Petualangan Kita
Judul Cerpen Petualangan Kita
Cerpen Karangan
: Dini Aprilia Purnamasari
Kategori
: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada : 17 September 2013
Annabelle bangun, kita bisa terlambat, teriak Calista tepat di samping telinganya. Setelah itu,
mobil jemputan kami datang kupu-kupu raksasa yang sangat cantik. Ini memang transportasi
negeri ini. Negeri Threelo, tapi itu bukan satu-satunya tranportasi negeri ini ada kura-kura
sebagai kendaraan sekolah. Kelelawar raksasa sebagai mobil kemiliteran dan banyak binatang
lainnya. cepatlah Glori cepatlah kita akan membawa penjelajah berkeliling, ucapku kepada
Glori. baiklah Annabelle, Glori mempercepat lajunya. Dan kami sampai di gedung Floris,
gedung tempat para penjelajah untuk melakukan penjelajahan. maaf kami terlambat,
perkenalkan nama saya Annabelle dan dia Calista kami akan menjadi pemandu wisata kalian,
aku hanya melihat 5 orang remaja kira-kira berumur 13 tahun. baiklah perkenalkan nama
kalian, pinta Calista.
namaku Devin ucap laki-laki bertubuh kurus rambut yang keriting dan memakai kacamata
bulat besar.
namaku Fiona pinta gadis manis memakai pita merah dan membawa kamera di lehernya.
namaku Flora, ucap gadis berambut pendek dan sedikit tomboy.
namaku George, kata laki-laki bertubuh gendut dan selalu membawa makanan.
namaku Victor, gumam laki-laki bertubuh sedang dan membawa teropong juga kompas di
lehernya.
hai senang berkenalan dengan kalian, baiklah silahkan naik di atas Glori kita akan berjelajah
selama beberapa hari, pintaku.
Setelah itu, mereka satu persatu naik keatas Glori. Mereka membawa banyak sekali barangbarang. Dan George membawa banyak persediaan makanan. Ada puluhan tempat untuk
beristirahat dengan beberapa jalur yang berbeda. Karena hari mulai gelap, kami berhenti di
perhentian pertama. Dan Glori kembali ke kota, di semua perhentian terdapat beberapa rumah.
Itulah uniknya penjelajahan ini. emz.. aku lapar, kata Flora. baiklah, mari kita memasak, di
tempat ini tersedia sebuah ruangan tempat memasak. Ada yang secara tradisional dan modern.
Yang tradisional harus memasak sendiri, sedangkan yang modern ada sebuah alat yang harus
memasukkan bahan dan setelah beberapa menit jadilah makanan. wah cepat sekali,
kelihatannya enak, kata George.
ih George kamu ini banyak makan, ucap Fiona.
sudah cepat makan, ucap Calista.
Aku sedari tadi hanya membaca buku. Ditemani dengan secangkir teh dan kue. hemz.. emang
gak salah ya jadi pemandu wisata, kataku. iya udah tingkahnya lucu, untung kita milihnya
pemandu wisata anak-anak walaupun agak sulit, celoteh Calista. iya-iya Boss yang bawel,
pintaku. oh ya Annabelle besok kita kemana, tanya Flora. oh masih ada 2 perhentian dan
di perhentian terakhir sudah tersedia Ilse (capung Raksasa) untuk mengantar kita kembali ke
kota jelasku. uh terasa sangat cepat padahal aku tidak suka di rumah, kata Devin sambil
mencopot kacamatanya.
baiklah kalian cepat tidur supaya besok bisa melakukan penjelajahan lagi, ucap Calista
lembut.
Keesokan harinya,
Kami telah siap melanjutkan perjalanan, sebenarnya jarak antara peristirahatan 1 dan 2 cukup
dekat kira-kira 1 km. Tapi sesuai peta kami akan berkeliling dahulu hingga sampai di
peristirahatan ke-2.
Apa Adanya
Judul Cerpen Apa Adanya
Cerpen Karangan
: Fanny Yolan Tamba
Kategori
: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada : 15 April 2016
Seger banget mandi pagi-pagi begini, kata Tami. Hari ini hari minggu. Seharusnya hari ini dia
gereja. Tapi anak kelas 5 SD di gerejanya sedang pergi berwisata kebaktian padang. Sedangkan
Tami duduk di kelas 6. Main ke rumah Egi ah. Kerjain pr bareng dia. Dia kan pinter,
Eh ajak Diva juga deh sama Yama, Lalu Tami mengambil telepon genggamnya. Halo, kata
Tami memulai pembicaraan.
Iya halo. Ada apa Tam? kata Diva dalam telepon.
Mau main ke rumah Egi gak? tanya Tami.
Boleh. Kumpul jam berapa? tanya Diva.
Ini aku mau jalan. Aku tunggu ya, kata Tami.
