna kecil membuka matanya dan langsung
mendekap erat sang ayah.
"Pintar, ya, anaknya Daddy." Kecupan singkat Yun

7 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Gi berikan di pucuk kepala Yunna.


Hana yang menyaksikan akhirnya bisa bernapas lega.
"Kenapa menangis? Sudah selesai. Tidak sakit
bukan?" Yun Gi mengusap-usap punggung putrinya
yang kembali terisak dalam dekapannya.
"Nanti gigi Yunna tumbuh lagi kan, Mommy...?"
Yunho mendongak menatap sang ibu dengan manik
berkaca-kaca.
"Iya, Sayang. Nanti tumbuh lagi jadi gigi baru."
"Ini pertama kalinya cabut gigi, ya?" Dokter bertanya.
"Iya. Mereka belum pernah cabut gigi," balas Yun Gi
sambil beranjak dari kursi dental. "Yunna digendong
Mommy dulu, ya. Daddy mau ambil obat Yunna dulu di
loket."
Yunna menggeleng, semakin memeluk sang ayah
erat. Sampai waktu berpindah dan Yunna tak mau lepas
dari Yun Gi. Di dalam mobil ketika perjalanan pulang
pun Yunna masih dipangku Yun Gi sampai peri kecil
itu tertidur. Yunho dipangkuan sang ibu juga tertidur.
Sepertinya mereka kelelahan sehabis sekolah.
"Kerjaannya tidak apa kalau ditinggal? Kau tidak ke
agensi lagi kan setelah antar kita pulang?" tanya Hana
melihat ke arah sang suami.
"Nanti kerja di rumah saja, Sayang."
"Tadi kamu khawatir sekali, ya? Sampai keringatnya
bercucuran." Hana tertawa tipis mengingat ekspresi

8 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

khawatir sang suami beberapa menit lalu.


"Aku tidak tega dengar Yunna nangis sampai teriak
begitu," balas Yun Gi. Jemarinya yang tidak sibuk
terangkat mengusap surai Yunna di pangkuannya.
"Mainannya kenapa ekstrem begitu sampai gigi Yunna
bisa copot? Aku mau marah, tapi tidak bisa saking
khawatirnya. Nanti sampe rumah anak-anak akan aku
nasehatin."
"Mereka tidak mau cerita bagaimana kronologinya.
Tadi gurunya yang kasi tahu. Kamu tidak boleh marah
setelah dengar ini."
"Apa?"
"Yunho tidak sengaja dorong Yunna waktu bermain,
lalu Yunna jatuh, bibirnya terbentur kepala temannya
yang lain," jelas Hana.
Yun Gi tak langsung merespon hanya berdecak tak
suka.
"Tidak sengaja. Mereka pasti terlalu senang bermain."
Hana selalu ingin membela anak-anaknya.
"Kamu biasa begitu. Mau bagaimana pun itu salah
Yunho. Bayangkan kalau yang Yunho dorong itu
bukan Yunna, tapi temannya yang lain. Bisa jadi besar
masalahnya kalau begitu. Jangan dibiasakan bilang
bahwa kesalahan mereka itu ketidaksengajaan, Hana."
Yun Gi marah.
"Iya, iya. Nanti aku nasehati."

9 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Bagaimana teman mereka yang berbenturan dengan


Yunna?" tanya Yun Gi.
"Tidak ada masalah, keduluan panik karena bibir
Yunna keluar darah."
Yun Gi kembali berdecak. "Itu namanya sudah
kelewatan mainannya."
"Nanti kalau bicara sama Yunho jangan dibentak, ya,
Yun. Dia takut sama kamu dari tadi makannya diam."
Yun Gi tak bicara lagi. Ekspresinya marah. Namun,
percayalah jika pria itu mendengar semua yang Hana
katakan. Yun Gi juga mengerti bagaimana sang istri.
Istrinya kelewat sayang dengan anak-anak mereka.
Tak mendapatkan respon dari Yun Gi, Hana beralih
menggenggam jemari sang suami yang memegang
perseneling. Memang terlihat cuek, tetapi Yun Gi
membalas genggaman sang istri tanpa menoleh.
Tangan sang istri digenggam, dibawa mendekat ke
bibir dan dikecup.

Keesokan setelah insiden gigi Yunna copot, Yunho


tiba-tiba berubah kalem. Tak ada lagi Yunho yang
nakal dan aktif. Yunho berubah jadi anak pendiam
yang bermain seperlunya, bahkan lebih banyak
menonton ketimbang bermain. Padahal biasanya hanya

10 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Yunho pelaku yang membuat rumah berantakan.


