Anda di halaman 1dari 71

Ni

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.

Puji dan syukur di persembahkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga Naskah Matematika Teknik ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabatnya yang telah merintis pertumbuhan dan perkembangan tradisi mencintai,
memahami, menghayati, dan mengamalkan berbagai macam ilmu sesuai dengan tuntunan
Al – Qur’an dan al-Hadits.
Naskah Matematika Teknik ini terdiri dari 4 Bab Materi Perkuliahan, yang terdiri dari
(1) Deret 1; (2) Deret 2; (3) Integral; (4) Aplikasi Integral. Naskah ini dibuat dan disusun
dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Matematika Teknik dan dengan usaha maksimal
juga atas bantuan dari berbagai pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk menyelesaikan naskah ini. Oleh karenanya saya sampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah ikut serta dalam menyelesaikan
naskah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari masih banyak kekurangan dalam naskah
yang saya buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang tidak saya
sadari. Oleh karenanya saya sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai sarana perbaikan
yang lebih baik. Dan semoga naskah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas perhatiannya.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Makassar, April 2023

Penulis

Nii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I DERET 1 .......................................................................................................... 1
A. Barisan dan Deret .............................................................................................. 1
B. Pengertian Deretan Aritmetika ........................................................................... 4
C. Barisan dan Deret Aritmetika............................................................................. 6
D. Deret Aritmetika ( Deret Hitung), disingkat DA............................................... 11
BAB II DERET 2....................................................................................................... 21
A. Deret Pangkat .................................................................................................. 21
B. Deret Maclaurin ............................................................................................... 24
C. Deret-Deret Standar ......................................................................................... 28
D. Deret Binomial ................................................................................................ 28
E. Nilai-nilai Aproksimasi.................................................................................... 29
F. Nilai-Nilai Limit Bentuk Tak-tentu .................................................................. 30
G. Aturan L’Hospital Untuk Mencari Nilai Limit ................................................. 31
BAB III INTEGRAL ................................................................................................. 33
A. Sejarah Integral ............................................................................................... 33
B. Pengertian Integral........................................................................................... 35
C. Integral Tak Tentu ........................................................................................... 35
D. Integral Tertentu .............................................................................................. 39
E. Integral Luas Daerah ....................................................................................... 40
F. Volume Benda Putar ........................................................................................ 42
G. Kegunaan Integral Dalam Kehidupan Sehari-hari ............................................ 42
BAB IV APLIKASI INTEGRAL ............................................................................. 44
A. Definisi Integral............................................................................................... 44
B. Aplikasi Integral Dalam Teknik ....................................................................... 44
C. Beberapa Aplikasi Integral .............................................................................. 49
D. Metode yang Digunakan .................................................................................. 52
E. Aplikasi Integral yang sangat Berguna Dalam Kehidupan sehari-hari .............. 54

Niii
F. Aplikasi Integral di Bidang Studi Lain ............................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 60


LAMPIRAN .............................................................................................................. 61

Niv
BAB I
Barisan dan Deret
A. Barisan

Barisan adalah suatu set kuantitas, u1,u2,u3,..., yang dinyatakan dalam suatu urut tertentu
dan setiap sukunya terbentuk menurut pola tertentu, dengan kata lain ur = f (r);
Contoh:
1, 3, 5, 7,...adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 9).
2, 6, 28, 54,… adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 162).
1²,-2², 3², -4²,… adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 5²)

Selain itu, 1, -5, 37, 6, … juga suatu barisan, tetapi polanya lebih rumit karena suku
berikutnya tidak bisa diketahui secara langsung.
Barisan berhingga hanya mengandung suku-suku yang berhingga banyaknya.
Barisan tak berhingga tidak mempunyai suku terakhir. Jadi yang manakah di antara barisan-
barisan berikut yang merupakan barisan berhingga:
(a) Semua bilangan asli, yaitu 1, 2, 3,…dst.
(b) Nomor-nomor halaman dari sebuah buku.
(c) Nomor-nomor telepon dalam buku telepon.

B. Deret

Suatu deret dibentuk oleh jumlah dari suku-suku suatu barisan.


contoh 1, 3, 5, 7,…adalah suatu barisan.
tetapi 1+3+5+7+... adalah suatu deret.
Kita akan menyatakan suku-suku suatu deret sebagai berikut:
u1 menyatakan suku pertama, u2, suku kedua, u3, suku ketiga, dst, sehingga
urutakan menyatakan suku ke-r dan , menyatakan suku ke (r+ 1), dst.
Selain itu, jumlah dari 5 suku pertama akan dinyatakan oleh S5.
Jadi jumlah dari suku pertama akan dinyatakan oleh….

N1
Anda mungkin sudah mengenal dua jenis deret khusus yang sering digunakan. Deret-
deret ini adalah (a) deret aritmetik dan (b) deret geometrik. Namun demikian, sebagai revisi
mengenai kedua deret ini, pertama-tama kita akan mengulang kembali hasil-hasil penting
yang berhubungan dengan kedua deret ini.

Barisan dan Deret Aritmatika

A. Pengertian Barisan Aritmatika

Barisan aritmatika adalah suatu baris di mana nilai pada masing-masing sukunya
diperoleh dari suku sebelumnya lewat penjumlahan atau pengurangan dengan suatu
bilangan b.
Lebih lanjut, selisih antara nilai suku-suku saling berdekatan dan selalu sama, yakni b.
Misalnya:
Un – U(n-1) = b
Sebagai contoh baris 1, 3, 5, 7, 9, merupakan baris aritmatika dengan nilai:
b = (9 – 7) = (7 – 5) = (5 – 3) = (3 – 1) = 2
1. Rumus Barisan Aritmatika

Usai membahas pengertian singkat dari barisan dan deret aritmatika, pahami uraian
tentang rumusnya berikut ini,
Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan aritmetika:
Un = a + (n – 1) b atau Un = Un-1 + b
Selain mencari rumus suku ke-n, adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai tengah
dari sebuah barisan aritmatika, yakni:
Ut = ½ (a + Un)
Keterangan:
Un = suku ke-n
a = U1
Un-1 = suku sebelum suku ke-n
b = beda
2. Contoh Soal Barisan Aritmatika
1. Suku ke-40 daribarisan 7, 5, 3, 1, … adalah …

Diketahui:

N2
a=7
b = -2
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b
U40 = 7 + (40-1)(-2)
= 7 + 39 . (-2)
= 7 + (-78)
= – 71
Jadi, suku ke-40 barisan aritmatika tersebut adalah –71.

2. Dalam suatu gedung pertunjukkan disusun kursi dengan baris paling depan terdiri dari 12
kursi, baris keduaberisi 14 kursi, baris ketiga berisi 16 kursi, dan seterusnya. Banyaknya
kursi pada baris ke-20 adalah …

Diketahui:
a = 12
b=2
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b
U20 = 12 + (20-1)2
= 12 + (9)2
= 12 + 38
= 50
Jadi, banyaknyakursi pada baris ke-20 adalah 50 kursi.

3. Seorang pegawai kecil menerima gaji tahun pertama sebesar Rp3.000.000,00. Setiap tahun
gaji tersebut naik Rp500.000,00. Jumlah uang yang diterima pegawai tersebut selama
sepuluh tahun adalah...

Diketahui:
Gaji pertama = a = Rp3.000.000,00
Kenaikan gaji tiap tahun = b = Rp.500.000
Gaji tahun kesepuluh = U10
Jumlah gaji selama sepuluh tahun = S10

N3
Jawaban:
Un = a + (n - 1)b
U10 = 3.000.000 + (10 - 1)500.000
= 3.000.000 + (9 × 500.000)
= 3.000.000 + 4.500.000
= 7.500.000
Jadi, gaji pegawai yang didapatkan pada tahun kesepuluh adalah sebesar Rp7.500.000,00

B. Pengertian Deretan Aritmatika

Deret aritmatika adalah suatu penjumlahan antar suku-suku dari sebuah barisan
aritmatika. Untuk penjumlahan dari suku-suku pertama hingga suku ke-n barisan aritmatika
tersebut bisa dihitung sebagai:
Sn = U1 + U2 + U3 + …. + U(n-1)
atau
Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + …. + (a + (n – 2)b) + (a + (n – 1)b)
Apabila yang diketahui hanya nilai a, suku pertama serta nilainya merupakan suku
ke-n, jadi nilai deret aritmatikanya adalah:
Sn = n/2(a + Un)

1. Rumus Dereta nAritmatika

Apabila dilihat secara sekilas, deret aritmatika memiliki komponen rumus yang
sama dengan barisan aritmatika. Pembedanya adalah rumus barisan aritmatika digunakan
untuk mencari suku yang diinginkan, sedangkan deret aritmatika mencari penjumlahan dari
suku-suku tersebut.
Untuk lebih jelasnya, berikut rumus deret aritmatika, yakni:
Sn = n/2 (a + Un) = n/2(2a + (n – 1)b)
Berdasarkan rumus tersebut, dapat ditemukan suku ke-n dengan cara berikut ini, yaitu:
Un = Sn – Sn-1
Keterangan:
Un = suku ke-n
a = U1
Un-1 = suku sebelum suku ke-n

N4
b = beda

2. Contoh Soal Deretan Aritmatika


1. Suatu bentuk deret aritmatika adalah 5, 15, 25, 35, …. Berapakah jumlah 10 suku
pertama dari deret aritmatika tersebut?

Diketahui:
n = 10
U1 = a = 5
b = 15 – 5 = 25 – 15 = 10
Jawaban:
Sn = (2a + (n-1) b )
S10 = ( 2. 5 + (10 -1) 10)
= 5 ( 10 + 9.10)
= 5 x 100 = 500
Jadi, jumlah S10 dalam deret aritmatika tersebut, yakni 500.

2. Diketahui suatu deret aritmetika dengan suku pertamanya adalah 10 dan suku ke-enam
adalah 20. Lalu, tentukan:
a. Beda deret aritmetika tersebut.
b. Tuliskan deret aritmetika tersebut.
c. Jumlah enam suku pertama deret aritmetika tersebut.

Jawaban:
Beda deret aritmatika tersebut:
Un = a + ( n-1) b
U6 = a + ( 6-1 ) b
20 = 10 + (5) b
B = 10/5 = 2
Jadi, beda deret aritmatika tersebut adalah 2.
Deret aritmatikanya adalah:
10 + 12 + 14 + 16 + 18 + 20 +…+ Un
Jumlah suku ke-enam, S6 adalah:

N5
Sn = n/2 ( 2a + ( n-1 ) b)
S6 = 6/2 (2.10 + (6-1) 2)
= 3 (20+10)
= 90
Jadi, jumlah Suku ke-enam deret tersebut adalah 90.

3. Hitunglah jumlah nilai suku ke-4 (S4) deret aritmatika apabila terdapat angka : 4, 8,16,..?

Diketahui:
a=4
b = 8-4 = 4
n=4
Jawaban:
Un = a + (n-1) b
Un = 4 + (4-1)4
Un = 4 + 12
Un = 16
Lantas, berapa jumlah Sn?
Sn = 1/2 n ( a + Un )
S4 = 1/2 .4 (4 +16)
S4 = 4/2 (20)
S4 = 40
Jadi, jumlah nilai suku ke-5 pada deret aritmatika adalah 40.
C. Barisan dan Deret Aritmetika

Misalkan seorang pedagang pada hari pertama jualan memperoleh untung sebesar
Rp 10.000,-. Setiap harinya, untung yang diperoleh bertambah sebesar Rp 2000,-. Sehingga
untung yang diperoleh pedagang tersebut dapat dituliskan dalam sebuah barisan artimetika
berikut:
Rp 10.000, Rp 12.000, Rp 14.000, Rp 16.000, …
Barisan aritmetika merupakan barisan bilangan yang memiliki beda atau selisih tetap
antara dua suku yang berurutan.
ContohBarisanAritmetika:

N6
Rumus untuk menentukan suku ke-n dari barisan aritmetika:

Rumus untuk mencari beda pada barisan aritmetika:

Berbeda dengan barisan, deret merupakan hasil penjumlahan pada barisan aritmetika.
Namun, deret tidak selalu menjumlahkan keseluruhan suku dalam suatu barisan. Rumus deret
hanya menjumlahkan barisan aritmetikanya hanya sampai suku yang diperintahkan saja.
Contoh deret aritmetika:
2 + 4 + 6 + 8 + 10 + …
24 + 20 + 16 + 12 + …
Rumus jumlah n suku pertama deret aritmetika:

N7
Contoh :
Diketahui sebuah barisan aritmetika 15, 19, 23, 27, 31, … .
a. Tentukan suku ke 25!
b. Tentukan 10 suku pertama!
Pembahasan :

Barisan Aritmetika Selisih dua suku yang berurutan disebut beda (b)
Rumus :
b = U2 – U1 b = U3 – U2 → b = U4 – U3 dst
Jika suku pertama = a dan beda = b, maka secara umum barisan Aritmetika tersebut adalah:
U1 U2 U3 U4 Un a, a + b, a + 2b, a + 3b, ………………………….. a + (n-1)b
Jadi rumus suku ke-n barisan aritmetika adalah Dengan :
Un = Suku ke-

N8
a = Suku pertama
b = beda atau selisih
1. Diketahui barisan Aritmetika : 2, 6, 10, …. Tentukan suku ke-14 Contoh 1: b = Un – Un-1
Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang selisih antara dua suku yang berurutan
sama atau tetap.
Contoh :
a) 3, 8, 13, 18, …. (selisih/beda = 8 – 3 = 13 – 8 = 18 – 13 = 5 )
b) 10, 7, 4, 1, …. (selisih/beda = 7 – 10 = 4 – 7 = 1 – 4 = – 3) c) 2, 4, 6, 8, ….
(selisih/beda= 4 – 2 = 6 – 4 = 8 – 6 = 2) d) 25, 15, 5, –5, …. (selisih/beda = 15 – 25 = 5 –
15 = –5 – 5 = –10)
2. Diketahui suatu barisan Aritmetika dengan U2 = 7 dan U6 = 19, tentukan :
a) Beda
b) Suku pertama
c) Suku ke-41

Pembahasan :
a) Beda U6 = a + 5 b = 19 U2 = a + 1 b = 7 4 b = 12 b = 3
b) Suku pertama U2 = a + 1 b = 7 ⇔ a + 1 (3) = 7 ⇔ a + 3 = 7 ⇔ a = 7 – 3 ⇔ a = 4
c) Suku ke-41 U41 = a + 40 b = 4 + 40(3) = 4 + 120cc = 124

3. Pada suatu barisan Aritmetika diketahui U8 = 24 dan U10 = 30.


Tentukan :
a) Beda dan suku pertamanya
b) Suku ke-12
c) 6 suku yang pertama
Pembahasan :
a) U10 = a + 9b = 30 U8 = a + 7b = 24 2b = 6 b = 3 U8 = a + 7b = 24 ⇔ a + 7(3) = 24
⇔ a + 21 = 24 ⇔ a = 3 Jadi didapat beda = 3 dan suku pertama = 3
b) Un = a + (n – 1) b U12 = 3 + (12 – 1)3 U12 = 3 + 11 . 3 U12 = 36
c) Enam suku yang pertama adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18 Subsitusi nilai 𝑎 dan 𝑏 untuk
mencari 𝑈12 Pada tahun pertama sebuah butik memproduksi 400 steljas Setiap tahun

N9
rata-rata produksinya bertambah 25 steljas Berapakah banyaknya steljas yang
diproduksi pada tahun ke-5 ? Contoh 5: Subsitusi nilai 𝑎, 𝑏 dan 𝑛 untuk mencari 𝑈10
Subsitusi nilai 𝑎 dan 𝑏 untuk mencari rumus 𝑈𝑛 3. Eliminasi 𝑈10 dan 𝑈8 Pada suatu
barisan Aritmetika diketahui U8 = 24 dan U10 = 30.

