Anda di halaman 1dari 53

Buku ajar

Matematika Teknik

Fakultas Teknik

Universitas Negeri
Makassar 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan
karunia- Nya disertai selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya .
Atas petunjuk dan lindungannyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan naskah
yang berjudul “Buku Ajar Matematika Teknik”. Penulisan naskah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Matematika Teknik di Fakultas Teknik,
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Makassar.

Dalam Penulisan naskah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan naskah
ini.

Dalam penulisan naskah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan naskah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Makassar, Maret 2023

2
Barisan dan Deret
A. Barisan
Barisan adalah suatu set kuantitas, u1,u2,u3,..., yang dinyatakan dalam suatu urut tertentu dan
setiap sukunya terbentuk menurut pola tertentu, dengan kata lain ur=f(r);
Contoh: 1, 3, 5, 7,... adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 9).
2, 6, 28, 54,… adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 162).
1²,-2², 3², -4²,… adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 5²)

Selain itu, 1, -5, 37, 6, … juga suatu barisan, tetapi polanya lebih rumit karena suku berikutnya
tidak bisa diketahui secara langsung.
Barisan berhingga hanya mengandung suku-suku yang berhingga banyaknya.
Barisan takberhingga tidak mempunyai suku terakhir. Jadi yang manakah di antara barisan-
barisan berikut yang merupakan barisan berhingga:
(a) Semua bilangan asli, yaitu 1, 2, 3,… dst.
(b) Nomor-nomor halaman dari sebuah buku.
(c) Nomor-nomor telepon dalam buku telepon.

B. Deret
Suatu derer dibentuk oleh jumlah dari suku-suku suatu
barisan. contoh 1, 3, 5, 7,… adalah suatu barisan.
tetapi 1+3+5+7+... adalah suatu deret.
Kita akan menyatakan suku-suku suatu deret sebagai berikut:
u1 menyatakan suku pertama, u2, suku kedua, u3, suku ketiga, dst, sehingga ur akan menyatakan
suku ke-r dan , menyatakan suku ke (r+ 1), dst.
Selain itu, jumlah dari 5 suku pertama akan dinyatakan oleh S5.
Jadi jumlah dari suku pertama akan dinyatakan oleh….

Anda mungkin sudah mengenal dua jenis deret khusus yang sering digunakan. Deret-
deret ini adalah (a) deret aritmetik dan (b) deret geometrik. Namun demikian, sebagai revisi
mengenai kedua deret ini, pertama-tama kita akan mengulang kembali hasil-hasil penting yang
berhubungan dengan kedua deret ini.

3
Barisan dan Deret Aritmatika
A. Pengertian Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah suatu baris di mana nilai pada masing-masing sukunya
diperoleh dari suku sebelumnya lewat penjumlahan atau pengurangan dengan suatu bilangan
b.

Lebih lanjut, selisih antara nilai suku-suku saling berdekatan dan selalu sama, yakni b. Misalnya:
Un – U(n-1) = b
Sebagai contoh baris 1, 3, 5, 7, 9, merupakan baris aritmatika dengan nilai:
b = (9 – 7) = (7 – 5) = (5 – 3) = (3 – 1) = 2
1. Rumus Barisan Aritmatika
Usai membahas pengertian singkat dari barisan dan deret aritmatika, pahami uraian
tentang rumusnya berikut ini,
Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan aritmetika:
Un = a + (n – 1)b atau Un = Un-1 + b
Selain mencari rumus suku ke-n, adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai tengah dari
sebuah barisan aritmatika, yakni:
Ut = ½ (a + Un)
Keterangan:
Un = suku ke-n
a = U1
Un-1 = suku sebelum suku ke-n
b = beda
2. Contoh Soal Barisan Aritmatika

1. Suku ke-40 dari barisan 7, 5, 3, 1, … adalah …


Diketahui:
a=7
b = -2
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b

4
U40 = 7 + (40-1)(-2)
= 7 + 39 . (-2)
= 7 + (-78)
= – 71
Jadi, suku ke-40 barisan aritmatika tersebut adalah –71.
2. Dalam suatu gedung pertunjukkan disusun kursi dengan baris paling depan terdiri dari 12
kursi, baris kedua berisi 14 kursi, baris ketiga berisi 16 kursi, dan seterusnya. Banyaknya
kursi pada baris ke-20 adalah …
Diketahui:
a = 12
b=2
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b
U20 = 12 + (20-1)2
= 12 + (9)2
= 12 + 38
= 50
Jadi, banyaknya kursi pada baris ke-20 adalah 50 kursi.
3. Seorang pegawai kecil menerima gaji tahun pertama sebesar Rp3.000.000,00. Setiap tahun
gaji tersebut naik Rp500.000,00. Jumlah uang yang diterima pegawai tersebut selama
sepuluh tahun adalah...
Diketahui:
Gaji pertama = a = Rp3.000.000,00
Kenaikan gaji tiap tahun = b = Rp.500.000
Gaji tahun kesepuluh = U10
Jumlah gaji selama sepuluh tahun = S10
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b
U10 = 3.000.000 + (10 - 1)500.000
= 3.000.000 + (9 × 500.000)

5
= 3.000.000 + 4.500.000
= 7.500.000
Jadi, gaji pegawai yang didapatkan pada tahun kesepuluh adalah sebesar Rp7.500.000,00

B. Pengertian Deretan Aritmatika


Deret aritmatika adalah suatu penjumlahan antar suku-suku dari sebuah barisan
aritmatika. Untuk penjumlahan dari suku-suku pertama hingga suku ke-n barisan aritmatika
tersebut bisa dihitung sebagai:
Sn = U1 + U2 + U3 + …. + U(n-1)
atau
Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + …. + (a + (n – 2)b) + (a + (n – 1)b)
Apabila yang diketahui hanya nilai a, suku pertama serta nilainya merupakan suku ke-n,
jadi nilai deret aritmatinya adalah:
Sn = n/2(a + Un)
1. Rumus Deretan Aritmatika
Apabila dilihat secara sekilas, deret aritmatika memiliki komponen rumus yang sama
dengan barisan aritmatika. Pembedanya adalah rumus barisan aritmatika digunakan untuk
mencari suku yang diinginkan, sedangkan deret aritmatika mencari penjumlahan dari suku-suku
tersebut.
Untuk lebih jelasnya, berikut rumus deret aritmatika, yakni:
Sn = n/2 (a + Un) = n/2(2a + (n – 1)b)
Berdasarkan rumus tersebut, dapat ditemukan suku ke-n dengan cara berikut ini, yaitu:
Un = Sn – Sn-1
Keterangan:
Un = suku ke-n
a = U1
Un-1 = suku sebelum suku ke-n
b = beda
2. Contoh Soal Deretan Aritmatika

1. Suatu bentuk deret aritmatika adalah 5, 15, 25, 35, …. Berapakah jumlah 10 suku
pertama dari deret aritmatika tersebut?

