Anda di halaman 1dari 11

Nama : Angelia Sonia Pakpahan

Kelas : XI IPS 2

RESENSI NOVEL SASTRA

1) IDENTITAS NOVEL
a. Judul : Si Jamin dan Si Johan
b. Pengarang : Merari Siregar
c. Penerbit : Balai Pustaka
d. Tahun Terbit : 2001
e. Cetakan : Ketujuh belas
f. Tebal halaman : 102 halaman
g. Tokoh-tokoh :
• Si Jamin
➡️ Seorang anak kecil yang memiliki tugas untuk
menghidupi adik dan ibu tirinya yang sangat kejam.
• Si Johan
➡️ Adiknya Si Jamin yang masih kecil.
• Inem
➡️ Ibu tiri Si Jamin dan Si Johan yang sangat kejam.
• Bertes
➡️ Ayah kandung Si Jamin dan Si Johan. Mantan
pejuang yang menjadi pemabuk dan suka bertengkar
dengan istrinya.
• Kong Sui dan Nyonya Fi
➡️ Dua orang pedagang, suami istri yang sangat baik
dan menyayangi Si Jamin dan Si Johan.

2) SINOPSIS
➡️ Sebuah cerita yang mengisahkan dua saudara yang
malang, yaitu yang bernama Jamin (kakaknya) dan
Johan (adiknya). Mereka tinggal di tepi Prinsenlaan
(sekarang, Jl. Mangga Besar) di Taman Sari, disebuah
rumah setengah tua, berdinding papan, beratap
genting. Mereka tinggal bersama bapak dan ibu tirinya.
Ibu tirinya bernama Inem, dia selalu memaksa Jamin
untuk mencari uang dengan cara meminta-minta
(mengemis). Jika uang yang didapat Jamin tidak sesuai
dengan keiginan ibu tirinya, maka Jamin mendapat
pukulan dan tendangan, cacian dan makian, sementara
uang tersebut digunakan ibu tirinya untuk memuaskan
nafsunya dengan membeli madat (obat terlarang) dan
minuman keras. Sementara Jamin dan Johan tidak
pernah diberi makan, makanya Si Jamin selalu
menyisihkan uangnya untuk membeli makan untuk
adiknya Johan walaupun hanya nasi saja tanpa lauknya.
Sementara bapaknya yang bernama Bertes, berasal
dari Ambon, tidak memperdulikan kekejaman si Inem,
karena bapaknya suka mabuk-mabukan, jadi tidak
pernah sadar kalau kedua anaknya sangat menderita,
padahal dulunya Bertes adalah seorang serdadu yang
pemberani di Aceh, tapi karena Bertes bergaul dengan
orang-orang pemabuk dia jadi ikut-ikutan pemabuk,
meskipun istrinya Mina (yang sudah meninggal) selalu
mengingatkannya dengan cara yang lemah lembut,
agar tidak terjerumus kedalam pergaulan yang
menyesatkan, tetapi Bertes menghiraukan perkataan
istrinya. Sampai ketika ia mendapat penyakit Beri-beri
kering, berbulan-bulan ia terbaring di rumah sakit
karena penyakitnya bertambah parah, akhirnya dikirim
ke Jakarta, karena menurut dokter barangkali akan
sembuh.
Enam bulan lamanya ia berobat di rumah sakit di
Jakarta barulah ia sembuh, tetapi ia diberhentikan dari
pekerjaannya, karena badannya tidak kuat lagi. Karena
pulang ke daerahnya (Kutaraja) ia malu, akhirnya ia
tinggal di Jakarta untuk selama-lamanya, dengan uang
pension dan gaji dari pekerjaan ringan (pekerjaan
barunya), ia dapat hidup sederhana dengan istri dan
kedua anaknya, Jamin dan Johan, sampai setahun
lamanya. Tetapi dalam tahun kedua kelakuan Bertes
berubah, penyakit pemabuknya kambuh lagi. Sampai-
sampai Mina menderita dan sakit-sakitan, tetapi Mina
selalu berusaha menunjukan wajah yang jernih seperti
biasanya, tetapi segala nasihat sudah tidak berguna lagi
