Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Kimia Fisika

PENENTUAN KALOR REAKSI (TERMOKIMIA)

OXANA ARUNG RANTE LANGI’

H031 17 1310

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN KALOR REAKSI (TERMOKIMIA)

Disusun dan diajukan oleh:

OXANA ARUNG RANTE LANGI’

H031 17 1310

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Koordinator Praktikum Asisten

Dr. Paulina Taba, M. Phill Nur Wahyuni Nahru


NIP. 19571115 198810 2 001 NIM. H311 14 301
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika mempelajari hubungan bermacam-macam bentuk tenaga

dalam suatu sistem. Seperti diketahui, tenaga ada bermacam-macam, misalnya;

tenaga listrik, tenaga kimia, tenaga radiasi, tenaga cahaya, tenaga panas, dan

sebagainya. Tenaga yang satu dapat diubah menjadi bentuk tenaga yang lain,

misalnya tenaga kimia menjadi listrik atau panas dan jenis tenaga lainnya

(Soekardjo, 2002).

Termodinamika hanya mempelajari hubungan antara tenaga awal dan tenaga

akhir dari sistem tersebut. Tenaga dari sistem ialah jumlah tenaga potensial dan

tenaga kinetiknya. Jumlah tenaga mutlak dalam suatu sistem tidak dapat diketahui,

yang dapat diketahui ialah perubahan tenaga yang dialami sistem. Tenaga tersebut

dinyatakan dalam satuan khusus (Soekardjo, 2002).

Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan

panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika (pelarutan,

peleburan, dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan dengan satuan

kalori, joule atau kilo kalori. Perubahan panas yang terjadi pada reaksi-reaksi kimia

ditentukan menggunakan kalorimeter. Besarnya panas reaksi kimia dapat dinyatakan

pada tekanan tetap dan volume tetap (Soekardjo, 1985).

Tetapan kalorimeter dan kalor penetralan dapat ditentukan dengan melakukan

percobaan menggunakan kalorimeter adiabatik sederhana. Jadi untuk memahami cara

untuk menentukan tetapan kalorimeter dan kalor penetralan tersebut, maka

diadakanlah percobaan ini.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu:

1. bagaimana menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik.

2. bagaimana menentukan kalor penetralan suatu reaksi netralisasi asam-basa antara

HCl dan NaOH secara kalorimetrik.

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara

menentukan tetapan kalorimeter dan kalor penetralan larutan asam dan basa secara

kalorimetrik.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1. menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik.

2. menentukan kalor penetralan suatu reaksi netralisasi asam-basa antara HCl dan

NaOH secara kalorimetrik.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat percobaan ini adalah praktikan dapat menentukan tetapan

kalorimeter secara kalorimetrik. Praktikan juga dapat menentukan kalor penetralan

suatu reaksi netralisasi asam-basa antara HCl dan NaOH secara kalorimetrik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Termodinamika

Termodinamika adalah ilmu yang berhubungan antara panas dan bentuk lain

dari energi, khususnya transformasi panas ke dalam suatu kerja. Setiap saat kimia

melibatkan transfer energi dari satu bentuk energi ke bentuk lain dan atau mengubah

energi panas menjadi bentuk lain. Hukum dasar termodinamika menyediakan

pemahaman kuantitatif energi hubungan antara senyawa kimia dan reaksi

kimia (Soekardjo, 2002).

Termodinamika dalam arti luas merupakan pengkajian hubungan kuantitatif

anatara kalor dan bentuk lain energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala

elektromagnet, permukaan, dan kimia. Termodinamika kimia dapat didefinisikan

sebagai cabang kimia yang mempelajari hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi

dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan perubahan keadaan. Erat berkaitan

dengan termodinamika kimia adalah termokimia yang menangani pengukuran dan

penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahaan keadaan dan

pembentukan larutan (Keenan, 1992).