Oke sip, jawab Diva mengakhiri pembicaraan.
Tami kembali mengambil telepon genggamnya. Kali ini dia ingin menelepon Yama.
Halo Yama, kata Tami memulai pembicaraannya.
Iya Tam. Ada apa? tumben nelepon, jawab Yama.
Aku mau ke rumah Egi mau ikut gak? kata Tami.
Sorry deh. Aku malas ikut kayak gituan. Aku sih mau les renang dan balet, jawab Yama
dengan sombong.
Les? Setahu aku kamu gak pernah ikut les, kata Tami bingung.
Menurut Tami Yama anak yang sombong. Mentangmentang dia anak orang kaya dia jadi suka
mengumbar harta kekayaannya. Tami ingat waktu itu Yama berkata bahwa liburan kenaikan
kelas kali ini dia diajak tantenya yang bekerja di Belanda untuk pergi berlibur bersama. Tami
juga ingat ternyata dia tidak jadi pergi karena tantenya sedang melahirkan. Bukan hanya Tami
yang kesal pada Yama teman yang lain juga kesal pada Yama karena terlalu sombong.
Halo kok bengong? kata Yama menyadarkan Tami dari lamunannya.
Eh iya lupa, jawab Tami.
Ya udah ya. Oh iya aku mau ngasih tahu kamu aku pake hp baru sekarang, pamer Yama.
Oh ya. Merek apa? lagi-lagi Yama pamer pikirnya.
Iya. Merek Samsung Galaxy S5 yang anti air dan debu itu loh, kata Yama.
Keren banget itu kan mahal hp-nya, kata Tami tak percaya. Samsung Galaxy S5 adalah hp
terkenal bermerek mahal.
Iya aku beli Rp.8.000.000, kata Yama sombong.
Hebat kamu, puji Tami.
Udah ya. Bye, Yama langsung menutup pembicaraan.
Yama memang suka pamer. Ih jadi makin sebal, kata Tami sebal. Lalu Tami langsung pergi ke
rumah Egi. Tidak lupa dia membawa buku yang ingin dipelajari. Sesampainya di rumah Egi
ternyata Diva sudah sampai duluan.
Dasar Tokyoto Metami Risauza kerjanya telat terus, kata Diva dan Egi hampir bersamaan.
Sorry Guys, kata Tami sambil tersenyum kecil. Selesai mengerjakan pr mereka bermain. Bosan
bermain mereka ingin bermain ke rumah Yama yang besar. Mereka penasaran. Lalu mereka
menelepon Yama. Halo Yama ini Egi, kata Egi.
Iya Egi ada apa? jawab Yama ketus.
Jangan marah dong, jawab Egi karena tahu nada bicara Yama seperti tidak senang.
Aku lagi les tahu. Jangan diganggu dong, jawab Yama.
Kita cuma mau tanya, kata Egi.
Tanya apa cepetan? jawab Yama.
Alamat rumah kamu di mana sih? tanya Egi.
Emangnya ada apa? jawab Yama keberatan.
Kita mau main ke sana, jawab Egi dalam telepon.
Eh itu sorry gurunya udah datang bye muach,
Tung tuut. Belum sempat Egi selesai bicara teleponnya sudah dimatikan oleh Yama.
Ah udah dimatikan, seru Egi.
Ya sudahlah gak apa-apa kita main di sini aja, jawab Tami menenangkan.
Oke deh, kata Diva.
Kita mau main apa nih? tanya Diva kebingungan.
Main tebak-tebakan aja yuk, jawab Egi.
Oke kita pakai skor ya, jawab Diva.
Iya kita tanya bergilir. Dari aku ke Egi habis itu ke Diva, jelas Tami.
Setuju gak? tanya Tami lagi.
Setujuuuu, Jawab Diva dan Egi bersamaan.
Hampir satu jam mereka bermain tebak-tebakan. Setelah bosan mereka jalan-jalan ke luar.
Mereka jalan-jalan dari mulai ke taman ke kantor ayah Egi bermain komputer, ke sungai untuk
memancing, ke kolam ikan. Entah sudah berapa taman yang mereka lewati. Di sela perjalanan
mereka berhenti untuk makan. Kadang mereka juga bercanda dan tertawa bersama. Sungguh
suasana yang menyenangkan. Tiba-tiba terlihat satu pemandangan yang sangat aneh. Mereka
melihat Yama ke luar dari sebuah rumah yang sangat besar dan memakai baju lusuh menyapu
jalanan yang berdebu. Dengan rambut diikat satu ada bayangan yang jauh berbeda dari Yama
yang selama ini mereka dengar.
Loh itu kan Yama ngapain si anak sombong itu di situ? kata Egi kesal.
Hush Egi gak boleh ngomong gitu tapi kira-kira dia ngapain di situ ya? Samperin yuk, seru
Tami.
Yama lagi apa kamu di sini katanya kamu les? tanya Tami. Yama menoleh.
Hah? kata Yama kaget.
Kalian lagi ngapain di sini? kata Yama lagi.
Kami lagi jalan-jalan. Kamu sendiri lagi ngapain di sini. Kok dandananmu buruk sekali? kata
Egi mengejek.
Hush, kata Tami mengingatkan. Mendengar kata-kata Egi Yama jadi malu sekali. Dia pun
berlari ke rumah besar tadi. Diva, Tami, dan Egi jadi terbengong-bengong. Mereka bingung. Apa
yang sebenarnya terjadi? Sungguh membingungkan.
Esoknya di sekolah Tami menanyakan soal kejadian kemarin. Apa sih yang sebenarnya
terjadi? tanya Tami.
Jadi gini Tam Kamu jangan bilang siapa-siapa ya, kata Yama.
Iya aku janji, kata Tami meyakinkan.
Sebenarnya aku ini anak pembantu, kata Yama sambil tertunduk malu.
Ah gak mungkin, kata Tami tak percaya.
Iya, kata Yama meyakinkan.
Lalu hp yang biasa ini kamu pakai hp siapa? tanya Tami.
Itu hape majikanku. Dan yang kemarin datang bukan guru lesku aku gak pernah les di mana
pun itu majikanku karena aku pakai secara diam-diam tanpa sepengetahuannya, jelas Yama. Di
sini Tami bisa melihat bahwa Yama tak seburuk di pikirannya.
Kok kamu gak pernah bilang dari dulu? tanya Tami keheranan.
Aku malu Tam, jawabnya singkat.
Aku senang kamu mengakuinya. Jujur aku justru lebih suka dengan teman yang apa adanya
aku. Cuma perlu kesetiannya dalam berteman, jelas Tami.
Makasih Tam kamu memang sahabatku yang paling baik, kata Yama senang. Setelah kejadian
itu Yama menjadi teman baik Tami. Dan Tami mengganti nama Yama di kontaknya menjadi
Temanku yang apa adanya.
oya mas Jaka saya kesini tadi berniat mengundang mas Jaka di acara kawinan anak saya. Kalau
mas Jaka tidak sibuk tolong hadir juga di acara khatamannya
Iya insya ALLAH pak hati jaka miris dengan kebohongan yang telah diucapkannya. Jangankan
khataman al-quran. Membaca tulisan arab saja dia belum bisa. Dia bingung apa yang harus
dilakukannya.
Berita tentang Jaka telah menyebar di kampungnya. Hingga banyak orang-orang kampung dan
tetangga desanya yang berbondong-bondong datang ke rumahnya. Namanya sangat dikenal.
Hingga semua orang memanggilnya ustad. Dirinya begitu disegani oleh warga desanya. Tapi ada
yang aneh darinya. Tiap kali orang datang kerumahnya minta solusi apapun Jaka selalu
menyuruhnya untuk menulis segala macam keluh-kesah mereka, dengan alasan dia sangat sibuk.
Beruntung semua orang menurut. Tak ada di antara mereka yang berperasangka buruk padanya.
Hal itu membuat hati Jaka semakin resah. Bingung dengan apa yang harus diperbuatnya. Tiap
kali ada yang bertanya tentang apapun itu membuat Jaka terpaksa sowan ke rumah kiyai-kiyai
tersohor di daerahnya. Dengan menyerahkan kertas-kertas pertanyaan dan permintaan solusi dari
warga desanya. Hal tersebut terus berlangsung hingga tiap hari semakin bertambah orang-orang
yang datang ke rumahnya. Dengan terpaksa Jaka lebih sering sowan ke rumah pak kiyai. Dia
juga terpaksa belajar sholat dan mengaji dari salah seorag kiai yang sering disowaninya. Saking
seringnya sowan ke rumah pak kiai, berbagai petuah tanpa sengaja mulai dihafalnya.
Berawal dari sebuah keterpaksaan menjadi sebuah kebiasaan. Itulah yang saat ini dirasakan oleh
Jaka. Sering ia kunjungi rumah-rumah kiai yang telah banyak berbagi ilmu dengannya. Bahkan
ada salah seorang kiai yang sudah di anggap seperti keluarganya sendiri. Seorang kiai yang kerap
disapa dengan sebutan kiai Fatih itu seorang ulama besar didaerahnya. Hal tersebut membuat
Jaka berniat mengabdikan dirinya.
Jaka! kiai Fatih disela-sela obrolannya dengan Jaka. Berawal dari seringnya Jaka sowan,
belajar sholat dan mengaji di kediaman kiai Fatih, membuat kedekatan mereka bertambah erat.
Iya pak kiai
Sepertinya sudah waktunya kamu untuk menikah dan mengelola pondok pesantren ucap pak
kiai fatih to the poin tanpa ba bi bu ke Jaka.
Ehmm, eh eeehmm, anu pak kiai anu, itu saya merasa belum siap jawab Jaka gugup.
Jangan menunda sunah Rosul kalau kamu memang sudah waktunya. Kalau masalah ekonomi
jangan di jadikan beban.
Bukan begitu pak kiai. Saya merasa belum pantas untuk memimpin pondok pesantren. Selain
itu saya juga belum bisa menjadi imam yang baik untuk istri saya. Ditambah lagi siapa yang mau
sama saya pak kiai?
Kalau kamu bersedia saya niat menikahkan anakku Intan Nur Salsabila denganmu Jaka hanya
bungkam. Bahagia tapi sedih. Dia meresa kerdil jika harus bersanding dengan farida. Seorang
wanita soleha yang hafizh quran. Sedangkan dia adalah mantan maling yang di anggap ustad
oleh warga desannya. Belajar sholat dan mengaji karena terpaksa gara-gara semua orang
menganggap dia seorang ustad. Tak seimbang rasanya jika wanita sebaik farida mendapatkan
seorang suami sepertinya.
Jaka panggil pak kiai melenyapkan fikiran Jaka yang melayang tanpa arah.
Iya pak kiai. Tapi apakah saya pantas bersanding dengan putri pak kiai. Saya merasa tidak
pantas pak kiai. Ditambah lagi untuk memimpin pondok pesantren. Ilmu saya masih cetek dan
seorang mantan preman seperti saya apa pantas pak kiai menjadi pemimpin pondok pesantren.
Dengar ya Jaka, tidak ada manusia yang sempurna. Semua orang pasti memiliki masa lalu
dalam hidupnya. Semua tergantung dari mereka ingin tetap dengan masa lalunya atau ingin
merubah masa depannya dengan memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Kita ini keturunan
orang yang salah. Masalah mampu atau tidak semua itu butuh proses. Jadi jangan pernah kamu
merasa dirimu itu rendah. Teruslah belajar menjadi lebih baik. Aku tidak memaksamu.
Fikirkanlah dulu.
Iya pak kiai senyum manis mengembang di antara keduanya. Suasana kembali mencair ketika
Jaka mulai bertanya a,i,u tentang kisah-kisah islami. Sesekali tawa meledak di antara keduannya.
Bintang-bintang malam mulai bertengger dalam bentangan awan hitam. Rembulan tampak
begitu sempurna. Angin-angin malam menggoyangkan ranting-ranting kekokohan. Dingin mulai
menelusup celah-celah kediaman penghuni alam. Tampak seorang pemuda tertunduk pasrah
dalam renungan-renungan kisah masalalunya. Ia tengadahkan tangannya. Penuh penyesalan atas
segala kelalaiannya. Hatinya terluka bila kisahnya menjelma bayang-bayang keburukan
perangainya. Fikirannya khusyuk menulusuri kisah-kisah hidupnya. Untaian-untaian doa
pembersih dosa ia lantunkan. Butiran-butiran air mata membasahi kedua pipinya. Usai
bermunajah ia ulurkan tangannya sembari mengecup kening istrinya. Jaka tersenyum bahagia
melihat balasan senyum isrinya sehingga menampakkan kedua lesung pipinya.
Mas Jaka sibuk apa tidak?
Ada apa ya habibati?
Boleh adek minta tolong mas?
Apapun yang bisa kulakukan akan ku penuhi segala pintamu ya hibabati goda Jaka sembari
mengusap lembut kedua pipi istrinya. Farida hanya tersenyum geli mendengar rayuan suaminya.
Dia beranjak dari duduknya dan mengambil mushaf kecil di atas almarinya.
Adek ingin memurojaah hafalan adek mas diulurkannya mushaf kecil itu kepada suaminya.
Jaka tersenyum. Hatinya berkali-kali mengucap syukur pada Rabbnya yang telah memberikan
banyak kebahagiaan padanya. Terutama istri sholehah. Merupakan hadiar terindah dan terbesar
untuknya. Wanita yang dengan ikhlas menerimanya dengan masa lalu buruknya. Hatinya bagai
mutiara. Seorang wanita bagai mutiara dalam karang di dasar lautan. Dimana semua orang tak
mampu menjangkaunya. Ia begitu terjaga maruahnya. Tutur katanya yang selalu menentramkan
hati yang pendengarnya. Kerap kali Jaka menyinggung masa lalu buruknya dan mengatakan
bahwa wanita yang baik seharusnya mendapatkan pria yang baik pula. Namun tiap kali Jaka
mengucapkan itu istrinya selalu menjawab bahwa dialah yang terbaik untuknya karena ALLAH
SWT tahu yang mana yang terbaik untuknya. Benar-benar mebuat Jaka tak henti mengucap
syukur. Baginya istrinya bagaikan mutiara tanpa cela.