bagi Bertes. Bukannya Bertes bertambah baik, ia malah
tenggelam kedalam lembah kesesatan.
Semakin hari penyakit Mina semakin parah. Sesekali ia
membatukan darah, tetapi tidak seorang pun yang
mengetahuinya. Suatu pagi kedua anaknya
memberitahukan tetangga-tetangganya bahwa ibunya
tidak dapat bangun, pada hari itu juga Mina dibawa ke
rumah sakit, tetapi ia tidak dapat ditolong lagi. Bertes
tidak merasa menyesal atau taubat ia malah menjadi-
jadi. Beberapa hari kemudian ia bertemu dengan si
Inem, perempuan yang kurang baik kelakuannya dan
menjadikan si Inem sebagai istrinya. Sejak saat itu
berubahlah keadaan rumah tangga si Bertes. Kecintaan
hatinya kepada anak-anaknya berkurang sehingga ia
tidak peduli si Inem berbuat sesuka hati kepada kedua
anaknya.
Akhirnya si Bertes dilepas dari pekerjaannya, sebab dia
sudah banyak melakukan kesalahan. Sejak saat itu si
Inem memaksa si Jamin untuk memint-minta, jika si
Jamin tidak mau, maka si Inem mengancamnya dengan
akan membuang adiknya ke kali (sungai),
Pada suatu hari si Jamin disuruh meminta-minta dan
harus mendapatkan uang setengah rupiah (50 sen),
kalau tidak dapat ia tidak boleh pulang. Kemudian si
Jmin pergi untuk meminta belas kasihan orang lain.
Sudah siang hari si Jamin baru mendapatkan uang
seketip (25 sen). Dengan sedih ia pergi duduk ke tepi
sungai Ciliwung yang mengelilingi taman. Si Jamin
duduk di tepi sungai itu. Kemudian dia pergi ke pasar
ikan, disana dia bertemu dengan orang pemurah hati,
tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Ia pergi
berteduh ke rumah jaga (emperan toko). Ketika itu hari
sudah gelap, Si Jamin teringat pulang ke rumah, tetapi
uangnya belum cukup 50 sen dan perutnya pun
semakin merasa lapar karena ia belum makan apapun
sejak tadi pagi.
Kemudian ia pergi ke Pasar Baru tetapi dia tidak
mendapat apa-apa. Kemudian dia pergi ke Pasar Senen
mungkin disana ia akan beruntung. Ia berjalan makin
lama makin lambat, lalu ia berhenti didepan sebuah
toko dan ia pun tertidur ditengah malam yang hujan
dan dingin.
Hari sudah pagi pemilik toko itu membuka tokonya.
Pemilik toko itu bernama Kong Sui ia sangat baik dan
pemurah. Kong Sui terkenal dengan obat-obatannya
yang manjurdan hargannya yang murah. Tiba-tiba Kong
Sui melihat seorang anak yang sedang tidur berpakaian
kotor dan basah. Anak itu ialah si Janim, kemudian
Kong Sui membawanya kedalam dan
menghangatkannya. Setelah si Jamin sadar Kong Sui
dan istrinya bertanya kepada si Jamin dan si Jamin pun
menjawabnya dengan jujur. Si Jamin menceritakan
tentang uang 50 sen. Disana si Jamin diberi makan dan
baju, dia tidak lupa membawa makanan untuk adiknya
Johan. Kemudian dia bergegas untuk pulang
kerumahnya dan Kong Sui memberi uang yang 50 sen
dan memberi lebih untuk si Jamin. Si Jamin sangat
berterima kasih kepada mereka.
Sesampainya di rumah si Jamin mendengar
pembicaraan orang-orang tentang Bapaknya yang
dibawa Polisi karena kasus pembunuhan. Ia terkejut,
meskipun selama ini ia merasa tidak mempunyai
bapak. Setelah masuk kedalam rumah si Jamin
memberikan uang tersebut kepada si Inem. Si Inem
memperhatikan si Jamin dan heran, darimana si Jamin