Termokimia adalah cabang dari termodinamika karena bejana reaksi dan

isinya dari sistem,dan reaksi menghasilkan pertukaran energi antara sistem dan

lingkungan. Oleh karena itu, kalorimetri dapat digunakan untuk mengukur energi

yang disediakan atau dibuang sebagai panas oleh reaksi, dan dapat mengidentifikasi

q dengan perubahan energi internal (jika reaksi terjadi pada volume konstan) atau

perubahan entalpi (jika reaksi terjadi pada tekanan konstan). Sebaliknya, jika
diketahui ΔU atau ΔH reaksi, maka dapat dipredikisi bahwa energi (ditansfer sebagai

panas) reaksi yang dihasilkan (Atkins dan Paula, 2006).

Modifikasi enzim dengan termokimia menggunakan suhu yang lebih tinggi

(75 oC) menghasilkan olahan dengan proporsi yang lebih tinggi dari dimer (34-38 %)

dibandingkan dengan persiapan diperoleh pada 60 oC (26-27 %). Namun, aktivitas

hidrolik lebih rendah. Peningkatan jumlah yang digunakan H 2O 20% (T1 dan T2),

serta dengan perpanjangan waktu oksidan (T2 dan T5) menyebabkan peningkatan

pada proporsi trimer diproduksi. Ditemukan bahwa proporsi bentuk polimer dalam

persiapan berikut termokimia modifikasi juga tergantung pada urutan modifikasi

bertahap. Ketika oksidan identik dengan suhu modifikasi yang diterapkan dan

proporsi dimer diperoleh saat menambahkan pengoksidasi H 2O2 untuk lisozim

sebelumnya termal diubah menjadi lebih tinggi (Radziejewska dkk., 2009).

Terjadinya reaksi termokimia pada bahan bakar tersebut, baik reaksi

eksotermik maupun endotermik, akan menyebabkan peleburan matrik Al, kemudian

leburan matrik Al tersebut berinteraksi dengan inti elemen bakar membentuk

senyawa baru. Senyawa baru yang terbentuk akan mempengaruhi unjuk kerja bahan

bakar di dalam reaktor yaitu penyebab terjadinya penggembungan bahan bakar

karena memperbanyak produk fisi. Namun diduga dengan terjadinya reaksi

eksotermik dan endotermik pada temperatur tertentu terhadap ketiga bahan bakar

tersebut akan dihasilkan senyawa yang berbeda (Ginting, 2006).

Termokimia dan mekanisme reaksi inisiasi nitrometan adalah model yang

menggunakan detail kinetika kimia. Kondisi awal gas dan cairan nitrometan pada

atmosfer seperti kerapatan dan temperatur awal antara 1100 dan 2000 K.

Reaksi umum seperti halnya reaksi dasar dikenali untuk masing-masing dua langkah
pemanasan. Cara kimia untuk mengubah senyawa nitro menjadi N 2 melibatkan reaksi

dasar yang kompleks. Waktu dependensi pemanasan (waktu penundaan pemanasan)

sebagai fungsi temperatur dan tekanan yang digunakan untuk menentukan energi

aktivasi dan bergantung pada tekanan selama pemansan. Pada kondisi atmosfer,

penundaan untuk kedua langkah pemanasan adalah kesesuaian dengan data

percobaan yang diamati (Melius, 1995).

2.2 Kalorimeter

Karena satuan standar energi panas telah digunkan kalori selama bertahun-

tahun, alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia

adalah kalorimeter. Dua metode termokimia eksperimen yang paling biasa disebut

kalorimeter pembakaran dan kalorimeter reaksi. Dalam metode pertama, suatu unsur

atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen, dan energi atau kalor yang

dibebaskan dalam reaksi itu diukur. Kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor

reaksi apa saja selain reaksi pembakaran. Metode terakhir ini lebih umum digunakan

dengan senyawa anorganik dan larutan-larutannya. Terdapat banyak jenis

kalorimeter yang dapat digunakan secara efisien oleh seorang ahli termokimia.

Kalorimeter reaksi dapat digunakan dengan senyawa yang mudah bereaksi dengan

cukup cepat pada temperatur sedang tanpa pembentukan produk samping yang tidak

diinginkan, sehingga lebih efektif (Keenan, 1992).

