Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ana Aulia Almalik Kelas : 3 MM No : 05 Kasih Sayang Nadia adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang selalu

saja sedih diantara kekayaan dan kebahagiaan orang tuanya. Apapun yang dia minta dituruti oleh orang tua nya. Orang tua Naila memang bekerja keras untuk menghidupinya dan membahagiakan anak semata wayangnya. Namun Naila tidak pernah merasa bahagia, orang tuanya yang sibuk bekerja tidak pernah ada untuknya.Saat dia ingin menceritakan kejadian masa SMA nya, bik Inah selalu ada untuk Naila. Bik Inah adalah pembantu rumah tangga yang bekerja untuk ayah Naila. Setiap hari Naila hanya ditemani oleh bik Inah, orang tua nya selalu pulang larut malam. Bik Inah, bik, kata orang tua Naila yang baru pulang bekerja. Iya nya, kata bik Inah sambil berlari menuju orang tua Naila. Bik besok kami ada rapat 3 hari di Amerika, tolong jaga Naila dan beri segala kebutuhannya, sekarang kami mau istirahat dulu. Kata ibu Naila. Iya nyonya, kata bik Inah sambil menganggukkan kepalanya. Keesokan harinya orang tua Naila segera berangkat untuk rapat. Saat itu Naila sudah bangun dari mimpinya, dan sempat mengintip orang tuanya dari jendela kamarnya. Orang tua Naila pun segera pergi. Pergi lagi ya bik?, kata Naila yang sudah berada di ruang tamu. Iya non, jawab bik Inah. Kapan mereka sadar yah bik?, tanya Naila. Sabar ya non, mungkin mereka butuh waktu non, jawab bik Inah. Hah, geram Naila. Naila pun mempersiapkan diri untuk masuk sekolah. Tiba tiba ada suara orang yang mengetuk pintu. Iya sebentar, teriak bik Inah. Bik Inah membukakan pintu tersebut. Tepat didepan pintu ada seorang polisi. Bik Inah kaget, dan bingung. Selamat pagi bu, kata polisi itu. Iya, selamat pagi pak, ada apa ya?, tanya bik Inah. Benarkah ini rumah ibu Nanda?, tanya polisi itu. Benar pak, jawab bik Inah dengan perasaan yang bercampur aduk. Maaf bu, saudara Fendy dan saudari Nanda masuk rumah sakit karena kecelakaan pesawat pagi tadi, mereka ada di Rumah Sakit Sentosa sekarang, sekarang kami pamit dahulu, terima kasih., kata polisi itu sambil pergi meninggalkan rumah Naila. Bik Inah pun kaget dan jatuh pingsan. Naila pun berteriak minta tolong dan segera