3. Aritmetika Deret Aritmetika adalah jumlah dari seluruh suku-suku pada barisan
aritmetika. Jika barisan aritmetikanya adalah U1, U2, U3, …., Un maka deret aritmetikanya
U1+ U2+ U3+ ….+ Un dan dilambangkan dengan Sn Sn = U1 + U2 + U3 + … + Un Sn = a +
(a + b) + (a + 2b) + … + (Un – 2b) + (Un – b) + Un Sn = Un + (Un – b) + (Un – 2b) + ….+ (a
+ 2b) + (a + b) + a 2 Sn = (a + Un) + (a + Un) + (a + Un) + …. + (a + Un) + (a + Un) + (a +
Un)  n suku 2 Sn = n (a + Un) Karena Un = a + (n – 1) b
Maka jika disubstitusikan kerumus menjadi Sn = 1 2 n (a + a + (n – 1) b ) Sn = 1 2 n (2a + (n
– 1)b )

Keterangan :
Sn = Jumlah n suku pertama deret aritmetika
Un = Suku ke-n deret aritmetika
a = sukupertama
b = beda
n = banyaknyasuku

Untuk menentukan suku ke-n selain menggunakan rumus


Un = a + (n – 1)b
dapat juga digunakan rumus yang lain yaitu :
Sn = 𝟏𝟐 n (a + Un) Sn = 𝟏𝟐 n (2a + (n – 1)b ) Un = Sn – Sn–1
1. Tentukan jumlah 20 suku pertama deret 3 + 7 + 11 +…
Pembahasan :Mencari beda dengan mengurangi suku setelah dengan suku sebelumnya dan
dapat dituliskan sebagi berikut:
𝑏 = 𝑈𝑛 − 𝑈𝑛−1 𝑏 = 𝑈2 − 𝑈1 𝑏 = 7 − 3 𝑏 = 4

Selanjutnya subsitusi
𝑏 = 4 untuk mencari𝑆20
Sn = 1 2 n (2a + (n – 1)b )

N10
Sn = 1 2 . 20 (2 . 3 + (20 – 1)4 )
Sn = 10 (6 + 19 . 4 )
Sn = 10 (6 + 76)
Sn = 10 (82)
Sn = 820
Jadi, jumlah 20 suku pertama adalah 820

D. Deret Aritmetika atau (Deret Hitung), disingkat DA

Contoh dari suatu DA adalah deret:


2 + 5 + 8+ 11 + 14 + …
Anda akan melihat bahwa setiap suku dapat ditulis berdasarkan suku sebelumnya cukup
dengan menambahkan suatu nilai konstan sebesar 3. Penambahan yang konstan ini disebut
beda dan dapat dicari dengan cara mengurangi suatu suku dengan suku sebelumnya.

Contohnya 11 – 8 = 3; 5 – 2 = 3; dst.
Dengan demikian deret aritmetik umum
dapat ditulis:

Sebagai pemanasan, carilah jumlah 20 suku pertama dari deret:


10+6+2-2-6… dst.

Berikut ini adalah contoh yang lain:


Jika suku ke-7 dari suatu DA adalah 22 dan
sukuk e-12 adalah 37, tentukanlah deretnya.

Kita tahu bahwa suku ke-7 = 22 dan suku


ke-12 =37
Jadi deretnya adalah 4 + 7 + 10 + 13 + 16 +…dst.
Ini adalah satu contoh lagi untuk Anda kerjakan:

N11
Suku ke-6 dari suatu DA adalah -5 dan suku ke-10 adalah -21. Carilah jumlah 30 suku
pertama dari DA tersebut.

E. Deret Geometrik atau (Deret Ukur) disingkat dengan DG

N12
Deret Pangkat
Deret pangkat merupakan suatu deret tak hingga yang berbentuk

l
Keterangan :

𝑧 : merupakan peubah kompleks

𝑎𝑛 : (𝑎0, 𝑎1, 𝑎2, … 𝑎𝑛) merupakan koefisien suku k-n

𝑐 : merupakan konstanta

Dan c adalah bilangan kompleks sembarang yang dinamakan pusar


( center) deret, atau sering di sebut sebagai deret taylor dari suatu
fungsi.

Dengan rumus :

∑ 𝑎𝑛(𝑎𝑛)𝑛 = 𝑎0 + 𝑎1(𝑧 − 𝑐) + 𝑎2(𝑧 − 𝑐)2 + ⋯ 𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)𝑛 + ⋯


𝑛=0

Pada materi ini dan materi seterusnya kita akan menemukan


beberapa soal yang berkaitan dengan fungsi-fungsi diatas. Yang
akan berkaitan juga dengan jajri-jari konvergensi deret pangkat.
Atau dengan sebutan lain yaitu lingkaran konvergensi(Jurnal 3
(1).Pdf, n.d.).
Konsep dasar dari konvergensi deret pangkat secara sederhana
sering di definisikan sebagai berikut :

∑∞
𝑛=0 𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)
𝑛

Dapat di definisikan sebagai


konvergensi pada suatu titik
𝑧 = 𝑧0
jika dan hanya dika deret

∑ 𝑎𝑛(𝑧0 − 𝑐)𝑛
𝑛=0

Catatan :

Misalkan pada deret berikut :


∑ 𝑎𝑛(𝑧 − 𝑐)𝑛
𝑛=0

Jika pada deret diatas konvergen pada setiap titik disuatu himpunan
S , akan di nyatakan sebagai deret konvergen pada S ,dan jika
N13S.
divergen pada S maka di titik S dikatakan bahwa divergen
Contoh soal 1:

Misalkan Diketahui deret pangkat berikut dibawah ini:


𝑧𝑛
∑ 2
𝑛
𝑛=1

Dijawab:
a. Pada titik 𝑧 = i dimana kita telah mendapatkan deret yaitu

i𝑛
∑ 2
𝑛
𝑛=1

Dan dapat kita nyatakan sebagai konvergen mutlak karena


deret−𝑝 maka konvergen, dan dapat dinyatakan konvergen bahwa deret pangkan yang
diketahui pada 𝑧 = i.

b. Pada 𝑧 = 3 dimana kita telah menapatkan deret yakni


3𝑛
∑ 2
𝑛
𝑛=1

Pada deret ini kita menggunakan tes rasio, karena di dapatkan divergen, maka deret

N14
pangkat yang diketahui divergen pada 𝑧 = 3. Misalkan saja jika deret tersebut dikatakan
konvergen kita perhatikan pada cakram satuan tertutu p dimana |𝑧| ≤ 1 dan divergen
untuk semua z yang sama.

Pada pembahasan selanjutnya kita akan membahan deret pangkat secara sistematis
dengan menyelediki kasus soal dengan konvergen atau divergen.

Deret Tak Hingga

N15
N16
N17
Deret Konvergen dan Divergen
Kita telah membahas bahwa ada deret tak terhingga yang mempunyai jumlah
terhingga, tetapi ada pula yang jumlahnya tak terhingga. Jika sebuah deret tak terhingga
mempunyai jumlah tertentu, maka deret itu disebut deret konvergen, sedang kebalikannya
disebut deret divergen. Adalah sangat penting untuk mengetahui apakah suatu deret itu
konvergen atau divergen. Beberapa hal membingungkan akan dijumpai bila kita
mengaplikasikan aljabar ordiner ke dalam deret divergen. Untuk itu perhatikan kasus berikut:
Jika:
S = 1 + 2 + 4 + 16 + . . . ,
maka: 2S = 2 + 4 + 16 + . . . = S  1

N18
Sehingga:
S = 1
Tampak bahwa deret S (4.1) tersebut telah menjungkirbalikkan logika aljabar. Hal-hal ini
akan banyak terjadi, manakala seseorang tidak berhati-hati dan cukup paham terhadap deret
tak terhingga.
Selanjutnya marilah kita amati deret berikut. Mungkin anda tidak dapat menerima
bahwa deret:
1 1 1
1 + 2+ 3+ 4. ..,
adalah divergen, sedang deret:
1 1 1
1 2+ 34. ..,
adalah konvergen; padahal memang ya. Agar kebingungan ini tidak berlarut-larut maka kita
harus mengetahui cara men-tes konvergensi. Tetapi sebelum itu, marilah kita membahas
kembali definisi konvergensi secara lebih teliti. Untuk itu marilah kita lihat deret bersuku an
berikut:
a1 + a2 + a3 + . . . + an + . . . ,
Ingat bahwa arti titik-titik pada deret itu adalah menunjukkan bahwa suku terakhir itu tidak
ada; deret terus berlanjut tanpa henti. Sekarang, anggaplah bahwa S n merupakan jumlah dari
suku pertama sampai suku ke n, sehingga dapat dinyatakan bahwa:
Sn = S1
S2 = S1 + S2
S3 = S1 + S2 + S3
. . .
Sn = S1 + S2 + S3 + . . . + S n
Masing-masing Sn disebut jumlah parsial yaitu jumlah dari n suku pertama dari deret itu.
Harga n dapat berupa sembarang bilangan bulat; dengan demikian untuk setiap harga n , S n
berhenti pada suku ke n. (Karena Sn bukan deret tak terhingga maka tidak ada masalah ke-
konvegensi-an dalam hal ini ). Makin besar harga n, makin besar pula harga Sn, tanpa ada
batas. Deret dapat pula terosilasi sebagaimana dalam deret 1  2 + 3  4 . . . ( yang jumlah

N19
parsialnya adalah 1 ; 1; +2 ; 3, . . .). Deret bahkan dapat pula berbentuk lebih komplikated.
Salah satu kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa setelah sampai suku ke sekian,
harga Sn-nya tidak begitu berbeda antara Sn dengan Sn berikutnya; ini terjadi jika pada suku
tertentu dan seterusnya harga Sn sangat kecil. Pada akhirnya harga Sn akan semakin
mendekati harga limit tertentu yang kita sebut S, sehingga:
lim S n  S
n 

Jika terjadi hal seperti itu ( yaitu Sn semakin mendekati harga S ) maka kita membuat
definisi-definisi sebagai berikut:
a. Jika jumlah parsial Sn dari sebuah deret tak terhingga cenderung mendekati limit S, maka
deret disebut konvergen, dan kebalikannya disebut divergen.
b. Nilai limit S disebut jumlah deret.
c. Harga perbedaan Rn = S  Sn disebut remainder. Dari (4.6) kita dapat lihat bahwa:
lim R n  lim S  S n 
n  n  =0

N20
BAB II
A. DERET PANGKAT

Kita telah melihat betapa pentingnya mengetahui sifat-sifat konvergensi dari deret
tak-hingga yang akan kita gunakan dan memahami syarat-syarat dimana deret tersebut akan
valid.
Sering kali kita lebih mudah apabila kita menyatakan suatu fungsi sebagai suatu deret
yang suku-sukunya adalah pangkat-pangkat dari variabelnya yang disusun secara menaik
(ascending). Sebenarnya, ini cara computer mencari nilai dari sinus suatu sudut. Alih-alih
menyimpan seluruh table matematisnya, computer menjumlahkan suku-suku dari deret yang
menyatakan sinus suatu sudut.
Misalkan kita ingin menyatakan sin x sebagai suatu deret yang terdiri dari pangkat-
pangkat x yang tersusun menaik. Deretnya akan berbentuk :
sin 𝑥 = 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑐𝑥 2 + 𝑑𝑥 3 + 𝑒𝑥 4 + ⋯

Di mana a, b, c dan seterusnya adalah koefisien-koefisien konstan, yaitu faktor-faktor


numerik yang sejenis. Perhatikan bahwa kita menggunakan tanda "ekuivalen" dan bukan
tanda "sama dengan" yang biasa. Pemyataan di atas bukanlah sebuah persamaan: pernyataan
di atas adalah sebuah identitas. Ruas kanan tidaklah sama dengan ruas kiri: ruas kanan
adalah ruas kiri yang dinyatakan dalam bentuk lain dan dengan demikian pernyataan tersebut
akan benar untuk sembarang nilai x yang ingin kita masnkkan.Dapatkah Anda menentukan
pemyataan mana yang merupakan identitas ?
(𝒙 + 𝟒)𝟐 = 𝟑𝒙𝟐 − 𝟐𝒙 + 𝟏
(𝟐𝒙 + 𝟏)𝟐 = 𝟒𝒙𝟐 + 𝟒𝒙 − 𝟑
(𝒙 + 𝟐)𝟐 = 𝒙𝟐 + 𝟒𝒙 + 𝟒