6
Diketahui:
n = 10
U1 = a = 5
b = 15 – 5 = 25 – 15 = 10
Jawaban:
Sn = (2a + (n-1) b )
S10 = ( 2. 5 + (10 -1) 10)
= 5 ( 10 + 9.10)
= 5 x 100 = 500
Jadi, jumlah S10 dalam deret aritmatika tersebut, yakni 500.
2. Diketahui suatu deret aritmetika dengan suku pertamanya adalah 10 dan suku ke-enam adalah
20. Lalu, tentukan:
a. Beda deret aritmetika tersebut.
b. Tuliskan deret aritmetika tersebut.
c. Jumlah enam suku pertama deret aritmetika
tersebut. Jawaban:
Beda deret aritmatika tersebut:
Un = a+(n-1)b
U6= a+(6-1) b
20= 10+(5)b
b= 10/5 = 2
Jadi, beda deret aritmatika tersebut adalah 2.
Deret aritmatikanya adalah:
10+12+14+16+18+20+…+Un
Jumlah suku ke-enam, S6 adalah:
Sn =n/2 (2a+(n-1) b)
S6= 6/2 (2.10+(6-1) 2)
=3(20+10)
=90
Jadi, jumlah Suku ke-enam deret tersebut adalah 90.

7
3. Hitunglah jumlah nilai suku ke-4 (S4) deret aritmatika apabila terdapat angka : 4,
8,16,..? Diketahui:
a=4
b = 8-4 = 4
n=4
Jawaban:
Un = a + (n-1) b
Un = 4 + (4-1)4
Un = 4 + 12
Un = 16
Lantas, berapa jumlah Sn?
Sn = 1/2 n ( a + Un )
S4 = 1/2 .4 (4 +16)
S4 = 4/2 (20)
S4 = 40
Jadi, jumlah nilai suku ke-5 pada deret aritmatika adalah 40.

C. Barisan dan Deret Aritmetika


Misalkan seorang pedagang pada hari pertama jualan memperoleh untung sebesar Rp
10.000,-. Setiap harinya, untung yang diperoleh bertambah sebesar Rp 2000,-. Sehingga untung
yang diperoleh pedagang tersebut dapat dituliskan dalam sebuah barisan artimetika berikut:
Rp 10.000, Rp 12.000, Rp 14.000, Rp 16.000, …
Barisan aritmetika merupakan barisan bilangan yang memiliki beda atau selisih tetap
antara dua suku yang berurutan.
Contoh Barisan Aritmetika:

8
Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan aritmetika:

Rumus untuk mencari beda pada barisan aritmetika:

Berbeda dengan barisan, deret merupakan hasil penjumlahan pada barisan aritmetika. Namun,
deret tidak selalu menjumlahkan keseluruhan suku dalam suatu barisan. Rumus deret hanya
menjumlahkan barisan aritmetikanya hanya sampai suku yang diperintahkan saja.
Contoh deret aritmetika:
2 + 4 + 6 + 8 + 10 + …
24 + 20 + 16 + 12 + …
Rumus jumlah n suku pertama deret aritmetika:

9
Contoh :
Diketahui sebuah barisan aritmetika 15, 19, 23, 27, 31, … .
a. Tentukan suku ke 25!
b. Tentukan 10 suku pertama!
Pembahasan :

10
Barisan Aritmetika Selisih dua suku yang berurutan disebut beda (b)
Rumus :
b = U2 – U1 b = U3 – U2 → b = U4 – U3 dst
Jika suku pertama = a dan beda = b, maka secara umum barisan Aritmetika tersebut
adalah: U1 U2 U3 U4 Un a, a + b, a + 2b, a + 3b,...............................a + (n-1)b
Jadi rumus suku ke-n barisan aritmetika adalah Dengan :
Un = Suku ke-
a = Suku pertama
b = beda atau selisih

11
1. Diketahui barisan Aritmetika : 2, 6, 10, …. Tentukan suku ke-14 Contoh 1: b = Un – Un-1
Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang selisih antara dua suku yang berurutan
sama atau tetap.
Contoh :
a) 3, 8, 13, 18, …. (selisih/beda = 8 – 3 = 13 – 8 = 18 – 13 = 5 )
b) 10, 7, 4, 1, …. (selisih/beda = 7 – 10 = 4 – 7 = 1 – 4 = – 3) c) 2, 4, 6, 8, …. (selisih/beda =
4 – 2 = 6 – 4 = 8 – 6 = 2) d) 25, 15, 5, –5, …. (selisih/beda = 15 – 25 = 5 – 15 = –5 – 5 = –10)
2. Diketahui suatu barisan Aritmetika dengan U2 = 7 dan U6 = 19, tentukan :
a) Beda
b) Suku pertama
c) Suku ke-41
Pembahasan :
a) Beda U6 = a + 5 b = 19 U2 = a + 1 b = 7 4 b = 12 b = 3
b) Suku pertama U2 = a + 1 b = 7 ⇔ a + 1 (3) = 7 ⇔ a + 3 = 7 ⇔ a = 7 – 3 ⇔ a = 4
c) Suku ke-41 U41 = a + 40 b = 4 + 40(3) = 4 + 120cc = 124
3. Pada suatu barisan Aritmetika diketahui U8 = 24 dan U10 = 30. Tentukan :
a) Beda dan suku pertamanya
b) Suku ke-12
c) 6 suku yang pertama
Pembahasan :
a) U10 = a + 9b = 30 U8 = a + 7b = 24 2b = 6 b = 3 U8 = a + 7b = 24 ⇔ a + 7(3) = 24 ⇔ a + 21
= 24 ⇔ a = 3 Jadi didapat beda = 3 dan suku pertama = 3
b) Un = a + (n – 1)b U12 = 3 + (12 – 1)3 U12 = 3 + 11 . 3 U12 = 36
c) Enam suku yang pertama adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18 Subsitusi nilai 𝑎 dan 𝑏 untuk mencari 𝑈12
Pada tahun pertama sebuah butik memproduksi 400 stel jas Setiap tahun rata-rata produksinya
bertambah 25 stel jas Berapakah banyaknya stel jas yang diproduksi pada tahun ke-5 ? Contoh 5:
Subsitusi nilai 𝑎, 𝑏 dan 𝑛 untuk mencari 𝑈10 Subsitusi nilai 𝑎 dan 𝑏 untuk mencari rumus 𝑈𝑛 3.
Eliminasi 𝑈10dan 𝑈8 Pada suatu barisan Aritmetika diketahui U8 = 24 dan U10 = 30.
3. Aritmetika Deret Aritmetika adalah jumlah dari seluruh suku-suku pada barisan aritmetika.
Jika barisan aritmetikanya adalah U1, U2, U3, …., Un maka deret aritmetikanya U1+ U2+ U3+
….+ Un dan dilambangkan dengan Sn Sn = U1 + U2 + U3 +
……………………………………………….. + Un Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + … + (Un – 2b)
+ (Un – b) + Un Sn = Un + (Un – b) + (Un – 2b) + ….+ (a + 2b) + (a + b) + a 2 Sn = (a + Un) +

12
(a + Un) + (a + Un) + …. + (a + Un) + (a + Un) + (a + Un)  n suku 2 Sn = n (a + Un) Karena
Un = a + (n – 1)b
maka jika disubstitusikan ke rumus menjadi Sn = 1 2 n (a + a + (n – 1)b ) Sn = 1 2 n (2a + (n –
1)b )
Keterangan :
Sn = Jumlah n suku pertama deret aritmetika
Un = Suku ke-n deret aritmetika
a = suku pertama
b = beda
n = banyaknya suku