Ana Aulia Almalik| 3MM |Cerpen

menghampiri bik Inah. Naila pun mencoba untuk menyadarkan bik Inah. Setelah beberapa menit kemudian bik Inah tersadar dan langsung memeluk Naila. Naila pun juga memeluknya. Bik Inah menangis di pelukan Naila. Kenapa bik?, tanya Naila. Maaf non, jawab bik Inah. Maaf kenapa bik?, tanya Naila yang mulai penasaran. Anu non, nyonya dan tuan ada di rumah sakit karena kecelakaan pesawat, jawab bik Inah sambil menangis tersedu-sedu. Naila pun langsung terdiam, dan segera memeluk erat bik Inah. Sudah bik, sekarang Naila mau sekolah dulu, bik Inah mengurus rumah dulu, kemudian bik Inah segera ke rumah sakit, kata Naila dengan halus. Iya non, jawab bik Inah. Akhirnya Naila berangkat ke sekolah dengan perasaan bercampur aduk. Seakan-akan langit pun sedih melihatnya, pohon pohon menundukan wajahnya. Naila mengikuti pelajaran dengan penuh kesedihan. Bel tanda pulang pun berbunyi, Naila Nampak tak bersemangat untuk pulang. Ia berjalan menuju rumahnya dengan sangat lambat. Diperjalanan pulang tiba-tiba telefon gengam berbunyi, ia pun segera mengangkat telefon itu, mungkin saja ada kabar dari orang tuanya. Saat ia mengangkat telefon ternyata dari pacarnya yang bernama Doni. Doni marahmarah karena tadi pagi Naila tidak menjawab telefonnya dan tidak membalas smsnya. Nai, kenapa kamu tidak membalas atau mengangkat telefon ku?, tanya Doni dengan nada tinggi. Aku.aku, jawab Naila yang akan menjelaskan ke Doni. Alah udah gak usah ngasi alasan yang aneh-aneh, aku tau kamu itu dah gak suka kan sama aku, kamu dah punya simpanan sampai-sampai aku telefon sepuluh kali gak diangkat, jawab Doni kesal. Tunggu dulu Don, biar aku jelasin dulu, jawab Naila kebingungan. Udah..udah gak usah kamu jelasin lagi, teman kamu sendiri yang bilang kalau kamu itu selingkuh sama orang lain., jawab Doni ketus. Nadia bilang gitu ke kamu?, tanya Naila. Iya memang kenapa, kita udahan, makasih buat pengkhianatan ini, jawab Doni. tidak Don tunggu dulu, teriak Naila berusaha menjelaskan. apa gunanya kamu disini, silahkan pergi saja, menganggu aja kamu, ku dah ngasi kamu berjuta kepercayaan tapi kamu menghancurkanku begitu saja, belum cukup? Iya? , bentak Doni. maaf mengganggu, okelah kalau itu mau mu, kata Naila sambil menangis. Doni pun akhirnya menutup telefonnya. Naila pun duduk sambil menangis dan meratapi nasibnya. Dia tidak habis pikir seorang laki-laki yang pernah mengisi kehidupannya yang begitu gelap kini meninggalkannya,dan seorang sahabat sejak kecil menghianatinya, padahal seorang laki-laki yang dimaksud adalah Andi, adik sepupu Naila yang datang dari Inggris. Telefonnya pun

Ana Aulia Almalik| 3MM |Cerpen

bordering lagi, ternyata dari bik Inah. Halo bik, kenapa bik?,tanya Naila dengan nada sedih. Non., jawab bik Inah dengan nada sedih. Ada apa bik?, tanya Naila sambil langsung berdiri dengan semangat dan berharap orang tuanya bisa sembuh. Nyonya sama tuan udah dijemput yang diatas non, maafin bik Inah non., jawab bik Inah sambil menangis. Tiba-tiba telefon gengam Naila jatuh ke tanah, Naila terdiam dan syok mendegar itu. Naila tidak bisa menggeluarkan sepatah kata pun. Ia kemudian berlari ke rumah sakit sambil menangis tersedu-sedu. Sesampainya dirumah sakit, ia kemudian langsung melihat jenazah orang tua nya. Tiba-tiba Naila langsung menangis dan memeluk erat bik Inah yang sedang menangis didekat jenazah orang tua Naila. Mereka berdua menangis tersedu-sedu. Naila terpaksa harus hidup bersama bik Inah. Bik Inah pun mengasuh Naila yang sudah yatim piatu. Bik Inah dan Naila pun harus mencari nafkah untuk bertahan hidup. Naila juga pindah sekolah, karena tidak sanggup membayar sekolahnya. Naila sudah mengganggap bik Inah sebagai ibunya sendiri. Naila pun belajar dari kejadian ini semua. Dia pun akhirnya dapat mengerti sesuatu bahwa kebahagiaan seseorang bukanlah diukur dari kekayaan seseorang dan teman yang paling mengerti kita adalah orang tua kita sendiri, oleh karena itu orang tua yang baik adalah mereka dapat memberikan waktu untuk bersama anaknya, meskipun tidak dilimpahi dengan harta. Naila pun kembali bersemangat dan tersenyum.

Ana Aulia Almalik| 3MM |Cerpen

Anda mungkin juga menyukai