(𝒙 + 𝟐)𝟐 = 𝒙𝟐 + 𝟒𝒙 + 𝟒

N21
Benar. Ini adalah satu-satunya identitas dari ketiga penyataan di atas, karena hanya
pemyataan ini saja yang ruas kanannya adalah ruas kiri yang dituliskan dalam bentuk lain.
Sekarang kita kembali ke deret kita:
sin 𝑥 ≡ 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑐𝑥 2 + 𝑑𝑥 3 + 𝑒𝑥 4 + ⋯
Untuk menentukan deretnya, kita harus mencari nilai-nilai dari koefisien konstanta
a,b,c, d, dan seterusnya.
Misalkan kita substitusikan x = 0 pada kedua ruas:
Maka sin 0 ≡ 𝑎 + 0 + 0 + 0 + 0 + ⋯
dan karena sin 0 = 0, maka kita langsung memperoleh nilai a.
a = .............

a=0

Sekarang dapatkah kita mensubstitusikan suatu nilai untuk x, yang akan membuat
semua suku hilang terkecuali suku kedua? Jika ya, k:ita akan dapat mencari nilai b. Tetapi
sayangnya kita tidak dapat menemukan nilai ini, lantas apa langkah kita selanjutnya?
Berikut ini adalah deretnya sekali lagi:
sin 𝑥 ≡ 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑐𝑥 2 + 𝑑𝑥 3 + 𝑒𝑥 4 + ⋯
clan sampai di sini kita tahu bahwa a = 0.
Kunci dari keseluruhan masalah ini adalah:
Diferensiasikan kedua ruas terhadap x
Di roas kiri, kita peroleh cos x.
Di roas kanan suku-sukunya adalah pangkat-pangkat dari x, sehingga kita peroleh
cos 𝑥 ≡ ...............

cos 𝑥 ≡ 𝑏 + 𝑐. 2𝑥 + 𝑑. 3𝑥 2 + 𝑐. 4𝑥 3 + ⋯

Ini masih tetap sebuah identitas, jadi kita masih dapat mensubstitusikan sembarang
nilaix ke dalamnya.
Perhatikan bahwa sekarang a telah hilang dari identitas tersebut dan suku konstanta
di awal identitas tersebut berubah menjadi b.
Jadi apa yang akan Anda substitusikan ke dalam identitas ini agar semua
suku-sukunya hilang kecuali suku yang pertama?
Kita substitusikanx = . . . . . . . . . . . . lagi.

N22
Subtitusikan x = 0 lagi

Benar: karena semua suku-sukunya akan hilang kecuali suku yang pertama dan dengan
demilkian kita dapat mencari b.
cos 𝑥 ≡ 𝑏 + 𝑐. 2𝑥 + 𝑑. 3𝑥 2 + 𝑐. 4𝑥 3 + ⋯
Subtitusikan x = 0
∴ cos 0 = 1= b + 0 + 0 + 0 + 0 + . . . ∴b=1
Sampai di sini semuanya lancar. Kita telah memperoleh nilai a dan nilai b. Untu mencari c
dan ddan yang Iainnya, kita cukup mengulangi proses tersebut berkali-kalisecara berurutan.
diferensiasikan kedua ruas terhadap x dan substitusikan ........

Subtitusikan x = 0

Sebingga kita akan memperoleh identitas-identitas berikut, dari permulaan:


sin 𝑥 ≡ 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑐𝑥 2 + 𝑑𝑥 3 + 𝑒𝑥 4 + 𝑓𝑥 5 + ⋯
Subtitusikan x = 0. ∴ sin 0 = a + 0 + 0 + 0 + ... ∴a=0
Diferensiasikan cos 𝑥 = 𝑏 + 𝑐. 2𝑥 + 𝑑. 3𝑥 2 + 𝑒. 4𝑥 3 + 𝑓. 5𝑥 4 + ⋯
Subtitusi x = 0 ∴ cos 0 = 1 + b +0+0+0+... ∴ b =1
Diferensiasikan −sin 𝑥 = 𝑐. 2 + 𝑑. 3.2𝑥 + 𝑒. 4.3𝑥 2 + 𝑓. 5.4𝑥 3 + ⋯
Subtitusi x = 0 ∴ - sin 0 = 0 = c.2 +0+0+0+... ∴ c= 0
Diferensiasikan −cos 𝑥 = 𝑑. 3.2.1 + 𝑒. 4.3.2𝑥 + 𝑓. 5.4.3𝑥 2 + ⋯
1
Subtitusi x = 0 ∴ - cos 0 = -1 = d.3! +0+0+... ∴ c = -3!

Diferensiasikan sin 𝑥 = 𝑒. 4.3.2.1 + 𝑓. 5.4.3.2𝑥 + ⋯


Subtitusi x = 0 ∴sin 0 = 0 = e.4! +0+0+... ∴e=0
Diferensiasikan cos 𝑥 = 𝑓. 5.4.3.2.1 + ⋯
1
Subtitusi x = 0 ∴cos 0 =1 =f.5! +0+0+... ∴ c = - 5!

Dan seterusnya .
Yang masih harus dilakukan adalah mensubstitusikan nilai koefisien-koefisien ini
kedalam deret semula.
1 3 1
sin 𝑥 ≡ 0 + 1. 𝑥 + 0. 𝑥 2 + − 𝑥 + 0. 𝑥 4 + 𝑥 5
3! 5!
𝑥3 𝑥5
Maka sin 𝑥 ≡ 𝑥 − + −⋯
3! 5!

N23
Sekarang kita telah memperoleh beberapa suku pertama dari suatu deret tak-berhingga
yangmenyatakan fungsi sin x, dan Anda dapat melibat bagaimana kecendenmgan suku-suku
selanjutnya.
Tuliskan enam suku pertama dari deret untuk sin x.

𝑥 3 𝑥 5 𝑥 7 𝑥 9 𝑥11
sin 𝑥 = 𝑥 − + − + −
3! 5! 7! 9! 11!
Asalkan kita dapat mendiferensiasi suatu fungsi berkali-kali, dan mendapatkan nilai-
nilai turunannya ketika kita mensubstitusikan x = 0, maka dengan metode ini kita dapat
menyatakan sembarang fungsi sebagai deret dari pangkat-pangkat x yang semakin besar.
Akan tetapi, metode ini akan sangat panjang apabila ditulis, oleh karena itu sekarang
kita buat saja sebuah bentuk umum untuk deret seperti ini, yang dapat digunakan untuk
sebagian besar fungsi dengan cara yang jauh lebih mudah. Deret umum ini dikenal sebagai
deret Maclaurin

B. DERET MACLAURIN

Untuk membentuk deret ini, kita ulangi lagi proses dari contoh sebelumya, tetapi kali
ini kita gunakan suatu fungsi umum, f(x), sebagai ganti sin x, Turunan pertama darif(x) akan
ditulis sebagaif’(x); turunan kedua denganf”(.,); turunan ketiga denganf’’’(x); dan seterusnya.
Berikut ini adalah prosesnya:
Misalkan 𝑓(𝑥) = 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑐𝑥 2 + 𝑑𝑥 3 + 𝑒𝑥 4 + 𝑓𝑥 5 + ⋯

Subtitusikan x = 0, maka 𝑓 (0) = 𝑎 + 0 + 0 + 0 + ⋯


∴ 𝑎 = 𝑓(0)
Maka a = nilai dari fungsi untuk x sama dengan 0
Diferensiasikan: 𝑓 ′ (𝑥) = 𝑏 + 𝑐. 2𝑥 + 𝑑. 3𝑥 2 + 𝑒. 4𝑥 3 + 𝑓. 5𝑥 4 + ⋯
Subtitusikan x = 0 ∴ 𝑓 ′ (0) = 𝑏 + 0 + 0 + ⋯
∴ 𝑏 = 𝑓′(0)
Diferensiasikan 𝑓 ′′ (𝑥 ) = 𝑐. 2.1 + 𝑑. 3.2𝑥 + 𝑒. 4.3𝑥 2 + 𝑓. 5.4𝑥 3 + ⋯
Subtitusikan x = 0 ∴ 𝑓 ′′ (0) = 𝑐. 2! + 0 + 0 + ⋯
𝑓 ′′ (0)
∴𝑐=
2!

N24
𝑑
Sekarang lanjutkan dan carilah d dan e, sambil mengingat bahwa kita menyatakan 𝑑𝑥 {𝑓 ′′ (𝑥 )}
𝑑
dengan 𝑓′′′(𝑥) dan 𝑑𝑥 {𝑓 ′′′ (𝑥 )} dengan 𝑓 𝑖𝑣 (𝑥)

Jadi, d = . . . . . . . . . . . . dan e = . . . . . . . . . . . . .

𝑓"′(0) 𝑓 𝑖𝑣 (0)
𝑑= ; 𝑒=
3! 4!

Berikut ini adalah pengerjaannya. Kita telah memperoleh :


𝑓 ′′′ (𝑥 ) = 𝑐. 2.1 + 𝑑. 3.2𝑥 + 𝑒. 4.3𝑥 2 + 𝑓. 5.4𝑥 3 + ⋯
Diferensiasikan ∴ 𝑓 ′′′ (𝑥 ) = 𝑑. 3.2.1 + 𝑒. 4.3.2𝑥 + 𝑓. 5.4.3𝑥 2 + ⋯
Subtitusikan x = 0 ∴ 𝑓 ′′′ (0) = 𝑑. 3! + 0 + 0 + ⋯
𝑓 ′′′ (0)
∴𝑑=
3!
Diderensiasikan ∴ 𝑓 𝑖𝑣 (𝑥) = 𝑒. 4.3.2.1 + 𝑓. 5.3.2𝑥 + ⋯
Subtitusikan x = 0 ∴ 𝑓 𝑖𝑣 (0) = 𝑒. 4! + 0 + 0 + ⋯
𝑓 𝑖𝑣 (0)
∴𝑒=
4!
𝑓"(0) 𝑓′′′(0) 𝑓𝑖𝑣 (0)
Dan seterusnya, jadi 𝑎 = 𝑓(0): 𝑏 = 𝑓 ′ (0); 𝑐 = :𝑑 = :𝑒 = :…
2! 3! 4!

Sekarang, dengan cara yang sama seperti yang telah kita lakukan pada deret untuk
fungsi sin x, kita substitusikan pernyataan-pernyataan untuk a, b, c, dan seterusnya ke dalam
deret semula clan akan kita peroleh:
f (x) = . . . . . . . . . . . . . . . . .

𝑓"(0) 2 𝑓 ,,, (0) 3


𝑓(𝑥) = 𝑓 (0) + 𝑓 ′ (0). 𝑥 + .𝑥 + .𝑥 + ⋯
2! 3!

dan ini biasanya ditulis sebagai


𝑥2 𝑥3
𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (0) + 𝑥. 𝑓 ′ (0) + . 𝑓"(0) + . 𝑓′′′(0) + ⋯
2! 3!
Ini adalahderet Maclaurin dan deret ini sangat penting!
Perhatikan betapa rapinya setiap suku dalam deret ini.
Suku𝑥 2 dibagi 2! dan dikalikan f"(0)

N25
Suku𝑥 3 dibagi 3! dan dikalikan f'" (0)
Suku𝑥 4 dibagi 4! dan dikalikan𝑓 𝑖𝑣 (0)
Salinlah deret ini ke dalam buku catatan Anda untuk referensi di kemudian hari.
𝑥2
′(
𝑥3
𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (0) + 𝑥. 𝑓 0) + . 𝑓"(0) + . 𝑓′′′(0) + ⋯
2! 3!
Sekarang kita akan menggunakan deret Maclaurin untuk mencari deret untuk sinh x
kita harus mencari turunan-turunan sinh x secara berurutan dan mensubstitusikan x = 0 ke
dalam masing-masing turunan tersebut. Inilah prosesnya:
𝑓 (𝑥 ) = 𝑠𝑖𝑛ℎ𝑥 𝑓(0) = sinh 0 = 0
𝑓 ′ (𝑥 ) = cosh 𝑥 𝑓 ′ (0) = cosh 0 = 1
𝑓 ′′ (𝑥 ) = sinh 𝑥 𝑓 ′′ (0) = sinh 0 = 0
𝑓 ′′′ (𝑥 ) = cosh 𝑥 𝑓 ′′′ (0) = cosh 0 = 1
𝑓 𝑖𝑣 (𝑥 ) = sinh 𝑥 𝑓 𝑖𝑣 (0) = sinh 0 = 0
𝑓 𝑣 (𝑥) = cosh 𝑥 𝑓 𝑣 (0) = cosh 0 = 1
𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5
∴ sinh 𝑥 = 0 + 𝑥. 1 + . (0 ) + . (1) + . (0) + . (1) + ⋯
2! 3! 4! 5!
𝑥3 𝑥5 𝑥7
∴ sinh 𝑥 = 𝑥 + + + + ⋯
3! 5! 7!
Sekarang marilah kita cari deret untuk In (1+ x) dengan cara yang sama :
𝑓 (𝑥 ) = 𝐼𝑛(1 + 𝑥) ∴ 𝑓(0) =. . . . . . . . . . . ..
1
𝑓 (𝑥 ) = 1+𝑥 = (1 + 𝑥)−1 ∴ 𝑓 ′ (0) =. . . . . . . . . . ..
−1
𝑓 ′′ (𝑥 ) = −(1 + 𝑥)−2 = (1+𝑥)2 ∴ 𝑓 ′′ (0) =. . . . . . . . . ..
2
𝑓 ′′′ (𝑥 ) = 2(1 + 𝑥)−3 = (1+𝑥)3 ∴ 𝑓 ′′′ (0) = . . . . . . . . ..
3.2
𝑓 𝑖𝑣 (𝑥 ) = −3.2(1 + 𝑥)−4 = − (1+𝑥)4 ∴ 𝑓 𝑖𝑣 (0) =. . . . . . . . . ..
4!
𝑓 𝑣 (𝑥) = 4.3.2(1 + 𝑥)−5 = (1+𝑥)5 ∴ 𝑓 𝑣 (0) =. . . . . . . . . . ..