Satu lagi perubahan sikap dari Yunho, peri kecil itu
selalu menghindar kalau ada sang ayah.
"Yunho Sayang, kemari dulu. Daddy mau bicara."
Yun Gi muncul di ruang utama ketika kedua buah
hatinya sedang menonton kartun.
Yunho segera mendekat dengan tatapan takut.
"Jangan marahi Yunho, ya, Daddy..." Yunna
menggambil duduk di sebelah sang ayah, mencoba
untuk membela Yunho.
Sebelumnya Yun Gi sudah sempat menguping
pembicaraan peri-peri kecilnya kemarin malam. Yunho
bercerita pada Yunna kalau Yunho takut bertemu
dengan sang ayah.
"Kakak Yunho kan sudah besar, ya?" Yun Gi
berusaha berbicara dengan ramah seperti yang Hana
pinta. Kedua tangan Yun Gi memegang bahu kecil
Yunho.
Yunho mengangguk lugu, tatapannya takut menatap
sang ayah.
"Kemarin waktu Yunna jatuh itu bagaimana
ceritanya? Bisa kasi tahu Daddy dengan jujur?" tanya
Yun Gi.
Yunho menunduk, tak langsung menjawab.
"Yu-yunho yang do-dorong Yunna, Daddy..," jawab
Yunho jujur sambil kembali menatap sang ayah dengan
manik berkaca-kaca.
11 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Kenapa didorong? Tahu bukan bahwa yang seperti


itu bahaya?"
Yunho mengangguk lugu. "Yunho juga ti-tidak tahu
kalau ternyata Yunho do-dorong Yunnanya keras
begitu sampai jatuh..."
"Sudah tahu salah sekarang, bukan?"
Yunho kembali mengangguk. "Ma-maaf, ya, Daddy...
Yunho jangan dimarah..."
Yunho tiba-tiba menangis ketakutan. Tangisannya
kencang.
"Kenapa menangis? Anak pintar tidak boleh nangis."
Jemari Yun Gi mengusap punggung kecil Yun Ho.
"Kakak, jangan nangis. Yunna sudah sembuh kok."
Yunna berusaha ikut menenangkan sang kakak. Gigi
Yunna yang hilang terlihat ketika peri kecil itu
berbicara.
"Jangan main yang berbahaya seperti itu lagi, ya?
Jangan main dorong-dorongan. Main yang baik-baik
saja di sekolah. Ya, nak?" Yun Gi menasehati dengan
nada yang hangat.
Yunho yang masih menangis, mengangguk sambil
menatap sang ayah dengan manik yang basah.
"Ma-maaf, Daddy.... Yunho su-sudah buat gigi a-
adik dicabut," ucap Yunho.
"Iya, Daddy tak marah. Cuma kasi tahu Yunho yang
baik. Sudah minta maaf sama adik?" Yun Gi mengusap

12 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

lembut surai putranya.


Yunho mengangguk.
"Sudah, Daddy. Kakak sudah minta maaf ke Yunna
kemarin." Yunna menjawab sambil mengusap bahu
kakaknya dengan tangan kecilnya.
Kemudian Yun Gi membawa kedua peri kecilnya
untuk dipangku dan dipeluk. Kecupan singkat
diberikan di masing-masing pipi.
"Jadi anak yang baik, ya, nak."
Diam-diam Hana memperhatikan interaksi sang
suami dengan anak-anaknya sedari tadi sampai-sampai
harus menjeda aktivitas menyiapkan makan malam.
Wanita itu jelas tersentuh dengan segala hal yang Yun
Gi lakukan. Yun Gi adalah suami sekaligus ayah yang
baik.

Hana yang terlelap di balik selimut terusik ketika


seseorang mendekapnya erat dari balik tubuh.
"Sayang, hadap sini. Peluk aku," bisik Yun Gi tepat
di telinga Hana.
Dengan kesadarannya yang belum sepenuhnya
terkumpul, Hana menuruti sang suami. Berbalik dan
masuk ke dalam dekapan sang suami.
"Kau begitu, masa tidur duluan?" protes Yun Gi
sambil ikut masuk ke dalam selimut.

