Matematika Teknik
Fakultas Teknik
Universitas Negeri
Makassar 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Sejarah Integral..................................................................................... 3
B. Pengertian Integral................................................................................ 5
C. Integral Tak Tentu................................................................................ 5
D. Integral Tertentu................................................................................... 9
E. Integral Luas Daerah............................................................................. 10
F. Volume Benda Putar............................................................................. 11
G. Kegunaan Integral................................................................................. 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan
karunia- Nya disertai selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya .
2
Atas petunjuk dan lindungannyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan naskah
yang berjudul “Buku Ajar Matematika Teknik”. Penulisan naskah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Matematika Teknik di Fakultas Teknik,
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Makassar.
Dalam Penulisan naskah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan naskah
ini.
Dalam penulisan naskah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan naskah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
3
Barisan dan Deret
A. Barisan
Barisan adalah suatu set kuantitas, u1,u2,u3,..., yang dinyatakan dalam suatu urut tertentu dan
setiap sukunya terbentuk menurut pola tertentu, dengan kata lain ur=f(r);
Contoh: 1, 3, 5, 7,... adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 9).
2, 6, 28, 54,… adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 162).
1²,-2², 3², -4²,… adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 5²)
Selain itu, 1, -5, 37, 6, … juga suatu barisan, tetapi polanya lebih rumit karena suku berikutnya
tidak bisa diketahui secara langsung.
Barisan berhingga hanya mengandung suku-suku yang berhingga banyaknya.
Barisan takberhingga tidak mempunyai suku terakhir. Jadi yang manakah di antara barisan-
barisan berikut yang merupakan barisan berhingga:
(a) Semua bilangan asli, yaitu 1, 2, 3,… dst.
(b) Nomor-nomor halaman dari sebuah buku.
(c) Nomor-nomor telepon dalam buku telepon.
B. Deret
Suatu derer dibentuk oleh jumlah dari suku-suku suatu
barisan. contoh 1, 3, 5, 7,… adalah suatu barisan.
tetapi 1+3+5+7+... adalah suatu deret.
Kita akan menyatakan suku-suku suatu deret sebagai berikut:
u1 menyatakan suku pertama, u2, suku kedua, u3, suku ketiga, dst, sehingga ur akan menyatakan
suku ke-r dan , menyatakan suku ke (r+ 1), dst.
Selain itu, jumlah dari 5 suku pertama akan dinyatakan oleh S5.
Jadi jumlah dari suku pertama akan dinyatakan oleh….
Anda mungkin sudah mengenal dua jenis deret khusus yang sering digunakan. Deret-
deret ini adalah (a) deret aritmetik dan (b) deret geometrik. Namun demikian, sebagai revisi
mengenai kedua deret ini, pertama-tama kita akan mengulang kembali hasil-hasil penting yang
berhubungan dengan kedua deret ini.
4
Barisan dan Deret Aritmatika
A. Pengertian Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah suatu baris di mana nilai pada masing-masing sukunya
diperoleh dari suku sebelumnya lewat penjumlahan atau pengurangan dengan suatu bilangan
b.
Lebih lanjut, selisih antara nilai suku-suku saling berdekatan dan selalu sama, yakni b. Misalnya:
Un – U(n-1) = b
Sebagai contoh baris 1, 3, 5, 7, 9, merupakan baris aritmatika dengan nilai:
b = (9 – 7) = (7 – 5) = (5 – 3) = (3 – 1) = 2
1. Rumus Barisan Aritmatika
Usai membahas pengertian singkat dari barisan dan deret aritmatika, pahami uraian
tentang rumusnya berikut ini,
Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan aritmetika:
Un = a + (n – 1)b atau Un = Un-1 + b
Selain mencari rumus suku ke-n, adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai tengah dari
sebuah barisan aritmatika, yakni:
Ut = ½ (a + Un)
Keterangan:
Un = suku ke-n
a = U1
Un-1 = suku sebelum suku ke-n
b = beda
2. Contoh Soal Barisan Aritmatika
5
U40 = 7 + (40-1)(-2)
= 7 + 39 . (-2)
= 7 + (-78)
= – 71
Jadi, suku ke-40 barisan aritmatika tersebut adalah –71.
2. Dalam suatu gedung pertunjukkan disusun kursi dengan baris paling depan terdiri dari 12
kursi, baris kedua berisi 14 kursi, baris ketiga berisi 16 kursi, dan seterusnya. Banyaknya
kursi pada baris ke-20 adalah …
Diketahui:
a = 12
b=2
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b
U20 = 12 + (20-1)2
= 12 + (9)2
= 12 + 38
= 50
Jadi, banyaknya kursi pada baris ke-20 adalah 50 kursi.
3. Seorang pegawai kecil menerima gaji tahun pertama sebesar Rp3.000.000,00. Setiap tahun
gaji tersebut naik Rp500.000,00. Jumlah uang yang diterima pegawai tersebut selama
sepuluh tahun adalah...