Untuk menentukan suku ke-n selain menggunakan rumus


Un = a + (n – 1)b
dapat juga digunakan rumus yang lain yaitu :
Sn = 𝟏 𝟐 n (a + Un) Sn = 𝟏 𝟐 n (2a + (n – 1)b ) Un = Sn – Sn–1
1. Tentukan jumlah 20 suku pertama deret 3+7+11+…
Pembahasan : Mencari beda dengan mengurangi suku setelah dengan duku sebelumnya dan
dapat dituliskan sebagi berikut
𝑏 = 𝑈𝑛 − 𝑈𝑛−1 𝑏 = 𝑈2 − 𝑈1 𝑏 = 7 − 3 𝑏 = 4
Selanjutnya subsitusi
𝑏 = 4 untuk mencari 𝑆20
Sn = 1 2 n (2a + (n – 1)b )
Sn = 1 2 . 20 (2 . 3 + (20 – 1)4 )
Sn = 10 (6 + 19 . 4 )
Sn = 10 (6 + 76)
Sn = 10 (82)
Sn = 820
Jadi, jumlah 20 suku pertama adalah 820

13
D. Deret Aritmetik atau (Deret Hitung), disingkat DA
Contoh dari suatu DA adalah deret:
2+5+8+11+14+…
Anda akan melihat bahwa setiap suku dapat ditulis berdasarkan suku sebelumnya cukup dengan
menambahkan suatu nilai konstan sebesar 3. Penambahan yang konstan ini disebut beda dan
dapat dicari dengan cara mengurangi suatu suku dengan suku sebelumnya.
contohnya 11-8=3; 5-2=3; dst.
Dengan demikian deret aritmetik umum dapat ditulis:

Sebagai pemanasan, carilah jumlah 20 suku pertama dari deret:


10+6+2-2-6… dst.

Berikut ini adalah contoh yang lain:


Jika suku ke-7 dari suatu DA adalah 22 dan sukuk e-12 adalah 37, tentukanlah deretnya.
Kita tahu bahwa suku ke-7 =22 dan suku ke-12 =37

Jadi deretnya adalah 4+7+10+13+16+…dst.

14
Ini adalah satu contoh lagi untuk Anda kerjakan:
Suku ke-6 dari suatu DA adalah -5 dan suku ke-10 adalah -21. Carilah jumlah 30 suku pertama dari DA
tersebut.

E. Deret Geometrik atau (Deret Ukur) disingkat dengan DG

15
16
Deret Pangkat
Deret pangkat merupakan suatu deret tak hingga yang berbentuk

l
eterangan :

merupakan peubah kompleks

𝑎𝑛 (𝑎0, 𝑎1, 𝑎2, … 𝑎𝑛) merupakan koefisien suku k-n

merupakan konstanta

Dan c adalah bilangan kompleks sembarang yang dinamakan pusar


( center) deret, atau sering di sebut sebagai deret taylor dari suatu
fungsi.

Dengan rumus :

∑ 𝑎𝑛(𝑎𝑛)𝑛 = 𝑎0 + 𝑎1(𝑧 − 𝑐) + 𝑎2(𝑧 − 𝑐)2 + ⋯ 𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)𝑛 + ⋯


𝑛=0

Pada materi ini dan materi seterusnya kita akan menemukan


beberapa soal yang berkaitan dengan fungsi-fungsi diatas. Yang
akan berkaitan juga dengan jajri-jari konvergensi deret pangkat.
Atau dengan sebutan lain yaitu lingkaran konvergensi(Jurnal 3
(1).Pdf, n.d.).

Konsep dasar dari konvergensi deret pangkat secara sederhana


sering di definisikan sebagai berikut :


∑𝑛=0 𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)𝑛

Dapat di definisikan sebagai


konvergensi pada suatu titik
𝑧 = 𝑧0
jika dan hanya dika deret

17

∑ 𝑎𝑛(𝑧0 − 𝑐)𝑛
𝑛=0

Catatan :

Misalkan pada deret berikut :



∑ 𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)𝑛
𝑛=0

Jika pada deret diatas konvergen pada setiap titik disuatu himpunan S , akan di nyatakan sebagai deret kon

Contoh soal 1:

Misalkan Diketahui deret pangkat berikut dibawah ini:



𝑧𝑛
∑ 2
𝑛=1𝑛

Dijawab :
a. Pada titik 𝑧 = i dimana kita telah mendapatkan deret yaitu

i𝑛
∑ 2
𝑛=1𝑛

Dan dapat kita nyatakan sebagai konvergen mutlak karena

deret −𝑝 maka konvergen, dan dapat dinyatakan konvergen bahwaderet pangkan yang
diketahui pada 𝑧 = i.

b. Pada 𝑧 = 3 dimana kita telah menapatkan deret yakni


3𝑛
∑ 2
𝑛=1 𝑛

18
Pada deret ini kita mngunakan tes rasio, karena didapatkan divergen , maka deret pangkat
yang diketahui divergen pada 𝑧 = 3. Misalkan saja jika deret tersebut dikatakan konvergen
kita perhatikan pada cakram satuan tertutup dimana |𝑧| ≤ 1 dan divergen untuk semua z
yang sama.

Pada pembahasan selanjutnya kita akan membahan deret pangkat secara sistematis dengan
menyelediki kasus soal dengan konvergenatau divergen.

Deret Tak Hingga

19
20
21
22
23
Deret Konvergen dan Divergen
Kita telah membahas bahwa ada deret tak terhingga yang mempunyai jumlah terhingga, tetapi ada
pula yang jumlahnya tak terhingga. Jika sebuah deret tak terhingga mempunyai jumlah tertentu, maka
deret itu disebut deret konvergen, sedang kebalikannya disebut deret divergen. Adalah sangat penting
untuk mengetahui apakah suatu deret itu konvergen atau divergen. Beberapa hal membingungkan akan
dijumpai bila kita mengaplikasikan aljabar ordiner ke dalam deret divergen. Untuk itu perhatikan kasus
berikut: Jika:
S = 1 + 2 + 4 + 16 + . . . ,
maka: 2S = 2 + 4 + 16 + . . . = S  1
sehingga:
S = 1
Tampak bahwa deret S (4.1) tersebut telah menjungkirbalikkan logika aljabar. Hal-hal ini akan banyak
terjadi, manakala seseorang tidak berhati-hati dan cukup paham terhadap deret tak terhingga.
Selanjutnya marilah kita amati deret berikut. Mungkin anda tidak dapat menerima bahwa deret:
1 1 1
1+2+ 3+ 4...,
adalah divergen, sedang deret:
1 1 1
12+ 3 4...,
adalah konvergen; padahal memang ya. Agar kebingungan ini tidak berlarut-larut maka kita harus
mengetahui cara men-tes konvergensi. Tetapi sebelum itu, marilah kita membahas kembali definisi
konvergensi secara lebih teliti. Untuk itu marilah kita lihat deret bersuku an berikut:
a1 + a 2 + a 3 + . . . + a n + . . . ,
Ingat bahwa arti titik-titik pada deret itu adalah menunjukkan bahwa suku terakhir itu tidak ada; deret
terus berlanjut tanpa henti. Sekarang, anggaplah bahwa Sn merupakan jumlah dari suku pertama sampai
suku ke n, sehingga dapat dinyatakan bahwa:
Sn = S1
S2 = S1 + S2
S3 = S1 + S2 + S3
.. .
Sn = S1 + S2 + S3 + . . . + Sn
Masing-masing Sn disebut jumlah parsial yaitu jumlah dari n suku pertama dari deret itu. Harga n dapat
berupa sembarang bilangan bulat; dengan demikian untuk setiap harga n , S n berhenti pada suku ke n.
(Karena Sn bukan deret tak terhingga maka tidak ada masalah ke-konvegensi-an dalam hal ini ). Makin
besar harga n, makin besar pula harga Sn, tanpa ada batas. Deret dapat pula terosilasi sebagaimana dalam
deret 1  2 + 3  4 . . . ( yang jumlah parsialnya adalah 1 ; 1; +2 ; 3, . . .). Deret bahkan dapat pula
berbentuk lebih komplikated. Salah satu kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa setelah sampai
suku ke sekian, harga Sn-nya tidak begitu berbeda antara S n dengan Sn berikutnya; ini terjadi jika pada
suku tertentu dan seterusnya harga Sn sangat kecil. Pada akhirnya harga Sn akan semakin mendekati
harga limit tertentu yang kita sebut S, sehingga:
lim Sn  S
n
Jika terjadi hal seperti itu ( yaitu Sn semakin mendekati harga S ) maka kita membuat definisi-definisi
sebagai berikut:
a. Jika jumlah parsial Sn dari sebuah deret tak terhingga cenderung mendekati limit S, maka deret disebut
konvergen, dan kebalikannya disebut divergen.