13 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Hana terkekeh dengan maniknya yang tak sepenuhnya


terbuka.
"Aku kalau sendiri tak akan bisa tidur, bisa-bisanya
kau tidur dengan mudah tanpa aku," Yun Gi terus
mengomel.
Jemari Hana terangkat menarik tengkuk sang suami
untuk ciuman.
"Sudah, ya, marahnya," ucap Hana setelah ciuman.
"Maunya tunggu kamu, tapi tak datang-datang. Aku
kira kau akan tidur bersama anak-anak malam ini."
"Kenapa tak menyusul? Sengaja, ya, biar bisa
sendirian?" sinis Yun Gi.
Hana terkekeh. "Bukan begitu. Biar anak-anak
fokusnya sama kamu, aku tak mau ganggu."
Yun Gi tak memperpanjang perdebatan lagi, hanya
mendekap Hana sambil mengusap punggung sang istri.
"Sayang," Hana memanggil.
Yun Gi berdeham sambil memejamkan mata.
"Terima kasih sudah jadi cinta pertamanya Yunna,"
ucap Hana.
Hana bisa merasakan usapan jemari Yun Gi di
punggungnya terhenti.
"Aku harap aku selalu bisa," kecupan singkat Yun Gi
jatuhkan di kening sang istri. "Aku khawatir."
Kalimat Yun Gi membuat Hana mendongak. "Apa?"
"Anak-anak sudah tumbuh besar. Aku khawatir dan

14 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

takut tentang Yunna yang nanti akan tumbuh dewasa."


"Apa yang kau khawatirkan?"
Yun Gi menatap ke dalam mata sang istri lekat-lekat
sebelum menjawab.
"Aku sudah banyak menyakitimu di masa lalu, Hana.
Aku adalah pria berengsek. Bagaimana jika Yunna
bertemu dengan pria brengsek sepertiku di masa lalu
ketika dewasa nanti?" pantulan cahaya lampu oranye di
atas nakas membuat manik Yun Gi terlihat berkaca-
kaca.
Hana sempat diam dan tak bisa menjawab. Hana tak
menduga jika Yun Gi berpikir sejauh itu.
"Aku rasa, aku tak akan bisa terima kalau putriku
tersakiti. Aku takut."
"Berarti kau harus jadi obatnya kalau sampai putri
kita tersakiti. Jangan sampai cinta pertamanya
menyakitinya juga," jemari Hana mengusap pipi sang
suami.
"Apa ayahmu melakukan itu juga ketika aku
menyakitimu?" tanya Yun Gi.
Hana mengangguk. "Karena cinta pertamaku
ayahku."
"Lalu, kenapa kau mau kembali pada pria berengsek
yang telah menyakitimu?"
Mereka bertatapan cukup lama.
"Karena, walau dia pernah menyakitiku, tetapi aku
yakin dia bisa jadi cinta pertama untuk putriku nantinya
15 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

dan bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku."


Yun Gi sempat menghela berat ketika Hana selesai
menjawab. Dadanya seperti sesak dan berat.
"Sudah, ya, jangan ungkit masa lalu lagi. Nanti aku
nangis. Lagi pula, aku sudah hidup dengan baik saat
ini. Bisa merasakan menjadi seorang istri dan ibu, bisa
merasakan dicintai dirimu dan anak-anak. Tak ada hal
lain yang ku harapkan selain itu," balas Hana sambil
menahan air matanya yang sudah berkumpul di
pelupuk.
Yun Gi mengangguk sambil menatap sang istri.
Kemudian mendekat untuk ciuman yang cukup lama.
"Terima kasih, Hana Sayang," ucap Yun Gi setelah
menarik diri. "Saranghae."
"Saranghae."

16 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Drunk
Love
Pagi-pagi sekali dapur sudah terasa hangat. Sup
daging yang sudah mendidih di atas stove, asapnya
mengepul. Asapnya berterbangan melewati pintu dapur
yang tidak tertutup, mencoba untuk menggoda orang-
orang rumah yang masih terlelap.
"Mommy, jangan dikasi pedas, ya," Yunho yang
duduk di atas meja marmer berucap.
"Iya, Sayang. Ini cabainya untuk ditambah ke sup
punya Daddy," balas Hana setelah sempat tersenyum
mendengar ucapan Yunho.
Yunho sudah bangun pagi-pagi sekali dan membantu
Hana sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Sedangkan
yang lainnya masih tertidur di kamar masing-masing.
"Paman Insu jemput jam berapa, ya? Yunho tidak
sabar pancing ikan di Daegu sama Paman dan Kakek,"
ucap Yunho.
"Nanti pasti datang. Adik Yunna saja belum bangun.
Yunho suka, ya, menginap di Daegu?"

17 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Suka, Mommy. Di sana banyak hal yang seru.