Diketahui:
Gaji pertama = a = Rp3.000.000,00
Kenaikan gaji tiap tahun = b = Rp.500.000
Gaji tahun kesepuluh = U10
Jumlah gaji selama sepuluh tahun = S10
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b
U10 = 3.000.000 + (10 - 1)500.000
= 3.000.000 + (9 × 500.000)
6
= 3.000.000 + 4.500.000
= 7.500.000
Jadi, gaji pegawai yang didapatkan pada tahun kesepuluh adalah sebesar Rp7.500.000,00
1. Suatu bentuk deret aritmatika adalah 5, 15, 25, 35, …. Berapakah jumlah 10 suku
pertama dari deret aritmatika tersebut?
7
Diketahui:
n = 10
U1 = a = 5
b = 15 – 5 = 25 – 15 = 10
Jawaban:
Sn = (2a + (n-1) b )
S10 = ( 2. 5 + (10 -1) 10)
= 5 ( 10 + 9.10)
= 5 x 100 = 500
Jadi, jumlah S10 dalam deret aritmatika tersebut, yakni 500.
2. Diketahui suatu deret aritmetika dengan suku pertamanya adalah 10 dan suku ke-enam adalah
20. Lalu, tentukan:
a. Beda deret aritmetika tersebut.
b. Tuliskan deret aritmetika tersebut.
c. Jumlah enam suku pertama deret aritmetika
tersebut. Jawaban:
Beda deret aritmatika tersebut:
Un = a+(n-1)b
U6= a+(6-1) b
20= 10+(5)b
b= 10/5 = 2
Jadi, beda deret aritmatika tersebut adalah 2.
Deret aritmatikanya adalah:
10+12+14+16+18+20+…+Un
Jumlah suku ke-enam, S6 adalah:
Sn =n/2 (2a+(n-1) b)
S6= 6/2 (2.10+(6-1) 2)
=3(20+10)
=90
Jadi, jumlah Suku ke-enam deret tersebut adalah 90.
8
3. Hitunglah jumlah nilai suku ke-4 (S4) deret aritmatika apabila terdapat angka : 4,
8,16,..? Diketahui:
a=4
b = 8-4 = 4
n=4
Jawaban:
Un = a + (n-1) b
Un = 4 + (4-1)4
Un = 4 + 12
Un = 16
Lantas, berapa jumlah Sn?
Sn = 1/2 n ( a + Un )
S4 = 1/2 .4 (4 +16)
S4 = 4/2 (20)
S4 = 40
Jadi, jumlah nilai suku ke-5 pada deret aritmatika adalah 40.
9
Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan aritmetika:
Berbeda dengan barisan, deret merupakan hasil penjumlahan pada barisan aritmetika. Namun,
deret tidak selalu menjumlahkan keseluruhan suku dalam suatu barisan. Rumus deret hanya
menjumlahkan barisan aritmetikanya hanya sampai suku yang diperintahkan saja.
Contoh deret aritmetika:
2 + 4 + 6 + 8 + 10 + …
24 + 20 + 16 + 12 + …
Rumus jumlah n suku pertama deret aritmetika:
10
Contoh :
Diketahui sebuah barisan aritmetika 15, 19, 23, 27, 31, … .
a. Tentukan suku ke 25!
b. Tentukan 10 suku pertama!
Pembahasan :
11
Barisan Aritmetika Selisih dua suku yang berurutan disebut beda (b)
Rumus :
b = U2 – U1 b = U3 – U2 → b = U4 – U3 dst
Jika suku pertama = a dan beda = b, maka secara umum barisan Aritmetika tersebut
adalah: U1 U2 U3 U4 Un a, a + b, a + 2b, a + 3b,...............................a + (n-1)b
Jadi rumus suku ke-n barisan aritmetika adalah Dengan :
Un = Suku ke-
a = Suku pertama
b = beda atau selisih
12
1. Diketahui barisan Aritmetika : 2, 6, 10, …. Tentukan suku ke-14 Contoh 1: b = Un – Un-1
Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang selisih antara dua suku yang berurutan
sama atau tetap.