24
b. Nilai limit S disebut jumlah deret.
c. Harga perbedaan Rn = S  Sn disebut remainder. Dari (4.6) kita dapat lihat bahwa:
lim R lim S S 
n n n
 n =0

25
BAB II
DERET II

A. Notasi Sigma
1. Konsep Notasi Sigma
Perhatikan jumlah 6 bilangan ganjil pertama berikut,
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 ………………………………….. (1)
Pada bentuk (1) 1 disebut suku pertama, 3 disebut suku ke-2, 5 disebut suku ke-3 dan seterusnya.
Perhatikan juga suku-suku bentuk (1) tersebut membentuk pola.
Suku ke-1 = 1 = 2.1 – 1
Suku ke-2 = 3 = 2.2 – 1
Suku ke-3 = 5 = 2.3 – 1
Suku ke-4 = 7 = 2.4 – 1
Suku ke-5 = 5 = 2.5 – 1
Suku ke-6 = 7 = 2.6 – 1
Secara umum suku ke-k pada (1) dapat dinyatakan dalam bentuk 2k – 1 dengan k≠ { 1,
2, 3, 4, 5, 6 }
Cara untuk menuliskan secara singkat bentuk jumlahan (1) adalah dengan tanda  (dibaca
“sigma”) yang disebut dengan notasi sigma. Notasi sigma berasal dari huruf Yunani untuk abjad
S dari perkataan “sum” yang berarti jumlah. Notasi ini diperkenalkan pertama kali oleh
Leonhard Euler pada tahun 1755 dalam buku “Institutiones Calculi Differentialis”.
Dengan notasi sigma bentuk jumlahan (1) dapat ditulis :
6
1+3+5+7+ 9+11= ∑ (2k −1)
k =1

6 suku

6
∑ (2 k−1)
Bentuk k =1 dibaca “sigma 2k – 1 diamana k =1 sampai 6 ” atau “jumlah 2k – 1 untuk
k = 1 sampai k = 6”. Pada notasi sigma di atas 1 dan 6 masing-masing disebut batas bawah dan
batas atas, lambang k dinamakan indeks (ada pula yang menyebut k sebagai variable).
Sembarang huruf kecil dapat digunakan sebagai indeks.
n
∑ a k= a1 + a2 + a3 +. ..+ an−1 +an
Secara umum k =1

2. Sifat-sifat Notasi Sigma

26
Berikut ini adalah beberapa sifat notasi sigma.
Aturan suku konstan
n

∑ C=C +C+ …+C=nC


k =1

Aturan jumlah
¿ k =1¿ n ( ak +b k )=¿ k =1 ¿ n ak +¿ k =1¿ n b k ¿ ¿
Aturan perkalian scalar
¿ k =1¿ n c . ak =c ¿ k=1 ¿ n ak ¿
Aturan kelinearan
n n n

∑ ( c . a k ± d . ak )=c . ∑ a k ± d . ∑ ak
k =1 k=1 k=1

Aturan bagian (jika 1< m < n )


¿ k =1¿ n ak =¿ k=1 ¿ n ak +¿ k =m+1¿ n ak ¿¿
Aturan pengubahan indeks
¿ k =m¿ n ak =¿ k =m− p ¿ n−p ak+ p ¿
Dan
¿ k =m¿ n ak =¿ k =m+ p ¿ n+ p ak− p

Aturan dominasi ( jika a k ≤ b k untuk k =1,2,3 , … , n ¿


¿ k =1¿ n a1=¿ k =1¿ n b k
Aturan kuadrat
¿ k =1¿ n¿ ¿

Contoh soal
1. Ubahlah barisan aritmatika berikut dalam bentuk sigma !
a. 3 + 6 + 9 + 12 + 15 + 18 + 21 + 24 + 27 + 30
Penyelesaian :
= 3 + 6 + 9 + 12 + 15 + 18 + 21 + 24 + 27 + 30
= 3(1) + 3(2) + 3(3) + 3(4) + 3(5) + 3(6) + 3(7) + 3(8) + 3(9) + 3(10)
10
¿ 3 ( 1 )+ 3 (2 )+3 ( 3 )+ …+3 ( 10 )=∑ ( 3 )(i)
i=1
1 1 1 1
b. + + +… .+
(2)(3) ( 3 ) ( 4) ( 4 ) (5) ( 7 ) ( 8)
Penyelesaian :
1 1 1 1 1 1
+ + + + +
(2)(3) ( 3 ) ( 4) ( 4 ) (5) ( 5 ) (6) ( 6 ) (7) ( 7 ) (8)
1
¿ ¿ i=3 ¿ 8
( n−1 ) (n)
27
c. -2 + 4 – 8 + 16 – 32
Penyelesaian :
¿ (−2 )1 +(−2)3 +(−2)3 +(−2) 4 +(−2)5=¿ i=1 ¿ 5(−2)n

3. Barisan dan Deret Aritmatika


3.1. Baris Aritmatika
Baris Aritmatika adalah suatu barisan bilangan yang memiliki selisih dua suku yang berurutan(beda)
selalu tetap.
Jika suku pertama(U1) dinyatakan dengan a , selisih(beda)antara dua suku berurutan diberi notasi b,
dan suku barisan ke n dilammbaangkan dengan Un, maka bentuk umum barisan aritmtika adaalah
sebagai berikut:
U 1=a ¿ a+ 0 b=a+ ( 1−1 ) b
U 2=U 1+ b=a+b ¿ a+ b=a+ ( 2−1 ) b
U 3=U 2+ b=(a+ b)+ b ¿ a+2 b=a+ (3−1 ) b
U 4 =U 3 +b=( a+2 b )+ b ¿ a+3 b=a+ ( 4−1 ) b

U n =a+bn−b
Sehingga diperoleh bentuk umunya :

U n =a+ ( n−1 ) b
Keterangan :
a=suku pertama
b=beda ( U n −U n−1 )
Contoh :
1. Carilah rumus suku ke n dari baris 1,3,5,7,9,….
Penyelesaian :
Diket a = 1, dan b = 3 – 1 = 2
U n =a+ ( n−1 ) b=1+ ( n−1 ) 2=1+2 n−2=2n−1
2. Hitung nilai suku ke 8 dari baris 2 ,5, 8,…
Penyelesaian :
Diket : a = 2, dan b = 5 – 2 = 3
U n =a+ ( n−1 ) b
U 8 =2+ ( 8−1 ) 3=23
3. Jika diketahui barisan Aritmatika 3,7,11,15,….,carilah rumus ke-n dan suku ke – 30 !

