Anda di halaman 1dari 26

Resensi dan Sinopsis Novel Padang

Bulan - Andrea Hirata


1.      Judul buku      : Padang Bulan
2.      Penulis buku    : Andrea Hirata
3.      Penerbit           : Bentang
4.      Tahun terbit     : 2010
5.      Cetakan           :
-           Cetakan pertama, Juni 2010
-          Cetakan kedua, Agustus 2010
-          Cetakan ketiga, Agustus 2010
6.      Tebal buku      : xiv + 253 hlm
7.      ISBN               : 978-602-8811-09-5
Ringkasan novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

Padang Bulan
Menjelang tengah hari, sebuah mobil pikap berhenti  di depan rumah. Dua lelaki
mengangkat benda yang di bungkus dengan terpal dari bak mobil itu dan membawanya
masuk ke dalam rumah. Syalimah bertanya-tanya. Mereka tak mau jawab.
“Malam ini ada pasar malam di Manggar, Mak Cik,” kata salah seorang lelaki itu
sambil tersenyum.
Syalimah memandangi benda itu dengan gugup, tapi gembira. Yang
dimaksudkejutan oleh suaminya, Zamzani, pasti benda itu. Ternyata kejutan menimbulkan
sebuah perasaan gembira tak terkira. Sekarang ia paham mengapa orang-orang kaya
menyukaikejutan.
Perlahan pasti Syalimah meraba terpal yang menutupi benda itu bermaksud
membukanya. Berulang kali Syalimah memutuskan tidak membukanya sampai sang suami
pulang namun rasa penasarannya tak tertahankan. Ia memberanikan diri. Ia memejamkan
mata dan menarik terpal. Ia membuka matanya dan terkejut tak kepalang melihat sesuatu
berkilauan : sepeda Sim King made in RRC!
Syalimah hening. Zamzani ternyata memendam apa yang ia katakan saat hamil anak
meraka keempat. Berbonceng bersama ke pasar malam seperti yang ayah Syalimah
lakukan bersamanya dulu. Ia terharu. Bahkan itu bukanlah sebuah permintaan. Syalimah
lantas hilir mudik di dapur berpikir bagaimana membagi anak-anaknya pada tiga sepeda.
Untuk pergi bersama sekeluarga ke pasar malam.
Kemudian Syalimah tak sabar menunggu suaminya pulang. Ia berdiri di ambang
jendela, tak lepas memandangi langit yang mendung dan ujung jalan yang kosong.
Syalimah gembira melihat seseorang bersepeda dengan cepat. Jika orang itu—Sirun—telah
pulang, pasti suaminya segera pula pulang. Namun, Sirun berbelok menuju rumah Syalimah
dengan tergesa-gesa. Buruh kasar itu langsung masuk dan dengan gemetar mengatakan
bahwa telah terjadi kecelakaan. Zamzani tertimbun tanah. Napasnya tercekat. Sirun
memintanya menitipkan anak-anaknya dan mengajaknya ikut ke tambang.
Sampai di sana, Syalimah mendengar orang berteriak-teriak panik dan
menggunakan alat apa saja untuk menggali tanah yang menimbun Zamzani. Syalimah
berlari dan bergabung dengan mereka. Ia menggali tanah dengan tanganya sambil
tersedak-sedak memanggil-manggil suaminya. Keadaan menjadi semakin sulit karena hujan
turun. Tanah yang menimbun Zamzani berubah menjadi lumpur. Para penambang berebut
dengan waktu. Jika terlambat, Zamzani pasti tak tertolong dan Zamzani mulai masuk saat-
saat tak tertolong itu. Syalimah menggali seperti orang lupa diri sambil menangis, sampai
ujung-ujung jarinya berdarah. Ia berharap Zamzani tertimbun dalam keadaan tertelungkup.
Penambang yang tertimbun dalam keadaan telentang tak pernah dapat diselamatkan.
Galian semakin dalam, Zamzani belum tampak juga. Tiba-tiba Syalimah melihat sesuatu. Ia
menjerit.
“Ini tangannya! Ini tangannya!”
Orang-orang menghambur ke arah tangan itu. Syalimah gemetar karena tangan
yang menjulur itu terbuka. Suaminya telah tertimbun dalam keadaan telentang. Para
penambang cepat-cepat menarik Zamzani. Ketika berhasil ditarik, lelaki kurus itu tampak
seperti tak bertulang. Zamzani diam tak bergerak. Semuanya telah terlambat.
Syalimah tersedu sedan. Ia bersimpuh di samping Zamzani yang telah mati. Ia
mengangkat kepala suaminya ke atas pangkuannya. Kepala itu terkulai seperti ingin
bersandar. Syalimah membasuh wajah Zamzani dengan air hujan, lalu tampak seraut wajah
yang pias dan sepasang mata yang lugu. Syalimah mendekap lelaki penyayang itu dan
meratap-ratap memanggil-manggil suaminya.
***
Anak pertama keluarga itu adalah Enong (panggilan bagi anak tertua anak melayu).
Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa cerdas. Enong menyukai pelajaran
bahasa Inggris dan cita-citanya ingin menjadi seorang guru bahasa Inggris seperti Bu
Nizam.
Zamzani amat bangga dengan cita-cita Enong. Sering kali Enong berbicara soal
kamus bahasa Inggris. Ia tahu, putrinya ingin sekali punya kamus. Sebaliknya, Enong yang
masih kecil paham bahwa ayahnya miskin. Ia tak pernah minta di belikan kamus, tak pernah
minta di belikan apa pun.
Zamazani sendiri pernah melihat pedagang kaki lima di Tanjong Pandan kamus yang
sangat hebat. Kamus itu adalah Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata. Zamzani berniat
membelikan putrinya kamus itu. Ia berkerja lebih keras. Dan setelah berbulan-bulan,
akhirnya Zamzani punya uang lebih. Zamzani pun mengatakan pada Enong akan
memebelikannya Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata.
Zamzani segera mengajak Sirun ke Tanjong Pandan. Senangnya Zamzani
mendapati kamus itu masih ada di padagang kaki lima buku bekas itu. Terbayang olehnya
sinar mata anaknya nanti jika menerima kamus itu.
Zamzani sempat heran melihat kamus itu ternyata ringan dan tipis saja. Namun
dalam hatinya adalah hanya betapa senagnya Enong menerima kamus itu. Sang pedagang
kaki lima itu menyarankan Zamzani agar membukus kamus itu dengan sampul yang cantik
dan menuliskan kata-kata di halaman muka. Di bantu oleh pedagang itu, Zamzani akhirnya
menemukan kaliamt yang tepat untuk di tuliskannya pada halaman muka kamus.
Sementara itu Enong cemas menunggu Ayahnya pulang dengan membawa kamus
yang ia impi-impikan. Ketika ayahnya tiba, ia menyongsongnya di pekarangan. Ia melonjak-
lonjak senang menerima kamus itu.
Zamzani gembira karena pendapat padagang kaki lima itu semuanya benar. Enong
membukanya dan menemukan tulisan itu. Ia membacanya.

Buku ini untuk anakku, Enong.


Kamus satu miliar kata.
Cukuplah untukmu sampai bisa menjadi guru bahasa Inggris seperti Ibu Nizam.
Kejarlah cita-citamu, jangan menyerah, semoga sukses.

Tertanda,
Ayahmu

Enong terdiam, lau ia menangis untuk sebuah alasan yang tak ia mengerti.

***
Sirun pun diutus untuk mejemput Enong di sekolah. Bu Nizam tengah megajar
bahasa Inggris ketika Sirun tiba. Ia terkejut mendengar berita buruk itu.
Sirun sedih melihat Enong yang tengah menekuni bukunya dengan tekun. Ia
mendekatinya. Seisi kelas memperhatikannya. Enong bertanya mengapa ia di ajak pulang.
Sirun tak tega menyampaikan apa yang telah terjadi.
Enong bergeming. Ia tak mau pulang. Sirun mendesaknya berkali-kali.
“Harus ada alas an, Pak Cik,” ujar Enong dengan jenaka. Pendapat itu disambut riuh
persetujuan teman-temannya. Ia kemudian mengatakan bahwa betapa menariknya
pelajaran bahasa Inggris yang tengah diajarkan oleh Bu Nizam.
“Pelajaran tentang anggota keluarga, Pak Cik,” ia memberi contoh.
“Mother artinya ibu, father—ayah, daughter—anak perempuan, son—anak laki-laki.”
Kawan-kawannya tertawa melihatnya menjelaskan bahasa Inggris pada seorang kuli
tambang. Sirun membujuknya lagi. Enong tetap tak mau. Sirun tak punya pilihan lain.
“Kau harus pulang, Nong, ayahmu meninggal.”
Enong tersentak. Seisi kelas diam. Senyap. Wajah Enong pucat.
Enong menangis. Air matanya berjatuhan di atas halaman kamusnya.

∆∆
Di dalam rumah, jenazah ayahnya terbujur. Enong memeluk ibunya. Ia tak bisa lagi
menangis.
Pulang dari pemakaman, Enong heran melihat banyak orang memandanginya.
Syalimah dan anak-anaknya mengantar pelayat terakhir ke pekarangan.
Subuh esoknya, Syalimah lekas-lekas abnmgun mendengar panggilan azan. Ia ke
dapur dan menanggar air. Ketika meniup siong untuk menhidupkan kayu bakar, ia tersentak
karena sebuah kesenyapan. Ia baru sadar, untuk siapa ia menyeduh kopi? Suara suaminya
menhaji Alqur’an saban subuh telah menemaninya menghidupkan api dapur selama belasan
tahun. Syalimah duduk termangu, berkali-kali ia mengusap air matanya.