Anda telah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Hitunglah turunan-turunannya untukx =


0, dengan mengingat bahwa In I = 0, dan kemudian substitusikanlah kembali ke dalam deret
Maclaurin untuk memperoleh deret untuk In (1 + x).
Jadi, In (1+x) = . . . . . . . .
𝑓 (0) = 𝐼𝑛 1 = 0; 𝑓 ′ (0) = 1; 𝑓 ′′ (0) = −1; 𝑓 ′′′ (0) = 2; 𝑓 𝑖𝑣 (0) = −3!; 𝑓 𝑣 (0)
= 4!; …

N26
𝑥2 𝑥3
Selain itu 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (0) + 𝑥. 𝑓 ′ (0) + 𝑓 ′′ (0) + 𝑓 ′′′ (0) + ⋯
2! 3!
𝑥2 𝑥3 𝑥4
𝐼𝑛(1 + 𝑥 ) = 0 + 𝑥. 1 + (−1) + (2) + (−3!) + ⋯
2! 3! 41

𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5
𝐼𝑛(1 + 𝑥 ) = 𝑥 − + − + +⋯
2 3 4 5

Perhatikan bahwa dalam deret ini, penyebut-penyebutnya adalah bilangan-bilangan asli,


bukan faktorial!
Ekspansikanlah sin2x sebagai deret dari pangkat-pangkat x yang semakin besar. Deret
Maclaurin:
𝑓 (0) = 𝐼𝑛 1 = 0; 𝑓 ′ (0) = 1; 𝑓 ′′ (0) = −1; 𝑓 ′′′ (0) = 2; 𝑓 𝑖𝑣 (0) = −3!; 𝑓 𝑣 (0)
= 4!; …
∴ 𝑓 (𝑥 ) = 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 𝑓 (0) =. . . . . . . . . . ..
𝑓 ′ (𝑥 ) = 2 sin 𝑥 cos 𝑥 = sin 2𝑥 𝑓 ′ (0) =. . . . . . . . . . ..
𝑓 ′′ (𝑥 ) = 2 cos 2𝑥 𝑓 ′′ (0) =. . . . . . . . . . ..
𝑓 ′′′ (𝑥 ) = −4 sin 2𝑥 𝑓 ′′′ (0) =. . . . . . . . . ..
𝑓 𝑖𝑣 (𝑥 ) =. . . . . . . . . . . . . . .. 𝑓 𝑖𝑣 (0) =. . . . . . . . . . . ..
Itu adalah hasilnya! Selesaikan proses ini: carilah tiga suku pertama yang bukan nol dari deret
tersebut

𝑥4 2
𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = 𝑥 2 − + 𝑥6 + ⋯
3 45

Karena
𝑓 (𝑥 ) = 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 ∴ 𝑓 (0) = 0
𝑓 (𝑥 ) = 2 sin 𝑥 cos 𝑥 = 𝑠𝑖𝑛2𝑥 ∴ 𝑓 ′ (0) = 0
𝑓 ′′ (𝑥 ) = 2 cos 2𝑥 ∴ 𝑓 ′′ (0) = 2
𝑓 ′′′ (𝑥 ) = −4 sin 2𝑥 ∴ 𝑓 ′′′ (0) = 0
𝑓 𝑖𝑣 (𝑥 ) = −8 cos 2𝑥 ∴ 𝑓 𝑖𝑣 (0) = −8
𝑓 𝑣 (𝑥) = 16 sin 2𝑥 ∴ 𝑓 𝑣 (0) = 32
𝑓 𝑣𝑖 (𝑥 ) = 32 cos 2𝑥 ∴ 𝑓 𝑣 (0) = 32 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎
𝑥2 𝑥3
𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(0) + 𝑥. 𝑓 ′ (0) + . 𝑓"(0) + . 𝑓′′′(0) + ⋯
2! 3!
𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 𝑥6
∴ 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = 0 + 𝑥. (0) + . (2) + . (0) + . (−8) + . (0) + . (32) + ⋯
2! 3! 4! 5! 6!

N27
2
𝑥 4 2𝑥 6
2
∴ 𝑠𝑖𝑛 𝑥 = 𝑥 + + +⋯
3 45

C. DERET-DERET STANDART

Dengan menggunakan deret Maclaurin, kita dapat menyusun daftar deret-deret


untukfungsi-fungsi yang biasa kita jumpai - kita telah mencari deret-deret untuk sin x, sinh x,
dan ln(I + x).
Untuk mencari deret untuk cos x, kita dapat menerapkan kembali teknik yang sama.
Akan tetapi, marilah kita menggunakan sedikit keahlian. Misalkan kita mencari dad untuk sin
x dan mendiferensiasikan kedua ruasnya terhadap x sekali saja, maka kita akan memperoleh:
𝑥3 𝑥5 𝑥7
Sin x = x - + - +…
3! 5! 7!

Diferensiasikan :
3𝑥 2 5𝑥 4 7𝑥 6
Cos x = 1 - + - +…
3! 5! 7!
𝑥2 𝑥4 𝑥6
∴cos x = 1 - + - +…
2! 4! 6!

Dengan cara yang sama, kita akan memperoleh deret untuk cosh x. Kita telah
mengetahui bahwa:
𝑥3 𝑥5 𝑥7
Sinh x = x + + + +…
3! 5! 7!
Kita akan memperoleh:
𝑥3 𝑥5 𝑥7 𝑥9
Sinh x = x + + + + +…
3! 5! 7! 9!
Dideferensiasikan :
3𝑥 2 5𝑥 4 7𝑥 6 9𝑥 8
Cosh x = 1 + + + + +…
3! 5! 7! 9!
Sehingga :
𝑥2 𝑥4 𝑥6 𝑥8
Cosh x = 1 + + + +
2! 4! 6! 8!

D. DERET BINOMIAL

Dengan menggunakan metode yang sama, kita dapat menerapkan deret Maclaurin
untuk memperoleh deret binomial untuk (1 + x)n. Inilah metodenya:
f(x) = ( 1 + 𝑥)𝑛 f(x) =1

N28
f’(x) = 𝑛. (1 + 𝑥 )𝑛−1 f’(x) =n
f’’(x) = 𝑛(𝑛 − 1). (1 + 𝑥)𝑛−2 f’’(x) = n(n-1)
f’’’(x) = 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2). (1 + 𝑥)𝑛−3 f’’’(x) = n(n-1)(n-2)
𝑓 𝑖𝑣 (x) = 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3). (1 + 𝑥)𝑛−4 𝑓 𝑖𝑣 (x) = n(n-1)(n-2)(n-3)
Dan seterusnya.

Deretmacluarin yang umum :


𝑥 2 ′′ 𝑥3
𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(0) + 𝑥. 𝑓 ′ (0) + 𝑓 (0) + 𝑓′′′(0) + ⋯
2! 3!
Oleh karena itu dalam kasus ini :

𝑛
𝑥2 𝑥3
(1 + 𝑥) = 1 + 𝑥𝑛 + 𝑛(𝑛 − 1) + 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) + ⋯
2! 3!
𝑛(𝑛 − 1) 2 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) 3
(1 + 𝑥)𝑛 = 1 + 𝑥𝑛 + 𝑥 + 𝑥 +⋯
2! 3!
Contoh :
Carilah empat suku pertama dari deret untuk 𝑒 𝑥 sinh x
𝑥2 𝑥3 𝑥4
𝑒𝑥 = 1 + x + + + +…
2! 3! 4!
𝑥3 𝑥5 𝑥7
𝑒𝑥 = 1 + x + + + +…
3! 5! 7!
𝑥2 𝑥3 𝑥3 𝑥5
𝑒 𝑥 . Sinh x = {1 + x + + + … } {x + + + …}
2! 3! 3! 5!
Suku dengan pangkat paling rendah adalah x
Suku yang mengandung X = 1.X = X
Suku yang mengandung 𝑋2 =X.X = 𝑋 2
𝑥2 𝑥3 1 1 2𝑋 3
Suku yang mengandung 𝑋3 =1 . + . X = 𝑋3 ( + ) =
2! 3! 6 2 3
𝑥3 𝑥3 1 1 𝑋4
Suku yang mengandung 𝑋4 =X . + . X = 𝑋4 ( + ) =
3! 3! 6 6 3
2𝑋 3 𝑋4
∴ 𝑒 𝑥 . Sinh x = x + 𝑋 2 + + +…
3 3

E. NILAI-NILAI APROKSIMASI

N29
Ini adalah salah satua plikasi yang pasti menggunakan deret dan anda tentunya sudah pernah
mengerjakan beberapa contoh mengenai topic ini sebelumnya. Berikut ini contoh untuk
sekedar menyegarkan ingatan anda.
Berikut contohnya :
Hitunglah 𝑡𝑎𝑛 −1 0,1 teliti sampai 4 tempat desimal
𝑡𝑎𝑛−1 0,1 = 0,0997
𝑥3 𝑥5 𝑥7
𝑡𝑎𝑛 −1 x = x - + - +…
3 5 7
0,001 0,00001 0,0000001
∴ 𝑡𝑎𝑛 −1 (0,1) = 0,1 - + - +…
3 5 7

= 0,1 – 0,00033 + 0,000002 - …


= 0,0997 [ catatan : x diukurdalam radian ]

F. NILAI-NILAI LIMIT – BENTUK TAK TENTU

Dalam Program pertama mengenai deret, kita telah membahas bagaimana cara mencari
𝑢𝑛+1
nilai limit dari ketika n → ∞, kadang-kadang kita harus mencari nilai limit dari sebuah
𝑢𝑛

fungsi x ketika x → 0 , mungkin ketika x → a.


Sebagaicontoh :
𝑥 2 + 5𝑥 − 14 0 + 0 − 14 14 7
lim { 2
}= =− =−
𝑥→0 𝑥 − 5𝑥 + 8 0−0+8 8 4
Contoh ;
Hitunglah:
tan 𝑥 − 𝑥
lim { }
𝑥→0 𝑥3
0
Jika mensubtitsikan x = 0 ke dalam funsi tersebut, kita akan memperoleh yang
0

merupakan bentuk tak-tentu. Jadi bagaimana cara kita mengatasinya?.


𝑥3 2𝑥 5
Kita sudah mengetahui bahwa tan 𝑥 = 𝑥 + + + ⋯ jadi jika kita ganti tan x
3 15

dengan deretnya dalam fungsidi atas, kita akan memperolah :


𝑥 3 2𝑥 5
(2 +
𝑡𝑎𝑛 𝑥 − 𝑥 3 + 15 + ⋯ ) − 𝑧
lim { } = 𝑙𝑖𝑚 { }
𝑥→0 𝑥3 𝑥→0 𝑥3

1 2𝑥 2 1
= lim { + + ⋯} =
𝑥→0 3 15 3

N30
tan 𝑥 − 𝑥 1
∴ lim { 3
}=
𝑥→0 𝑥 3

G. ATURAN L’HOSPITAL UNTUK MENCARI NILAI LIMIT

𝑓(𝑥)
Misalkan kita harus mencari limit dari fungsi 𝑓(𝑥 ) = 𝑔(𝑥) di x = a, apabila subtitusi x = a
0
secra langsung akan menghasilkan bentuk tak tentu 0; dengan kata lain, di x=a, f(x)=0 dan

g(x)=0.
Jika kita menyatakan kondisi diatas secara grafis, maka diagramnnya akan berbentuk
seperti ini :

Perhatikan bahwa di x = a, kedua grafiknya dari y = f(x0 dan y = g(x)memotong sumbu-


x, sehinggadi x = a berlaku f(x) = 0 dan g(x) = 0.
Pada titik K,yaitu x=(a+h), KP = f(a + h) dan KQ = g(a+h)
𝑓(𝑎 + ℎ) KP
=
𝑔(𝑎 + ℎ) KQ
Sekarang bagilah atas dan bawah engan AK:
𝑓(𝑎 + ℎ) KP/AK tan 𝑃𝐴𝐾
= =
𝑔(𝑎 + ℎ) KQ/AK tan 𝑄𝐴𝐾
Sekarang :
𝑓(𝑥) 𝑓(𝑎 + ℎ) tan PAK 𝑓 ′ (𝑎)
lim = lim = lim =
𝑥→𝑎 𝑔(𝑥) 𝑥→ℎ 𝑔(𝑎 + ℎ) ℎ→0 tan QAK 𝑔′(𝑎)
𝑓(𝑥)
Dengan kata lain, limit dari ketika 𝑥 → 𝑎 (yang nilai fungsiya apabila dilakukan
𝑔(𝑥)
0
subtitusi langsung akan menghasilkan 0) adalah sama dengan rasio antara turunan pembilang
dan turunan penyebutnya di x= a ( tentu saja asalkan f’(a) dan g’(a) tidak kedua-duanya sama
dengan nol). Dengan kata lain ,

N31
𝑓(𝑥) 𝑓′(𝑥)
lim { } = lim { }
ℎ→𝑎 𝑔(𝑥) 𝑥→𝑎 𝑔′(𝑥)

Inidikenal sebagai aturan l'Hopital dan sangat berguna untuk mencari nilai limit
apabila turunan-turunan dari pembilang dan penyebut dapat dicari dengan mudah.
Contoh:
𝑥3 + 𝑥2 − 𝑥 − 1
lim { }
𝑥→1 𝑥 2 + 2𝑥 = 3
Pemarikan penama kali bahwa jika kita substitusikanx = 1, kita memperoleh bentuk
0
tak-tentu0Oleh karena itu kita gunakan aturan l'Hopital.