Contoh :
a) 3, 8, 13, 18, …. (selisih/beda = 8 – 3 = 13 – 8 = 18 – 13 = 5 )
b) 10, 7, 4, 1, …. (selisih/beda = 7 – 10 = 4 – 7 = 1 – 4 = – 3) c) 2, 4, 6, 8, …. (selisih/beda =
4 – 2 = 6 – 4 = 8 – 6 = 2) d) 25, 15, 5, –5, …. (selisih/beda = 15 – 25 = 5 – 15 = –5 – 5 = –10)
2. Diketahui suatu barisan Aritmetika dengan U2 = 7 dan U6 = 19, tentukan :
a) Beda
b) Suku pertama
c) Suku ke-41
Pembahasan :
a) Beda U6 = a + 5 b = 19 U2 = a + 1 b = 7 4 b = 12 b = 3
b) Suku pertama U2 = a + 1 b = 7 ⇔ a + 1 (3) = 7 ⇔ a + 3 = 7 ⇔ a = 7 – 3 ⇔ a = 4
c) Suku ke-41 U41 = a + 40 b = 4 + 40(3) = 4 + 120cc = 124
3. Pada suatu barisan Aritmetika diketahui U8 = 24 dan U10 = 30. Tentukan :
a) Beda dan suku pertamanya
b) Suku ke-12
c) 6 suku yang pertama
Pembahasan :
a) U10 = a + 9b = 30 U8 = a + 7b = 24 2b = 6 b = 3 U8 = a + 7b = 24 ⇔ a + 7(3) = 24 ⇔ a + 21
= 24 ⇔ a = 3 Jadi didapat beda = 3 dan suku pertama = 3
b) Un = a + (n – 1)b U12 = 3 + (12 – 1)3 U12 = 3 + 11 . 3 U12 = 36
c) Enam suku yang pertama adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18 Subsitusi nilai 𝑎 dan 𝑏 untuk mencari 𝑈12
Pada tahun pertama sebuah butik memproduksi 400 stel jas Setiap tahun rata-rata produksinya
bertambah 25 stel jas Berapakah banyaknya stel jas yang diproduksi pada tahun ke-5 ? Contoh 5:
Subsitusi nilai 𝑎, 𝑏 dan 𝑛 untuk mencari 𝑈10 Subsitusi nilai 𝑎 dan 𝑏 untuk mencari rumus 𝑈𝑛 3.
Eliminasi 𝑈10dan 𝑈8 Pada suatu barisan Aritmetika diketahui U8 = 24 dan U10 = 30.
3. Aritmetika Deret Aritmetika adalah jumlah dari seluruh suku-suku pada barisan aritmetika.
Jika barisan aritmetikanya adalah U1, U2, U3, …., Un maka deret aritmetikanya U1+ U2+ U3+
….+ Un dan dilambangkan dengan Sn Sn = U1 + U2 + U3 +
……………………………………………….. + Un Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + … + (Un – 2b)
+ (Un – b) + Un Sn = Un + (Un – b) + (Un – 2b) + ….+ (a + 2b) + (a + b) + a 2 Sn = (a + Un) +
13
(a + Un) + (a + Un) + …. + (a + Un) + (a + Un) + (a + Un) n suku 2 Sn = n (a + Un) Karena
Un = a + (n – 1)b
maka jika disubstitusikan ke rumus menjadi Sn = 1 2 n (a + a + (n – 1)b ) Sn = 1 2 n (2a + (n –
1)b )
Keterangan :
Sn = Jumlah n suku pertama deret aritmetika
Un = Suku ke-n deret aritmetika
a = suku pertama
b = beda
n = banyaknya suku
14
D. Deret Aritmetik atau (Deret Hitung), disingkat DA
Contoh dari suatu DA adalah deret:
2+5+8+11+14+…
Anda akan melihat bahwa setiap suku dapat ditulis berdasarkan suku sebelumnya cukup dengan
menambahkan suatu nilai konstan sebesar 3. Penambahan yang konstan ini disebut beda dan
dapat dicari dengan cara mengurangi suatu suku dengan suku sebelumnya.
contohnya 11-8=3; 5-2=3; dst.
Dengan demikian deret aritmetik umum dapat ditulis:
15
Ini adalah satu contoh lagi untuk Anda kerjakan:
Suku ke-6 dari suatu DA adalah -5 dan suku ke-10 adalah -21. Carilah jumlah 30 suku pertama dari DA
tersebut.
16
17
Deret Pangkat
Deret pangkat merupakan suatu deret tak hingga yang berbentuk
l
eterangan :
merupakan konstanta
Dengan rumus :
∞
∑𝑛=0 𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)𝑛
18
∞
∑ 𝑎𝑛(𝑧0 − 𝑐)𝑛
𝑛=0
Catatan :
Contoh soal 1:
Misalkan pada deret berikut :
∞
Misalkan ∑Diketahui
𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)𝑛 deret pangkat berikut dibawah ini:
∞ 𝑛=0
𝑧𝑛
∑ Jika pada deret diatas konvergen pada setiap titik disuatu himpunan S , akan di nyatakan sebagai deret kon
2
𝑛=1𝑛
Dijawab :
a. Pada titik 𝑧 = i dimana kita telah mendapatkan deret yaitu
∞
i𝑛
∑ 2
𝑛=1𝑛
deret −𝑝 maka konvergen, dan dapat dinyatakan konvergen bahwaderet pangkan yang
diketahui pada 𝑧 = i.
∞
3𝑛
∑ 2
𝑛=1 𝑛
19
Pada deret ini kita mngunakan tes rasio, karena didapatkan divergen , maka deret pangkat
yang diketahui divergen pada 𝑧 = 3. Misalkan saja jika deret tersebut dikatakan konvergen
kita perhatikan pada cakram satuan tertutup dimana |𝑧| ≤ 1 dan divergen untuk semua z
yang sama.