28
Penyelesaian :
Nilai a = 3 dan b = 7- 3 = 4
Suku ke-n U n =a+( n−1)b
= 3 + (n-1)4
= 3 + 4n-4 = 4n -1
Suku ke -30 U 30 = 3 + 4(30) -1
=119
Suatu barisan Aritmatika dengan banyak suku ganjil . Maka dapatlah suku tengah dari barisan
Aritmatika itu dengan :
U 1+ U n 1 1
Ut= atauU t= ( U 1 +U n ) dengan t= ( n+1)
2 2 2
Contoh
Jika barisan Aritmatika 3,8,13,…,283. Tentukanlah suku tengahnya dan suku keberapakah suku
tengah tersebut !
Penyelesaian :
Dik : U 1=3 ; U n =283
U 1+ U n
Maka U t =
2
3+283
= = 143
2
Dan untuk, U t = 143
a + (t-1)b = 143
3 + 5t – 5 = 143
5t = 145
t = 29
Namun bila dalam sebuah barisan disisipkan k buah bilangan antara x dan y maka beda barisan
yang terbentuk :
y−x
b=
k +1
Dengan keterangan :
k adalah banyak bilangan
x adalah bilangan ke -1
y adalah bilangan ke -2

Contoh soal

29
1. Jika antara bilangan 21 dan 117 disisipkan 11 bilangan yang berakibat terbentuklah barisan
Aritmatika. Tentukan beda dan suku ke-10 !
Penyelesaian :
y−x 117+ 21 96
b= = = =8
k +1 11+1 12
Maka didapat , U 10=a+(n−1)b
= 21 + (10-1) 8
= 93
2. Tiga bilangan diantara 8 dan 60 .
Penyelesaian :
y−x 60−8 52
b= = = =13
k +1 3+1 4
Maka barisan Aritmatika yang terbentuk adalah 8,21,34,47,60.

3.2. Barisan Aritmatika Tingkat Banyak


Barisan aritmatika tingkat x adalah sebuah barisan aritmatika yang memiliki selisih yang sana tiap
suku yang berurutan setelah x tingkatan. Rumus umum suku ke-n untuk barisan tingkat banyak
adalah :
( n−1 ) ( n−2 ) c ( n−1 ) ( n−2 ) ( n−3 ) d
U n =a+ ( n−1 ) b+ + +…
2! 3!
Dimana : a = suku ke 1 barisan mula – mula
b = suku ke 1 barisan tingkat satu
c = suku ke 1 barisan tingkat dua
d = suku ke 1 barisan tingkat tiga
dst
3.3. Deret Aritmatika
Adalah penjumlahan dari suku pada barisan aritmatika , secara umum ditulis sebagai berikut:
a+ ( a+b )+ ( a+2 b ) + ( a+3 b ) +…+{a+ ( n−1 ) b }
Bentuk umum deret dinyatakan sebagai : U 1 +U 2 +U 3 +…+U n
Deret aritmatika adalah suatu barisan aritmatika yang suku – sukunya dijumlahkan. Apabila jumlah n
suku barisan aritmatika yang berurutn dinyatakan sebagai Sn , maka:
Sn=U 1+U 2+U 3+ …+U n−1 +U n
Sn=a+ ( a+ b ) + ( a+2 b )+ …+ ( a+ ( n−1 ) b ) … … . ( 1 )

30
Jika penulisan suku – suku dibalik , maka diperoleh :
Sn=U n+ ( U n−b ) + ( U n −2 b ) +…+ ( a+b )+ a … … ( 2 )
Dengan menjumlahkan persamaan (1) dan (2) maka diperoleh :
2 S n=( a+U n ) + ( a+U n ) + ( a+U n ) +…+ ( a+U n)
2 S n=n ( a+U n )
1
Sn= n ( a+U n )
2
Jadi , secara umum jumlah n suku pertama dari deret aritmatika dapat dinyatakan dengan rumus
berikut
1
Sn= n ( a+U n )
2
Atau
1
Sn= n { 2a+ ( n−1 ) b }
2
Keterangan , Sn= jumlah n suku pertama
Contoh :
1. Tentukan jumlah 10 suku dari deret aritmatika 11 + 16 + 21 + …
Penyelesaian :
a = U1 = 11
b = 16 – 11 = 5
1
Sn= n { 2a+ ( n−1 ) b }
2
1
S10= 10 { 2 .11+ (10−1 ) 5 }¿ 5 ( 67 )=335
2
2. Diketahui deret bilangan 10 + 12 + 14 + 16 + ….+ 98 dari deret bilangan itu jumlah bilangan
yang habis dibagi 2 dan tidak habis di bagi 5 adalah…
Penyelesaian :
n
U n = a + (n-1)b Sn= ( a+U n )
2
45
98 = 10 + (n-1)2 S45= (10+ 98)
2
45
98 = 10 + 2n -2 = (108)
2
n = 45 = 2430
Bila yang dimaksud adalah 10,20,30,40,50,….90.
n
U n =a+ ( n−1 ) b Sn= ( a+U n )
2

31
9
90 = 10 + (n - 1)10 S9 = (10+ 90)
2
90 = 10 + 10n -10 = 9(50)
n =9 = 450
Maka, jumlah bilangan yang dimaksud pada soal adalah
Sn=S 45−S9 = 2430 – 450 = 1980

3. Bila diketahui suatu deret Aritmatika adalah 12 +15 +18 +… maka S10?
Penyelesaian :
n
Sn= ( a+(n−1)b)
2
10
S10 = (12+(10−1) 3)
2
= 5 (51) = 255

4. Barisan dan Deret Geometri


4.1. Barisan Geometri
Adalah suatu barisan bilangan yang memiliki perbandingan (ratio) antara dua buah suku terdekat
berturut – turut selalu tetap. Secara umum ditulis
U 1 ,U 2 , U 3 ,U 4 , ...U n
Nilai r diperoleh dari :
U2 U3 U 4 Un
r= = = =…=
U1 U2 U3 U n−1