∆∆
Sekarang tulang punggung keluarga telah tiada. Beras pun telah habis bahkan beras
dari para pelayat juga habis utuk menyambung hidup Syalimah, Enong, dan ketiga adiknya.
Ia gamang memikirkan apa yang dikatakan orang tentang anak tertua. Namun, ia
bahkan belum sepenuhnya mengerti makna kata tanggung jawab. Apakah ia harus
berkerja? Tapi, bagaimana dengan sekolahnya? Ia sangat mencintai sekolah. Sekarang ia
paham mengapa waktu itu banyak pelayat memandanginya.
Enong tahu beberapa anak [erempuan tetangganya pergi ke Tanjong Pandang.
Menjadi tukang cuci atau menjaga toko. Ia berusaha meyakinkan ibunya bahwa ia bisa
bekerja. Apa susahnya menjaga toko? Katanya.
Syalimah semula menolak. Putrinya taknpernah sekalipun meninggalkan kampong,
kini harus berjuang menghadapi hidup yang keras di kota.
***
Dulu, aku menandai, kalau hujan pertama musim hujan turun pas pada 23 Oktober,
dan sore, pasti kampungku akan tampak lebih mempesona. Jika hujan pertama pada musim
hujan turun pada 23 Oktober, ia akan mengguyur dengan teratur, usai asar biasanya,
lembut, berkawan, adakalanya syahdu.
Lambat laun, teori itu berubah menjadi semacam godaan. Aku sering meyakinkan 
diriku sendiri untuk memeprcayai sesuatu yang dibangun di atas logika yang aneh. Aku,
alam, dan hujan pertama, telah membentuk semacam sekongkolan, yang begitu ganjil
sehingga di dunia ini, hanya aku yang boleh tahu
 Syalimah tak kuasa menahan air mata untuk menyiapkan tas Enong yang akan
pergi ke kota. Enong menyimpan semua bukunya kecuali Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar
Kata hadiah dari ayahnya. Sebelum berangakt Enong akan mengucapkan perpisahan pada
teman-temannya.
Di lapangan telah menunggu Nuri, Ilham, Nizam, dan Naila. Ilham hanya diam.
Enong dan Ilham saling menyukai dengan cara yang tak bisa mereka jelaskan. Ketika akan
berpisah, keduanya merasakan kehilangan, juga dengan cara yang tak dapat mereka
jelaskan. Anak-anak itu bergandengan tangan dan menangis.
Tiba di Tanjong Pandan, ternyata tak semudah apa yang dikira Enong dalam
mencari pekerjaan. Sering ia diusir dengan kasar. Yang dibutuhkan kebanyakan adalah
sarjana, lulusan SMA, perempuan cantik dan hal-hal semacam itu. Sementara Enong,
tampilannya saja seperti orang akan khatam Qur’an, jilbabnya lusuh. Uang tujuh ratus rupiah
yang telah di hemat sekuat tenaga akhirnya habis juga.
Kemudian Enong melihat seorang Tionghoa tua termangu di depan tokonya yang
hamper bankrut. Ia menawarkan tenaganya untuk bekerja.
“Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau gulung tikar.” Enong
pamit dan beranjak. Bapar tua itu menyodorkan tangannya.
“Ambillah ini, sedikit uang, untuk ongkos pulang ke kampung.”
Enong berusaha menolak tapi bapak itu memaksa.
“Terima kasih, Ba, suatu hari nanti kita akan berjumpa lagi. Akan kukembalikan uang
ini.”
Langit menyaksikan semua itu.
Enong kembali dari Tanjong Pandan dan mendapati keadaan rumahnya yang amat
menyedihkan. Enong semakin kalut. Di Tanjong Pandan saja sulit mencari pekerjaan,
apalagi di kampung.
Sore itu, ia mengambil sepeda dan mengayuhnya keluar kampung untuk melrikan
perasaannya yang sedang risau. Diselusurinya padang dan bukit-bukit pasir. Lalu, ia
melamun di pinggir danau. Ia hamper pada tahap putus asa. Ia membasuh wajahnya yang
berlinang air mata. Di pandanginya tubuhnya yang berpendar di atas permukaan air yang
bisu. Ditatapnya lekat-lekat matanya yang basah. Kemilau kuarsa di dasar danau
membuatnya terpesona dan satu ide menamparnya. Ia berlari menuju sepedanya dan
pontang-panting pulang.
Sampai dirumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera
kembali ke danau. Ia menyingsingkan lengan baju, turun ke bantaran sungai, dan mulai
menggali lumpur. Ia mengumpulkan galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan
mengayak-ayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan pertama di dunia, telah lahir.
***
Banyak pria-pria pendulang timah lain heran, ingin mengejeknya namun, sekaligus
takjub karena perempuan yang belum genap berumur 14 tahun mampu menjadi pendulang
timah.
Bersemangat setelah mendapatkan timah pertama, Enong semakin giat bekerja. Ia
tidak tahu, di pasar, di belik gelapnya subuh, pria-pria bermata jahat di tempat juru taksir itu
telah bersiap membuntutinya. Mereka ingin mengintai lokasi timah Enong.
Enong melintas riang sambil menyiulkan lagu If you’re happy and you know it, clap
your hands. Lima pria itu mengikuti Enong dengan cermat dan bersepeda di belakangnya.
Enong memasuki jalan menuju hutan, kelima pria itu berpencar.
Siang itu, ketika tengah menggali tanah, Enong mendengar salak anjing. Salak dari
begitu banyak anjing. Ia berbalik dan terkejut melihat beberapa orang pria berlaei
menyongsongnya dari pinggir hutan sambil mengacung-acungkan parang, panah, dan
senapan rakitan. Mereka berteriak-teriak mengancam dan melepaskan tali yang mengekang
leher belasan anjing pemburu.
Enong berlari sekuat tenaga. Tak perduli kakinya yang tak beralas kaki itu berdarah
karena duri dan ranting-ranting pohon yang tajam. Enong berada pada saat yang tak
bersahabat. Ia di hadang oleh jurang yang curam dan di bawahnya adalah sungai yang
cukup deras alirannya.
Tak ada pilihan lain, Enong pun melompat ke jurang. Terbawa arus, atau mati
terbentur batu di sungai lebih baik daripada di bunuh dan di perkosa oleh pria-pria itu.
Enong lolos dari orang-orang yang memburunya. Kepalanya terhempas di dasar
sungai. Ia pingsan. Arus yang deras mengombang-ambingkannya sekaligus membuatnya
terlepas dari incaran buaya. Ia terlonjak-lonjak menuju hilir. Ia masih bernapas. Kejadian itu
telah membuat trauma bagi Enong.
***
A Ling menghilang. Mungkin ia tak mau lagi menemuiku. Tapi aku ingin
menemuinya, meski hanya sekali. Apalagi beritanya A Ling akan menikah dengan seorang
lelaki Tionghoa, tinggi, putih, dan ganteng bernama Zinar. Aku bukan apa-apanya. Aku ingin
mendengar langsung dari mulut mungilnya bahwa ia akan menikah dengan Zinar.
Bisa dibilang, Zinar adalah seorang lelaki idaman para wanita. Bagaimana tidak?
Selain putih, tinggi, dan ganteng, ia mempunyai toko pula. Sementara aku, pengangguran,
pendek, hitam. Tak layak sepertinya untuk mendapatkan seorang A Ling. Tapi aku layak
punya cinta.
Ibuku pun selalu memarahiku karena tidak punya pekerjaan.
“Na! pulang juga akhirnya kau, Bujang! Kena batunya kau, ya, kudengar dari Mualin
syahbana kau mau melarikan anak perempuan orang ke Jawa!  Benarkah itu?”
Alisnya naik macam pedang.
“Elok nian tabiatmu! Apa kau sangka cinta bisa ditanak?”
Aku terpaku.
“Sampai bersayap mulutku bicara, cari kerja sana! Melamar jadi
pegawaipemerentah. Pakai baju dinas, banyak lambing di pundaknya, aih, gagahnya,
dapatpengsiun pula!”
Aku menunduk.
Ibu mendekatiku. Aku gemetar.
“Melarikan anak orang? Tak ada pengajaranku semacam itu! Tak dapat kuterima itu!”
Telah hafal aku sejak kecil dulu. Kalau Ibu sudah sampai pada Tak ada
pengajaranku semacam itu! Tak dapat kuterima itu! Itu pertanda akan segera terjadi
gencatan senjata. Aku menunggu, ibu diam saja, ia berbalik dan membelesakkan sirih ke
dalam mulutnya.
Rencana A hidupku, yang kuikrarkan dulu waktu masih SD, telah gagal. Rencana B
juga berntakan. Inilah saatnya aku beranjak ke Rencana C : ke Jakarta, mencari kerja.
Aku mau pergi ke kantor pos untuk mengirim surat-surat lamaran ke perusahaan-
perusahaan di Jakarta. Dan ketika tengah menempel-nempelkan perangko, nasib
mempertemukanku dengan Enong.
Saat itu ia repot membolak-balikkan sebuah kamus. Aku tertawa di tambah dengan
tulisan pada kamus itu ; Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata: 1.000.000.000 kata. Hebat
betul. Agaknya Enong tak berhasil menemukan kata yang ia cari. Ia mngeluarkan sebuah
buku dalam tasnya dan mengeja sebuah huruf. Kerna sangat dekat denganku, dapat kulihat
kata di halaman buku yang kumal itu : wound.
“Perlu kau pesan kamus yang baru, Nong.”
“Aku akan memesannya, Tuan Pos. pasti.” Jawabnya gembira.
“Luka, Kak,” kataku.
Enong terkejut dan menoleh padaku.
“Apa katamu, Boi?”
“Luka, arti kata itu adalah luka.”
“Na! kau bisa bahasa Inggris?”
“Bisalah sedikit.”
“Apa katamu tadi?”
“Luka, Kak, wound, artinya luka.”
Matanya yang polos berbinar-binar. Aku terseret semangatnya. Kemudian, ia
mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tasnya.
“Surat ini dari sahabat penaku, Minarni, di Jawa. Ada kalimat bahasa Inggris di sini.
Aku ingin sekali tahu artinya, tolonglah.”
Kubaca surat yang panjang itu dan pada baris terakhir : Time Heals Every Wound.
“Ini kalimat yang bagus, Kak. Artinya, waktu akan menyembuhkan setiap luka.”
Enong menatapku.
“Bemarkah?”
“Benar, Kak, waktu akan mnyembuhkan setiap luk, itulah artinya.”
Enong senang sekaligus sedih.
“Bukan main, Boi. Bukan main.”
Pertemuan dengan Enong berlanjut dengan obrolan panjang tentang mintanya akan
bahasa Inggris. Ia suka sekali katalog. Tuan pos suka memberinya katalog-katalog pada
Enong. Terlebih yang di dalamnya terdapat kata-kata bahasa Inggris. Kemudian, ia
menunjukkan sebuah katalog yang menawarkan kursus bahasa Inggris padaku.
Aku menerima surat dari Grace—sobat kentalku dari Jakarta bahwa aku di panggil
sebuah perusahaan untuk wawancara. Aku memakai alamat Grace sebagai alamat
korespondensi. Grace menulis untukku :
“Cepat-cepat jo ngana datang kamari. Ada tawaran wawancara for ngana ini. Mar
kalu ngana dapa, bisa cepat kaya ngana.”
***
Mendengar ada tawaran wawancara untukku di Jakarta, mungkin inilah saatnya aku
pergi. Betapapun beratnya. Kukuatkan perasaanku dengan mengingat bahwa Zinar, dengan
cara apapun, takkan dapat kusaingi.
Hari ini, aku, Detektif M. Nur, dan Enong bersama-sama pegi ke Tanjong Pandan.
Tujuan ku dan Detektif adalah ke dermaga, pergi ke Jakarta. Tujuan Enong : mendaftarkan
diri ke kursus bahasa Inggris yang tidak ketinggalan zaman itu. Inilah saatnya, kata
hatiku. Inilah perpisahan yang menyakitkan itu.
Turun dari bus Enong berjalan cepat-cepat menuju pusat kota untuk mendaftarkan
diri ke kursus bahasa Inggris. Aku dan Detektif M. Nur mengambil dua kamar untuk
menginap dan kemudiam berangkat esok hari ke Jakarta. Detektif sepertinya tak tega
meninggalkan ibunya sendirian. Masih di elusnya foto ibunya. Sepertinya ia tak tega
meningalkannya.
Teman-temanku kini sudah mendapatkan pekerjaan. Hanya aku yang masih
menganggur. Salah satu temanku, Naomi member tahuku tentang Ninockha Stronovsky,
seorang pecatur perempuan yang berhasil meraih gelar grand master.
Esok hari aku dan Detektif bersiap berangkat ke Jakarta. Tapi sampai di dermaga, ku
mantapkan untuk tidak jadi pergi. Kusuruh Detektif yang pergi saja. Ia tak mau.
“Maaf, Boi, ini bukan karena ibuku ….”
Aku terkejut tak kepalang.
“Jadi, karena siapa kau tak mau pergi!? Siapa yang tak tega kau tinggalkan!?”
Detektif mengangkat wajahnya.
“Jose Rizal, Boi.”
***
Kemarahan ibu tak terelakkan. Aku hanya dapat meredakannya dengan mengatakan
aku akan bekerja apa saja asal diberi kesempatan untuk paling tidak mengalahkan Zinar
main catur. Aku pun bekerja di warung kopi milik pamanku dan mulai belajar bermain catur
demi mengalahkan Zinar. Tentu yang akan mengajariku bermain catur adalah Ninockha
Stronovsky.
Aku pun menjelaskan detail Rencana D itu. Aku pergi ke warnet di Tanjong Pandan
dan mulai chatting dengan Nockha. Diberinya sebuah diagram dengan penjelasan-
penjelasan bagaimana mulai melangkah dan beberapa tekhnik bermain catur padaku.
Nockha menyuruhku mengintai permainan lawan yang akan ku hadapi dan
menggambarkannya pada diagram tersebut kemudian mengirimkannya padanya. Nockha
akan membertahu strategi apa yang harus di lakukan.
Mendengar kata intai dari kata-kata Inggris yang kuterjemahkan untuknya, alis
Detektif naik turun.
Yang melakukan pengintaian terhadap Zinar adalah Detektif M. Nur. Kemudian ku
kirimkan diagram hasil pengintaian detektif terhadap Zinar pada Nockha dan sejenak
Nockha pun memberiku apa yang harus kulakukan nanti saat melawan Zinar.
Kejuaraan 17 Agustus pun tiba. Aku akan melawan Zinar. Aku yang pertama
melakukan pembukaan. Aku pun melakukan pembukaan Spanyol seperti yang diajarkan
Nockha padaku. Awalnya aku yakin pasti Zinar akan melangkahkan pion ke depan rajanya,
tiga langkah, klasik, dan sangat biasa.
Namun fakta berkata lain. Hanya delapan langkah yang sama sekali tak kukenali,
aku kalah. Zinar memang hebat. Kusalami ia atas kemenangannya sebagai seorang
lelaki gentleman. Kutelan pil pahit itu dalam-dalam, pahit sekali.
Aku kembali menyusun rencana yang kali ini adalah Rencana E. Nomor pertama dari
rencana E adalah mengirimkan kembali surat-surat lamaran pekerjaan ke Jakarta.
Di kantor pos aku diberi sepucuk surat oleh Tuan Pos dari Grace. Isinya dia marah-
marah karena aku tidak datang ke Jakarta. disitu aku bertemu Enong. Ia meminta bantuanku
membuat sebuah puisi yang nanti akan di terjemahkan dalam bahasa Inggris. Awalnya aku
menolak tapi dia memaksa dan akhirnya aku membuatkannya sebuah puisi. Di
keluarkannya buku dan pulpen dari dalam tasnya. Kemudian aku mulai mengeluarkan kata-
kata yang aku sendiri tidak tahu dari mana asalnya.

Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman

Enong cepat-cepat menulis judul itu. Aku meneruskan puisi itu sambil memikirkan
bait demi bait selanjutnya dengan melihat sekeliling dan dirirku sendiri.
Tak lama kemudian, Enong pun menunjukkan hasil terjemahan puisinya padaku dan
terselip surat dari Bu Indri, guru Enong untukku.
Kubaca:
Kak Enong yang menerjemahkan puisinya dan saya membantunya. Maaf, saya telah mengganti beberapa
bagian, bahkan menambahinya, agar berima dalam kalimat bahasa Inggris. Ini semacam terjemahan bebas
saja. Saya adalah pecinta puisi. Saya juga senang menulis puisi. Saya punya buku puisi koleksi pribadi. Saya
harap suatu hari kita bisa berjumpa untuk membaca dan ngobrol tentang puisi.
Bu Indri sering mengirimkan surat padaku. Tentu saja lewat Enong. Ia mengirimkan
puisi-puisi karyanya. Ia sangat berbakat.
***
Sore itu tiba-tiba A Ling datang ke rumahku. Betapa gembiranya aku dapat
melihatnya. A Ling menjelaskan bahwa kenapa ia tiba-tiba menghilang karena ia mengikuti
tradisi orang Tionghoa jika akan menikah. Berdasarkan tradisi haruslah rahasia karena
menyangkut kehormatan dua keluarga.
Ia pun menyerahkan undangan untukku dan ayahku agar hadir  acara perkawinan
Zinar esok sore. Kulihat ia mengusap air mata dengan lengannya. Sejak kecil aku tak
mampu berpaling ke perempuan lain. Kugenggam jemariku sendiri yang gemetar. Betapa
aku sayang pada orang ini.
***
Acar perkawinan itu berlangsung menarik. Kulihat A Ling berdiri sendiri di ujung
beranda. Aku menghampirinya. Kuberikan puisi yang dulu aku buat pertama kali untuknya
saat aku masih SD. Ia membuka dan membacanya. Sesekali ia menarik napas dan terhenti.
Terpana dan menunduk. Lalu, ia manatapku. Kemudian, ia membaca lagi puisi itu pelan-
pelan. Ia membacanya sambil tersenyum, namun matanya berkaca-kaca.
Perkawinan Zinar bak ritual yang penuh perlambang itu usai. Zinar pun meminta
Bang zaitun untuk menyanyikan lagu “Morning Has Broken”. Setelah usai, hadirin pun
bernyanyi lagu “Selayang Pandang”.
Kemudian, di antara ingar-bingar itu, kudengar suara gemeretak di atas atap. Titik
hujan turun berinai-rinai menghujani kampungku. Hatiku girang tak kepalang. Aku melompat
dan bergabung dengan orang-orang yang berdendang di pekarangan meski hujan mulai
turun.
Seperti impian diam-diamku selalu, hujan pertama jatuh tepat pada 23 Oktober sore,
pada hari kudapatkan lagi A Ling dan ayahku. Hujan membasahiku. Kurentangkan kedua
tanganku lebar-lebar. Aku mengadah dan kepada langit kukatakan: Ini aku! Putra ayahku!
Berikan padaku sesuatu yang besar untuk kutaklukan! Beri aku mimpi-mimpi yang tak
mungkin karena aku belum menyerah! Tak kan pernah menyerah! Takkan pernah!