Memancing, petik stroberi, tangkap kerang di pantai.
Banyak hal."
Hana tersenyum lagi mendengar tutur Yunho. Yunho
itu banyak bicara kalau sudah bersama Hana. Paling
sering menceritakan tentang sekolah dan teman-teman.
"Mommy boleh ikut menginap di Daegu, tidak?"
tanya Hana.
"Tidak boleh. Kalau Mommy ikut menginap di
Daegu, Daddy di rumah dengan siapa?"
Hana tertawa. "Daddy ya ikut juga."
"Tidak boleh, Mommy..." Yunho melarang.
"Sudah mulai nakal, ya?" Hana mengerutkan
hidungnya sambil menunjuk Yunho. "Tidak boleh
sembunyikan apapun dari Mommy. Jangan bohong-
bohong. Kakek pasti sering bebaskan Yunho makan
apapun. Permen banyak-banyak, ice cream, snack, dan
sirup."
Yunho selalu merasa senang setiap kali dititipkan di
Daegu karena memang jarang dilarang tentang
makanan. Beda lagi kalau sudah bersama Hana dan
Yun Gi. Banyak larangannya, tetapi semua itu demi
kebaikan si kecil.
"Tidak, Mommy. Tidak ada bohong-bohong, Mommy
Cantik..." ucap Yunho menggemaskan.
Hana gemas, pipi Yunho dicium cukup lama.

18 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Lagi yang kiri," Yunho menyerahkan pipi kirinya.


Menggemaskan sekali. Hana tak mungkin menolak.
"Cium di bibir, Mommy Cantik," pinta Yunho lagi.
Hana menggeleng. "Sudah cukup tidak boleh cium
di bibir, di pipi saja."
"Kenapa?" Yunho cemberut.
"Tidak sehat," balas Hana.
Yunho menggeleng, wajahnya cemberut. Kalau
sudah bersama Hana, malah mendadak manja.
"Kemarin Yunho liat Mommy dan Daddy ciuman
lama di bibir," protes Yunho. Kedua tangannya dilipat
di depan dada.
Hana terkejut, kemudian tertawa cukup keras. "Kau
mengintip, ya?"
Yunho mengangguk dengan tatapan sinis. "Ya,
Yunho liat."
"Itu tidak sehat. Yang bagus itu cium di pipi," balas
Hana sambil menengok ke arah pintu masuk dapur dan
mendapati sang suami yang shirtless masuk ke dapur.
Yun Gi langsung mendekat ke arah Hana dan
mendekap sang istri dari belakang.
"Jangan ganggu, Sayang. Aku sedang siapkan
sarapan dengan chef cilik." Hana berusaha menahan
sang suami.
"Iya, ciuman di bibir itu tidak sehat." Kemudian
Yun Gi mengecup pipi Hana di hadapan Yunho.

19 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Begitu baru boleh."


"Kalau tidak sehat kenapa Daddy cium Mommy di
bibir?" Yunho tak puas dengan jawaban yang
diberikan.
"Mana cium di bibir? Daddy cium Mommy di pipi,"
balas Yun Gi.
"Kemarin Daddy cium Mommy di bibir!" protes
Yunho.
"Kemarin tidak sengaja cium di bibir," balas Yun Gi,
sesungguhnya sudah tak bisa menjawab dengan
jawaban yang lebih berkualitas.
Itu malah membuat Yunho tambah kesal. "Hhm!
Padahal Yunho juga ingin cium bibir Mommy!"

Rumah jadi terasa sangat sepi ketika tak ada Yunho


dan Yunna. Sebagai ibu yang hampir 168 jam bersama
anak-anak setiap minggunya, Hanalah yang paling
merasakan kesepian itu ketika putra-putrinya tak di
rumah. Tak ada yang tertawa atau menangis, tak ada
yang diperhatikan.
Seusai membersihkan kamar si kecil di sore harinya,
Hana masuk ke kamarnya dan mendapati Yun Gi
dalam balutan pakaian casual tengah berdiri di depan
cermin. Pria itu terlihat rapi dengan kaos putih diselingi

20 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

kemeja navy bergaris putih dan celana panjang hitam.


"Mau ke mana rapi begitu? Katanya tidak ada
kerjaan hari ini?" tatapan curiga Hana layangkan ke
arah sang suami.
"Keluar sebentar sama teman-teman grup. Sebentar
saja, Sayang," ucap Yun Gi dengan mudahnya sambil
menyisir rambut.
"Ke mana?" suara Hana berubah dingin.
Yun Gi sempat diam sesaat, sebelum menjawab
dengan suara kecil. "Club. Minum sebentar saja."
Hana memutar bola mata dan segera menjauh. Yun
Gi melihat reaksi sang istri lewat cermin. Hana beralih
mendekat ke lemari baju untuk bersiap mandi.
"Aku keluar sebentar, ya, Sayang," ijin Yun Gi
sekali lagi ketika sudah benar-benar siap, tetapi Hana
tak merespon. "Jawab kalau diajak bicara."
"Iya," balas Hana cuek tanpa berbalik.
"Jangan tidur dulu, tunggu aku pulang."
Sudah bikin kesal, sekarang malah tak tahu diri
dengan melarang untuk tidur lebih dulu. Itu jelas
membuat Hana sinis.
"Terserahku," jawab Hana.
Hana sedikit terkejut ketika Yun Gi tiba-tiba
mendekapnya dari belakang, lengannya melingkar di
perut. Hana bisa melihat di tangan kiri Yun Gi sudah
terpasang jam tangan mewah, kemudian Hana bisa