Kita diferensiasikan pembilang clan penyebut secara terpisah (bukan sebagai hasilbagi):
𝑥3 + 𝑥2 − 𝑥 − 1 3𝑥 2 + 2𝑥 − 1 3+2−1 4
lim { } = 𝑙𝑖𝑚 { } = = =1
𝑥→1 𝑥 2 + 2𝑥 = 3 𝑥→1 2𝑥 = 2 2+2 4
Jadi,
𝑥3 + 𝑥2 − 𝑥 − 1
lim { 2 }=1
𝑥→1 𝑥 + 2𝑥 = 3

N32
BAB III

A. Sejarah Integral

Hitung integral merupakan metode matematika dengan latar belakang sejarah

penemuan dan pengembangan yang agak unik. Metode ini banyak di minati oleh para

ilmuwan lain di luar bidang matematika. Beberapa ilmuwan yang telah memberikan

sumbangan terhadap penemuan dan pengembangan metode matematika hitung integral ini,

di antaranya adalah:

1. Archimedes (287-212 SM), seorang fisikawan sekaligus matematikawan dari

Syracuse, Yunani. Pada abad kedua sebelum masehi, Archimedes telah

menemukan ide penjumlahan untuk menentukan luas sebuah daerah tertutup dan

volume dari benda putar. Diantaranya adalah rumus lingkaran, luas segmen

parabola, volume bola, volume kerucut, serta volume benda putar yang lain. Ide

penjumlahan ini merupakan salah satu konsep dasar dari Kalkulus Integral.

2. Isaac Newton (1642-1727 M), seorang matematikawan sekaligus fisikawan dari

Inggris. Isaac Newton dan Gottfried wilhelm Leibniz dalam kurun waktu yang

hampir bersamaan, meskipun bekerja sendiri-sendiri, telah menemukan hubungan

antara Kalkulus Differansial dan Kalkulus Integral. Walaupun konsep luas daerah

N33
yang dibatasi oleh kurva tertutup (integral tertentu) telah lebih dahulu diketahui,

tetapi I Newton dan Leibniz merupakan dua tokoh terkemuka dalam sejarah

Kalkulus. Sebab, mereka mampu mengungkapkan hubungan yang erat antara

antiderivatif dengan intagral tertentu. Hubungan ini dikenal dengan Teorema

Dasar Kalkulus.

3. Gottfried wilhelm Leibniz (1646-1716 M), seorang ilmuwan jenius dari Leipzig,

Jerman. Leibniz seorang ilmuwan serba-bisa. Ia mendalami bidang hukum, agama,

filsafat, sejarah, politik, geologi, dan matematika. Selain Teorema Dasar Kalkulus

yang dikembangkan bersama Newton, Leibniz juga terkenal dengan pemakaian

lambang matematika. Lambang dx/dy bagi turunan dan lambang ∫ bagi integral

merupakan lambang-lambang yang diusulkan oleh Leibniz dalam Hitung

Differensial dan Hitung Integral.

4. George Friedrich Bernhard Riemann (1826-1866 M), seorang matematikawan dari

Gottingen, Jerman. Meskipun Teorema Dasar Kalkulus telah dikemukakan oleh

Newton, namun Riemann memberi definisi mutakhir tentang integral tentu. Atas

sumbangannya inilah integral tentu sering disebut sebagai Integral Riemann.

Asal Usul Notasi Integral

Konon dalam sejarah matematika, pelajaran integral lebih dikenal dengan anti-

differensial atau kalo disekolah kita lebih mengenal kata “turunan” dibanding kata

“differensial”. jadi Integral itu adalah kebalikan dari turunan. Baik integral ataupun

differensial, keduanya merupakan bagian dari ilmu Kalkulus dalam Matematika. Menurut

sejarah, tokoh yang mengembangkan dan memperkenalkan konsep differensial dan anti-

differensial (integral) dalam ilmu matematika adalah Gottfried Wilhelm Leibniz, atau lebih

dikenal dengan Leibniz saja.

N34
Nah, lambang integral seperti cacing berdiri dahulunya dikenal dengan “Notasi

Leibniz”, karena Leibniz lah yang memperkenalkan konsep integral dalam Matematika,

lambang integral seperti ini : ∫, diambil dari huruf pertama nama si Leibniz, yaitu huruf “L”,

namun pada zaman dahulu orang menuliskan huruf “L” dalam bentuk yang indah, seperti

berikut ∫.

B. Pengertian Integral

Integral dapat di artikan sebagai menyusul ditemukannya masalah dalam


diferensiasi di mana matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang
berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral adalah ‘ ∫ ’ .
Agar lebih dapat di mengerti perhatikan pernyataan berikut :
F1(x) = x 2 + 5x – 6 maka F1’(x) = 2x + 5
F2(x) = x 2 + 5x + 12 maka F2’(x) = 2x + 5
F3(x) = x 2 + 5x maka F3’(x) = 2x + 5

Pada fungsi-fungsi yang berbeda konstanta di peroleh bentuk turunan / derivatif yang sama.
Operasi dari F(x) menjadi F’(x) mer sebaliknya dari F’(x) menjadi F(x) disebuit dengan
INTEGRAL (anti turunan).

C. Integral Tak Tentu

Integral tak tentu atau antiderivatif adalah suatu bentuk operasi pengintegralan
suatu fungsi yang menghasilkan suatu fungsi baru. fungsi ini belum memiliki nilai pasti
(berupa variabel), atau batas atas dan batas bawah sehingga cara pengintegralan yang
menghasilkan fungsi tak tentu ini disebut integral tak tentu.

Adapun beberapa aturan yang dapat digunakan dalam penyelesaian integral:


 ∫ 𝑑𝑥 = 𝑥 + 𝑐

N35
 ∫(𝑓(𝑥) ± 𝑔(𝑥 ))𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥
1
 ∫ 𝑥 𝑛 𝑑𝑥 = 𝑥𝑛 + 𝑐
𝑛+1
𝑘𝑥 𝑛+1
 ∫ 𝑘𝑥 𝑛 𝑑𝑥 = +𝑐
𝑛+1

Integral Tak Tentu dari Fungsi Trigonometri

Untuk merancang aturan integral tak tentu dari fungsi-fungsi trigonometri, perlu diingat
kembali turunan fungsi – fungsi trigonometri sebagaimana diperhatikan dalam table berikut:

Dengan menggunakan aturan integral tak tentu yang mempunyai sifat bahwa:

F’(x) = f(x) dan turunan fungsi-fungsi trigonometri dalam table di atas, maka integral tak
tentu dari fungsi-fungsi trigonometri dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sedangkan aturan integral tak tentu dari fungsi-fungsi trigonometri dalam variabel sudut
ax+b dapat dirumuskan sebagai berikut :

N36
Dalam penyelesaiannya integral tak tentu memiliki tiga cara penyelesaian, yaitu:
1. Penyelesaian Cara Biasa
Secara umum:
𝑑𝑦
Jika 𝑦 , = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑦 = 𝑦 ′ 𝑑𝑥 𝑚𝑎𝑘𝑎 ∫ 𝑑𝑦 = 𝑦 = ∫ 𝑦 ′ 𝑑𝑥
𝑑𝑥

Jadi, dapat disimpulkan dengan x ≠ -1

Untuk mencari integral dari fungsi trigonometri perlu diingat kembali tetang turunan fungsi
trigonometri, maka:
1
= ∫ sin 𝑎𝑥 = − cos 𝑎𝑥 + 𝑐
𝑎
1
= ∫ cos 𝑎𝑥 = sin 𝑎𝑥 + 𝑐
𝑎
Contoh soal :

2. Penyelesaian Cara Subtitusi


Integral subtitusi pada prinsipnya sama dengan integral pemisalan. Prinsip integral
Subtitusi ada 2 yaitu salah satu bagian dimisalkan dengan u ,sisanya yang lain
(termasuk dx) harus diubah dalam du.

Bentuk umumnya : ∫ 𝐹 [𝑔(𝑥). 𝑔′(𝑥)𝑑𝑥


Misal u = g(x) dan du = g’(x) dx, didapat

N37
Contoh :

3. Integral Parsial
Integral parsial atau pengintegralan sebagian berdasar pada turunan suatu fungsi hasil
kali. Disebut Integral Parsial, karena sebagian bentuk dilakukan operasi turunan
sebagian operasi Integral.

Bentuk rumus:

Bagian u dikerjakan operasi turunan dan bagian dy dikerjakan operasi integral, dengan
bentuk ∫ 𝑣 𝑑𝑢lebih sederhana dari bentuk ∫ 𝑢 𝑑𝑢.

Contoh:

N38
D. Integral Tertentu

Pengertian atau konsep integral tentu pertama kali dikenalkan oleh Newton dan Leibniz.
Namun pengertian secara lebih modern dikenalkan oleh Riemann.
Integral tentu adalah proses pengintegralan yang digunakan pada aplikasi integral. Pada
beberapa aplikasi integral dikenal istilah batas bawah dan batas atas sebuah integral, batas
inilah yang kemudian menjadi ciri khas sebuah integral dinamakan sebagai integral tertentu.
Sebab berbeda dengan integral tak tentu yang tidak memiliki batas, maka pada integral
tertentu ada sebuah nilai yang harus disubtitusi yang menyebabkan tidak adanya lagi nilai C
(konstanta ) pada setiap hasil integral dan menghasilkan nilai tertentu.

Secara umum integral tentu dari sebuah fungsi dengan batas tertentu dapat dirumuskan
sebagai berikut :
𝑏 𝑏
Jika f kontinu pada [a,b], maka ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 = [𝐹(𝑥)] = F(b)- F(a) dengan F antiturunan
𝑎
seberang dari f , yakni suatu fungsi sedemikian sehingga F’ = f
Suatu fungsi f yang kontinu terdefinisi untuk Interval [a,b] kita bagi menjadi n bagian
yang sama dengan lebar.

SIFAT:

N39
Jika f(x) ≥ 0 dalam interval a ≤ x ≤ b, maka ≥ 0
Jika f(x) ≤ 0 dalam interval a ≤ x ≤ 0, maka ≤ 0

Contoh :

E. Integral Luas Daerah

Misalkan L menyatakan himpunan semua bilangan L yang dapat diperoleh sebagai


jumlah luas daerah persegi-panjang kecil sebagaimana dalam Gambar 12.2. Maka ‘luas

N40
daerah’ di bawah kurva y = f (x) mestilah lebih besar daripada setiap anggota L. Tampaknya
masuk akal untuk mendefinisikan ‘luas daerah’ di bawah kurva y = f (x) sebagai bilangan
terkecil yang lebih besar daripada setiap anggota L, yakni sup L.

a. Menentukan Luas Daerah diatas Sumbu X

Misalkan R adalah daerah yang di batasi oleh kurva y=f(x) , garis x=a, dan raris
x=b , dengan F(x) ≥ 0 pada [a,b] maka luas daerah R adalah sebagai berikut: L(R) =
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥

b. Menentukan Luas Daerah dibawah Sumbu X

Misalnya S adalah daerah yg dibatasi oleh kurva y = f(x) , sumbu x, garis x = a ,


dan garis x = b, dengan F(x) ≤ 0 pada [a,b] maka luas daerah S seperti yg telah di bahas
pada subbab sebelumnya adalah sebagai berikut
𝑏
L(S) = − ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎

c. Menentukan Luas Daerah Yang Di Batasi Kurva Y=F(X) Dan Sumbu X

N41
Misalkan T adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y = f(x), sumbu x, garis x=a,
dan garis x=c, dengan f(x)>= 0 pada [a,b] dan f(x)<=0 pada [b,c], maka luas daerah T
adalah sebagai berikut:
𝑏 𝑐
L(S) = ∫ 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 − ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑏

d. Luas Daerah yang Terletak Diantara 2 Kurva

𝑏
L(U) = ∫ [𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥
𝑎

Contoh :

F. Volume Benda Putar


G. Kegunaan Integral Dalam Kehidupan Sehari – hari

1. Ekonomi
 Mencari fungsi asal dari fungsi marginalnya (fungsi turunannya).
 Mencari fungsi biaya total.
 Mencari fungsi penerimaan total dari fungsi penerimaan marginal.
 Mencari fungsi konsumsi dari fungsi konsumsi marginal.
 Fungsi tabungan dari fungsi tabungan marginal.
 Fungsi kapital dari fungsi investasi.

2. Teknologi
 Penggunaan laju tetesan minyak dari tangki untuk menentukan jumlah
kebocoran selama selang waktu tertentu
 Penggunaan kecepatan pesawat ulang alik Endeavour untuk menentukan
ketinggian maksimum yang dicapai pada waktu tertentu.

N42
 Memecahkan persoaalan yang berkaitan dengan volume, paanjang kurva,
perkiraan populasi, keluaran kardiak, gaya pada bendungan, usaha, surplus
konsumen.

3. Fisika
 Analisis rangkaian listrik arus AC.
 Analisis medan magnet pada kumparan.
 Analisis gaya-gaya pada struktur pelengkung.

4. Matematika

 Menentukan luas suatu bidang,

 Menentukan volume benda putar,

 Menentukan Panjang busur

N43
BAB IV
A. DEFINISI INTEGRAL

Integral dapat didefinisikan sebagai operasi matematika yang menghitung luas area di
bawah kurva. Secara formal, integral dapat didefinisikan sebagai limit dari jumlah tak hingga
dari luas segmen-segmen kecil yang diambil dari daerah yang dibatasi oleh kurva tertentu.
Ada dua jenis integral yang paling umum dalam matematika, yaitu integral tak tentu dan
integral tentu.
Integral tak tentu adalah jenis integral yang memberikan fungsi primitif dari suatu
fungsi. Dalam notasi matematika, integral tak tentu dari fungsi f(x) dapat ditulis sebagai
∫f(x)dx, di mana dx menunjukkan variabel integrasi dan f(x) adalah fungsi yang diintegralkan.
Integral tak tentu dapat dihitung menggunakan aturan integral yang dikenal, seperti aturan
substitusi atau aturan integrasi parsial.
Integral tentu adalah jenis integral yang menghitung luas area di bawah kurva pada
interval tertentu. Integral tentu dapat ditulis sebagai ∫abf(x)dx, di mana a dan b adalah batas
integrasi dan f(x) adalah fungsi yang diintegralkan. Untuk menghitung integral tentu, kita
dapat menggunakan aturan integral, seperti aturan trapesium atau aturan Simpson.