bisa mendapatkan baju yang di pakainya. Kemudian si
Jamin menceritakan semuanya. Si Inem memaksa si
Jamin untuk melepas bajunya dan menggantinya
dengan baju yang compang-camping. Tiba-tiba si Jamin
menemukan sesuatu dari saku celananya dan si Jamin
berusaha agar ibu tirinya tidak menyuruhnya
melepaskan celananya, karena takut ibu tirinya
menemukan barang yang ada di saku celananya itu.
Setelah ibu tirinya pergi si Jamin mengambil barang
yang di sakunya ternyata itu adalah sebuah cin-cin dan
ia tahu pasti cin-cin itu milik nyonya Fi (istrinya Kong
Sui). Saat Jamin sedang melihat-lihat cin-cin itu tiba-
tiba si Inem merampas cin-cin itu. Si Jamin berusaha
untuk merebutnya kembali tapi ia tidak bisa, ia malah
disuruh pergi untuk meminta-minta. Si Jamin pun pergi
dengan hati sedih karena ia tidak bisa mengembalikan
cin-cin itu kepada nyonya Fi.
Di tempat lain Kong Sui dan istrinya berdebat masalah
si Jamin karena Kong Sui mempercayai cerita orang
tentang kejelekan pengemis, tetapi nyonya Fi tetap
mengatakan, bahwa anak itu tulus hati. Nyonya Fi terus
membela anak itu sehingga suaminya mengalah dan
kembali bekerja.
Ternyata cerita itu benar si Jamin kembali meminta-
minta dan memakai baju compang-camping karena
baju pemberian nyonya Fi sudah di jual oleh ibu tirinya.
Si Jamin selalu berjalan berkeliling dekat toko Kong Sui.
Siang malam ia memikirkan nyonya Kong Sui yang
pengasih itu. Kalau dia melihat dari jauh, pikirannya
senang, tetapi dia tidak berani datang ke rumahnya
karena malu dan segan karena cin-cin itu munkin sudah
di jual oleh ibu tirinya.
Suatu hari si Jamin sedang jalan-jalan di Mngga Besar,
terdengar suara yang memanggil namanya. Ternyata
yang memanggilnya itu si Johan adiknya, terkejut
bercampur heran ia melihat adiknya memegang suatu
benda yang berkilau ternyata cin-cin itu. Johan
mengambil cin-cin itu saat si Inem sedang pergi, karena
dia tahu dimana cin-cin itu di simpan. Dia memberikan
cin-cin itu kepada abangnya (kakaknya). Ia merasa
beruntung daripada mendapat harta yang berlimpah.
Pada waktu itu juga si Jamin pergi bersama adiknya
(karena adiknya takut untuk pulang ke rumah) ke Pasar
Senen untuk mengembalikan barang itu. Mereka
berjalan menyimpang kekiri kekanan. Tidak lama
kemudian, sampailah mereka ke Pasar Senen,
tampaklah toko obat Kong Sui. Ia berkata dengan riang
kepada adiknya dan menunjukan rumah itu. Saat
berjalan menuju rumah itu tiba-tiba si Johan merasa
ditarik kesebelah kanan oleh abangnya. Si Johan
menjadi bingung, ia melihat si Jamin terpelanting ke
sisi jalan, terhantar disana, kepalanya berlumuran
darah. Banyak orang berkerumun di tempat
kecelakaan. Beberapa orang merasa kasihan
mengangkat si Jamin kedalam kereta akan dibawa ke
Rumah Sakit Miskin di Glodok. Polisi cepat memeriksa
asal mula kecelakaan itu.
Orang-orang pun bubar, tempat yang tadinya ramai
kini seperti biasa, seolah-olah tidak ada krjadian apa-
apa. Tinggal si Johan sendiri yang tak berhenti
menangis, karena Jakarta itu ramai, anak menangis
ditengah jalan sudah biasa.
Si Johan tak mengerti! Semua itu terjadi dalam sekejap