Dimana r (rasio antara dua suku yang berurutan) merupakan bilangan konstan
Bentuk umum barisan geometri dengan suku pertama a dan rasio r adalah sebagai berikut.
0 1−1
U 1=a=ar =ar
1 2−1
U 2=U 1 r =ar =ar
U 3=U 2 r =ar 2=ar 3−1
.
.
.
(n−1)
U n =a r
Barisan Geometri dibagi menjadi 3 yaitu :
i. Geometri naik yaitu r > 1 disebut dengan barisan devergen. Contoh:
2,4,8,16,32,64 memiliki r = 2.
ii. Geometri turun yaitu r < 1 disebut jugabarisan konvergen. Contoh: 96,48,
1
24,12,6,3,3/2,…, memiliki r= .
2
32
iii. Geometri bergoyang yaitu suku – sukunya bergantian positif dan negative , jika r
< 0 yang disebut alternate.
Contoh :
Diketahui barisan geometri 2, 4,8, 16, …
Tentukan rumus suku ke n dan nilai suku ke 7 dari baris tersebut
Penyelesaian :
a = 2, dan r = 4/2 = 2
(n−1)
U n =a r
( n−1)
U n =2.2
1+n−1 n
¿2 ¿2

U 7 =2.2( 7−1)¿ 128

a
Bila Barisan Geometri memiliki banyak suku ganjil n sebagai suku pertama dan dan suku akhir
U1
U n makaU t adalah :
1
U t =❑√ U 1 . U n atauU t =a . U n , dengant= (n+1)
2
2

Contoh:
1
Barisan bilangan ,1,2,4,….,128 merupakan barisan geometri dengan banyak suku ganjil. Tentukan
2
suku tengahnya dan suku keberapakah suku tengah tersebut?
Penyelesaian :
U t =❑√ U 1 . U n

√ 1
¿ ❑ . 128
2
¿ ❑√64=8

maka U t =8 → t-1 = 4
t −1
ar =8 t =5
1 t−1
. 2 =8
2
t −1
2 =16
t −1 4
2 =2
Dan apabila diantara x dan y disipkan k buah bilangan , maka x,xr,xr 2 , …xr k , y dan dapat dirumuskan

r=

k+1 y.
x
Contoh:

33
1. Sisipkan beberapa bilangan dibawah ini agar menjadi barisan geometri!
a. Tiga bilangan diantara 6 dan 48.
Penyelesaian :

r=
3+1

√ 48
6
= √4 8
= 2
Maka barisan Geometri yang terbentuk 6 , 12 , 24 ,48.
1
Hasil perkalian suku – suku barisan Geometri adalah P = a n r 2 (n −1) Dapat dibuktikan

dengan
Barisan Geometri : a , ar , ar 2 , … , ar n−1
2 n−1
P=a ×ar × ar × … ×ar
= a n r 1 +2+3+ …+(n−1)
n
= a n r 2 (n−1 )

4.2. Deret Geometri


Adalah jumlah suku – suku dari barisan geometri yang berurutan, seperti pada deret aritmstika , deret
geometri juga dinyatakan dengan Sn , yaitu :
Sn=U 1+U 2+U 3+ …+U n−1 +U n
2 3 n−1
Sn=a+ar + ar + ar +…+ ar … ( 1)
Jika persamaan (1) dikalikan dengan r, maka diperoleh :
r S n=ar +ar 2 +ar 3 + …+ ar n−1 +ar n … ( 2 )
Dengan mengurangkan (1) dan (2) diperoleh :
2 3 n−1
Sn=a+ar + ar + ar +…+ ar
2 3 n−1 n
Sn=ar +ar +ar + …+ar +ar −¿
n
Sn−r S n=a−ar

Sn ( 1−r ) =a ( 1−r )
n

Sehingga , untuk r < 1, berlaku :


a ( 1−r )
n
Sn =
( 1−r )
Untuk r > 1
n
a (r −1)
S n=
( r −1 )
Contoh:
34
n+1
Jumlah n suku pertama dari barisan Geometri adalah Sn=2 −2. Tentukan rumus suku ke –n dan
nilai suku ke – 7.
Penyelesaian :
−2. Maka, U n =S n−Sn−1
n+1
Sn=2
= ¿
= 2. 2n +2
= 2n
7
Maka , U 7 =2 =128

4.3. Deret Gometri Tak Hingga


Deret geometri tak hingga adalah deret geometri yang banyk suku – sukunya tak hingga. Deret
geometri tak hingga terdiri dari 2 jenis , yaitu konvergen dan dirvergen.
Jika -1< r < 1, maka jumlah deret geometri tak hingga tersebut mempunyai limit jumlah
( konvergen ).
n
a (1−r )
Sn=
1−r
Untuk n=8 ( tak h ingga ) , r n mendekati nol.
Sehingga
a
S∞ =
1−r
Dengan :
S8 : jumla h deret geometri tak hingga
a : suku pertama
r :rasio
Jika r =−1 ataur =1,
maka deret geometritak ter h ingganya akan divergen , yaitu jumla h suku−sukunya tidak terbatas atau tidak me
karena perbedaan nilai rasionya(r )
Contoh soal
1. Tentukan nilai deret Geometri berikut !
a. 24 + 12 + 6 +…
2
b. 1 + +¿
3
Penyelesaian :
a. 24 + 12 + 6 + …
Diperoleh:

35
1
a = 24 dan r =
2
Jadi nilai jumlah tak hingga suku – suku nya adalah
24
a
S8 = = 1 = 48
1−r 1−
2
2
b. 1 + +¿
3
Diperoleh :
2
a = 1 dan r =
3
a 1
S8 = = =3
maka , 1−r 2
1−
3

36
MAKALAH MATEMATIKA
(INTEGRAL)

Disusun oleh :

 CANDRA FITRI YANTO (16313027)

TEK A3/16

POLITEKNIK DHARMA PATRIA


KEBUMEN 2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
modul dan makalah ini, tak lupa juga sholawat serta salam semoga tercurah selalu kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Dalam menyusun dan penulisan makalah ini tidak sedikit menemukan kesulitan yang
penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari segala pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangan dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kebumen, 31 Mei 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

A. Sejarah Integral..................................................................................... 3
B. Pengertian Integral................................................................................ 5
C. Integral Tak Tentu................................................................................ 5
D. Integral Tertentu................................................................................... 9
E. Integral Luas Daerah............................................................................. 10
F. Volume Benda Putar............................................................................. 11
G. Kegunaan Integral................................................................................. 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 13

A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki sifat universal, dimana


matematika ini memiliki peran penting di semua bidang ilmu pengetahuan. Melalui
perkembangan penalaran dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan,
perhitungan, pengukuran dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan
benda-benda fisika. Matematika secara praktis mendaji salah satu kegiatan manusia sejak
adanya rekaman tertulis.
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang,
termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan
psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan
pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan
temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan
disiplin- disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan. Para
matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk
perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun
penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali
ditemukan terkemudian.
Salah satu cabang dari Ilmu Matematika yang patut di pelajari adalah Integral.
Integral adalah lawan dari proses diferensial. Integral terbagi atas beberapa jenis yaitu
integral tertentu dan integral tak tentu. Perbedaan antara integral tertentu dan integral tak
tentu yaitu jika integral tertentu memiliki batasan-batasan ,integral tak tentu tidak memiliki
batasan –batasan.
Penguasaan mata pelajaran Matematika khususnya mengenai integral bagi peserta
didikjuga berfungsi membentuk kompetensi program keahlian .

Dengan mengajarkan Matematika khususnya dalam hal integral diharapkan peserta didik
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan diri di bidang

1
keahlian dan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, disini saya akan
membahas lebih lanjut mengenai integral.