B. APLIKASI INTEGRAL DALAM TEKNIK

Integral memiliki banyak aplikasi dalam teknik. Beberapa aplikasi integral dalam
teknik termasuk perhitungan luas area, volume, titik pusat massa, momen inersia, dan banyak
lagi. Di bawah ini, kita akan membahas beberapa contoh aplikasi integral dalam teknik.

1. Perhitungan Luas

Perhitungan luas adalah salah satu aplikasi integral yang paling sederhana dalam
teknik. Misalkan kita ingin menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva f(x) dan
sumbu-x pada interval [a,b]. Luas daerah ini dapat dihitung menggunakan integral sebagai
berikut:
A = ∫abf(x)dx
Di sini, f(x) adalah fungsi yang merepresentasikan kurva, a dan b adalah batas integrasi, dan
dx adalah variabel integrasi.

N44
Contoh:
Hitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva y = x2 dan sumbu-x pada interval [0,1].
Solusi: Dalam hal ini, f(x) = x2 dan batas integrasi adalah a = 0 dan b = 1. Luas daerah
ini dapat dihitung sebagai berikut:
A = ∫01x2dx
= [x3/3]01
= 1/3

Integral adalah salah satu konsep matematika yang sangat penting dan sering
digunakan dalam banyak bidang, termasuk fisika, teknik, ekonomi, dan matematika itu
sendiri. Integral dapat digunakan untuk menghitung luas bidang, menentukan volume
benda tiga dimensi, dan menyelesaikan masalah matematika lainnya. Dalam makalah ini,
akan dibahas beberapa aplikasi integral yang paling umum digunakan.
Integral dapat digunakan untuk menghitung luas bidang tersebut dengan cara
mengambil limit dari jumlah luas sebuah bidang yang sangat kecil. Teknik ini dikenal
sebagai integral definisi.
Contohnya, misalkan kita ingin menghitung luas bidang di antara kurva y = x2 dan
sumbu-x dari x = 0 hingga x = 2. Dalam hal ini, kita dapat menentukan integral definisi
sebagai berikut:
∫(0 to 2) x2 dx
Dalam kasus ini, integral di atas akan menghasilkan nilai 8/3, yang merupakan luas
bidang di antara kurva y = x2 dan sumbu-x dari x = 0 hingga x = 2.

2. Penggunaan Integral dalam Menentukan Volume Benda Tida Dimensi

Penggunaan Integral dalam Menentukan Volume Benda Tiga Dimensi Integral juga
dapat digunakan untuk menentukan volume benda tiga dimensi. Misalkan terdapat sebuah
benda tiga dimensi yang tidak memiliki bentuk yang sederhana, seperti sebuah bola atau
tabung. Integral dapat digunakan untuk menghitung volume benda tersebut dengan cara
mengambil limit dari jumlah volume sebuah benda yang sangat kecil. Teknik ini dikenal
sebagai integral volume.

N45
Contohnya, misalkan kita ingin menghitung volume benda yang dihasilkan dengan memutar
kurva y = x2 dari x = 0 hingga x = 1 sekitar sumbu-x. Dalam hal ini, kita dapat menentukan
integral volume sebagai berikut:
π∫(0 to 1) x2 dx
Dalam kasus ini, integral di atas akan menghasilkan nilai π/5, yang merupakan
volume benda yang dihasilkan dengan memutar kurva y = x2 dari x = 0 hingga x = 1
sekitar sumbu-x.

3. Penngunaan Integral dalam Menentukan Nilai Rata-Rata

Penggunaan Integral dalam Menentukan Nilai Rata-Rata Integral juga dapat


digunakan untuk menentukan nilai rata-rata dari sebuah fungsi pada suatu interval.
Misalkan terdapat sebuah fungsi f(x) yang kontinu pada interval [a, b]. Nilai rata-rata f(x)
pada interval tersebut dapat dihitung dengan cara mengambil integral dari f(x) pada interval
tersebut dan kemudian dibagi dengan panjang interval tersebut.
Contohnya, misalkan kita ingin menentukan nilai rata-rata dari fungsi f(x) = x2 pada interval
[0, 1]. Dalam hal ini, kita dapat menentukan integral sebagai berikut:
(1/1-0)∫(0 to 1) x2 dx
Dalam kasus ini, integral di atas akan menghasilkan nilai 1/3, yang merupakan nilai rata-
rata dari fungsi f(x) = x2 pada interval [0, 1].

4. Penggunaan Integral dalam Mencari Persamaab Garis Singgung dan Normal

Penggunaan Integral dalam Mencari Persamaan Garis Singgung dan Normal Integral
juga dapat digunakan untuk mencari persamaan garis singgung dan normal pada suatu titik
pada suatu kurva. Misalkan terdapat sebuah kurva yang memiliki persamaan f(x). Untuk
menentukan persamaan garis singgung pada suatu titik (a, f(a)), kita dapat menggunakan
turunan dari fungsi f(x) pada titik tersebut. Persamaan garis singgung dapat dinyatakan
sebagai y - f(a) = f'(a)(x - a).
Sedangkan untuk menentukan persamaan garis normal pada titik tersebut, kita dapat
menggunakan kebalikan dari turunan fungsi f(x) pada titik tersebut. Persamaan garis normal
dapat dinyatakan sebagai y - f(a) = -1/f'(a)(x - a).

N46
Contohnya, misalkan kita ingin menentukan persamaan garis singgung dan normal pada
titik (2, 4) pada kurva y = x3 - 3x + 2. Dalam hal ini, kita dapat menentukan persamaan garis
singgung sebagai berikut:
y - f(2) = f'(2)(x - 2) y - 4 = 3(2)2 - 3 y = 6x - 8
Sedangkan persamaan garis normal dapat dinyatakan sebagai berikut:
y - f(2) = -1/f'(2)(x - 2) y - 4 = -1/12(x - 2) y = -1/12x + 17/6
Kesimpulan Integral memiliki banyak aplikasi yang berguna dalam berbagai bidang.
Beberapa aplikasi yang paling umum digunakan meliputi menghitung luas bidang,
menentukan volume benda tiga dimensi, menentukan nilai rata-rata, dan mencari persamaan
garis singgung dan normal pada suatu titik pada suatu kurva. Dalam banyak kasus, integral
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika yang sulit atau bahkan tidak
mungkin dipecahkan dengan cara lain.

Contoh soal
1. Menentukan Luas Bidang Salah satu aplikasi integral yang paling mendasar adalah
menentukan luas bidang di bawah kurva fungsi. Misalkan terdapat sebuah fungsi f(x)
yang didefinisikan pada interval [a, b]. Luas bidang di bawah kurva fungsi ini dapat
dinyatakan sebagai integral dari f(x) pada interval tersebut, yaitu:

∫ab f(x) dx
Dalam hal ini, ∫ adalah simbol integral, a dan b adalah batas bawah dan atas interval,
dan f(x) adalah fungsi yang diberikan. Dengan menggunakan integral, kita dapat
menghitung luas bidang yang dibatasi oleh kurva fungsi dan sumbu x.

Contoh:
Misalkan terdapat fungsi f(x) = x2 pada interval [0, 2]. Luas bidang di bawah kurva fungsi
ini dapat dinyatakan sebagai:
∫02 x2 dx = [x3/3]02 = (23/3) - (03/3) = 8/3

2. Menentukan Volume Benda Tiga Dimensi Selain menentukan luas bidang, integral juga
dapat digunakan untuk menentukan volume benda tiga dimensi. Misalkan terdapat
sebuah benda yang didefinisikan oleh fungsi f(x). Volume benda ini dapat dinyatakan
sebagai integral dari f(x)2 pada interval [a, b], yaitu:

N47
∫ab f(x)2 dx
Dalam hal ini, kita mengalikan fungsi f(x) dengan dirinya sendiri untuk mendapatkan
volume benda tiga dimensi.
Contoh: Misalkan terdapat benda yang didefinisikan oleh fungsi f(x) = x pada interval
[0, 1]. Volume benda ini dapat dinyatakan sebagai:
∫0 x2 dx = [x3/3]0 = 1/3
3. Menentukan Nilai Rata-rata Integral juga dapat digunakan untuk menentukan nilai rata-
rata suatu fungsi pada interval tertentu. Misalkan terdapat sebuah fungsi f(x) yang
didefinisikan pada interval [a, b]. Nilai rata-rata dari fungsi ini pada interval tersebut
dapat dinyatakan sebagai:

1/(b-a) ∫ab f(x) dx


Dalam hal ini, kita menghitung integral dari fungsi f(x) pada interval [a, b], dan
kemudian membagi hasilnya dengan panjang interval.

Contoh:
Misalkan terdapat fungsi f(x) = x2 pada interval [0, 1]. Nilai rata-rata dari fungsi ini pada
interval tersebut dapat dinyatakan sebagai:
1/(1-0) ∫0 x2 dx = (1/3)
4. Menentukan Keseimbangan Integral juga dapat digunakan untuk menentukan
keseimbangan benda. Misalkan terdapat sebuah benda yang didefinisikan oleh fungsi
massa m(x), dan terdapat sebuah sumbu putar yang melewati benda pada titik tertentu.
Keseimbangan benda ini terjadi jika momen dari massa benda pada sumbu putar
tersebut sama dengan nol. Momen dari massa benda pada sumbu putar dapat
dinyatakan sebagai:

∫a2 x m(x) dx
Dalam hal ini, kita mengalikan setiap titik x dengan massa m(x), dan kemudian
menghitung integral dari hasil perkalian tersebut pada interval [a, b].
Contoh: Misalkan terdapat sebuah benda yang didefinisikan oleh fungsi massa m(x) =
2x pada interval [0, 1]. Keseimbangan benda ini terjadi pada sumbu putar di x = 1/2.
Momen dari massa benda pada sumbu putar ini dapat dinyatakan sebagai:
∫0 x m(x) dx = ∫0 2x2 dx = [2x3/3]01/2 = 1/3

N48
5. Menentukan Laju Perubahan Integral juga dapat digunakan untuk menentukan laju
perubahan suatu fungsi pada suatu titik tertentu. Misalkan terdapat sebuah fungsi f(x)
yang didefinisikan pada interval [a, b]. Laju perubahan dari fungsi ini pada titik c
dalam interval tersebut dapat dinyatakan sebagai:

f'(c) = lim h→0 (f(c+h) - f(c))/h


Laju perubahan ini dapat dihitung dengan mengambil limit ketika h mendekati nol.
Namun, jika kita tidak dapat mengambil limit ini, kita dapat menggunakan integral
untuk mendekati laju perubahan dengan akurasi tertentu. Dalam hal ini, laju
perubahan dapat dinyatakan sebagai:
(f(c+h) - f(c))/h ≈ ∫c^c+h f'(x) dx
Dalam hal ini, kita menghitung integral dari turunan fungsi f(x) pada interval [c, c+h].
Jika kita memperkecil nilai h, maka hasil dari integral ini akan mendekati laju
perubahan yang sesungguhnya.
Contoh: Misalkan terdapat fungsi f(x) = x2pada interval [0, 1]. Laju perubahan dari
fungsi ini pada titik c = 1/2 dapat dinyatakan sebagai:
f'(1/2) = lim h→0 ((1/2 + h)2 - (1/2)2)/h = 1
Dalam hal ini, kita dapat mengambil limit untuk mendapatkan nilai yang tepat.
Namun, jika kita ingin menggunakan integral untuk mendekati nilai ini, kita dapat
menggunakan rumus:
((1/2 + h)2 - (1/2)2)/h ≈ ∫1/21/2+h 2x dx = h
Jika kita memperkecil nilai h, maka hasil dari integral ini akan mendekati nilai yang
tepat, yaitu 1.

C. BEBERAPA ALIKASI INTEGRAL

Menentukan Luas Bidang Datar Integral dapat digunakan untuk menentukan luas
bidang datar dengan akurasi tertentu. Dalam hal ini, kita membagi bidang datar menjadi
banyak segmen kecil, dan kemudian menghitung luas setiap segmen tersebut. Jumlah dari
luas semua segmen ini kemudian akan mendekati luas bidang datar secara keseluruhan.

1. Menentukan Volume Benda Tiga Dimensi

N49
Integral juga dapat digunakan untuk menentukan volume benda tiga dimensi. Dalam
hal ini, kita membagi benda tiga dimensi menjadi banyak segmen kecil, dan kemudian
menghitung volume setiap segmen tersebut. Jumlah dari volume semua segmen ini
kemudian akan mendekati volume benda tiga dimensi secara keseluruhan.

2. Menentukan Nilai Rata-Rata

Integral dapat digunakan untuk menentukan nilai rata-rata suatu fungsi pada suatu
interval tertentu. Dalam hal ini, kita menghitung integral dari fungsi tersebut pada interval
tersebut, dan kemudian membagi hasilnya dengan panjang interval tersebut.

3. Menentukan Keseimbangan
Integral juga dapat digunakan untuk menentukan keseimbangan benda. Dalam hal
ini, kita mengalikan setiap titik x dengan massa m(x), dan kemudian menghitung integral
dari hasil perkalian tersebut pada interval tertentu.