21 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

menghirup aroma parfum sang suami menyebar di


sekitarnya ketika Yun Gi membaur dekapan.
"Jangan marah. Kasi aku keluar sebentar saja," bisik
Yun Gi di telinga Hana sambil mendekap erat sang
istri.
"Aku di rumah sendiri, Yun. Kalau tahu akan begini,
lebih baik aku ikut anak-anak ke Daegu," protes Hana.
Yun Gi malah terkekeh di balik tubuhnya.
"Sebentar saja, Sayang. Saranghae."
Setelah mengucapkan hal itu, Hana tak bisa lagi
menahan Yun Gi. Hana jelas kesal. Dirinya benar-
benar di rumah sendirian, anak-anak menginap di
Daegu, ditambah kini Yun Gi yang pergi ke club.
Tahu apa yang tidak berubah dari Yun Gi sejak
dulu? Sifat mendominasi dari pria itu. Masih seperti
dulu, keputusan akhir selalu ada di tangan pria itu.

Emosi Hana sudah di ujung tanduk ketika Yun Gi


tak berkabar. Hilang tak bisa dihubungi, pasti masih di
club. Hana sudah bersiasat akan mogok bicara di pagi
harinya, tetapi rencananya hancur ketika seseorang
menekan-nekan bell rumahnya di pertengahan malam.
Hana mendapati Yun Gi dibopong oleh dua
temannya. Yun Gi mabuk berat.

22 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Hyung mabuk berat. Tidak tahu kenapa minum


banyak sekali hari ini. Keliatannya dia bahagia."
"Dia terus membicarakanmu ketika mabuk."
Laporan itu yang Hana dapatkan dari dua teman
suaminya beberapa menit lalu. Kini hanya tersisa Hana
dan satu orang mabuk yang berbaring lemah di atas
ranjang. Entah sudah berapa kali Hana berdecak kesal.
Ingin marah, tapi tahu jika itu akan percuma. Yun Gi
tak akan ingat apa yang Hana katakan. Pria itu mabuk
berat sambil menyebut namanya dengan manja berkali-
kali.
Hana duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan
sang suami.
"Hana Sayang..," panggil Yun Gi lemah sambil
menggeser tubuh mendekat ke arah sang istri.
Pinggang sang istri dipeluk, Yun Gi menggeser
kepalanya tepat di paha Hana.
"Saranghae, Min Hana istriku," ucapnya sambil
mendongak. Maniknya sayu menatap Hana.
Sikap Yun Gi berubah jadi terang-terangan ketika
mabuk. Lucu sekali ketika mabuk, marah Hana bisa
sirna dengan mudah jika sampai terpancing sikap lucu
Yun Gi.
"Sayang, kau cantik sekali pakai gaun ini," Yun Gi
membuat topik lagi agar istrinya menyahut.
Hana tak kian menyaut sampai Yun Gi mendekap
pinggang sang istri dan mengecup perut sang istri yang
23 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

berbalut gaun satin berwarna mint.


"Kau sedang mabuk, sebaiknya cepat ganti baju dan
tidur," ucap Hana kemudian.
"Bantu aku ganti pakaian, Sayang..." pinta Yun Gi
manja.
Hana berdecak dibuatnya. Yun Gi akhirnya
mengubah posisi duduk dan Hana membantu sang
suami melepas kancing kemeja. Aroma alkohol yang
cukup kuat menusuk indra penciuman ketika Hana
mendekat ke arah sang suami.
"Kenapa minum banyak sekali hari ini? Tadi
temanmu cerita," ucap Hana marah sambil membantu
sang suami menanggalkan kancing kemeja.
"Tidak minum banyak. Aku tidak mabuk," jawab
Yun Gi dengan kekehan. Jelas-jelas pipinya sudah
memerah karena mabuk.
"Jawaban klasik dari seseorang yang sedang mabuk."
Hana jadi tambah kesal. "Seharusnya aku tak bukakan
pintu saja, biar tidur di rumah teman."
"Jangan, Sayang..." Yun Gi kalau sedang mabuk
kalimatnya jadi diayun dan selalu terdengar seperti
menggoda.
Hana memiringkan kepala ke samping ketika sedikit
kesusahan menanggalkan kancing kemeja terbawah
sang suami.
Begitu tiba-tiba Yun Gi mendekat dan mengecup

