Pak Arya duda empat anak. Ia seorang PNS. Sudah setahun istri tercintanya
meninggal dunia.
Alangkah repotnya dia harus mengurus keempat anaknya yang kecil masih umur 2 tahun. Si
sulung masih sekolah SMP.
Setiap pergi ke kantor ia menitipkan anak-anaknya ke tetangga. Karena sama-sama repot
akhirnya dia mencarikan pak Arya pengasuh anak-anaknya.
Sumi adik dari bu Warni terenyuh melihat pak Arya mengasuh anaknya sendiri, iapun
membakntu menjaga dan mengurus rumahnya. Pak Aryapun gembira, jadi dia tenang waktu
bekerja. Anak-anak juga senang kedatangan bu Sumi di rumahnya. Melihat anak-anaknya
welcome, dan untuk menghindari fitnah orang lain maka akhirnya Pak Arya menikahi bu
Sumi.
Rumah hidup kembali pak Arya tenang pergi bekerja karena anak-anak ada yang
mengurus sekarang.
Ani anak ketiga Pak Arya ia baru kelas 4 SD. Dia tidak seperti saudara-saudaranya
yang lain welcome kedatangan ibu sambungnya. Ia agak memberontak. Sebelum jadi ibu
sambungnya Ani sayang sama bu Sumi, apalagi bu Sumi membawa anak bawaanya dari
suami terdahulu sehingga mereka jadi sering bertengkar.
Anak bu Sumi seumur dengan Ani. Ani jadi pendiam karena harus berbagi dengan (bu
Sumi). Bu Sumi menunjukan kasih sayang yang sama kepada Ani dan Lia, tapi namanya
anak-anak mereka selalu meributkan hal-hal yang kecil.
Suatu hari bu Sumi sedang di dapur, Ani menghampirinya dia.
“Ani sayang mau bantu mamah”. Kata bu Sumi.
“Jangan panggil sayang bu Sumi, mbak bukan ibuku, tapi ibunya Lia”. Kata Ani.
Ibu Sumi tersenyum,
“Kenapa begitu? Kan ibu sudah menikah dengan bapaknya Ani, dan Ani sekarang jangan
panggil saya bu Sumi, tapi ibu”. Kata bu Sumi menjelaskan pada Ani dengan suara lembut.
“Tidaaaaak sampai kapanpun enggaak akan”. Jawab Ani sambil berlari, dia tidak sadar kalau
bapaknya dari tadi mendengarkan obrolan mereka.
“Mas dengerkan??”. Tanya bu Sumi.
“Yaa, sabar, dia masih anak-anak belum mengerti," Jawab pak Arya.
“Sabar sampai kapan? Kita sudah menikah setahun loh mas”. Kata bu Sumi emosi.
“Berdo'a saja, apalagi ini bulan puasa. do'anya terkabul" Jawab pak Arya.
Nasehat pak Arya ada benarnya juga, diapun diam dan meneruskan pekerjaanya memasak
untuk buka puasa.
2
Suasana begini yang bikin bu Sumi dan pak Arya serba salah.
“Mamaa”. Suara Gilang mencairkan suasana.
“Bukan, itu bukan mama kita”. Teriak Ani.
“ANI.. kamu !!!” Teriak pak Arya.
“Sudah mas., sudah,,, istighfar”. Kata bu Sumi.
“Papa jahat, papa belain orang lain”. Teriak Ani sambil menangis.
“Mas tenangkan Ani, biar saya keluar sebentar”.. Bu Sumi pergi sambil menggendong Gilang
putra bungsu pak Arya dan menuntun Lia ke rumah bu de-nya.
Bu Sumi menceritakan apa yang terjadi dengan kakaknya.
“Mbak… lebih baik Lia di kampung saja, daripada di sini mereka selalu bertengkar. Aku jadi
bingung mbak”. Kata bu Sumi.
Kakaknyapun menghela nafas. “Aku mengerti, tapi dia anakmu satu-satunya. Begini saja,
untuk sementara biar Lia sama bu de, kan dekat rumah ibu, kalau kangen tinggal pergi ke
sana”. Kata bu de.
“Kalau begitu titip Lia sampai keadaan damai mbak”. Kata bu Sumi.
“Yaa… Sana pulang.. sebentar lagi adzan maghrib”. Kata bu de.
Bu Sumi pun pulang ke rumah suaminya.
“Mas maafkan Lia anaku”. Kata bu Sumi
“Sudahlah, tidak apa-apa, namanya juga anak-anak”. Jawab pak Arya.
3
Keesokan harinya Ani bertanya. Tante.. kok Lia enggak ada?“. Tanya Ani.
“Di rumah bu de”. Jawab bu Sumi.
“Namanya anak-anak, mudah marah mudah melupakan”. Kata pak Arya pada Sumi.
Bu Sumi tersenyum sama suaminya. Ia serba salah, di hati sayang sama Lia, tapi gimana
anak sambungnya tidak setuju.
“Ya Allah tolonglah hamba-Mu ini”. jerit hati bu Sumi.
Sebenernya Ani anak baik, tapi dia begitu cemburu sama Lia yang selalu minta perhatian
sama ayahnya. Dia takut kehilangan cinta ayahnya.
Lia sejak kecil dia tidak mengenal sosok ayah, otomatis dia ingin diperhatikan ayah
sambungnya yang baik hati.
Pak Arya merasa berterimakasih sama bu Sumi karena mau mengurus keempat anaknya
yang bandel-bandel. Apa yang dia kasih buat Ani, dia juga beli buat Lia.
“Bagaimana cara mengakurkan mereka agar tidak selalu ribut?” Tanya bu Sumi kepada pak
Arya.
“Dengan saudara kandungnya juga sering ribut. Ya sudahlah.. nanti mereka akan mengerti
sendiri”. Jawab pak Arya.
“Mas.. sudah tiga kali puasa nih.. sampai sekarang mereka sering perang dingin”. Kata bu
Sumi.
”Tapi mereka sering akur kan?” Tanya pak Arya.
Di sekolah ada kegiatan kerohanian. Di jalan sepulang sekolah Lia melihat Ani dibully
oleh temanya. Dia langsung mendekati anak itu dan membelanya. Diapun mengancam,
“kalau kamu masih menggangu kakakku, awas akan ku laporkan sama bu guru”. Kata Lia.
Ani yang melihat Lia membelanya merasa gembira. “terimaksih Lia” Kata Ani.
4