Pada pembahasan selanjutnya kita akan membahan deret pangkat secara sistematis dengan
menyelediki kasus soal dengan konvergenatau divergen.
20
21
22
23
24
Deret Konvergen dan Divergen
Kita telah membahas bahwa ada deret tak terhingga yang mempunyai jumlah terhingga, tetapi ada
pula yang jumlahnya tak terhingga. Jika sebuah deret tak terhingga mempunyai jumlah tertentu, maka
deret itu disebut deret konvergen, sedang kebalikannya disebut deret divergen. Adalah sangat penting
untuk mengetahui apakah suatu deret itu konvergen atau divergen. Beberapa hal membingungkan akan
dijumpai bila kita mengaplikasikan aljabar ordiner ke dalam deret divergen. Untuk itu perhatikan kasus
berikut: Jika:
S = 1 + 2 + 4 + 16 + . . . ,
maka: 2S = 2 + 4 + 16 + . . . = S 1
sehingga:
S = 1
Tampak bahwa deret S (4.1) tersebut telah menjungkirbalikkan logika aljabar. Hal-hal ini akan banyak
terjadi, manakala seseorang tidak berhati-hati dan cukup paham terhadap deret tak terhingga.
Selanjutnya marilah kita amati deret berikut. Mungkin anda tidak dapat menerima bahwa deret:
1 1 1
1+2+ 3+ 4...,
adalah divergen, sedang deret:
1 1 1
12+ 3 4...,
adalah konvergen; padahal memang ya. Agar kebingungan ini tidak berlarut-larut maka kita harus
mengetahui cara men-tes konvergensi. Tetapi sebelum itu, marilah kita membahas kembali definisi
konvergensi secara lebih teliti. Untuk itu marilah kita lihat deret bersuku an berikut:
a1 + a 2 + a 3 + . . . + a n + . . . ,
Ingat bahwa arti titik-titik pada deret itu adalah menunjukkan bahwa suku terakhir itu tidak ada; deret
terus berlanjut tanpa henti. Sekarang, anggaplah bahwa Sn merupakan jumlah dari suku pertama sampai
suku ke n, sehingga dapat dinyatakan bahwa:
Sn = S1
S2 = S1 + S2
S3 = S1 + S2 + S3
.. .
Sn = S1 + S2 + S3 + . . . + Sn
Masing-masing Sn disebut jumlah parsial yaitu jumlah dari n suku pertama dari deret itu. Harga n dapat
berupa sembarang bilangan bulat; dengan demikian untuk setiap harga n , S n berhenti pada suku ke n.
(Karena Sn bukan deret tak terhingga maka tidak ada masalah ke-konvegensi-an dalam hal ini ). Makin
besar harga n, makin besar pula harga Sn, tanpa ada batas. Deret dapat pula terosilasi sebagaimana dalam
deret 1 2 + 3 4 . . . ( yang jumlah parsialnya adalah 1 ; 1; +2 ; 3, . . .). Deret bahkan dapat pula
berbentuk lebih komplikated. Salah satu kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa setelah sampai
suku ke sekian, harga Sn-nya tidak begitu berbeda antara S n dengan Sn berikutnya; ini terjadi jika pada
suku tertentu dan seterusnya harga Sn sangat kecil. Pada akhirnya harga Sn akan semakin mendekati
harga limit tertentu yang kita sebut S, sehingga:
lim Sn S
n
Jika terjadi hal seperti itu ( yaitu Sn semakin mendekati harga S ) maka kita membuat definisi-definisi
sebagai berikut:
a. Jika jumlah parsial Sn dari sebuah deret tak terhingga cenderung mendekati limit S, maka deret disebut
konvergen, dan kebalikannya disebut divergen.
25
b. Nilai limit S disebut jumlah deret.
c. Harga perbedaan Rn = S Sn disebut remainder. Dari (4.6) kita dapat lihat bahwa:
lim R lim S S
n n n
n =0
26
BAB II
DERET II
A. Notasi Sigma
1. Konsep Notasi Sigma
Perhatikan jumlah 6 bilangan ganjil pertama berikut,
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 ………………………………….. (1)
Pada bentuk (1) 1 disebut suku pertama, 3 disebut suku ke-2, 5 disebut suku ke-3 dan seterusnya.
Perhatikan juga suku-suku bentuk (1) tersebut membentuk pola.
Suku ke-1 = 1 = 2.1 – 1
Suku ke-2 = 3 = 2.2 – 1
Suku ke-3 = 5 = 2.3 – 1
Suku ke-4 = 7 = 2.4 – 1
Suku ke-5 = 5 = 2.5 – 1
Suku ke-6 = 7 = 2.6 – 1
Secara umum suku ke-k pada (1) dapat dinyatakan dalam bentuk 2k – 1 dengan k≠ { 1,
2, 3, 4, 5, 6 }
Cara untuk menuliskan secara singkat bentuk jumlahan (1) adalah dengan tanda (dibaca
“sigma”) yang disebut dengan notasi sigma. Notasi sigma berasal dari huruf Yunani untuk abjad
S dari perkataan “sum” yang berarti jumlah. Notasi ini diperkenalkan pertama kali oleh
Leonhard Euler pada tahun 1755 dalam buku “Institutiones Calculi Differentialis”.