24 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

perpotongan leher Hana yang terekspos karena gaun


yang Hana pakai tak berlengan. Itu membuat Hana
benar-benar berdebar sambil menahan napas. Begitu
tiba-tiba.
"Sayang, kau manis sekali," bisik Yun Gi sambil
menarik diri.
Tatapan mereka bertemu lagi. Yun Gi menanggalkan
kaos putihnya yang masih membalut tubuh.
"Aku tidak melayani suami yang mabuk," balas
Hana. Yun Gi malah terkekeh sambil menyisir
rambutnya ke belakang.
"Tidak kangen aku?" tanya Yun Gi.
"Tidak," balas Hana cepat.
"Kalau aku yang kangen?"
Pertanyaan Yun Gi memang sebuah godaan.
Seharusnya pertanyaan basi, hanya saja Hana tak bisa
bohong jika wanita itu berdesir dan berdebar ketika
sang suami bertanya seperti itu dengan tatapan seperti
ingin menerkamnya.
"Seharusnya sih dapat jatah malam ini. Cuma lebih
memilih ke club untuk mabuk-mabukan." Hana tak
semudah itu jatuh ke perangkap Yun Gi.
"Tidak mabuk, Sayang." Yun Gi masih mencoba
menggoda.
"Sampai dibopong dua teman begitu, masih juga
mengelak. Paling tidak suka dengan pria yang suka

25 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

bohong," marah Hana.


Yun Gi tertawa. "Iya, minum sedikit, Sayang."
Entah bagaimana teman-teman Yun Gi bisa
mengatakan bahwa Yun Gi minum sangat banyak,
padahal kenyataanya saat ini Yun Gi menjawab
pertanyaannya dengan baik. Ya, walau jatuhnya lebih
sering ke menggoda.
Yun Gi kembali mendekat untuk mencium Hana di
bibir, tetapi Hana segera menahan dengan meletakan
jari telunjuk di bibir sang suami.
"Tidak sehat cium di bibir," ucap Hana seperti tadi
pagi ketika Yunho ingin menciumnya di bibir.
Hana menangkap senyuman tipis sang suami,
kemudian berdesir dan berdebar luar biasa ketika
suaminya perlahan menjatuhkan ciuman di
perpotongan leher.
Yun Gi menyesapnya lembut cukup lama. Napas
Hana semakin memberat ketika sang suami
menurunkan ciuman ke dada. Mudah saja dilakukan
karena sang istri mengenakan gaun cukup terbuka.
"Hah..." desahan Hana lolos.
Tak bisa berkelid lagi. Sesungguhnya memang
jadwal untuk bercinta. Hana sejujurnya sudah siap,
hanya saja kesal ketika sang suami lebih memilih club.
Yun Gi menarik tubuh. Napas keduanya terengah.
Tatapan mereka bertemu.

26 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

"Sayang," panggil Yun Gi dengan tatapan ingin.


"Bantu aku buka celana, Sayang. Sudah sesak. Maaf
tidak bisa tahan lagi."
"Sekali saja, ya," tawar Hana.
"Sekuatku." Yun Gi malah memberi harga tinggi.
"Aduh, tidak mau. Tidak mau bercinta dengan orang
mabuk," tolak Hana segera.
"Tidak mabuk," masih juga Yun Gi mengelak.
"Tidak mau," Hana tetep kekeh.
"Aku janji, Sayang. Janji aku akan ingat apa yang
kita lakukan malam ini."
Memang semua pria itu pintar menggoda, termasuk
Yun Gi sekalipun yang dikenal cuek. Tetapi kalau
bersama Hana, harga dirinya sudah tak dipedulikan.
Rela memohon agar dapat jatah.
Hana terbuai. Dengan mudahnya terbuai. Waktu
berpindah dan kini malam sudah usai, berganti menjadi
dini hari. Erangan dan desahan panas terdengar dari
dua insan yang berpangkuan di tepi ranjang.
Gaun tidur berwarna mint sudah menjadi satu
dengan kemeja navy di atas lantai yang dingin. Tubuh
mereka polos. Yun Gi memangku Hana di tepi ranjang,
sambil menuntun sang istri yang membelakanginya.
Napas Yun Gi memberat, bibir bawahnya digigit
menahan nikmat. Kenikmatan itu membuat pengaruh
alkohol pergi begitu saja. Seajaib itu. Kedua tangan