B. Rumasan Masalah

1. Bagaimana sejarah integral?


2. Apa yang dimaksud dengan integral?
3. Apa yang dimaksud dengan integral tak tentu?
4. Apa yang dimaksud dengan integral tertentu?
5. Apa yang dimaksud dengan integral luas daerah?
6. Bagaiman cara menyelesaikan volume benda putar dengan integral?
7. Apa saja kegunaan integral dalam kehidupan sehari – hari?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah integral


2. Untuk mengetahui pengertian integral
3. Untuk mengetahui integral tak tentu
4. Untuk mengetahui integral tertentu
5. Untuk mengetahui integral luas daerah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Integral
Hitung integral merupakan metode matematika dengan latar belakang sejarah

penemuan dan pengembangan yang agak unik. Metode ini banyak di minati oleh para

ilmuwan lain di luar bidang matematika. Beberapa ilmuwan yang telah memberikan

sumbangan terhadap penemuan dan pengembangan metode matematika hitung integral

ini, di antaranya adalah:

1. Archimedes (287-212 SM), seorang fisikawan sekaligus matematikawan dari

Syracuse, Yunani. Pada abad kedua sebelum masehi, Archimedes telah menemukan

ide penjumlahan untuk menentukan luas sebuah daerah tertutup dan volume dari

benda putar. Diantaranya adalah rumus lingkaran, luas segmen parabola, volume

bola, volume kerucut, serta volume benda putar yang lain. Ide penjumlahan ini

merupakan salah satu konsep dasar dari Kalkulus Integral.

2. Isaac Newton (1642-1727 M), seorang matematikawan sekaligus fisikawan dari

Inggris. Isaac Newton dan Gottfried wilhelm Leibniz dalam kurun waktu yang hampir

bersamaan, meskipun bekerja sendiri-sendiri, telah menemukan hubungan antara

Kalkulus Differansial dan Kalkulus Integral. Walaupun konsep luas daerah yang

dibatasi oleh kurva tertutup (integral tertentu) telah lebih dahulu diketahui, tetapi I

Newton dan Leibniz merupakan dua tokoh terkemuka dalam sejarah Kalkulus. Sebab,

mereka mampu mengungkapkan hubungan yang erat antara antiderivatif dengan

intagral tertentu. Hubungan ini dikenal dengan Teorema Dasar Kalkulus.

3
3. Gottfried wilhelm Leibniz (1646-1716 M), seorang ilmuwan jenius dari Leipzig,

Jerman. Leibniz seorang ilmuwan serba-bisa. Ia mendalami bidang hukum, agama,

filsafat, sejarah, politik, geologi, dan matematika. Selain Teorema Dasar Kalkulus

yang dikembangkan bersama Newton, Leibniz juga terkenal dengan pemakaian

lambang matematika. Lambang dx/dy bagi turunan dan lambang ∫ bagi integral

merupakan lambang-lambang yang diusulkan oleh Leibniz dalam Hitung Differensial

dan Hitung Integral.

4. George Friedrich Bernhard Riemann (1826-1866 M), seorang matematikawan dari

Gottingen, Jerman. Meskipun Teorema Dasar Kalkulus telah dikemukakan oleh

Newton, namun Riemann memberi definisi mutakhir tentang integral tentu. Atas

sumbangannya inilah integral tentu sering disebut sebagai Integral Riemann.

Asal Usul Notasi Integral

Konon dalam sejarah matematika, pelajaran integral lebih dikenal dengan anti-

differensial atau kalo disekolah kita lebih mengenal kata “turunan” dibanding kata

“differensial”. jadi Integral itu adalah kebalikan dari turunan. Baik integral ataupun

differensial, keduanya merupakan bagian dari ilmu Kalkulus dalam Matematika. Menurut

sejarah, tokoh yang mengembangkan dan memperkenalkan konsep differensial dan anti-

differensial (integral) dalam ilmu matematika adalah Gottfried Wilhelm Leibniz, atau lebih

dikenal dengan Leibniz saja.

Nah, lambang integral seperti cacing berdiri dahulunya dikenal dengan “Notasi

Leibniz”, karena Leibniz lah yang memperkenalkan konsep integral dalam Matematika,

lambang integral seperti ini : ∫, diambil dari huruf pertama nama si Leibniz, yaitu huruf

4
“L”, namun pada zaman dahulu orang menuliskan huruf “L” dalam bentuk yang indah,

seperti berikut ∫.

B. Pengertian Integral

Integral dapat di artikan sebagai menyusul ditemukannya masalah dalam diferensiasi


di mana matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang
berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral adalah ‘ ∫ ’ .
Agar lebih dapat di mengerti perhatikan pernyataan berikut :
F1(x) = x 2 + 5x – 6 maka F1’(x) = 2x + 5
F2(x) = x 2 + 5x + 12 maka F2’(x) = 2x + 5
F3(x) = x 2 + 5x maka F3’(x) = 2x + 5
Pada fungsi-fungsi yang berbeda konstanta di peroleh bentuk turunan / derivatif yang
sama. Operasi dari F(x) menjadi F’(x) mer sebaliknya dari F’(x) menjadi F(x) disebuit
dengan INTEGRAL (anti turunan).

C. Integral Tak Tentu

Integral tak tentu atau antiderivatif adalah suatu bentuk operasi pengintegralan suatu
fungsi yang menghasilkan suatu fungsi baru. fungsi ini belum memiliki nilai pasti (berupa
variabel), atau batas atas dan batas bawah sehingga cara pengintegralan yang menghasilkan
fungsi tak tentu ini disebut integral tak tentu.

Adapun beberapa aturan yang dapat digunakan dalam penyelesaian integral:



 ∫ dx=x+ c

❑ ❑ ❑
 ∫ ( f ( x ) ± g ( x ) ) dx=∫ f ( x ) dx +∫ g(x) dx
❑ ❑ ❑

1 n
 ∫ x n dx= n+1 x +c

❑ n+1
 ∫ k x n dx= kn+1
x
+c

Integral Tak Tentu dari Fungsi Trigonometri

5
Untuk merancang aturan integral tak tentu dari fungsi-fungsi trigonometri, perlu diingat
kembali turunan fungsi – fungsi trigonometri sebagaimana diperhatikan dalam table
berikut:

Dengan menggunakan aturan integral tak tentu yang mempunyai sifat bahwa:

F’(x) = f(x) dan turunan fungsi-fungsi trigonometri dalam table di atas, maka integral tak
tentu dari fungsi-fungsi trigonometri dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sedangkan aturan integral tak tentu dari fungsi-fungsi trigonometri dalam variabel sudut
ax+b dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dalam penyelesaiannya integral tak tentu memiliki tiga cara penyelesaian, yaitu:

6
1. Penyelesaian Cara Biasa
Secara umum:
❑ ❑
dy
Jika y = atau dy= y dx maka ∫ dy= y =∫ y dx
, ' '
dx ❑ ❑

Jadi, dapat disimpulkan dengan x ≠ -1

Untuk mencari integral dari fungsi trigonometri perlu diingat kembali tetang turunan
fungsi trigonometri, maka:

−1
¿ ∫ sin ax= cos ax+ c
❑ a

1
¿ ∫ cos ax = sin ax +c
❑ a
Contoh soal :

2. Penyelesaian Cara Subtitusi


Integral subtitusi pada prinsipnya sama dengan integral pemisalan. Prinsip integral
Subtitusi ada 2 yaitu salah satu bagian dimisalkan dengan u ,sisanya yang lain
(termasuk dx) harus diubah dalam du.