Dengan notasi sigma bentuk jumlahan (1) dapat ditulis :
6
1+3+5+7+ 9+11= ∑ (2k −1)
k =1
6 suku
6
∑ (2 k −1)
Bentuk k =1 dibaca “sigma 2k – 1 diamana k =1 sampai 6 ” atau “jumlah 2k – 1 untuk
k = 1 sampai k = 6”. Pada notasi sigma di atas 1 dan 6 masing-masing disebut batas bawah dan
batas atas, lambang k dinamakan indeks (ada pula yang menyebut k sebagai variable).
Sembarang huruf kecil dapat digunakan sebagai indeks.
n
∑ a k= a1 + a2 + a3 +. ..+ an−1 +an
Secara umum k =1
27
Berikut ini adalah beberapa sifat notasi sigma.
Aturan suku konstan
n
Aturan jumlah
¿ k =1¿ n ( ak +b k )=¿ k =1 ¿ n ak +¿ k =1¿ n b k ¿ ¿
Aturan perkalian scalar
¿ k =1¿ n c . ak =c ¿ k=1 ¿ n ak ¿
Aturan kelinearan
n n n
∑ ( c . a k ± d . ak )=c . ∑ a k ± d . ∑ ak
k =1 k=1 k=1
Contoh soal
1. Ubahlah barisan aritmatika berikut dalam bentuk sigma !
a. 3 + 6 + 9 + 12 + 15 + 18 + 21 + 24 + 27 + 30
Penyelesaian :
= 3 + 6 + 9 + 12 + 15 + 18 + 21 + 24 + 27 + 30
= 3(1) + 3(2) + 3(3) + 3(4) + 3(5) + 3(6) + 3(7) + 3(8) + 3(9) + 3(10)
10
¿ 3 ( 1 )+ 3 (2 )+3 ( 3 )+ …+3 ( 10 )=∑ ( 3 )(i)
i=1
1 1 1 1
b. + + +… .+
(2)(3) ( 3 ) ( 4) ( 4 ) (5) ( 7 ) ( 8)
Penyelesaian :
1 1 1 1 1 1
+ + + + +
(2)(3) ( 3 ) ( 4) ( 4 ) (5) ( 5 ) (6) ( 6 ) (7) ( 7 ) (8)
1
¿ ¿ i=3 ¿ 8
( n−1 ) (n)
28
c. -2 + 4 – 8 + 16 – 32
Penyelesaian :
¿ (−2 )1 +(−2)3 +(−2)3 +(−2) 4 +(−2)5=¿ i=1 ¿ 5(−2)n
U n =a+ ( n−1 ) b
Keterangan :
a=suku pertama
b=beda ( U n −U n−1 )
Contoh :
1. Carilah rumus suku ke n dari baris 1,3,5,7,9,….
Penyelesaian :
Diket a = 1, dan b = 3 – 1 = 2
U n =a+ ( n−1 ) b=1+ ( n−1 ) 2=1+2 n−2=2n−1
2. Hitung nilai suku ke 8 dari baris 2 ,5, 8,…
Penyelesaian :
Diket : a = 2, dan b = 5 – 2 = 3
U n =a+ ( n−1 ) b
U 8 =2+ ( 8−1 ) 3=23
3. Jika diketahui barisan Aritmatika 3,7,11,15,….,carilah rumus ke-n dan suku ke – 30 !
29
Penyelesaian :
Nilai a = 3 dan b = 7- 3 = 4
Suku ke-n U n =a+( n−1)b
= 3 + (n-1)4
= 3 + 4n-4 = 4n -1
Suku ke -30 U 30 = 3 + 4(30) -1
=119
Suatu barisan Aritmatika dengan banyak suku ganjil . Maka dapatlah suku tengah dari barisan
Aritmatika itu dengan :
U 1+ U n 1 1
Ut= atauU t= ( U 1 +U n ) dengan t= ( n+1)
2 2 2
Contoh
Jika barisan Aritmatika 3,8,13,…,283. Tentukanlah suku tengahnya dan suku keberapakah suku
tengah tersebut !
Penyelesaian :
Dik : U 1=3 ; U n =283
U 1+ U n
Maka U t =
2
3+283
= = 143
2
Dan untuk, U t = 143
a + (t-1)b = 143
3 + 5t – 5 = 143
5t = 145
t = 29
Namun bila dalam sebuah barisan disisipkan k buah bilangan antara x dan y maka beda barisan
yang terbentuk :
y−x
b=
k +1
Dengan keterangan :
k adalah banyak bilangan
x adalah bilangan ke -1
y adalah bilangan ke -2
Contoh soal
30
1. Jika antara bilangan 21 dan 117 disisipkan 11 bilangan yang berakibat terbentuklah barisan
Aritmatika. Tentukan beda dan suku ke-10 !