27 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

besar Yun Gi mengerat di pinggang sang istri dengan


posesif.
"Hah! Sayang!" Hana menjerit ketika Yun Gi
menuntunnya bergerak lebih cepat.
Yun Gi menggeram nikmat. Punggung telanjang sang
istri dikecup sambil bergerak.
"Iya, Sayang. Close," Yun Gi beralih mengecup pipi
Hana sambil berbisik. "Keluar bersama, Sayang."
"Hah!"
"Sayangh! Argh!"
Mereka sampai untuk kesekian kalinya. Hana ambrug
di bahu lebar sang suami. Tubuhnya lemas dan
napasnya memberat.
Deru napas mereka bisa saling didengar. Yun Gi
mengecup pipi sang istri yang lemas di bahunya.
Dikecup lembut dengan penuh sayang.
"That was amazing. Kau selalu bisa buat aku
melayang. Jangan bosan-bosan, ya, denganku, Sayang."
bisik Yun Gi di telinga sang istri.
Yun Gi malam ini berubah jadi sangat manis dan
blak-blakan. Sering memuji dan selalu tahu bagaimana
cara membuat Hana nyaman.
Mereka berciuman lagi cukup lama sebelum benar-
benar menuntaskan acara bercinta malam ini.
"Kau cinta aku tidak, Hana Sayang?" Yun Gi
bertanya lagi.

28 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Pertanyaan Yun Gi membuat Hana terkekeh lemah.


Entah apa yang mau dipastikan lagi.
"Iya, cinta, Sayang. Kenapa Sayang tanya begitu?"
Hana mengecup pipi sang suami.
"Sering-sering bilang cinta, aku ingin selalu dengar,"
balas Yun Gi.
Hana tertawa dengan sisa tenaganya. "Iya, I love
you, Sayang."

Siang telah menyapa. Sinar mentari yang terik


menelusup dari jendela yang terbuka. Berusaha
mengusik wanita yang masih terlelap di balik selimut.
Hana akhirnya terusik. Tubuhnya terasa begitu
remuk. Perlahan maniknya terbuka dan ingatan malam
kemarin berkumpul di kepala. Itu membuat pipi Hana
tiba-tiba memerah.
Hana menengok ke samping dan tak mendapati sang
suami di sisinya. Sebagai gantinya, ada nampan berisi
buah potong, sereal, susu yang tak lagi mengepul, dan
sepucuk surat. Hana otomatis melihat ke jam di atas
nakas yang menunjukkan angka 12.19. Hana benar-
benar bangun telat.
Selimut yang menutupi tubuh sedikit disingkap,
Hana mendapati dirinya sudah berbalut piama bercorak

29 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

seperti papan catur. Tak hanya itu, Hana mendapati


kamarnya sudah sangat bersih, tak ada lagi pakaian
yang berantakan di lantai. Yun Gi sudah membereskan
semuanya.
Segera Hana menarik sepucuk surat di atas nampan.
Membaca deretan kalimat pertama saja sudah berhasil
membuat Hana berdebar dan pipinya memerah.

Aku tunggu kau bangun, tapi tidurmu terlalu


nyenyak. Mau bilang ini secara langsung, hanya
saja waktu mengejarku untuk jadwal meeting hari
ini.
Hanya mau bilang bahwa aku ingat semua yang
kita lakukan malam kemarin. Aku bahkan berdebar
ketika menulis surat ini karena harus mengingat
momen manis kita malam kemarin. Segalanya luar
biasa, Hana Sayang.

Ternyata aku membuat banyak tanda di lehermu


malam kemarin, pakai sesuatu untuk menutupi agar
anak-anak tidak bertanya.


Dimakan sarapannya, ya, Sayang. Segera telepon
aku setelah baca surat ini. Saranghae

-Suami
30 Esa Kim

IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Hana tertawa tipis membaca surat yang ditulis sang