inopsis Novel

Judul Buku                 : Padang Bulan


Pengarang                : Andrea Hirata
Penerbit                     : Penerbit Bentang
Cetakan                     : Pertama
Kota Terbit               : Yogyakarta
Tahun Terbit                        : 2010
Tebal                          : 260 Halaman

Sinopsis Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata


            Adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel Padang Bulan ini yaitu:
1.         Syalimah berperan sebagai ibu Enong.
2.         Zamzami berperan sebagai ayah Enong.
3.         Enong merupakan anak dari Syalimah dan Zamzami
4.         Sirun berperan sebagai teman Zamzami.
5.         Ibu Guru Nizam yaitu Guru bahasa Inggris Enong.
6.         Nuri, Ilham, Nizam, Naila merupakan teman Enong.
7.         Moi Kiun yaitu pemilik kios cincin.
8.         Liun Phok yaitu Suami Moi Kiun.
9.         Detektif M. Nur yaitu seorang detektif swasta
10.     A ling merupakan kekasih Ikal.
11.     Ikal merupakan kekasih A ling

Awal cerita novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini bermula dari kisah seorang perempuan
yang bernama Syalimah yang menceritakan pengalamannya saat pertama kali dekat dengan
Zamzami, dimana Zamzami adalah orang yang pertama dan terakhir yang memberikan ia sebuah
kejutan. Syalimah mendapatkan sebuah kejutan berupa sepeda baru Sim King made in RRC yang
sudah ia idam-idamkan sejak dulu. Zamzami yang sangat menyayangi istri, Syalimah dan anaknya.
Kecintaan Zamzami kepada Enong, anak perempuan sekaligus sulung, digambarkan Andrea dengan
upaya Zamzani membelikannya kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata, karena Enong memang
sangat senang terhadap pelajaran Bahasa Inggris. “Satu miliar itu banyak sekali Nong. Ayah pun tak
tahu berapa jumlah nolnya. Tujuh belas barangkali,” (hal 12).
 Akan tetapi kebahagiaan Syalimah tidak berlangsung lama. Kecelakaan tragis menimpa
suaminya, Zamzami. Zamzami tertimbun tanah. Syalimah terpaku di tempatnya berdiri. Nafasnya
tercekat, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Syalimah berlari dan menggali tanah dengan tangannya
sambil tersedak-sedak memanggil-manggil suaminya. Keadaan semakin sulit karena hujan turun.
Tanah yang menimbun Zamzami berubah menjadi lumpur. Galian demi galian terus dilakukan
Syalimah, tiba-tiba Syalimah melihat tangan dari Zamzami suaminya. Para penambang lainnya
menarik tangan Zamzami, lelaki kurus itu tampak seperti tak bertulang, Zamzami diam tak bergerak
semuanya telah terlambat. Akibat dari kejaian itulah Syalimah kehilangan tulang punggung keluarga.
Akibatnya gadis kecilnya yang berusia 12 tahun, yang bernama Enong harus rela ia jadikan
korban . Enong sangat gemar pada pelajaran bahasa Inggris, namun terpaksa harus berhenti
sekolah lantaran ayahnya meninggal, Enong terpaksa harus berhenti dari bangku sekolah kelas 6 dan
Enong harus mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga.  Kendati tidak meneruskan sekolah,
namun semangat Enong untuk menguasai Bahasa Inggris tetap kuat. Berbagai usaha telah dilakukan
Enong demi untuk memperoleh sebuah pekerjaaan. Enong sadar gadis seusia dia sangat susah
untuk memperoleh pekerjaan, karena Enong sama sekali tidak memiliki keahlian. Jangankan keahlian
untuk bekerja ijazah SD saja Enong belum memperolehnya.
Syalimah, ibunda Enong dari kemarin telah menyiapkan keberangkatan Enong ke Tanjung
Pandan, tapi ia tak sanggup. Jika melihat tas yang akan dibawa putrinya, air matanya berlinang. Satu-
satunya yang ia bisa lakukan hanyalah menyenangkan hati anaknya, dan itu mungkin ia lakukan jika
ia sendiri tampak kalah atas situasi yang menjepit mereka. Maka Syalimah selalu meyembunyikan
kesedihannya. Namun, pertahanan yang sesungguhnya rapuh itu runtuh hari ini waktu ia melihat
Enong menyimpan buku-buku sekolahnya di bawah dipan. Enong menyimpan semua buku,
kecuali Kamus Bahasa Inggris Satu Milliar Kata hadiah dari ayahnya dulu. Katanya ia akan
membawa kamus itu kemana pun ia pergi. Tangis Syalimah terhambur. Ia tersedu sedan dan
memohon maaf pada putri kecilnya itu. Keesokan harinya Syalimah dan putrinya Enong melintasi
padang ilalang , meloncati parit –parit kecil galian tambang, memotong jalan menuju jalur truk-truk
timah yang akan berangkat ke Pelabuhan Tanjung Pandan. Saat itu juga Enong berpisah dengan
Syalimah ibunya.
Enong langsung hilir mudik di pasar menawar-nawarkan diri untuk bekerja apa saja. Namun tak
semudah yang disangka. Juragan menyuruhnya pulang dan kembali ke sekolah. Banyak yang
mengusirnya dengan kasar. Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampir tamat
SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau pabrik karena tampak sangat kurus dan
lemah. Penolakan demi penolakan ini ia alami berkali-kali selama berhari-hari. Enong tak berkecil
hati. Kejadian itu memberinya pelajaran yang berharga. Bukanya sedih karena tak dipedulikan, ia
malah senang sebab lain waktu ia tahu apa yang harus dilakukan.
Akhirnya Enong memutuskan bekerja menjadi pendulang timah. Pendulang timah perempuan
pertama di dunia ini telah lahir. Pekerjaan mendulang timah amat kasar. Berlipat-lipat lebih kasar dari
memarut kelapa, menyiangi kepiting, kerja di pabrik es, tukang cuci atau sekadar menjaga toko.
Pendulang timah dipanggil kuli mentah, artinya kuli yang paling kuli. Jabatan di bawah mereka hanya
kuda beban dan sapi pembajak.pendulang berendam seharian di dalam air setinggi pinggang dan
ditikam langsung tajamnya sinar matahari. Berkubik tanah basah bercampur batu dan kaolin sehingga
sangat berat, harus dimuat ke dalam dulang, yang juga beratnya tak kepalang. Sendi pinggang yang
tak kuat dapat bergeser.
Radang sendi, wabah kaki gajah, penyakit kulit yang aneh karena virus lumpur, paru-paru yang
hancur karena selalu menahan dingin dengan terus-menerus merokok, dan lantaran miskin, rokok
yang dibeli adalah rokok murah sekali yang tak karuan asal muasalnya. Namun putri kecil Syalimah
itu gembira bukan main mendapat pekerjaan baru sebagai pendulang timah karena pekerjaan itu tak
mengharuskannya memoles gincu, berbedak, berdandan, dan tak perlu membuatnya berbaju
berlapis-lapis dan memang karena ia memang tak punya pilihan lain. Hal itu dilakukan Enong semata-
mata hanya untuk keluarganya tercinta.
Hari demi hari pasir menipu Enong. Jika ia merasa lelah, ia membuka lagi kamus bahasa Inggris
Satu Miliar kata pemberian ayahnya, Zamzami. Disisi lain, lokasi tambang timah itu adalah tanah
perebutan yang tak jarang menimbulkan keributan, bahkan pertumpahan darah. Ini perkara sensitive.
Jika petani bergantung pada apa yang ditanam, penambang bergantung pada lahan yang dikuasai.
Perjuangan Enong membuahkan hasil. Perempuan kecil yang berusia 12 tahun itu akhirnya mampu
mendapatkan timah. Antara kagum, malu,  iri, mereka kesulitan memulang-mulangkan kata
meremehkan mereka pada Enong selama ini. Enong tak memikul timah sekarung seperti pendulang
pria lainnya. Timahnya hanya sekaleng susu kecil, tapi lebih dari cukup membeli sepuluh kilogram
beras. Enong bangga tak terkira. Ia berhasil membeli beras untuk ibu dan saudara-saudaranya.
Bersemangat setelah mendapat timah pertama, Enong semakin giat bekerja. Ia tidak tahu, di
pasar, dibalik gelapnya subuh, pria-pria bermata jahat di tempat juru taksir itu telah  bersiap
membuntutinya. Mereka ingin mengintai lokasi Enong mendapat timah. Siang itu, ketika tengah
menggali tanah, Enong mendengar salak anjing. Salak dari begitu banyak anjing. Ia berbalik dan
terkejut melihat beberapa orang pria berlari menyongsongnya dari pinggir hutan sambil mengucung-
acungkan parang, panah, dan senapan rakitan. Mereka berteriak-teriak mengancam dan melepaskan
tali yang mengekang leher belasan ekor anjing pemburu. Enong sadar mungkin ia telah memasuki
lahan orang. Ia maklum akan bahaya besar baginya. Ia berlari menyelamatkan diri. Melihatnya kabur,
orang-orang itu makin bernafsu mengejarnya. Mereka mengokang senapan rakitan, menembaki dan
memanahnya. Enong pontang panting menerobos gulma. Ia panik mendengar letusan senjata dan
melihat anak-anak panah berdesing di dekatnya.
Salak anjing meraung-raung. Enong diburu seperti pelanduk. Ia berlari sekuat tenaga karena
takut diperkosa dan dibunuh. Ia tak memedulikan kaki telanjangnya.yang berdarah karena duri dan
pokok kayu yang tajam. Malangnya, ia tak dapat berlari lebih jauh karena di depannya  mengadang
tebing yang curam. Di bawah tebing itu mengakir sungai yang berjeram-jeram. Enong menoleh
kebelakang, anjing-anjing pemburu sudah dekat. Ia berlari menuju tebing dan tanpa ragu ia meloncat.