Penyelesaian :
y−x 117+ 21 96
b= = = =8
k +1 11+1 12
Maka didapat , U 10=a+(n−1)b
= 21 + (10-1) 8
= 93
2. Tiga bilangan diantara 8 dan 60 .
Penyelesaian :
y−x 60−8 52
b= = = =13
k +1 3+1 4
Maka barisan Aritmatika yang terbentuk adalah 8,21,34,47,60.
31
Jika penulisan suku – suku dibalik , maka diperoleh :
Sn=U n+ ( U n−b ) + ( U n −2 b ) +…+ ( a+b )+ a … … ( 2 )
Dengan menjumlahkan persamaan (1) dan (2) maka diperoleh :
2 S n=( a+U n ) + ( a+U n ) + ( a+U n ) +…+ ( a+U n)
2 S n=n ( a+U n )
1
Sn= n ( a+U n )
2
Jadi , secara umum jumlah n suku pertama dari deret aritmatika dapat dinyatakan dengan rumus
berikut
1
Sn= n ( a+U n )
2
Atau
1
Sn= n { 2a+ ( n−1 ) b }
2
Keterangan , Sn= jumlah n suku pertama
Contoh :
1. Tentukan jumlah 10 suku dari deret aritmatika 11 + 16 + 21 + …
Penyelesaian :
a = U1 = 11
b = 16 – 11 = 5
1
Sn= n { 2a+ ( n−1 ) b }
2
1
S10= 10 { 2 .11+ (10−1 ) 5 }=5 ( 67 )=335
2
2. Diketahui deret bilangan 10 + 12 + 14 + 16 + ….+ 98 dari deret bilangan itu jumlah bilangan
yang habis dibagi 2 dan tidak habis di bagi 5 adalah…
Penyelesaian :
n
U n = a + (n-1)b Sn= ( a+U n )
2
45
98 = 10 + (n-1)2 S45= (10+ 98)
2
45
98 = 10 + 2n -2 = (108)
2
n = 45 = 2430
Bila yang dimaksud adalah 10,20,30,40,50,….90.
n
U n =a+ ( n−1 ) b Sn= ( a+U n )
2
32
9
90 = 10 + (n - 1)10 S9 = (10+ 90)
2
90 = 10 + 10n -10 = 9(50)
n =9 = 450
Maka, jumlah bilangan yang dimaksud pada soal adalah
Sn=S 45−S9 = 2430 – 450 = 1980
3. Bila diketahui suatu deret Aritmatika adalah 12 +15 +18 +… maka S10?
Penyelesaian :
n
Sn= ( a+(n−1)b)
2
10
S10 = (12+(10−1) 3)
2
= 5 (51) = 255
Dimana r (rasio antara dua suku yang berurutan) merupakan bilangan konstan
Bentuk umum barisan geometri dengan suku pertama a dan rasio r adalah sebagai berikut.
0 1−1
U 1=a=ar =ar
1 2−1
U 2=U 1 r =ar =ar
U 3=U 2 r =ar 2=ar 3−1
.
.
.
(n−1)
U n =a r
Barisan Geometri dibagi menjadi 3 yaitu :
i. Geometri naik yaitu r > 1 disebut dengan barisan devergen. Contoh:
2,4,8,16,32,64 memiliki r = 2.
ii. Geometri turun yaitu r < 1 disebut jugabarisan konvergen. Contoh: 96,48,
1
24,12,6,3,3/2,…, memiliki r= .
2
33
iii. Geometri bergoyang yaitu suku – sukunya bergantian positif dan negative , jika r
< 0 yang disebut alternate.
Contoh :
Diketahui barisan geometri 2, 4,8, 16, …
Tentukan rumus suku ke n dan nilai suku ke 7 dari baris tersebut
Penyelesaian :
a = 2, dan r = 4/2 = 2
(n−1)
U n =a r
( n−1)
U n =2.2
¿ 21+n−1=2n
( 7−1)
U 7 =2.2 =128
a
Bila Barisan Geometri memiliki banyak suku ganjil n sebagai suku pertama dan dan suku akhir
U1
U n makaU t adalah :
2 1
U t =√ U 1 . U n atauU t =a. U n , dengan t= (n+1)
2
Contoh:
1
Barisan bilangan ,1,2,4,….,128 merupakan barisan geometri dengan banyak suku ganjil. Tentukan
2
suku tengahnya dan suku keberapakah suku tengah tersebut?
Penyelesaian :
U t =√ U 1 . U n
¿
√ 1
2
.128 ¿ √ 64=8
maka U t =8 → t-1 = 4
a r t −1=8 t =5
1 t−1
. 2 =8
2
t −1
2 =16
2t −1 =24
Dan apabila diantara x dan y disipkan k buah bilangan , maka x,xr,xr 2 , …xr k , y dan dapat dirumuskan
r=
√
k+1 y.
x
Contoh:
1. Sisipkan beberapa bilangan dibawah ini agar menjadi barisan geometri!
34
a. Tiga bilangan diantara 6 dan 48.