suami. Perlahan wanita itu keluar dari selimut dan
bangkit dari ranjang. Hana melihat bayangannya di
cermin. Kerah piamanya disingkap, dan menemukan
banyak bekas kemerahan di sekitar leher dan dadanya.
"Min Yun Gi, kenapa sebanyak ini?" gumam Hana
sambil meneliti lehernya. Walau protes, wanita itu
tetap berdebar.
Ponsel Hana di dekat nakas kemudian bergetar,
ketika Hana akan mengangkat, layar ponselnya sudah
kembali meredup.
Hana terkejut melihat banyak panggilan tak terjawab
di layar ponselnya. Semuanya panggilan dari sang
suami. Segera Hana menghubungi balik.
"Sayang, ke mana saja?" pria di seberang lebih dulu
bicara.
"Baru bangun, Sayang," balas Hana malu-malu.
"Benar dugaanku. Tapi tetap khawatir karena kau
tak angkat telepon."
"Sayang di mana?" Hana bertanya.
"Kenapa? Rindu, ya?"
"Kenapa? Rindu, ya?"
Kini ada dua suara yang bisa Hana dengar. Suara
dari ponsel dan suara dari pria yang baru saja membuka
pintu untuk masuk ke kamarnya. Ada ponsel yang
masih menempel di telinga pria itu.

31 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Hana jadi tersipu malu ketika Yun Gi mendekat ke


arahnya sambil memutus panggilan. Yun Gi menarik
Hana masuk ke dalam dekapan hangat. Aroma parfum
sang suami bisa Hana hirup dengan jelas.
"Kau sudah pulang? Katanya meeting?" tanya Hana
dalam dekapan Yun Gi.
Hana tahu suaminya sibuk, sekarang saja Yun Gi
masih dalam balutan kaos putih diselingi jas dan celana
panjang hitam, tak lupa sepatu pantofel.
"Aku pamit duluan saat meeting," balas Yun Gi.
Itu membuat Hana menarik pelukan. "Kenapa pulang
lebih dulu?"
"Aku kira kau sakit karena kelelahan. Aku khawatir
panggilanku tak kian diangkat," Yun Gi menjelaskan.
Hana tertawa mendengar penjelasan Yun Gi. "Aku
baru bangun, tak sadar kalau ada yang telepon."
"Iya, Sayang."
Yun Gi kemudian menunduk untuk membuat
ciuman. Mereka berciuman. Jemari Yun Gi masuk ke
piama Hana dan mengusap pinggang yang terkasih
dengan lembut. Itu membuat Hana berdesir.
Napas mereka berderu ketika Yun Gi menarik
tubuh. Ibu jari Yun Gi mengusap lembut bibir sang
istri.
"Ada yang sakit, Sayang?" tanya pria itu kemudian
dengan nada dan tatapan hangat.

32 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Hana menggeleng.
"Syukurlah." Yun Gi menarik kembali Hana ke
dalam pelukan.
Hana sempat bingung beberapa saat, tetapi pelukan
Yun Gi benar-benar terasa tulus. Hana bisa merasakan
Yun Gi mengecup pipinya, kemudian mengecup
bahunya cukup lama.
"Kenapa jadi manis dan perhatian sekali hari ini,
Yun?" tanya Hana kemudian.
"Aku kira kau sakit, Sayang. Aku masih sangat
berdebar karena khawatir," ucap Yun Gi.
Hana menggeleng. "Aku baik-baik saja. Terima
kasih karena sudah menghawatirkanku, Yun."
"Saranghae," bisik Yun Gi di telinga Hana.
"Saranghae," balas Hana.
Hana merasa luar biasa disayang pagi ini karena
sikap Yun Gi. Yun Gi selalu bisa membuat dirinya
merasa bahwa ialah wanita satu-satunya.
Tak ada salah satu dari mereka yang sempurna, Min
Yun Gi sekalipun yang selalu menjadi dambaan banyak
orang di luar sana. Namun, Hana yakin hubungan
mereka cukup sempurna untuk tetap dilanjutkan.
Hana ingin selalu seperti ini, merasakan bagaimana
dicintai seorang Min Yun Gi.

-END-
33 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Author's Note
Sekian kisah manis dari Min Family...

E-book ini aku bikin untuk hiburan sekaligus latihan. Cuma


ingin aja punya satu e-book yang aku bener-bener usahakan
sendiri, mulai dari cover, layout, dan editing.
Dukungan, feedback, dan riview dari e-book ini sangat aku
nantikan dari kalian.
Terima kasih sekali lagi untuk teman-teman yang sudah
selalu mengikuti tulisan aku.

Untuk teman-teman yang lagi meneruskan sekolah atau kerja,


semangat menjalani hari!
Untuk yang lagi kuliah semester awal, pertengahan, atau
akhir, kalian hebat! Semangat!
Untuk ibu-ibu tangguh yang punya kewajiban besar mengurus
rumah tangga seperti Hana, semangat! Kalian hebat!

Jaga kesehatan, jangan sampai sakit

34 Esa Kim
IT'S OK WE HAVE
MIN PAPA

Min Family

EsapdfKim
35 Protect from copying with Online-PDF-No-Copy.com

Anda mungkin juga menyukai