Tubuh kecilnya melayang, lalu berdentum dipermukaan sungai. Ia tenggellam bak batu, tak muncul
lagi.
Enong lolos dari orang-orang yang memburunya karena nekat terjun dari tebing hulu sungai.
Harapannya untuk selamat sangat kecil, namun dimakan buaya, mati terbentur batu di dasar sungai,
atau tewas tenggelam, jauh lebih baik diperkosa dan dibunuh. Ditengah hutan itu, hukum tak berlaku,
tak seorangpun akan menolongnya. Kepalanya terhempas di dasar sungai. Ia pingsan. Arus yang
deras mengombang-ambingnya sekaligus membuatnya terlepas dari incaran buaya. Ia terlonjak-
lonjak menuju hilir. Ia masih bernafas. Ketika ia sadar ia mendapati dirinya tersangkut di akar bakau.
Rembulan kelam terpantul di atas sungai yang keruh. Ia bangkit dengan susah payah, compang-
camping. Kepalanya terluka dan mengeluarkan darah. Ia terseok-seok meninggalkan muara.
Sungguh mengerikan apa yang telah ia alami. Beberapa hari Enong tak berani keluar rumah. Ia
tak pernah menceritakan kejadian itu kepada siapa pun. Tidak juga pada ibunya. Sejak itu Enong tak
bisa mendengar suara anjing menggonggong. Jika mendengarnya, ia merinding ketakutan. Kejadia
itu telah membuat Enong trauma. Namun, di rumah itu ia dihadapkan pada pilihan yang amat sulit. Ia
berusaha melupakan kejadian yang menakutkan itu. Ia harus kembali menambang karena ia, adik-
adik, dan ibunya, sudah memasuki tahap terancam kelaparan.
Suatu ketika, dalam perjalanan menuju ladang tambang, Enong mendadak berhenti di
muka Warung Kopi Bunga Seroja. Enong tertegun disamping sepedanya. Tubuhnya gemetar melihat
wajah-wajah lelaki sangar yang minggu lalu memburunya di hutan. Mereka mengelilingi seorang pria
yang tampak amat disegani. Ia paham bahwa lelaki-lelaki pemburunya itu adalah orang bayaran pria
itu. Dibenamkannya wajah pria itu ke dalam benaknya. Kemudian, setelah sekian lama menatap
wajah lelaki itu, Enong mendengar salakan belasan ekor anjing yang ganas, memekakkan telinganya.
Padahal, tak ada seekor pun anjing di situ. Enong ketakutan dan menutup telingannya dengan tangan
sehingga sepedanya terjatuh. Pria itu tak menyadari bahwa Enong sedang berada di dekatnya,
bahwa saat itu mereka tersiap ke dalam pusaran nasib yang sama, dan ketika nanti mereka berjumpa
lagi, Enong yang teraniaya akan membatalkan pria kejam itu dari ambisi terbesarnya.
Di sisi lain novel ini menceritakan tentang perjalanan cinta antara Ikal dengan A Ling. Dalam
kesendiriannya Ikal bergumam dalam hati. Bulan Oktober tahun ini, dadaku hanya berdebar untuk
tanggal 23 menunggu hujan pertama, tapi juga  untuk ayahku. Tak pernah terbayangkan aku akan
berada dalam situasi seperti ini aku memusuhi ayahku sendiri. Genap sebulan kutinggalkan rumah.
Kecewa pada ayah. Alasannya sungguh “Absurd”; Cinta. Aku menumpang di rumah Mapangi,orang
bersarung kawan lamaku. Sering sepupu-sepupuku datang diutus Ayah untuk membujukku untuk
pulang kerumah.
Semuanya tentu akan berbeda andai saja ayah menerima A Ling. Sekarang, saban hari aku
menunggu Mualim Syahbana melayarkan perahunya. Akan kubawa lari saja perempuan Tionghoa itu.
Kubawa lari ke Jakarta. Meski itu terang-terangan, seterang matahari di atas ubun-ubun, bahwa aku
melawan ayahku sendiri. Sungguh menyedihkan keadaan ini. Aku telah banyak mengalami peristiwa
buruk, namun permusuhan dengan ayah merupakan hal terburuk yang pernah terjadi dalam hidup
aku. Tak pernah, tak pernah meski hanya sekali sebelumnya menentang ayah. Aku telah dibesarkan
dengan cara bahwa memusuhi orangtua adalah sesuatu yang tak mungkin terjadi. Apa yang
kulakukan sekarang, seumpama burung ranggon melawan angin. Dua hal yang diciptakan tidak
saling bertentangan.
Berulang kali kusesali mengapa ayah musti berada di tengah pilihan yang runyam ini. Mengapa ia
yang tidak mengatakan tidak padaku, mengatakan tidak untuk sesuatu yang paling kuinginkan.
Sungguh jiwaku tidak kuat jika harus memusuhi ayahku sendiri, namun kemungkinan lain yang tak
dapat kutanggungkan adalah jika aku harus kehilangan perempuan Tionghoa itu.  Itu bak sendi pada
buku-buku jemariku. Ia bak arus dalam sungaiku. Aku tak sanggup, tak sanggup.
Ikal menyadari bahwa yang bisa membantunya adalah Detektif M.Nur. segala usaha telah
dilakukan oleh Ikal dan Detektif M. Nur untuk mendapatkan A Ling namun tetap saja gagal. Sesuatu
telah terjadi, detektif M.Nur mengatakan kepada Ikal kalau A Ling sudah bertunangan dengan Zinar.
Namun, kebahagiaan Ikal hanya sementara, karena A Ling ternyata telah dijodohkan dengan
lelaki pemilik toko kelontong yang menjual gula dan tembakau bernama  Zinar. Lelaki yang secara
fisik dan finansial lebih baik dari Ikal memang berbeda kelas dengannya.
Jadi, teruslah novel Padang Bulan menjadi tempat Andrea menceritakan kegilaan Ikal yang
lain karena terbakar api cemburu. Ikal yang menginginkan A Ling kembali berboncengan sepeda
dengannya melakukan upaya sportif untuk mengalahkan Zinar. Caranya?bertanding dengan Zinar
dalam olahraga catur dan sepakbola (Ikal gagal masuk tim voli, alasannya sebaiknya Anda baca
sendiri) dalam acara lomba 17 Agustus-an.
Mengenai keinginan Ikal melawan Zinar bermain catur juga membawa kelucuan tersendiri
saat ia berkata kepada Ibunya mengenai hal ini;
“Jadi, kau pikir hanya karena kau punya kawan seorang guru catur di negeri antah berantah
sana, lalu kau bisa main catur?….Keluarkan ijazah-ijazahmu,”
“Aku cemas apa yang akan dilakukan ibu,,,,kupikir ia akan mencampakkannya ke tungku,
dihamburkan ke pekarangan atau dilemparkan ke dalam sumur, tapi tidak. Ibu membawanya ke
ambang jendela. Ia membuka map itu, lalu menerawang ijazahku satu per satu di bawah sinar
matahari.”
“Kutaksir, ijazah-ijazahmu ini banyak yang palsu, Bujang.” (hal 148)
Berbagai cara gila yang Ikal lakukan untuk mendapatkan kembali cinta A Ling hampir
menjadikannya menjadi bujang lapuk yang mati muda, hanya karena keteledorannya menggunakan
Octoceria.
Love walks on two feet just like a human being
It stands up on tiptoes of insanity and misery
Insanity (kegilaan) dan misery (kesengsaraan) yang menjadi kata kerja yang dialami Ikal
karena patah hati ditinggalkan A Ling. Puncaknya, A Ling datang ke rumah Ikal tepat saat ia sudah
mengibarkan bendera putih kepada Zinar dan berketetapan untuk pergi merantau mencari kerja di
Jakarta. Terlebih kedatangan A Ling adalah untuk memberikan undangan pernikahannya dengan
Zinar. Saat Ikal datang ke pernikahan A Ling dengan Zinar, ia menyelipkan secarik puisi yang ia
gubah sewaktu SD dulu saat perasaan aneh itu hinggap saat melihat kuku-kuku cantik A Ling;
Komidi berputar pelan
Lampu-lampu dinyalakan
Komidi melingkar tenang
Hatiku terang
Terang benderang menandingi bulan
Entahlah, nampaknya Ikal memang berbakat alami sebagai penyair puisi, selain puisi
tersebut, Ikal pun secara spontan membantu Enong membuat tugas menulis puisi dalam kursus
Bahasa Inggrisnya berjudul Bulan di Atas Kota Kecilku yang Ditinggalkan Zaman, yang dalam Bahasa
Inggrisnya pun menurut saya tetap bernuansa klise sekaligus lucu.
Novel Padang Bulan juga memperkenalkan Detektif M Nur dengan hewan merpati
kesayangannya bernama Jose Rizal sebagai salah satu tokoh baru yang cukup dominan selain
Enong. Lelaki yang dituliskan sebagai tetangga Ikal ini memancing pertanyaan serupa dengan Arai 
dalam cerita Laskar Pelangi. Kemana Detektif M Nur yang bernama Ichsanul Maimun bin Nurdin
Mustamin berada saat masa kecil Ikal bersama laskarnya?
Namun, hal itu tidaklah menjadi persoalan, selain karena detektif melayu partikelir ini menjadi
tokoh kunci pada novel lanjutannya di Cinta di Dalam Gelas, ia pun memiliki karakteristik yang kuat
sebagai pendamping Ikal dalam dwilogi ini, lagi-lagi layaknya Arai dalam Sang Pemimpi dan Edensor.
Andrea pun menaruh satu sub bab tersendiri untuk mendukung latar belakang detektif nyentrik ini;
“Badannya kecil, kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil, alisnya hanya satu
setengah,,,,,waktu kelas tiga ia terjatuh dari pohon nangka,,,,ia tidak bisa bersekolah beberapa lama,
tapi saat ia sekolah lagi, ia menjadi pelupa dan sering mendengus seperti kambing bersin:
nges,,nges,,”
“Alhasil, tiga tahun berturut-turut ia tidak naik kelas. Ia bosan, guru-gurunya bosan,
orangtuanya bosan, menteri pendidikan pun bosan, ia berhenti sekolah,” (hal 41-42).
Singkat cerita Dalam perjalanan hidupnya, Enong kemudian bertemu dengan Ikal yang
akhirnya bisa mengenalkan Enong dengan Ninochka Stronovky, seorang grand master perempuan
catur internasional
“Tokoh utama dalam novel Dwilogi Padang Bulan ini ada tiga orang , yakni Enong, Ikal dan
Ninochka Stronovky. Ninochka Stronovky merupakan grand master catur sekaligus teman saya
sendiri,” terangnya.