4. Menentukan Laju Perubahan

Integral dapat digunakan untuk mendekati laju perubahan suatu fungsi pada suatu titik
tertentu dengan akurasi tertentu. Dalam hal ini, kita menghitung integral dari turunan
fungsi pada interval tertentu.
Dalam setiap aplikasi integral tersebut, kita menggunakan konsep integral untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan perhitungan luas, volume, nilai rata-rata,
keseimbangan, dan laju perubahan. Oleh karena itu, pemahaman konsep integral sangat
penting dalam memahami aplikasi-aplikasi ini secara lebih mendalam.

5. Menghitung Energi Kinetik dan Potensial


Integral dapat digunakan untuk menghitung energi kinetik dan potensial suatu benda.
Dalam hal ini, kita menggunakan rumus energi kinetik dan potensial yang diperoleh dari
hukum gerak Newton, dan kemudian menghitung integral dari rumus tersebut pada
interval tertentu.

N50
6. Menentukan Jarak Tempuh

Integral dapat digunakan untuk menentukan jarak tempuh suatu benda pada suatu
interval waktu tertentu. Dalam hal ini, kita menghitung integral dari kecepatan benda
terhadap waktu pada interval waktu tertentu.

7. Menentukan Gradien Medan Listrik

Integral dapat digunakan untuk menentukan gradien medan listrik pada suatu titik.
Dalam hal ini, kita menggunakan rumus medan listrik dan menghitung integral dari rumus
tersebut pada interval tertentu.

8. Menentukan Usaha

Integral dapat digunakan untuk menentukan usaha yang dilakukan oleh suatu benda
dalam melakukan pergerakan. Dalam hal ini, kita menggunakan rumus usaha yang
diperoleh dari hukum gerak Newton, dan kemudian menghitung integral dari rumus
tersebut pada interval tertentu.

9. Menentukan Perpindahan Kalor

Integral dapat digunakan untuk menentukan perpindahan kalor pada suatu sistem
tertentu. Dalam hal ini, kita menggunakan rumus perpindahan kalor yang diperoleh dari
hukum termodinamika, dan kemudian menghitung integral dari rumus tersebut pada
interval tertentu.

Dalam setiap aplikasi integral tersebut, kita menggunakan konsep integral untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan perhitungan energi, jarak, gradien, usaha,
dan perpindahan kalor. Oleh karena itu, pemahaman konsep integral yang baik akan
memudahkan kita untuk menerapkan integral pada berbagai masalah yang berbeda secara
efektif dan efisien.

N51
Selain aplikasi-aplikasi tersebut, integral juga digunakan dalam banyak bidang ilmu
pengetahuan lainnya seperti fisika, kimia, ekonomi, dan matematika. Dalam fisika,
integral digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan gerak,
gravitasi, listrik, magnetisme, dan banyak lagi. Dalam kimia, integral digunakan untuk
menghitung energi reaksi, kecepatan reaksi, dan sebagainya. Dalam ekonomi, integral
digunakan untuk menghitung surplus konsument dan produsen, elastisitas harga, dan
sebagainya. Dalam matematika, integral digunakan dalam berbagai cabang seperti
kalkulus, analisis kompleks, geometri, dan sebagainya.
Dalam kesimpulannya, integral adalah konsep matematika yang sangat penting dalam
berbagai aplikasi. Konsep integral digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah
yang berkaitan dengan perhitungan luas, volume, nilai rata-rata, keseimbangan, laju
perubahan, energi, jarak, gradien, usaha, dan perpindahan kalor. Oleh karena itu,
pemahaman konsep integral yang baik akan sangat membantu dalam memahami dan
menyelesaikan masalah pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.

D. METODE YANG DIGUNAKAN

Dalam pemecahan masalah dengan integral, terdapat beberapa metode yang digunakan,
di antaranya adalah:
1. Metode Substitusi

Metode ini digunakan untuk menyelesaikan integral dengan mengganti


variabel yang ada pada integral dengan variabel baru sehingga menjadi lebih mudah
untuk diintegralkan.

2. Metode Integrasi Parsial

Metode ini digunakan untuk menyelesaikan integral dari produk dua fungsi.
Dalam metode ini, kita menggunakan rumus integrasi parsial yang memungkinkan
kita untuk mengintegralkan produk dua fungsi.

3. Metode Pecahan Parsial

N52
Metode ini digunakan untuk menyelesaikan integral dari pecahan fungsi.
Dalam metode ini, kita memecah pecahan fungsi menjadi dua atau lebih bagian yang
lebih mudah diintegralkan, dan kemudian mengintegralkan setiap bagian tersebut.

4. Metode Trigonometri

Metode ini digunakan untuk menyelesaikan integral dari fungsi trigonometri.


Dalam metode ini, kita menggunakan rumus trigonometri yang memungkinkan kita
untuk mengintegralkan fungsi trigonometri dengan lebih mudah.

5. Metode Substitusi Trigonometri

Metode ini digunakan untuk menyelesaikan integral dari fungsi yang


mengandung akar kuadrat dari polinomial. Dalam metode ini, kita menggunakan
substitusi trigonometri yang memungkinkan kita untuk menghilangkan akar kuadrat
pada integral tersebut.

6. Metode Integral Tak Tentu

Metode ini digunakan untuk menyelesaikan integral yang belum diketahui


rumusnya. Dalam metode ini, kita menggunakan teknik-teknik yang telah dipelajari
sebelumnya untuk mencari integral tak tentu dari suatu fungsi.

Pemahaman konsep integral dan metode-metode yang digunakan dalam pemecahan


masalah integral sangat penting untuk memudahkan kita dalam menyelesaikan berbagai
masalah pada berbagai bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, pemahaman konsep integral juga
akan sangat berguna bagi mereka yang ingin melanjutkan studi pada bidang ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi, seperti fisika teoretis, matematika, dan sebagainya.

Dalam kesimpulannya, integral adalah konsep matematika yang sangat penting dalam
berbagai aplikasi. Konsep integral digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
berkaitan dengan perhitungan luas, volume, nilai rata-rata, keseimbangan, laju perubahan,
energi, jarak, gradien, usaha, dan perpindahan kalor. Metode-metode yang digunakan dalam

N53
pemecahan masalah integral seperti metode substitusi, integrasi parsial, pecahan parsial,
trigonometri, substitusi trigonometri, dan integral tak tentu sangat membantu dalam
memudahkan proses pemecahan masalah integral. Oleh karena itu, pemahaman konsep
integral dan metode-metode integral sangatlah penting dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan.

E. APLIKASI INTEGRAL YANG SANGAT BERGUNA DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI

Selain metode-metode tersebut, terdapat pula beberapa aplikasi integral yang sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah:

1. Mencari Luas Bidang Dalam Kurva Integral

Mencari luas bidang dalam kurwa integral dapat digunakan untuk mencari luas bidang
dalam kurva. Misalnya, jika kita ingin mencari luas bidang dalam kurva lingkaran
dengan jari-jari r, kita dapat menggunakan rumus integral sebagai berikut:
∫-r to r √(r^2-x^2) dx

2. Menghitung Volume Benda Padat Integral

Menghitung Volume Benda Padat Integral dapat digunakan untuk menghitung


volume benda padat. Misalnya, jika kita ingin mencari volume bola dengan jari-jari r,
kita dapat menggunakan rumus integral sebagai berikut:
∫-r to r ∫-√(r^2-x^2) to √(r^2-x^2) ∫-√(r^2-x^2-y^2) to √(r^2-x^2-y^2) dz dy dx

3. Mencari Perpindahan, Kecepatan, dan Percepatan Integral

Mencari Perpindahan, Kecepatan, dan Percepatan Integral dapat digunakan untuk


mencari perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Misalnya, jika kita ingin mencari
perpindahan suatu benda yang bergerak dengan kecepatan v(t), kita dapat
menggunakan rumus integral sebagai berikut:
∫t1 to t2 v(t) dt

N54
4. Menghitung Nilai Rata-rata Integral

Menghitung Nilai Rata-rata Integral dapat digunakan untuk menghitung nilai rata-
rata. Misalnya, jika kita ingin mencari nilai rata-rata suatu fungsi f(x) pada interval
[a,b], kita dapat menggunakan rumus integral sebagai berikut:
1/(b-a) ∫a to b f(x) dx

5. Menyelesaikan Persamaan Diferensial Integral

Menyelesaikan Persamaan Diferensial Integral dapat digunakan untuk menyelesaikan


persamaan diferensial. Persamaan diferensial adalah persamaan matematika yang
mengandung turunan. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial, kita dapat
menggunakan integral sebagai berikut:
∫ dy/dx dx = ∫ f(x) dx
Dalam kesimpulannya, integral memiliki banyak aplikasi penting dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Integral dapat digunakan untuk mencari luas bidang dalam kurva,
menghitung volume benda padat, mencari perpindahan, kecepatan, dan percepatan,
menghitung nilai rata-rata, dan menyelesaikan persamaan diferensial. Oleh karena itu,
pemahaman konsep integral dan aplikasi integral sangatlah penting dalam kehidupan sehari-
hari dan bagi mereka yang ingin melanjutkan studi pada bidang ilmu pengetahuan yang lebih
tinggi.

Pemahaman konsep integral dan aplikasi integral tidak hanya penting untuk
memperkaya pengetahuan kita tentang matematika, tetapi juga dapat membantu kita dalam
memecahkan berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam
bidang teknik sipil, integral dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan beton dan besi
dalam pembangunan jembatan dan gedung-gedung tinggi. Dalam bidang fisika, integral dapat
digunakan untuk menghitung perpindahan, kecepatan, dan percepatan suatu benda dalam
gerakan, dan juga untuk menghitung energi kinetik dan energi potensial suatu sistem. Dalam
bidang ekonomi, integral dapat digunakan untuk menghitung total keuntungan atau kerugian
yang dihasilkan dari suatu usaha bisnis.

Selain itu, integral juga memiliki aplikasi yang sangat penting dalam bidang ilmu
kedokteran, khususnya dalam bidang pengukuran dosis radiasi pada pasien. Dalam

N55
pengukuran dosis radiasi, integral dapat digunakan untuk menghitung total dosis radiasi yang
diterima oleh pasien selama perawatan. Dalam bidang ilmu lingkungan, integral dapat
digunakan untuk menghitung polusi udara dan air, dan juga untuk mengukur curah
hujan.Dalam dunia akademis, integral adalah salah satu topik yang sangat penting dalam
matematika dan sering dijumpai di berbagai program studi, seperti teknik, fisika, matematika,
dan ilmu ekonomi. Di sini, kami akan membahas beberapa contoh aplikasi integral yang lebih
spesifik di beberapa bidang studi ini.

F. APLIKASI INTEGRAL DI BIDANG STUDI LAIN

1. Integral dalam teknik sipil

Dalam teknik sipil, integral dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan beton dan
besi dalam pembangunan struktur seperti jembatan dan gedung-gedung tinggi. Misalnya,
dalam perhitungan kebutuhan beton, integral dapat digunakan untuk menghitung volume
beton yang diperlukan untuk membentuk sebuah bentuk yang rumit, seperti bentuk
lengkung, yang sulit dihitung menggunakan rumus geometris biasa. Sedangkan dalam
perhitungan kebutuhan besi, integral dapat digunakan untuk menghitung jumlah besi
yang diperlukan untuk membentuk struktur yang tahan terhadap beban tertentu.

2. Integral dalam fisika

Dalam fisika, integral memiliki banyak aplikasi, seperti dalam perhitungan


perpindahan, kecepatan, dan percepatan suatu benda dalam gerakan. Misalnya, integral
dapat digunakan untuk menghitung jarak yang ditempuh oleh sebuah benda dalam
gerakan, berdasarkan kurva lintasan yang diikuti oleh benda tersebut. Selain itu, integral
juga dapat digunakan untuk menghitung energi kinetik dan energi potensial suatu sistem,
serta dalam perhitungan momentum.

3. Integral dalam matematika

Dalam matematika, integral digunakan dalam berbagai bidang, seperti dalam


perhitungan integral tak tentu dan integral tentu, dalam menyelesaikan persamaan
diferensial, serta dalam perhitungan probabilitas. Selain itu, integral juga digunakan
dalam analisis kompleks, teori bilangan, dan dalam beberapa bidang geometri.

N56
4. Integral dalam ilmu ekonomi

Dalam ilmu ekonomi, integral digunakan dalam perhitungan total keuntungan atau
kerugian yang dihasilkan dari suatu usaha bisnis. Misalnya, integral dapat digunakan
untuk menghitung total pendapatan yang dihasilkan dari penjualan suatu produk,
berdasarkan harga dan jumlah produk yang terjual. Selain itu, integral juga dapat
digunakan untuk menghitung total biaya produksi dan total keuntungan bersih yang
dihasilkan dari suatu usaha.

5. Integral dalam ilmu kedokteran

Dalam ilmu kedokteran, integral digunakan dalam pengukuran dosis radiasi pada
pasien. Dalam pengukuran dosis radiasi, integral dapat digunakan untuk menghitung
total dosis radiasi yang diterima oleh pasien selama perawatan. Selain itu, integral juga
dapat digunakan dalam pengukuran volume darah yang dipompa oleh jantung, serta
dalam perhitungan beberapa parameter biologis lainnya.

Dari contoh-contoh di atas, terlihat jelas bahwa integral memiliki banyak aplikasi
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
pemahaman konsep integral dan aplikasi integral sangatlah penting bagi siapa saja yang ingin
meningkatkan kualitas hidup dan karir mereka. Dalam belajar integral, kita dapat
menggunakan berbagai metode, seperti penggunaan tabel integral, teknik integrasi parsial,
integrasi dengan substitusi, serta metode integrasi numerik seperti metode trapesium dan
metode Simpson.

Selain itu, ada juga aplikasi integral dalam masalah optimasi, seperti dalam
perhitungan luas daerah tertutup terkecil yang memuat sebuah kurva tertentu. Dalam masalah
ini, integral dapat digunakan untuk mencari luas daerah yang terkurung oleh kurva tersebut,
dan kemudian mencari luas terkecil yang mungkin dari daerah tersebut.

