Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAHASA INDONESIA

TEKS CERPEN

NAMA : BUNGA MUTIARA NUR A


KELAS : VII F
ABSEN : 06
MAPEL : BAHASA INDONESIA

SMP NEGERI 1 BATURRADEN


Seekor Unta Pada Hari Jumat

PERKARA mengapa Mahisa selalu tertidur ketika


mendengarkan khutbah di hari Jumat, semua bermula dari
sebuah cerita di masa kecil. Cerita dari Wak Jamal. Cerita
tentang seekor unta, di hari Jumat. Mahisa ingat betul,
bagaimana Wak Jamal bercerita tentang keistimewaan unta
dan hari Jumat, di surau redup di sudut kampungnya.

Wak Jamal memang guru ngaji yang sangat pandai,


khususnya dalam hal bercerita. Kata Wak Jamal sendiri,
semua cerita yang ia ceritakan bukanlah busa mulut
semata, semuanya ia kutip dari kitab kuning dengan huruf
arab tanpa harakat yang ia pelajari di pesantren, semasa ia
remaja.

Terlampau lekatnya cerita itu, Mahisa sampai terkenang-


kenang akan logat mendongeng Wak Jamal (yang memiring-
miringkan leher ke kanan sambil berkedip-kedip). Kalaupun
disuruh mempraktikkan cara Wak Jamal bercerita, Mahisa
sangat yakin bisa melakukannya dengan sempurna. Apalagi
menceritakan kembali cerita tentang unta. Seekor unta di
hari Jumat.
ORIENTASI :
Wak Jamal memang guru ngaji yang sangat pandai, khususnya
dalam hal bercerita. Kata Wak Jamal sendiri, semua cerita yang
ia ceritakan bukanlah busa mulut semata, semuanya ia kutip
dari kitab kuning dengan huruf arab tanpa harakat yang ia
pelajari di pesantren, semasa ia remaja.

KOMPLIKASI :

PERKARA mengapa Mahisa selalu tertidur ketika


mendengarkan khutbah di hari Jumat, semua bermula dari
sebuah cerita di masa kecil. Cerita dari Wak Jamal. Cerita
tentang seekor unta, di hari Jumat. Mahisa ingat betul,
bagaimana Wak Jamal bercerita tentang keistimewaan unta dan
hari Jumat, di surau redup di sudut kampungnya.

RESOLUSI :
Terlampau lekatnya cerita itu, Mahisa sampai terkenang-kenang
akan logat mendongeng Wak Jamal (yang memiring-miringkan
leher ke kanan sambil berkedip-kedip). Kalaupun disuruh
mempraktikkan cara Wak Jamal bercerita, Mahisa sangat yakin
bisa melakukannya dengan sempurna. Apalagi menceritakan
kembali cerita tentang unta. Seekor unta di hari Jumat.
KISAH SEORANG PENJUAL KORAN
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun
masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan
yang masih lenggang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual koran,
yang bernama doni.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari para penerbit.
“Ambil berapa Doni?” tanya Bang Karno. “Biasa saja” jawab Doni. Bang Karno
mengambil koran sejumlah koran dan majlah yang biasa dibawa Doni untuk
langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ia mendatangi pelanggan pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lain.
Begitulah pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para
pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan penuh tanggung
jawab.
Ketika Doni sedang mengacu sepedanya, tiba tiba ia dikejutkan dengan sebuah
benda. Benda tersebut adalah sebuah plastik berwarna hitam. Doni jadi gemetaran.
Benda apakah itu? Ia ragu ragu dan merasa ketakutan karena akhir akhir ini sering
terjadi peledakan bom dimana mana. Doni khawatir benda itu adalah bungkusan
bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di
dalm bungkusan tersebut terdapat sebuah kardus. “wah, apa isinya ini?”tanyanya
dalam hati. Doni segera membuka bungkusan dengan hati hati. Alangkah terkejutnya
ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “wah apa
ini?”tanyanya dalam hati. “milik siapa, ya?” Doni membolak balik cincin dan kalung
yang ada di dalam kardus. Ia makin terperajat lagi karena ada kartu kredit di
dalamnya. “lho,….ini kan milik Pak Alif. Kasihan sekali Pak Alif, ruapanya ia telah
kecurian.”gumamnya dalam hati.
Apa yang diperkira Doni itu memang benar. Rumah Pak Alif telah kemasukan maling
tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu buru, bungkusan perhiasan yang telah
dikumpulkannya terjatuh. Doni dengan segera memberitahu Pak Alif. Ia menceritakan
apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Alif perhiasan milik istrinya
tealah kembali. Ia sangat bersyukur perhiasan itu jatuh ketangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Alif memberikan modal kepada Doni untuk
membuka kios di rumahnya. Kini Doni tidak lagi harus mengayuh sepeda untuk
menjajakan korannya. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja.
Sedangkan untuk mengirimkan koran dan majalah kepada pelanggannya, Doni
digantiakan oleh saudaranyayang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah
akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan
kelak.
1. Buatlah kembali teks itu dengan kata kata kamu sendiri
Di ufuk timur, matahari belum tampak, udara masih terasa dingin, dan embun masih
menyelimuti awan. Seorang anak mengayuh sepedanya denagn lenggang. Ia adalah
seorang penjual koran yang bernama Doni
Menjelang pukul lima pagi, Doni samapi di tempat agen penjual koran. Setelah
selesai, ia langsung berangkat.
Ia mendatangi para pelangnggan setianya. Dengan gembira, ikhlas, dan bertanggung
jawab ia mendatangi para pelanggannya.
Ketika Doni sedang mengacuh sepedanya, tiba tiba ia melihat sebuah benda. Benda
itu adalah bungkusan plastik berwarna hitam. Ia gemetar ketakutan kerena akhir
akhir ini sering terjadi peledakan bom. Pada akhirnya ia mencoba membuka
bungkusan itu. Dalam bungkusan tersebut terdapat kardus. Alangkah terkejutnya ia,
karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainya. Ia makin terperajat
karena di dalamnya terdapat kartu kredit. Ternyata semua benda tersebut milik Pak
Alif.
Ternyata yang diperkiraan Doni itu benar. Rumah Pak Alif ternyata tadi malam
kemalingan. Karena terburu buru pencuri tu menjatuhkan bungkusan perhiasannya.
Ia langsung menberi tahu dan menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa
senangnya Pak Alif perhiasan istrinya jatuh di tangan orang yang jujur. Sebagai
ucapan terima kasih, Pak Alif memberikan modal kepada Doni untuk dibuat kios. Kini
Doni tidak usah mengayuh sepedanya lagi untuk menjajakan korannya. Ia cukup
menunggu pembeli yang datang. Sedangkan untuk mengirim koran, Doni digantikan
oleh saudaranya. Yang belum mempunyai pekerjaan.

2. Menentukan orientasi, komplikasi, resolusi

ORIENTASI :
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun
masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan
yang masih lenggang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual koran,
yang bernama doni.

KOMPLIKASI :
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari para penerbit.
“Ambil berapa Doni?” tanya Bang Karno. “Biasa saja” jawab Doni. Bang Karno
mengambil koran sejumlah koran dan majlah yang biasa dibawa Doni untuk
langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ia mendatangi pelanggan pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lain.
Begitulah pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para
pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan penuh tanggung
jawab.
Ketika Doni sedang mengacu sepedanya, tiba tiba ia dikejutkan dengan sebuah
benda. Benda tersebut adalah sebuah plastik berwarna hitam. Doni jadi gemetaran.
Benda apakah itu? Ia ragu ragu dan merasa ketakutan karena akhir akhir ini sering
terjadi peledakan bom dimana mana. Doni khawatir benda itu adalah bungkusan
bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di
dalm bungkusan tersebut terdapat sebuah kardus. “wah, apa isinya ini?”tanyanya
dalam hati. Doni segera membuka bungkusan dengan hati hati. Alangkah terkejutnya
ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “wah apa
ini?”tanyanya dalam hati. “milik siapa, ya?” Doni membolak balik cincin dan kalung
yang ada di dalam kardus. Ia makin terperajat lagi karena ada kartu kredit di
dalamnya. “lho,….ini kan milik Pak Alif. Kasihan sekali Pak Alif, ruapanya ia telah
kecurian.”gumamnya dalam hati.

RESOLUSI :
Apa yang diperkira Doni itu memang benar. Rumah Pak Alif telah kemasukan maling
tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu buru, bungkusan perhiasan yang telah
dikumpulkannya terjatuh. Doni dengan segera memberitahu Pak Alif. Ia menceritakan
apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Alif perhiasan milik istrinya
tealah kembali. Ia sangat bersyukur perhiasan itu jatuh ketangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Alif memberikan modal kepada Doni untuk
membuka kios di rumahnya. Kini Doni tidak lagi harus mengayuh sepeda untuk
menjajakan korannya. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja.
Sedangkan untuk mengirimkan koran dan majalah kepada pelanggannya, Doni
digantiakan oleh saudaranyayang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah
akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan
kelak.

Anda mungkin juga menyukai