Resensi Novel Padang Bulan
Disusun oleh              : Ricky Aditya
Kelas                           : XI-IPA 2
Sekolah                       : SMAN 1 Sumedang

Sinopsis

            Enong merupakan sesosok wanita yang memiliki ketabahan dan kekuatan yang luar

biasa. Semenjak ditinggal oleh sang ayah yang pada saat itu mengalami kecelakaan pada saat

mendulang timah dan ayahnya Enong yang bernama Zamzami itu meniggal tertimpa

reruntuhan tanah.

            Sebelum Zamzami meniggal, ia sempat memberikan kejutan kepada isterinya,

Syalimah. Namun, nasib berkata lain, akhirnya Zamzami meninggal dalam kecelakaan dan

tidak bisa memenuhi niatnya untuk menghantarkan anak, dan isterinya kesebuah komedi

putar.

            Walaupun Enong masih kecil, ia terpaksa harus bekerja sebagai pendulang timah

perempuan pertama. Enong sudah berusaha ke Kota untuk mendapatkan pekerjaan yang

ringan,namun ia tak berhasil karena ia masih kecil sewaktu di tinggal ayahnya dan juga ia tak

mempunyai ijazah apapun sebab ia sekolahnya tidak tamat walau sampai jenjang SD

sekalipun sehingga ia terpaksa menjadi seorang pendulang timah karena ia dituntut untuk

memenuhi kebutuhan makan keluarganya sekaligus membiayai sekolah adiknya.


            Pada novel Padang Bulan ini juga mengisahkan tentang seorang lski-laki yang

cinta gila kepada seorang wanita Tionghoa dan ia mulai menyukai wanita tersebut semenjak

ia masih duduk si bangku Sekolah Dasar hingga ia dewasa. Cinta membuat lelaki tersebut

rela untuk melakukan apa saja  asalkan wanita yang ia cintai kembali kepelukannya.

            Hanya karena cinta membuat laki-laki tersebut melakukan apa saja dari

yang sinting  dan  gila pun ia lakukan tanpa memandang apakah perbuatan tersebut

mengganggu orang lain, memalukan diri sendiri ataupun yang lainnya.

            Konflik yang terjadi pada lelaki tersebut berawal dari  salahnya informasi yang

disampaikan oleh sahabatnya Detektif M.Nurnamanya,sehingga ia merasa telah kehilangan

belahan jiwanya. Namun kesalahan informasi tersebut teratasi akhirnya lelaki tersebut bisa

bersatu kembali dengan belahan jiwanya.

Identitas Buku

Judul Resensi              : Perjuangan Hidup dan Kesalahan Informasi

Judul Buku                  : Padang Bulan

Pengarang                   : Andrea Hirata

Penerbit                       : PT Bentang Pustaka, Yogyakarta


Tahun                          : Juni 2010, Cetakan Pertama

Jumlah Halaman          : xii + 254 halaman

Pendahuluan

            Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata yang memiliki ketebalan xii + 254

halaman ini menyuguhkan suatu kisah yang menarik. Walaupun buku ini merupakan cetakan

pertama tetapi buku ini telah banyak diminati oleh para pembaca atau penggemar novel.

Yang lebih menariknya dari novel ini tidak bersifat monoton atau hanya berkisah pada satu

peristiwa pada satu pelaku utama saja tetapi juga menyuguhkan beragam peristiwa yang

saling berkaitan satu sama lain.


            Andrea Hirata adalah salah seorang penulis novel fenomenal dan cukup dikenal di

dunia Internasional. Andrea Hirata merupakan sesosok orang yang senantiasa memperhatikan

keadaan di sekelilingnya lalu ia menuliskan semuanya di dalam karya novelnya. Padang

Bulan  adalah salah satu novelnya yang bersifat modern yang menceritakan sosial budaya

masyarakat, gayabahasa, serta budaya yang ada di daerah tersebut.

Isi Pernyataan (Penilaian)

            Novel ini memiliki alur maju. Artinya antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya

memiliki suatu keterkaitan sehingga menggambarkan suatu kisah yang sistematis.

Penggambaran tokoh di lukiskan oleh perkataan dan perbuatan sang tokoh. Selain dari itu,

penulis juga banyak menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialaminya yang dirangkai

sedemikian rupa menarik sehingga ia juga selain menceritakan kisah hidup orang lain,kisah

hidup dirinyapun memberikan kontrobusi besar dalam berperan sebagai tokoh utama di

dalam cerita tersebut.

            Pada kisah ini Andrea Hirata dapat menjelaskan setiap kejadian dengan jelas dari

mulai tempat yang terjadi hingga gerak-gerik sang tokoh dapat digambarkan dengan

menggunakan rangkaian kata-kata yang indah, gamblang  dan rangkaian kata tersebut bak

sebuah puisi sehingga terkesan kreatif dan indah.


            Novel Padang Bulan  ini memiliki ragam gaya bahasa yang unik. Andrea Hirata

menggunakan bahasa puisi, Melayu, Indonesia, juga terkadang sering menyelipkan istilah-

istilah bahasa Inggris sehingga tampak indah walaupun ada sebagian kalimat yang kurang

begitu dapat langsung dipahami sehingga sedikit membutuhkan penerjemahan kata.

            Kisah Padang Bulan ini berawal dari kisah perjuangan seorang wanita yang bernama

Enong yang baru kelas 6 SD harus sudah bekerja sebagai pendulang timah demi memenuhi

kebutuhan makan dan biaya sekolah adiknya. Walaupun begitu, Enong merupakan sosok

perempuan tegar, sabar, baik, optimis dalam berusaha. Enong mempunyai tekad yang kuat

untuk belajar Bahasa Inggris walaupun ia telah Drop Out dari sekolahnya,sehingga ketika

bertemu dengan Ikal yang pada waktu itu Ikal merasa putus asa gara-gara

cinta gilanya kepada seorang gadis Tionghoa, A Ling namanya. Enong pun dapat


menginspirasi Ikal untuk terus berjuang demi cintanya,dan Enong selalu membela, dan

menguatkan hati Ikal. Berbagai cara Ikal lakukan untuk mendapatkan kembali A Ling.

Akhirnya melalui perjalanan yang panjang A Ling-pun kembali ke pelukan Ikal.

            Novel ini memberikan amanat kepada kita untuk senantiasa bekerja keras, bersabar,

bersyukur, jujur, dan bertawakal atas apa yang terjadi sehingga kita dapat berjiwa tegar dan

pantang menyerah.

Penutup

                        Hal yang menjadikan novel ini menarik adalah ceritanya yang variatif

sehingga memberikan suasana yang nyaman, mengharukan, dan juga menyenangkan. Novel

ini tidaklah monoton karena didalam ceritanya, Andrea menyelipkan kata-kata atau kalimat-

kalimat yang bisa membuat pembaca senang, terbawa suasana, dan tak jarang mengundang

tawa akibat ulah tokoh yang lucu.

                        Didalam novel ini, Andrea seringkali menuliskan kata-kata yang menjelaskan

suatu keadaan bagaikan didalam sebuah puisi seperti berikut, “Cemburu adalah perahu Nabi

Nuh yang tergenang didalam hati yang karam. Lalu, naiklah ke geladak perahu itu, binatang

yang berpasang-pasangan yakni perasaan tak berdaya-ingin mengalahkan, rencana-rencana

jahat-penyesalan, kesedihan-gengsi, kemarahan-keputusasaan, dan ketidakadilan-

mengasihani diri.”   Walaupun terdapat kata-kata yang tidak dapat langsung dipahami, novel
ini memiliki cerita yang unik, menarik, dan dramatik.