Penyelesaian :
r=
3+1
√ 48
6
= √4 8
= 2
Maka barisan Geometri yang terbentuk 6 , 12 , 24 ,48.
1
Hasil perkalian suku – suku barisan Geometri adalah P = a n r 2 (n −1) Dapat dibuktikan
dengan
Barisan Geometri : a , ar , ar 2 , … , ar n−1
2 n−1
P=a ×ar × ar × … ×ar
= a n r 1 +2+3+ …+(n−1)
n
= a n r 2 (n−1 )
Sn ( 1−r ) =a ( 1−r n )
Sehingga , untuk r < 1, berlaku :
a ( 1−r )
n
Sn =
( 1−r )
Untuk r > 1
a (r n−1)
S n=
( r −1 )
Contoh:
35
n+1
Jumlah n suku pertama dari barisan Geometri adalah Sn=2 −2. Tentukan rumus suku ke –n dan
nilai suku ke – 7.
Penyelesaian :
−2. Maka, U n =S n−Sn−1
n+1
Sn=2
= ¿
= 2. 2n +2
= 2n
7
Maka , U 7 =2 =128
36
1
a = 24 dan r =
2
Jadi nilai jumlah tak hingga suku – suku nya adalah
24
a
S8 = = 1 = 48
1−r 1−
2
2
b. 1 + +¿
3
Diperoleh :
2
a = 1 dan r =
3
a 1
S8 = = =3
maka , 1−r 2
1−
3
37
1
BAB III
INTEGRAL I
A. Sejarah Integral
Hitung integral merupakan metode matematika dengan latar belakang sejarah
penemuan dan pengembangan yang agak unik. Metode ini banyak di minati oleh para
ilmuwan lain di luar bidang matematika. Beberapa ilmuwan yang telah memberikan
Syracuse, Yunani. Pada abad kedua sebelum masehi, Archimedes telah menemukan
ide penjumlahan untuk menentukan luas sebuah daerah tertutup dan volume dari
benda putar. Diantaranya adalah rumus lingkaran, luas segmen parabola, volume
bola, volume kerucut, serta volume benda putar yang lain. Ide penjumlahan ini
Inggris. Isaac Newton dan Gottfried wilhelm Leibniz dalam kurun waktu yang hampir
Kalkulus Differansial dan Kalkulus Integral. Walaupun konsep luas daerah yang
dibatasi oleh kurva tertutup (integral tertentu) telah lebih dahulu diketahui, tetapi I
Newton dan Leibniz merupakan dua tokoh terkemuka dalam sejarah Kalkulus. Sebab,
2
3. Gottfried wilhelm Leibniz (1646-1716 M), seorang ilmuwan jenius dari Leipzig,
filsafat, sejarah, politik, geologi, dan matematika. Selain Teorema Dasar Kalkulus
lambang matematika. Lambang dx/dy bagi turunan dan lambang ∫ bagi integral
Newton, namun Riemann memberi definisi mutakhir tentang integral tentu. Atas
Konon dalam sejarah matematika, pelajaran integral lebih dikenal dengan anti-
differensial atau kalo disekolah kita lebih mengenal kata “turunan” dibanding kata
“differensial”. jadi Integral itu adalah kebalikan dari turunan. Baik integral ataupun
differensial, keduanya merupakan bagian dari ilmu Kalkulus dalam Matematika. Menurut
sejarah, tokoh yang mengembangkan dan memperkenalkan konsep differensial dan anti-
differensial (integral) dalam ilmu matematika adalah Gottfried Wilhelm Leibniz, atau lebih
Nah, lambang integral seperti cacing berdiri dahulunya dikenal dengan “Notasi
Leibniz”, karena Leibniz lah yang memperkenalkan konsep integral dalam Matematika,
lambang integral seperti ini : ∫, diambil dari huruf pertama nama si Leibniz, yaitu huruf
3
“L”, namun pada zaman dahulu orang menuliskan huruf “L” dalam bentuk yang indah,
seperti berikut ∫.
B. Pengertian Integral
Integral tak tentu atau antiderivatif adalah suatu bentuk operasi pengintegralan suatu
fungsi yang menghasilkan suatu fungsi baru. fungsi ini belum memiliki nilai pasti (berupa
variabel), atau batas atas dan batas bawah sehingga cara pengintegralan yang menghasilkan
fungsi tak tentu ini disebut integral tak tentu.