Selain itu, integral juga dapat digunakan dalam perhitungan dalam analisis statistik,
seperti dalam pengukuran distribusi probabilitas suatu variabel acak, atau dalam
penghitungan mean, variansi, dan kovariansi dari suatu kumpulan data.

N57
Selain aplikasi yang sudah disebutkan, integral juga memiliki banyak aplikasi dalam
bidang lain, seperti dalam teori kontrol, pengolahan citra, dan kecerdasan buatan. Dalam teori
kontrol, integral dapat digunakan untuk menghitung perubahan dalam nilai-nilai variabel
kontrol, dan untuk mengoptimalkan kontrol sistem. Dalam pengolahan citra, integral dapat
digunakan untuk menghitung nilai rata-rata suatu gambar atau untuk menghitung frekuensi
suatu pola tertentu dalam gambar. Sedangkan dalam kecerdasan buatan, integral dapat
digunakan dalam pembuatan model matematis untuk memprediksi perilaku suatu sistem atau
dalam perhitungan keuntungan dan kerugian dalam suatu bisnis.

Dari semua contoh aplikasi integral yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
integral adalah alat yang sangat berguna dan penting dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan
sehari-hari. Pemahaman yang baik tentang konsep integral dan kemampuan untuk
mengaplikasikan integral dalam berbagai bidang akan membantu kita dalam meningkatkan
kemampuan analisis dan pemecahan masalah, serta dalam mencapai kesuksesan dalam karir
dan kehidupan kita. Oleh karena itu, belajar integral adalah sebuah keharusan bagi siapa saja
yang ingin memahami dasar-dasar matematika dan meningkatkan kemampuan mereka dalam
analisis dan pemecahan masalah.

Dalam dunia akademik, integral menjadi salah satu materi yang sering diajarkan di
perguruan tinggi, terutama bagi mahasiswa jurusan matematika, fisika, dan teknik. Namun,
pembelajaran integral tidak hanya terbatas pada dunia akademik, tetapi juga dapat dilakukan
secara mandiri melalui buku-buku atau sumber-sumber online yang tersedia.

Pentingnya pemahaman konsep integral dan aplikasinya juga terlihat dalam dunia
industri dan bisnis. Banyak perusahaan dan organisasi menggunakan metode matematika,
termasuk integral, untuk memperoleh informasi yang berguna dan untuk meningkatkan
efisiensi dan keuntungan bisnis mereka. Misalnya, perusahaan keuangan dapat menggunakan
integral dalam perhitungan bunga dan investasi, sedangkan perusahaan manufaktur dapat
menggunakan integral dalam perhitungan volume dan luas benda yang diproduksi.

Dalam dunia riset, integral juga sering digunakan dalam pengembangan model
matematis untuk memprediksi perilaku suatu sistem atau dalam perhitungan probabilitas

N58
dalam berbagai situasi. Sebagai contoh, integral dapat digunakan untuk menghitung
probabilitas suatu kejadian dalam distribusi normal atau dalam distribusi Poisson.

Dalam dunia rekayasa, integral juga menjadi alat yang sangat penting dalam
perhitungan integral dan diferensial dalam memecahkan masalah dan mengembangkan model
matematis untuk sistem-sistem kompleks. Contohnya, integral dapat digunakan dalam
perhitungan luas permukaan dan volume benda tiga dimensi, serta dalam perhitungan
kecepatan, percepatan, dan gaya dalam mekanika.

Dalam dunia teknologi, integral juga memiliki peran penting dalam berbagai aplikasi
seperti pengolahan sinyal, pengolahan suara, pengolahan citra, dan dalam pengembangan
algoritma kecerdasan buatan. Contohnya, integral dapat digunakan dalam perhitungan nilai
rata-rata dari sinyal, dalam perhitungan transformasi Fourier untuk analisis spektral, serta
dalam perhitungan gradien dalam pengolahan citra.
Secara keseluruhan, aplikasi integral sangat luas dan penting dalam banyak bidang
ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan integral
dalam berbagai situasi dapat membantu kita memecahkan masalah dan membuat keputusan
yang lebih tepat, serta meningkatkan kemampuan analisis dan pemecahan masalah kita secara
keseluruhan. Oleh karena itu, belajar dan memahami konsep integral serta aplikasinya sangat
penting bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kemampuan matematika dan kesuksesan
dalam karir dan kehidupan mereka.

N59
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=MATERIderet+aritmatika&client=firefox-b-
d&sxsrf=APwXEdd1ejw4jD-
sLRBbZsiLlpCusXm2DA%3A1681098035917&ei=M4UzZIy8N9y9seMP5YKRyAY&ved=
0ahUKEwjMoY2asp7-
AhXcXmwGHWVBBGkQ4dUDCA4&uact=5&oq=MATERIderet+aritmatika&gs_lcp=Cgx
nd3Mtd2l6LXNlcnAQAzIHCAAQDRCABDIHCAAQDRCABDIHCAAQDRCABDIHCA
AQDRCABDIHCAAQDRCABDIHCAAQDRCABDIGCAAQBxAeMgYIABAHEB4yBgg
AEAcQHjIGCAAQBxAeOgoIABBHENYEELADOg0IABBHENYEELADEIsDOg0IABA
NEIAEELEDELEDSgQIQRgAULQFWJMQYIMXaAFwAXgAgAGRBogB1xKSAQ0wLjE
uMi4xLjAuMS4xmAEAoAEByAEGuAECwAEB&sclient=gws-wiz-serp

https://katadata.co.id/intan/berita/62e39da88d27d/pengertian-dan-contoh-soal-deret-aritmatik
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=MATERI+INTEGRAL

https://www.google.com/search?q=MATERI+APLIKASI+INTEGRAL&client=firefox-b-
d&sxsrf=APwXEdev8M7ijc8a1l22XBinq82mdqBKFA%3A1681098108364&ei=fIUzZOPz
Feiv4-EPhc2ZoAI&ved=0ahUKEwjjodO8sp7-
AhXo1zgGHYVmBiQQ4dUDCA4&uact=5&oq=MATERI+APLIKASI+INTEGRAL&gs_lc
p=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQAzIICAAQgAQQywEyBwgAEA0QgAQyBAgAEB46CggAE
EcQ1gQQsAM6CggAEIoFELADEEM6BwgjELACECc6BwgAEIAEEA06BggAEAcQHko
ECEEYAFDeGFjsLmDkMmgBcAF4AIABxwOIAZsQkgEJMC40LjMuMS4xmAEAoAEBy
AEKwAEB&sclient=gws-wiz-serp

N60
LAMPIRAN
BAB I

1. Tentukan jumlah dari deret aritmatika 1, 4, 7, 10, 13, ..., 49!

Jawaban:

a=1

d=3

n = (49 - 1) / 3 + 1 = 17

S_n = n/2(2a + (n - 1)d)

S_17 = 17/2(2(1) + (17 - 1)(3))

S_17 = 17/2(2 + 48)

S_17 = 17/2(50)

S_17 = 425

Jadi, jumlah dari deret aritmatika tersebut adalah 425.

N61
2. Tentukan suku ke-8 dari deret geometri 2, 6, 18, 54, ...

Jawaban:

a=2

r=3

n=8

S_n = a(1 - r^n) / (1 - r)

S_8 = 2(1 - 3^8) / (1 - 3)

S_8 = 2(-6560) / (-2)

S_8 = 6560/2

S_8 = 3280

Jadi, suku ke-8 dari deret geometri tersebut adalah 3280.

3. Tentukan jumlah dari deret aritmatika 4, 7, 10, ..., 40.

Jawaban:

a=4

d=3

n = (40 - 4) / 3 + 1 = 13

S_n = n/2(2a + (n - 1)d)

S_13 = 13/2(2(4) + (13 - 1)(3))

S_13 = 13/2(8 + 36)

S_13 = 13/2(44)

S_13 = 286

Jadi, jumlah dari deret aritmatika tersebut adalah 286.

4. Tentukan suku ke-5 dari deret aritmatika 2, 5, 8, 11, ...

N62
Jawaban:

a=2

d=3

n=5

S_n = a + (n - 1)d

S_5 = 2 + (5 - 1)(3)

S_5 = 2 + 12

S_5 = 14

Jadi, suku ke-5 dari deret aritmatika tersebut adalah 14.

BAB II

1. Hitunglah nilai dari ∑n^2, n = 1 hingga 5.

Jawaban:

∑n^2 = 1^2 + 2^2 + 3^2 + 4^2 + 5^2

= 1 + 4 + 9 + 16 + 25

= 55

2. Tentukan jumlah dari deret ∑(n+1)^3, n = 0 hingga 3.

Jawaban:

∑(n+1)^3 = (1+1)^3 + (2+1)^3 + (3+1)^3 + (4+1)^3

= 2^3 + 3^3 + 4^3 + 5^3

= 8 + 27 + 64 + 125

N63
= 224

3. Hitunglah nilai dari ∑(2n-1), n = 1 hingga 10.

Jawaban:

∑(2n-1) = (21-1) + (22-1) + ... + (210-1)

= 1 + 3 + 5 + ... + 19

= (10/2)(1+19)

= 100

4. Tentukan jumlah dari deret ∑(3^n + 2^n), n = 0 hingga 2.

Jawaban:

∑(3^n + 2^n) = (3^0 + 2^0) + (3^1 + 2^1) + (3^2 + 2^2)

= 2 + 5 + 13

= 20

BAB III

1. Hitunglah integral ∫(x^2+3x+5) dx

Jawaban:

∫(x^2+3x+5) dx = (1/3) x^3 + (3/2) x^2 + 5x + C, dimana C adalah konstanta integrasi.

2. Hitunglah integral ∫(4cos(3x) - 5sin(2x)) dx

Jawaban:

∫(4 cos (3x) – 5 sin (2x)) dx = (4/3) sin (3x) + (5/2) cos (2x) + C, dimana C adalah
konstanta integrasi.

3. Hitunglah integral ∫(2x + 1)/(x^2 + 2x + 3) dx

N64
Jawaban:

Untuk menyelesaikan integral ini, kita perlu menggunakan teknik integrasi parsial. Hasil
akhirnya adalah:

∫(2x + 1)/(x^2 + 2x + 3) dx = ln|x^2 + 2x + 3| + (1/√3) arctan [(x+1)/√2] + C, dimana C


adalah konstanta integrasi.

4. Hitunglah integral ∫sin^3(x) cos(x) dx

Jawaban:

Untuk menyelesaikan integral ini, kita dapat menggunakan substitusi u = sin(x), sehingga
du/dx = cos(x) dan dx = du/cos(x). Hasil akhirnya adalah:

∫sin^3(x) cos(x) dx = ∫u^3 du = (1/4)sin^4(x) + C, dimana C adalah konstanta integrasi.

BAB IV

1. Sebuah benda bergerak dengan percepatan konstan -3 m/s^2. Pada saat t=0 detik, benda
bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Tentukanlah kecepatan benda pada saat t=5 detik.
Jawaban:
Diketahui a = -3 m/s^2
v(0) = 10 m/s
t = 5 detik.
Kita dapat menggunakan persamaan kecepatan benda:
v(t) = v(0) + at.
Dengan mengganti nilai-nilai yang diketahui, kita dapatkan:
v(5) = 10 m/s + (-3 m/s^2)(5 detik)
= -5 m/s.

N65
2. Seorang petani ingin membuat tanggul di sepanjang tepi sungai yang berbentuk persegi
panjang. Luas daerah yang ingin ditanggulinya adalah 1200 m^2. Jika lebar sungai
adalah 20 m, maka tentukanlah panjang tanggul yang dibutuhkan.
Jawaban:
Diketahui luas daerah yang ingin ditanggulinya adalah 1200 m^2 dan lebar sungai adalah
20 m.
Kita dapat menggunakan konsep integral untuk mencari panjang tanggul yang
dibutuhkan. Dengan mengasumsikan tanggul dibangun dari titik A ke titik B dan ditandai
dengan x, maka luas daerah yang ingin ditanggulinya dapat dituliskan sebagai:
∫20 to (20+x) (1200/(20+x)) dx = 1200
Setelah melakukan integrasi, kita dapatkan x = 40 meter.
Oleh karena itu, panjang tanggul yang dibutuhkan adalah 40 meter.

3. Sebuah benda bergerak dengan percepatan a(t) = 3t m/s^2. Tentukan kecepatan benda
pada saat t = 5 detik jika pada saat t = 0 detik, kecepatan benda adalah 2 m/s.
Jawaban:
Untuk menyelesaikan masalah ini, kita perlu menggunakan integral untuk menghitung
kecepatan benda pada saat t = 5 detik. Dalam hal ini, kecepatan adalah integral dari
percepatan, yaitu:
v(t) = ∫a(t) dt = ∫3t dt = (3/2)t^2 + C Dalam persamaan ini, C adalah konstanta integrasi
yang harus ditentukan.
Kita dapat menentukan nilai C dengan menggunakan informasi yang diberikan bahwa
pada saat t = 0 detik, kecepatan benda adalah 2 m/s.
Oleh karena itu, v(0) = (3/2) (0)^2 + C = 2 C = 2 Dengan mengetahui nilai konstanta
integrasi C, kita dapat menentukan kecepatan benda pada saat
t = 5 detik:
v(5) = (3/2) (5)^2 + 2
= 38.5 m/s

4. Seorang petani memiliki lahan persegi dengan panjang sisi 50 meter. Ia ingin
membangun sebuah kolam berbentuk persegi dengan sisi 30 meter di dalam lahan
tersebut. Untuk mencegah kebocoran air, petani tersebut menambahkan sebuah terusan

N66
dengan lebar 1 meter di sekeliling kolam. Berapa luas lahan yang tersisa setelah
pembangunan kolam dan terusan?
Jawaban:
Luas lahan awal = sisi^2 = 50^2 = 2500 m^2
Luas kolam = sisi^2 = 30^2 = 900 m^2
Luas terusan = 2 x (sisi x lebar)
= 2 x (32 x 1)
= 64 m^2 Luas lahan

N67

Anda mungkin juga menyukai