Pakcik, buat saya sih nggak masalah apabila cerita ini dikasih judul Padang Bulan atauSerunai
burung Punai misalnya. Bukannya di buku sebelumnya anda sudah 'menceritakan' Maryamah
Karpov yang cuma menjelaskan sekilas lalu dan menuai amat banyak kritik, menghabiskan
energi membacanya untuk mencari tahu siapa itu Maryamah, dalam seluruh cerita yang
bertema 'Penyelamatan A Ling bukan oleh Maryamah, tapi oleh mimpi-mimpi Lintang'.

Cerita cinta lanjutannya, dengan judul 'Padang Bulan' (yang ...more

flag9 likes · Like · see review


Jul 09, 2010Primadonna rated it 3 of 5 stars

Konsep kovernya cerdas. Tidak ada blurb, sinopsis, atau apa pun sehingga saat membaca tidak
ada ekspektasi berlebihan. Kover juga ditata artistik, sehingga sejuk mata ini memandangnya.

Andrea Hirata kembali mengetengahkan perjuangan orang miskin di Belitong. Kisah keluarga
Enong yang tragis, miris, namun juga bisa membuat pembaca tersenyum. Beberapa
perumpamaan yang terlalu berlebihan (misal, vacuum cleaner yang saking kuatnya mampu
menyedot rambut balita/bayi hingga botak?) barangkali adalah cir...more

flag7 likes · Like · see review

Sep 15, 2010ijul (yuliyono) rated it 3 of 5 stars


Recommends it for: Andrea Hirata's fans
Shelves: sudah-dihibahkan, novel-aseli-indonesia

Padang Mbulan Enake Obak Dhelik'an

Enong, 14 tahun, menggemparkan kampung halamannya oleh sebab keputusannya untuk


menjadi pendulang timah perempuan pertama di Belitong. Adalah kematian tragis ayahnya yang
memaksa gadis itu drop out dari kelas lima SD dan memikul sebagian tanggung jawab
keluarganya selaku anak sulung. Berkat kata-kata penyemangat yang ditulis oleh ayahnya dalam
Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata yang dihadiahkan kepadanya, Enong menerjang segala
rintangan untuk merengkuh kebah ...more

flag6 likes · Like · see review

Aug 09, 2010Bunga Mawar rated it 3 of 5 stars


Shelves: it-s-mine

Wahai kawan para penggemar karya Andrea, dengarlah satu nasihatku: jangan baca buku ini di
tempat umum. Utamanya di buku kedua "Cinta di Dalam Gelas", wa bil khusus bagian Mozaik
"Buku Besar Peminum Kopi".

Minggu sore, buku ini belum khatam terbaca ketika saya keluar kamar. Ibu menyodorkan
sebungkus permen berplastik kuning dan biru. "Nih, buat mengurangi batukmu," ujar beliau.

Huahahaha... Beliau belum tahu saya terbatuk2 setengah jam sebelumnya karena repot menutup
mulut dengan bantal untuk meng ...more

flag5 likes · Like · see review

Apr 19, 2012Päk Läng rated it 5 of 5 stars


Shelves: favorites
Telah kuduga, karya manusia bernama Andrea Hirata ini memang sangat bagus! Bukan main
boi, bukan main.

flag5 likes · Like · see review

Jun 25, 2010Handaka mukarta rated it 1 of 5 stars

semalam sambil menemani anak cari percy jackson 5 yg bulan ini terbit, mendapatkan novel
terbaru andrea hirata.

membaca 'padang bulan' adalah membaca suatu fenomena. setelah kecewa dng maryamah
karpov, saya berharap menemukan pengganti dng buku terbaru.

kesan saya : kocak terkadang terlewat konyol, piawi merangkai kalimat utk membangun kesan-
kesan yg tak terduga, imajinatif, dramatis malah terkesan bombastis. penulis benar-benar
"terlatih" meramu kisah-kisah tragedi secara parodi. namun sayang, ha...more

flag4 likes · Like · see review

Jun 26, 2010Rifa farah rated it 5 of 5 stars

Selamat apa saja sahabat pecinta sastra,

Mungkin sudah ditakdirkan,selesai membaca Animal's People (Indra Sinha-this work was
shortlisted for 2007 Man Booker Prize) saya membaca buku Dwilogi Padang Bulan (andrea
hirata). Saya punya sejarah dengan Andrea HIrata. Sejarah tentang pembaca yang pesimis
dengan novelis Indonesia. Dalam musik orang menyebutnya sebagai one hit wonder. Yaitu
dengan satu karya yang ngetop abis, bagus abis, lalu hilang. Berkaya tapi keok. Contohnya lagu
this love! nggak tahu ...more

flag3 likes · Like · see review

Dec 21, 2010Harun Harahap rated it 3 of 5 stars


Shelves: punya, fiksi, indonesian

Bwahahahaha..KONYOL!

Dari buku Laskar Pelangi sampai sekarang gw selalu berkata di didir gw bahwa bukan IKAL yang
jadi tokoh utama dalam novel Andrea Hirata. Selalu ada tokoh lain yang bisa menarik perhatian
karena kisahnya lebih enak untuk dinikmati.

Namun, memang ikal ini sungguh benar-benar menyedihkan.

KONYOL!

flag2 likes · Like · see review


Jul 18, 2010DuniaFriskaIndah rated it 4 of 5 stars
Shelves: beli-sendiri, jempol-abis, lucu, persahabatan

Dalam cerita ini ikal dan teman-temannya melakukan hal-hal konyol yang kadang kala kelihatan
sangat bodoh dan ga masuk akal. Karena dibakar cemburu tingkat tinggi, Ikal harus
mempertaruhkan segalanya untuk menyatakan bahwa dirinya lebih jago dibandingkan dengan
Zinar. Siapa Zinar? Zinar adalah cowok yang digosipkan akan menjadi calon suami untuk Aling.
Padahal sebenarnya semua teori-teori Ikal dan rombongannya adalah suatu kesalahan besar.

Buku ini masih mengemas tindakan konyol ala orang melayu ...more

flag1 like · Like · see review

Jul 08, 2010Blue_tooth7 rated it 4 of 5 stars

Jika dikatakan bahwa novel ini (dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas) untuk mejawab
rasa penasaran sebagian besar pembaca karena kisah di dalam Maryamah Karpov tidak tuntas
memang ada benarnya. Novel kedua yang berjudul Cinta di Dalam Gelas menurutku justeru lebih
pantas diberi judul tersebut. Di novel inilah sepak terjang Maryamah digambarkan dengan jelas
bukan hanya sekilas seperti dalam Maryamah Karpov

Jika dibandingkan dengan tetralogi sebelumnya, dwilogi ini terasa lebih nakal. Andr...more

flag1 like · Like · see review

Sep 07, 2011Syah Hasnul rated it 5 of 5 stars

Andrea Hirata bukan lagi nama asing bagi pembaca-pembaca novel Melayu, tapi ini merupakan
kali pertama saya membaca karyanya. Bukan sedikit karya beliau yang mendapat perhatian, dan
dengan satu karyanya diadaptasi ke filem, tentunya beliau bukan calang-calang orangnya. Hari
ini baru saya tahu. Ayatnya tidak meleret, cukup untuk menyampaikan makna tapi terkesan
dalam hati. "Sungguh mengerikan hidup ini kadang-kadang.", ironiknya saya tetawa ketika kali
pertama membaca kata-kata tersebut kerana pe ...more

flag1 like · Like · see review

May 28, 2011mutiara rated it 2 of 5 stars

Sepertinya saya berharap terlalu tinggi. Setelah tetralogi Laskar Pelangi yang fenomenal, saya
menunggu-nunggu karya Andrea Hirata berikutnya yang mampu membangkitkan imajinasi
dengan keunikan cerita, kecermatan diksi, keindahan kalimat, dan kelihaian dalam
mendeskripsikan karakter, situasi, budaya, semuanya. Yang mampu mengaktifkan tombol
kesenangan, membuat saya menari-nari bersama semua tokoh diiringi irama riang, tak henti
bahkan ketika saya menghabiskan lembar terakhir.
Sayangnya Padang Bula ...more

flag1 like · Like · see review

Sep 26, 2010Alisyah Samosir rated it 3 of 5 stars

Nuansa humornya masih ada, meski tidak sebanyak yang ditemukan di buku Laskar Pelangi. Ikal
emang penulis humoris.

Karakter baru: ada Enong, sang pengagum Bahasa Inggris. Salut buat Enong, sekali ya tetap ya.
Sekali cinta Bahasa Inggris, karir sebagai kuli timah sekalipun tidak menjadi pembatas.
Kebayang gak kalo kuli timah dikuliahin Bahasa Inggris? :D

Ayah Ikal tetap ayah juara satu sedunia. Ibunya tetap sibuk dengan kegiatan 'ludah darah'nya.
Hubungan Ikal dan A Ling akhirnya oke-oke aja. Tapi ...more

flag1 like · Like · see review

Aug 12, 2015Indra Darmawan rated it 5 of 5 stars

Ceritanya lucu dan menarik, Jose rizal kalau difilmkan pasti bisa mengalahkan free willy boi!!

flag1 like · Like · see review

Apr 24, 2014Dewi Rudianti rated it 4 of 5 stars

Padang Bulan merupakan novel fiksi karya Andrea Hirata. Sama seperti novel-novel karya
Andrea Hirata sebelumnya, tokoh utama pada novel ini adalah Ikal. Namun, kali ini, Ikal
bukanlah satu-satu tokoh utama. Di awal novel ini diceritakan tokoh lain yang bernama Enong.

Lika-liku kehidupan Ikal dan Enong sangat berbeda. Meskipun keduanya berasal dari keluarga
miskin, namun masalah yang mereka hadapi berbeda. Enong, seorang anak perempuan yang
ditinggal mati ayahnya dan harus rela meninggalkan cita-c ...more

flagLike · see review

Aug 27, 2012Elsa Maharani rated it 3 of 5 stars

si ikal makin gila,,nampaknya sengaja dibuat seperti itu,tapi karakter enong,,keren abis,
membuat saya pengen belajar catur. Banyak aspek budaya melayu yang diangkat, disertai
analisis2nya yang kadang serius,,kadang konyol..

satu hal yg masih terkait dengan novel2 andrea hirata sebelumnya, yaitu mengajak pembaca
untuk selalu belajar..memecahkan hal-hal yang sulit dan mustahil menjadi sebuah kenyataan..
"berikan aku hal paling sulit, aku akan belajar "

flag1 like · Like · see review

Feb 03, 2014Arifa Hilma rated it 4 of 5 stars


Shelves: fiksi-indonesia, favorit, ringan-dan-renyah

Cobalah kalian datang ke pelosok Belitong sana, disana ada manusia keriting yang bukan main
gilanya...

bukan main boi...


Andrea adalah pencerita dan pelawak berkelas. Buku ini buktinya. Cobalah keluar sebentar dari
tugas-tugas kuliah dan kerjaan di kantor yang gajinya tak naik-naik itu dan Bang Ikal di Padang
Bulan akan membawa kalian melongok keluarga bersahaja dan lugu milik Syalimah dan
Zamzami. Melihat mereka kitapun akan sepakat bahwa bahagia itu sederhana saja. Kemudian
tengoklah M. Nur, det ...more

flagLike · see review

Jul 30, 2010Rahmadiyanti rated it 3 of 5 stars

Rasa Melayu yang makin kental, dan mengobati kekecewaan novel Maryamah Karpov yang cuma
judul semata tanpa ada kisah MK di dalamnya :)

flag1 like · Like · see review

Oct 25, 2010miss rated it 3 of 5 stars


Shelves: 2010

Judul, OK.
Pengarang, OK.
Cover, OK.

Isinyaa.. Gitu2 aja, kirain ada nuansa baru yang gmn gitu.. Dg berat hati, harus kutulis -> Ga
OK..

flag1 like · Like · see review

May 15, 2011Barukisu (Balqis) rated it 5 of 5 stars

Beli kerana direkomendasi oleh seorang teman?

Ya. 
Bila mahu membacanya?

Nanti.

Tapi sungguh mahu segera.

Dan beredar.

flag1 like · Like · see review

Oct 25, 2014Hani Arini Izzatunnisa rated it 3 of 5 stars

Sejak awal membaca Padang Bulan, saya bertanya-tanya bagian mana yang menyebabkan novel
ini diberi judul tersebut. Yang terjawab mozaik terakhir.
Seperti biasa, karya Andrea Hirata ini mampu membangkitkan imajinasi dengan keunikan cerita,
kecermatan diksi, keindahan kalimat, dan kelihaian dalam mendeskripsikan karakter, situasi,
budaya, semuanya. Memang kalimatnya mengalir, mudah dicerna dan terkadang muncul humor
ringan. Indah memang. Namun ada sedikit rasa bahwa Padang Bulan tak seindah Tetralo ...more

flagLike · see review

Dec 30, 2014Kartika Eka Riyanti Putri rated it 3 of 5 stars

Sebenernya udah baca buku ini dari lama, tapi baru sempet ngelanjutin sekarang =)) Overall,
yah, lumayanlah. Diksinya masih khas Andrea Hirata sekali. Cantik, unik, dan sedikit tradisional
<3 

Awalnya saya ngira kalau ini adalah cerita tentang Enong dan bukannya tentang Ikal, tapi
ternyata enggak. Saya juga ngira kalau Enong bakal punya peran lebih bagi Ikal, tapi ternyata
cuma jadi temannya saja. Ya udah.

Sebenernya saya agak aneh sama Ikal disini. I mean, dia bukan orang bodoh. Dia pernah
dap ...more

flagLike · see review

Feb 07, 2014Sally Siawidjaja rated it 3 of 5 stars


Recommends it for: Fans of Andrea Hirata
Shelves: indonesia-fiksi

Bagi gue buku ini sedikit menebus kekecewaan gue atas buku Maryamah karpov. Memang tidak
sebagus buku 1-3, tapi bolehlah untuk memuaskan kekangenan gue membaca kekonyolan orang
belitung dan cara penulisan bang Ikal yang puitis.

Di buku ini bang ikal mencoba kembali untuk memberikan inspirasi perjuangan dan kerja keras
lewat tokoh Enong. Tapi sayangnya inspirasinya kurang kena sama gue karena buku ini terbagi
dengan kisah drama percintaan Bang Ikal dan Aling. 

Karena gue bukan suporter Bang Ikal da ...more


flagLike · see review

Oct 20, 2011Rino Ferdian rated it 3 of 5 stars


Shelves: novel

Ini lagi salah satu buku yang diberikan untukku. Tentu saja, dari embel Sang Andrea Hirata bikin
buku ini banyak diminati para manusia untuk baca tanpa liat reviewnya dulu. Apalagi ada embel
Penulis novel fenomenal laskar pelangi pada cover buku ini. Yakin lah kita kalau buku ini bikin
hati buncah oleh motivasi. Ekspektasiku mungkin terbatasi karena tetralogi sebelumnya
(sebenarnya si aku hanya baca Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi saja). Jadi berandailah aku
kalau buku ini bercerita tentang moti ...more

flagLike · see review

Aug 14, 2011Wijayanto rated it 4 of 5 stars

Sempat terkecoh, saya kira novel ini akan berkisah seluruhnya tentang si Enong. Kalau kemudian
si Enong dan Ikal saling bertukar cerita, pastinya harus ada benang merah yang menyatukan
cerita keduanya. Pembaca tampaknya harus sabar untuk menemukan benang merah itu, di mana
akhirnya mereka bertemu di Kantor Pos. Dan bagian itu berada cukup jauh di dalam buku. Masih
kurang jelas buat saya mengenai peran si Enong dalam curhatan panjang Ikal tentang cintanya
kepada A Ling, dan kecemburuannya kepada ...more

flagLike · see review

Dec 13, 2010Suzan Oktaria rated it 3 of 5 stars

Buku ini menceritakan kisah Enong, panggilan sayang untuk anak perempuan. Siswa kelas enam
SD dan selalu menjadi juara kelas sejak kelas satu. Pelajaran favoritnya adalah bahasa Inggris
dan bercita-cita menjadi guru seperti Bu Nizam. Kehidupan Enong yang sederhana dan manis
berubah seratus delapan puluh derajat saat ia kehilangan ayah tercintanya. 

3 kata yang memberikan kekuatan bagi Enong: Sacrifice, honesty, dan freedom dengan nyanyian
if you are happy and you know it, clap your hands. Jika ti ...more

flagLike · see review

Nov 20, 2010Novia rated it 4 of 5 stars


Shelves: indonesian

Review in English

The Field of Moon tells the journey of life of 2 people, a woman named Maryamah who used to be
called as Enong and Ikal (a nickname that represent Andrea himself). Enong had to face a tragic
life since childhood. Her dream was to be able to speak English fluently, but the faith brought her
into different path. She came from a poor family, her father saved up some money to buy her an
English dictionary. She was thrilled when she received it and treasured it more than people
treas ...more

flagLike · see review

Sep 14, 2010Azarine Kyla Arinta rated it 4 of 5 stars

Sastrawan Melayu ini selalu memberikan humor satir terbaik di setiap bukunya. Dia selalu
berhasil mengubah suatu tragedi dan kesedihan menjadi sesuatu yang bisa di tertawakan dengan
santai sambil minum kopi,

Padang Bulan terdiri dari 2 buku, buku pertama adalah Padang Bulan yang di mozaik ganjilnya
menceritakan tentang masa kecil Enong alias Maryamah Karpov dan mozaik genapnya
menceritakan tentang percintan Ikal dengan A Ling. Alur berjalan sangat lambat di mozaik
mozaik awal, tapi begitu sampai ...more

flagLike · see review

Jul 02, 2010Andri rated it 3 of 5 stars

Kenapa di jadiin 2 buku ? mestinya cukup 1 buku aja, digabung sama yg 'cinta di dalam gelas'.
Toh kan secara fisik juga cuma satu buku. Satu buku yang terdiri dari 2 novel. 

Well.. ada yg comment, ah, loe masih baca ? segitu menariknya kah utk diikutin ?...

Mungkin karena ada unsur subyektifitas yang masih membuat gw mau mengikuti kisah si Ikal
ini. Dan tentu curious dengan kelanjutan kisah cinta ikal-aling.. (yg rasanya jaoooh dari kisah
cinta yang lagi booming hare-hare ini.. habibie-ainun).

Andr ...more

flagLike · see review

Oct 01, 2010Meinar rated it 3 of 5 stars

Terus terang saya sempat mengacuhkan buku ini.

Berkali-kali datang ke toko buku dan sempat memegang buku ini, namun saya letakkan kembali
dan tidak jadi saya beli.

Saya masih 'trauma' dengan Maryamah Karpov...

Tapi entah ada angin apa, akhirnya saya putuskan untuk mengambil risiko dengan membeli juga
buku ini. 

Kenapa saya bilang 'mengambil risiko'? Karena, selain tidak ada petunjuk sama sekali mengenai
cerita di dalamnya, bukan tidak mungkin kalau saya akan menemukan kekecewaan yang sama
saat saya ...more

fla

Anda mungkin juga menyukai