4
Untuk merancang aturan integral tak tentu dari fungsi-fungsi trigonometri, perlu diingat
kembali turunan fungsi – fungsi trigonometri sebagaimana diperhatikan dalam table
berikut:
Dengan menggunakan aturan integral tak tentu yang mempunyai sifat bahwa:
F’(x) = f(x) dan turunan fungsi-fungsi trigonometri dalam table di atas, maka integral tak
tentu dari fungsi-fungsi trigonometri dapat dirumuskan sebagai berikut :
Sedangkan aturan integral tak tentu dari fungsi-fungsi trigonometri dalam variabel sudut
ax+b dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dalam penyelesaiannya integral tak tentu memiliki tiga cara penyelesaian, yaitu:
5
1. Penyelesaian Cara Biasa
Secara umum:
dy
atau dy= y dx maka∫ dy= y =∫ y dx
, ' '
Jika y =
dx
Jadi, dapat disimpulkan dengan x ≠ -1
Untuk mencari integral dari fungsi trigonometri perlu diingat kembali tetang turunan
fungsi trigonometri, maka:
−1
¿ ∫ sin ax= cos ax+ c
a
1
¿ ∫ cos ax = sin ax +c
a
Contoh soal :
Bentuk umumnya : ∫ F ¿¿
Misal u = g(x) dan du = g’(x) dx, didapat
Contoh :
6
3. Integral Parsial
Integral parsial atau pengintegralan sebagian berdasar pada turunan suatu fungsi hasil
kali. Disebut Integral Parsial, karena sebagian bentuk dilakukan operasi turunan
sebagian operasi Integral.
Bentuk rumus:
7
D. Integral Tertentu
Pengertian atau konsep integral tentu pertama kali dikenalkan oleh Newton dan
Leibniz. Namun pengertian secara lebih modern dikenalkan oleh Riemann.
Integral tentu adalah proses pengintegralan yang digunakan pada aplikasi integral.
Pada beberapa aplikasi integral dikenal istilah batas bawah dan batas atas sebuah integral,
batas inilah yang kemudian menjadi ciri khas sebuah integral dinamakan sebagai integral
tertentu. Sebab berbeda dengan integral tak tentu yang tidak memiliki batas, maka pada
integral tertentu ada sebuah nilai yang harus disubtitusi yang menyebabkan tidak adanya
lagi nilai C (konstanta ) pada setiap hasil integral dan menghasilkan nilai tertentu.
Secara umum integral tentu dari sebuah fungsi dengan batas tertentu dapat
dirumuskan sebagai berikut :
b
b
Jika f kontinu pada [a,b], maka ∫ f ( x ) dx=[F (x )] = F(b)- F(a) dengan F antiturunan
a
a
Contoh :
8
E. Integral Luas Daerah
Misalkan R adalah daerah yang di batasi oleh kurva y=f(x) , garis x=a, dan raris x=b ,
dengan F(x) ≥ 0 pada [a,b] maka luas daerah R adalah sebagai berikut:
b
L( R)=∫ f (x) dx
a
9
Misalnya S adalah daerah yg dibatasi oleh kurva y = f(x) , sumbu x, garis x = a , dan
garis x = b, dengan F(x) ≤ 0 pada [a,b] maka luas daerah S seperti yg telah di bahas
pada subbab sebelumnya adalah sebagai berikut
b
L(S)=−∫ f ( x)dx
a
Misalkan T adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y = f(x), sumbu x, garis x=a, dan
garis x=c, dengan f(x)>= 0 pada [a,b] dan f(x)<=0 pada [b,c], maka luas daerah T
adalah sebagai berikut:
b c
L(S)=∫ f ( x ) dx−∫ f (x) dx
a b
b
L(U )=∫ [f ( x ) −g ( x)]dx
a
Contoh :
10
G. Kegunaan Integral Dalam Kehidupan Sehari – hari
1. Ekonomi
Mencari fungsi asal dari fungsi marginalnya (fungsi turunannya).
Mencari fungsi biaya total.
Mencari fungsi penerimaan total dari fungsi penerimaan marginal.
Mencari fungsi konsumsi dari fungsi konsumsi marginal.
Fungsi tabungan dari fungsi tabungan marginal.
Fungsi kapital dari fungsi investasi.
2. Teknologi
Penggunaan laju tetesan minyak dari tangki untuk menentukan jumlah kebocoran
selama selang waktu tertentu
Penggunaan kecepatan pesawat ulang alik Endeavour untuk menentukan ketinggian
maksimum yang dicapai pada waktu tertentu.
Memecahkan persoaalan yang berkaitan dengan volume, paanjang kurva, perkiraan
populasi, keluaran kardiak, gaya pada bendungan, usaha, surplus konsumen.
3. Fisika
Analisis rangkaian listrik arus AC.
Analisis medan magnet pada kumparan.
Analisis gaya-gaya pada struktur pelengkung.
4. Matematika
11
DAFTAR PUSTAKA
Integral.www.zhettyhully.blogspot.com,
Integral. www.wordpress.com
Integral. https://id.m.wikipedia.org,
Konsep menghitung luas daerah dengan integral. www.terampilmatematika.blogspot.com,
Kegunaan Integral. www.baenoezxavii.wordpress.com,
12