Bentuk umumnya : ∫ F ¿¿

Misal u = g(x) dan du = g’(x) dx, didapat


Contoh :

7
3. Integral Parsial
Integral parsial atau pengintegralan sebagian berdasar pada turunan suatu fungsi hasil
kali. Disebut Integral Parsial, karena sebagian bentuk dilakukan operasi turunan
sebagian operasi Integral.

Bentuk rumus:

Bagian u dikerjakan operasi turunan dan bagian dy dikerjakan operasi integral,


❑ ❑
dengan bentuk ∫ v dulebih sederhana dari bentuk ∫ u du .
❑ ❑

Contoh:

8
D. Integral Tertentu

Pengertian atau konsep integral tentu pertama kali dikenalkan oleh Newton dan
Leibniz. Namun pengertian secara lebih modern dikenalkan oleh Riemann.
Integral tentu adalah proses pengintegralan yang digunakan pada aplikasi integral.
Pada beberapa aplikasi integral dikenal istilah batas bawah dan batas atas sebuah integral,
batas inilah yang kemudian menjadi ciri khas sebuah integral dinamakan sebagai integral
tertentu. Sebab berbeda dengan integral tak tentu yang tidak memiliki batas, maka pada
integral tertentu ada sebuah nilai yang harus disubtitusi yang menyebabkan tidak adanya
lagi nilai C (konstanta ) pada setiap hasil integral dan menghasilkan nilai tertentu.
Secara umum integral tentu dari sebuah fungsi dengan batas tertentu dapat
dirumuskan sebagai berikut :
b
b
Jika f kontinu pada [a,b], maka ∫ f ( x ) dx=[F (x )] = F(b)- F(a) dengan F antiturunan
a
a

seberang dari f , yakni suatu fungsi sedemikian sehingga F’ = f


Suatu fungsi f yang kontinu terdefinisi untuk Interval [a,b] kita bagi menjadi n bagian yang
sama dengan lebar.
SIFAT:

Jika f(x) ≥ 0 dalam interval a ≤ x ≤ b, maka ≥ 0


Jika f(x) ≤ 0 dalam interval a ≤ x ≤ 0, maka ≤ 0

Contoh :

9
E. Integral Luas Daerah

Misalkan L menyatakan himpunan semua bilangan L yang dapat diperoleh sebagai


jumlah luas daerah persegi-panjang kecil sebagaimana dalam Gambar 12.2. Maka ‘luas
daerah’ di bawah kurva y = f (x) mestilah lebih besar daripada setiap anggota L.
Tampaknya masuk akal untuk mendefinisikan ‘luas daerah’ di bawah kurva y = f (x)
sebagai bilangan terkecil yang lebih besar daripada setiap anggota L, yakni sup L.
a. Menentukan Luas Daerah diatas Sumbu X

Misalkan R adalah daerah yang di batasi oleh kurva y=f(x) , garis x=a, dan raris x=b ,
dengan F(x) ≥ 0 pada [a,b] maka luas daerah R adalah sebagai berikut:
b
L( R)=∫ f (x) dx
a

b. Menentukan Luas Daerah dibawah Sumbu X

10
Misalnya S adalah daerah yg dibatasi oleh kurva y = f(x) , sumbu x, garis x = a , dan
garis x = b, dengan F(x) ≤ 0 pada [a,b] maka luas daerah S seperti yg telah di bahas
pada subbab sebelumnya adalah sebagai berikut
b
L(S)=−∫ f ( x)dx
a

c. Menentukan Luas Daerah Yang Di Batasi Kurva Y=F(X) Dan Sumbu X

Misalkan T adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y = f(x), sumbu x, garis x=a, dan
garis x=c, dengan f(x)>= 0 pada [a,b] dan f(x)<=0 pada [b,c], maka luas daerah T
adalah sebagai berikut:
b c
L(S)=∫ f ( x ) dx−∫ f (x) dx
a b

d. Luas Daerah yang Terletak Diantara 2 Kurva

b
L(U )=∫ [f ( x ) −g ( x)]dx
a

Contoh :

F. Volume Benda Putar

11
G. Kegunaan Integral Dalam Kehidupan Sehari – hari

1. Ekonomi
 Mencari fungsi asal dari fungsi marginalnya (fungsi turunannya).
 Mencari fungsi biaya total.
 Mencari fungsi penerimaan total dari fungsi penerimaan marginal.
 Mencari fungsi konsumsi dari fungsi konsumsi marginal.
 Fungsi tabungan dari fungsi tabungan marginal.
 Fungsi kapital dari fungsi investasi.

2. Teknologi
 Penggunaan laju tetesan minyak dari tangki untuk menentukan jumlah kebocoran
selama selang waktu tertentu
 Penggunaan kecepatan pesawat ulang alik Endeavour untuk menentukan ketinggian
maksimum yang dicapai pada waktu tertentu.
 Memecahkan persoaalan yang berkaitan dengan volume, paanjang kurva, perkiraan
populasi, keluaran kardiak, gaya pada bendungan, usaha, surplus konsumen.

3. Fisika
 Analisis rangkaian listrik arus AC.
 Analisis medan magnet pada kumparan.
 Analisis gaya-gaya pada struktur pelengkung.

4. Matematika

 Menentukan luas suatu bidang,

 Menentukan volume benda putar,

 Menentukan Panjang busur

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Integral merupakan salah satu cabang ilmu matematika. Integral adalah Integral
dapat di artikan sebagai menyusul ditemukannya masalah dalam diferensiasi di mana
matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang berkebalikan
dengan solusi diferensiasi. Lambang integral adalah ‘ ∫ ’ . Integral terbagi atas integral
tertentu dan integral tak tentu. Integral tak tentu memiliki tiga cara dalam penyelesaiannya
yaitu cara biasa, cara subtitusi, dan integral parsial. Pada integral tertentu proses
pengintegralan yang digunakan pada aplikasi integral. Dengan konsep integral kita dapat
menentukan luas daerah dan volume benda putar. Dalam kehidupan sehari – hari, integral
memiliki beraneka macam manfaat baik dalam bidang ekonomi, teknologi, fisika,
matematika, maupun bidang lain dalam kehidupan.

B. Saran

Penguasaan mata pelajaran Matematika khususnya mengenai integral bagi peserta


didik juga berfungsi membentuk kompetensi program keahlian . Dengan mengajarkan
Matematika khususnya dalam hal integral diharapkan peserta didik dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan diri di bidang keahlian dan pendidikan
pada tingkat yang lebih tinggi. Namun, kebanyakan dari peserta didik kebingungan dalam
menyelesaikan persamaan – persamaan integral, sehingga diharapkan untuk pendidik dapat
menjelaskan konsep integral dengan metode yang lebih mudah untuk dimengerti peserta
didik.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Integral.www.zhettyhully.blogspot.com,
 Integral. www.wordpress.com
 Integral. https://id.m.wikipedia.org,
 Konsep menghitung luas daerah dengan integral. www.terampilmatematika.blogspot.com,
 Kegunaan Integral. www.baenoezxavii.wordpress.com,

14

Anda mungkin juga menyukai