mata. Ia hanya tahu abangnya luka parah. Ia melihat
sesuatu yang berkilauan dan ia mengambilnya. Ia
terkejut melihat cin-cin itu, lalu ia teringat untuk
mengembalikan cin-cin itu. Dengan tidak berpikir
panjang ia langsung berjalan menuju rumah obat Kon
Sui. Tetapi dia tidak berani masuk kedalam. Ia hanya
berdiri didepan, melihat-lihat kedalam. Didekat meja
besar dia melihat Kong Sui, dia sedang berbicara
dengan orang yag membeli obat. Di kursi dekat pintu
duduk seorang perempuan itulah nyonya Fi. Nyonya Fi
sedang berbicara dengan tetangganya. Tetangga itu
bercerita tentang kecelakaan yang tadi, nyonya Fi
merasa kasihan pada anak itu. Kemudian tetangga itu
pulang. Si Johan hendak masuk, tetapi ia tidak berani,
sebab ia tidak kenal dengan orang yang punya rumah
itu dan ia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Beberapa lama kemudian ia memberanikan diri, karena
ia berpikir bahwa tak ada jalan lain melainkan
menceritakannya kepada Kong Sui, karena pulang pun
dia takut ibu tirinya. Kemudian ia masuk dan memberi
hormat kepada nyonya Fi, waktu itu Kong Sui ada
dibelakang. “cin-cin ini punya nyonya” kata si Johan
sambil meletakannya dimeja. Nyonya mengambil dan
mengamati cin-cin itu, rupanya cin-cin itu milik
anaknya yang sudah meninggal. Kemudian nyonya Fi
bertanya pada Johan darimana dia mendapatkan cin-
cin itu. Johan menjelaskan semuanya termasuk
kecelakaan yang terjadi pada abangnya. Kemudian
Johan dan nyonya Fi pergi ke rumah sakit untuk
melihat si Jamin.
Sesampainya di rumah sakit mereka tidak di
perolehkan masuk oleh petugas, tetapi nyonya Fi terus
memohon. Akhirnya mereka di persilahkan dan di
antar ke kamar Jamin. Setiba di kamar mereka melihat
Jamin dengan keadaan tidur dan kepalanya di perban
dan ada bekas darah yang masih keluar. Si Johan
menangis melihat abangnya lalu dipegang tangan
abangnya.
Karena mendengar suara Johan si Jamin pun tersadar.
Ketika ia melihat nyonya Fi ia teringat dengan
kebaikannya. Ia berbicara tentang cin-cin itu dan ia
menitipkan Johan kepada nyonya Fi, sebelum akhirnya
dia menghembuskan nafas terakhirnya. Jamin
dimakamkan disebelah makam ibunya. Johan dirawat
dan di sekolakan oleh keluarga Kong Sui. Setelah tiga
bulan Bertes keluar dari penjara karena ia terbukti
tidak bersalah. Ketika ia pulang, ia mendengar berita
kalau si Jamin sudah meninggal dan si Inem tidak ada
yang tahu dia berada dimana. Kemudian dia menemui
Johan. Setelah lima tahun Johan lulus dari Sekolah
Rendah dan meneruskan ke Sekolah Pertukangan di
Kampung Jawa. Segala biayanyadi tanggung oleh
keluarga Kong Sui. Ia selalu berharap dapat membalas
pertolongan dan kebaikan keluarga Kong Sui.

3) KEKURANGAN DAN KELEBIHAN


- Kekurangan
➡️ Bahasanya sulit dimengerti karena masih
menggunakan bahasa Melayu, jadi si pembaca
membutuhkan waktu yang lama untuk memahami isi
ceritanya.
- Kelebihan
➡️ Jalan ceritanya sulit di tebak membuat si pembaca
jadi penasaran dan ingin membacanya, disini juga
diceritakan pahit manis kehidupan yang sebenarnya,
dan membuat pembaca berada pada situasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai