Anda di halaman 1dari 6

Cerpen Si Miskin

Oleh: Suryana Hafidin


Kesabaran seorang raja beserta isterinya yang kini harus meratapi nasib sebagai
seorang yang miskin karena disumpah oleh Batara Indera yang membuat mereka dibuang ke
negeri Antah Berantah yang dipimpin oleh seorang raja bernama Maharaja Dewa Indera.
Adapun untuk bertahan hidup, mereka berkeliling mencari rezeki dengan cara mengais-ngais
makanan yang telah dibuang ke tempat sampah dengan modal pakaiannya yang compang
camping. Orang-orang di negara tersebut pun menganiaya dan mengusirnya karena
penampilannya yang sangat tidak elok dipandang mata.
Mereka kini hanya tinggal di sebuah hutan, bertahan hidup dengan memakan buah
dan umbi kayu. Pada saat mereka kembali ke kota untuk mencari rezeki, orang-orang kembali
mengusirnya dengan cara melemparinya dengan batu dan memukulinya dengan tongkat kayu.
Si Miskin yang sudah tak berdaya itu pun kembali ke hutan dengan penuh luka memar hingga
berlumuran darah.
Kemudian, pada malam-malam penderitaannya sebagai Si Miskin, isterinya memberi
kabar kalau ia tengah mengandung anaknya.
Ketika usia kandungannya mencapai tiga bulan, isterinya pun dilanda ngidam buah mangga
yang tumbuh di dalam istana raja. Si Miskin itu pun menolak dengan alasan mustahil dengan
kondisinya saat ini bisa memasuki istana raja. Namun, isterinya menangis sekeras-kerasnya.
Akhirnya Si Miskin pun menerima permintaannya. Namun, karena ia takut datang ke
istana raja, datanglah ia ke pasar untuk mencari sisa-sisa buah mangga di tempat sampah.
Namun tak pernah disangka, di pasar Si Miskin mendapatkan banyak belas kasihan orang-
orang di sana dan mendapatkan berbagai macam makanan dan buah-buahan termasuk
mangga.
Dengan hati yang gembira, Si Miskin pun pulang memberikan buah tersebut kepada
isterinya dengan mengatakan kalau buah yang ia dapat merupakan hasilnya mencari di pasar.
Namun, isterinya justru kecewa karena buah yang diminta ialah buah mangga yang berasal
dari istana raja. Ia pun kembali menangis sekencang-kencangnya. Dengan rasa kesal, Si
Miskin pun pergi ke istana raja untuk memohon buah mangga. Sesampainya di istana, ia
kemudian memohon kepada sang raja untuk diberikannya buah mangga yang terjatuh di
tanah.
Sang Raja yang melihatnya bersujud memohon kemudian memberikan belas
kasihannya dengan menyuruh bawahannya mengambilkan buang setangkai buah mangga.
Si Miskin pun merasa senang dengan kebaikan hati sang raja, dan segera pulang untuk
memberikan buah mangga tersebut kepada isterinya.
Tiga bulan kemudian sang isteri kembali mengidam, namun kali ini buah nangka yang
diinginkannya. Dengan cara yang sama pula Si Miskin memperoleh apa yang diinginkan
siterinya itu. Selain itu, selama masa kehamilan isterinya, pasangan kekasih tersebut
mendapatkan banyak makanan dan barang-barang yang diberikan oleh orang-orang di pasar.
Hingga kemudian lahirlah sang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Marakarmah yang
memiliki arti “anak dalam kesukaran”.
Setelah kelahiran anak laki-lakinya tersebut, Si Miskin kemudian menggali tanah
dengan niat membuatkan tempat untuk anaknya tersebut.
Namun, tanpa diduga, ia menemukan emas yang tidak terhitung jumlahnya. Emas yang tidak
akan habis hingga anak cucunya nanti. Dengan takdir Tuhan Yang Maha Esa, Si Miskin kini
menjadi kaya raya.
https://utaratimes.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-1195721252/mengubah-hikayat-si-
miskin-ke-dalam-bentuk-cerpen-sederhana-dan-penuh-makna?page=4
Belajar dari yang Tak Pernah Diajar
Karya: Alfi Yuda

Pagi itu aku sedang sarapan dengan sangat tenang, tiba-tiba tersendak karena aku
melihat jam sekarang pukul 7. Aku menggowes sepedaku. Sialnya gerbang sekolahku sudah
ditutup, dan dengan wajah kesal pak satpam berkata kepadaku di balik pintu gerbang. Lalu
dibukakannya pintu gerbang ini, tapi aku bersama murid lain dihukum berdiri di lapangan
basket hingga jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, tempat di mana laki-laki itu
setiap pagi datang dan juga bekerja sampai suatu sore hari tiba.
Namanya Pak Asep, tapi anak-anak sering memanggilnya dengan "Mang Oray", aku
tak tahu dari siapa orang pertama pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia memang
sangat popular di SMA Negeri 1 karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya
kepada murid laki-laki.
Lama setelah itu, aku makin akrab dengan satpam yang tersebut, kawan-kawanku
selalu memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu saat dia bercerita kepadaku dan juga kawan-
kawanku tentang dia sewaktu seusia kami.
"Dulu, Mamang juga pernah sekolah seperti kalian. Tapi, mamang tidak dapat
melanjutkannya hingga selesai, karena orang tua mamang yang tidak bisa membiayainya,"
imbuh dia dengan senyum untuk menutupi.
"Kalian harus bisa memanfaatkan kesempatan mengais ilmu di sini, makanya
mamang suka sangat marah pada kalian yang suka terlambat masuk," sambungnya. Dia
kemudian masih melanjutkan ceritanya. Ternyata di dalam rumahnya dia menyediakan
perpustakaan mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah, tapi terkendala ekonomi
keluarga. Aku pun menjadi sangat kagum dengan berbagai perjuangan Pak Asep. Di tengah
biaya hidup yang kini makin susah, kulit kian menjadi keriput serta rambut kian memutih, dia
masih bisa selalu membantu orang-orang di sekitarnya. Terima kasih, Pak.
https://www.bola.com/ragam/read/5052331/contoh-cerpen-pendidikan-yang-menarik-dibaca
Prestasi
Cerpen Karangan: Dini Fitri Rahmawati

“Dina, ternyata kamu ikut lagi ya” ucap tante Heny


“lho tante Heny? tante jadi juri ya?” tanya Dina
“iya”, jawab tante Heny dengan senyuman
“Eh iya tante, aku baru dapat informasi baru mengenai peserta bernama Aulia dari SMA
Sukaratna. selama ikut Olimpiade, Aulia selalu curang agar mendapat skor tinggi. jadi Dina
minta tolong untuk pasang kamera pengawas sebelum Olimpiade dimulai” ujar Dina dengan
serius.
“Benarkah? ini tidak boleh dibiarkan. Baiklah akan tante usahakan, untuk berbicara kepada
juri lainnya”, jawab tante Heny.
“Baiklah, terimakasih”, kata Dina.
10 menit kemudian, Dina dan Aulia dipanggil untuk menjawab pertanyaan Sains.
Dina langsung melihat sekeliling, mengecek apakah kamera pengawas benar-benar dipasang
atau tidak. ternyata terdapat kamera di bagian bawah meja peserta dan di bagian pojok atas
panggung.
Berbagai pertanyaan telah dijawab oleh Dina. bagi Dina, pertanyaan ini mudah karena
sudah dipelajari. Sampai ditengah-tengah Olimpiade, alarm berbunyi sangat keras dan karena
panik, Aulia langsung berdiri dan menjatuhkan 3 lembar jawaban Olimpiade Sains. Aulia
merasa malu. ingin rasanya pergi dan menghindar dari sorakan para peserta dan penonton.
“Gimana? masih mau main curang? kamu pernah mengerti tidak diadakannya
Olimpiade. di Olimpiade, bakat kita diuji dalam kejujuran. percuma kamu mewakili sekolah
jika kamu melakukan cara kotor ala kata orang jika kamu mengotori nama baik sekolahmu
sendiri?”, Nasihat Dina pada Aulia yang terus menunduk karena malu. Aulia mengangis
dalam diam. Aulia tidak menyangka bahwa pertanyaannya akan terbongkar di Olimpiade
Sains ini.
Karena curang, Dina otomatis menang dan mendapat penghargaan dari ibu Bupati,
Ibu Linda Andriyani. Sungguh, Prestasi dapat menggubah segalanya menjadi lebih baik.
Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-nasihat/prestasi.html
Garis Batas
Karya Anton Kurnia

Ada sebuah ruas jalan di kotamu yang lekat di hatimu seperti sisa es krim yang
melengket di sela jemari. Di ujung selatan ruas tengah Braga yang kedua sisinya didereti
toko-toko antik berjendela kaca lebar dan bangunan kuno berarsitektur art deco, terdapat
sebuah kafe tua yang menjual es krim bikinan sendiri. Ke Cafe Canary itulah ibumu
mengajakmu pada satu sore cerah yang muram.
Umurmu baru sekitar tiga minggu menjelang genap sepuluh tahun. Tetapi, setahun
sebelumnya kau sudah kehilangan ayah. Kanker tulang belakang telah merenggutnya setelah
bertempur hebat selama dua tahun sehingga tubuhnya yang subur menyusut menjadi amat
kurus di saat-saat terakhir.
Di bangku itu kau duduk menghadapi semangkuk kaca es krim vanila. Sepasang bola
matamu yang cokelat menatap mangkuk es krim. Sesekali kau menggaruk tahi lalat di atas
bibirmu yang sebetulnya tak gatal. Kau melakukannya hanya karena kau tak bisa mengontrol
gerakan itu saat kau gugup atau sedih atau gundah.
Kau amat suka rasa es krim vanila yang putih dan lembut dan manis. Namun, kau
mendadak merasa lidahmu seolah pahit sehingga kau teringat sebuah cerita lama yang pernah
kaubaca di sebuah majalah anak-anak tentang seorang pendekar berlidah pahit. Kau juga
merasa lidahmu kelu. Tak mampu bicara.
Ibumu baru saja berkata dia akan menikah lagi dan suaminya yang baru akan
membawa kalian pindah ke lain kota. Itulah yang membuat es krimmu jadi tak terasa manis,
hanya dingin dan kebas. Padahal sore itu cuaca amat cerah.
Ada semacam luka halus yang menggores di dalam hatimu. Sesungguhnya kau tak
rela ibumu memiliki dan dimiliki lelaki lain selain kau dan ayahmu. Kau tak suka ada lelaki
lain di dalam hidupmu, di antara kau dan ibumu. Kau tak ingin ibumu beralih dari ayahmu
yang telah tiada. Kau sedih, tetapi tak berdaya. Namun, kau tak menangis. Kau hanya diam
membisu.
Diam-diam kau menelan es krimmu yang mencair di lidah, serupa menelan gumpalan
kesedihan yang patah. Seakan-akan ada rumpang di hatimu yang perih. Seolah-olah ada
semacam lubang di sana yang membuatnya tak akan pernah lagi utuh.
Saat itu kau belajar satu hal: di dalam hidupmu kau tak hanya bisa kehilangan orang-
orang yang pergi tak kembali seperti ayahmu, tetapi kau juga bisa kehilangan orang-orang
yang masih ada serupa ibumu. Atau setidaknya, kau terpaksa harus berbagi. Tak lama lagi,
ibumu bukan milikmu sepenuhnya walaupun kau anak satu-satunya.
Saat itulah kau mulai mengenal bagaimana rasanya patah hati.

https://www.detik.com/sumut/berita/d-6622113/15-contoh-cerpen-singkat-berbagai-
tema-yang-terbaru

Anda mungkin juga menyukai