2.3 Kalor

Panas reaksi adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika

reaksi kimia berlangsung, biasanya bila tidak dicantumkan keterangan lain berarti
reaksi berlangsung pada tekanan tetap. Banyaknya zat yang bereaksi dinyatakan

dalam mol, jadi misalnya ditulis:

N2 (g) + 3 H2 2 NH3 (g) ΔH= -100 kJ

berarti bahwa apabila 1 mol gas N2 berekasi dengan 3 mol gas H2 membentuk 2 mol

gas NH3, akan membebaskan panas sebesar100 kJ (Bird, 1987)


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOH 1 M, larutan

HCl 1 M, larutan indikator metil jingga, sabun cair, tissue roll, dan akuades.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 250 mL,

termometer, stopwatch, pengaduk lingkar, gelas ukur 100 mL, gabus, pipet tetes,

kalorimeter, sikat tabung, bahan isolasi (plastik), hotplate, dan penutup.

3.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 September 2018 di

Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.4 Prosedur Percobaan

Alat kalorimeter disusun seperti gambar berikut:

Termometer

Pengaduk melingkar
Gelas kimia 250 mL
Kalorimeter
Pecahan Plastik
Akuades Gabus

Gambar 1. Rangkaian Alat


3.4.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Alat kalorimeter dirangkai sedemikian rupa, kemudian 50 mL akuades

dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diukur suhunya. Setelah itu, dimasukkan ke

dalam kalorimeter, dibiarkan beberapa saat agar tercapai kesetimbangan termal,

suhunya dicatat sebagai T1. Kemudian 50 mL air dimasukkan ke dalam gelas kimia

lain yang dipanaskan hingga mencapai suhu 50 °C. Setelah itu suhu air dicatat

sebagai T2. Air panas dituangkan ke dalam kalorimeter dan dicatat suhunya sebagai

T, kemudian diaduk. Stopwatch dijalankan dan sambil diaduk perlahan-lahan suhu

air dicatat tiap 30 detik selama 5 menit.

3.4.2 Penentuan kalor penetralan

Larutan NaOH 1 M sebanyak 50 mL dan larutan HCl 1 M sebanyak 50 mL

masing-masing diukur suhunya. Setelah itu, suhunya dicatat sebagai T. Kemudian

larutan asam (HCl) dimasukkan ke dalam kalorimeter. Larutan NaOH dituangkan ke

dalam larutan asam dan dicatat suhunya tiap 30 detik selama 5 menit sambil diaduk

perlahan, 2-3 tetes larutan indikator metil jingga ditambahkan untuk mengetahui

apakah terjadi penetralan yang sempurna.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

T1 = 30 °C = 303 K

T2 = 50 °C = 323 K

Vtotal = 100 mL = 0,1 L

y = -0.1818x + 305.8

R² = 0.3247

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Tetapan Kalorimeter

t (menit) T (oC) T (oK)


0,5 32 305
1 33 306
1,5 33 306
2 33 306
2,5 32 305
3 32 305
3,5 32 305
4 32 305
4,5 32 305
5 32 305
4.1.2 Penentuan Kalor Penetralan

THCl = 28 °C = 301 K

TNaOH = 30 °C = 303

Vtotal = 100 mL= 0,1L


y = -0.3636x + 311.8

R² = 0.7576

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kalor Penetralan


t (menit) T (oC) T (oK)
0,5 39 312
1 38 311
1,5 38 311
2 38 311
2,5 38 311
3 38 311
3,5 38 311
4 37 310
4,5 37 310
5 37 310

4.2 Grafik

4.2.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter


Penentuan Tetapan Kalorimeter
306.5
306
305.5
Suhu

305
304.5

0 1 2 3 4 5 6

Waktu

4.2.2 Penentuan Kalor Penetralan


Penentuan Kalor Penetralan
312.5
312
Suhu

311.5
311
310.5
310
309.5
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
4.3 Pembahasan

Pada percobaan ini yaitu penentuan tetapan kalorimeter serta penentuan kalor

penetralan. Pada percobaan ini, digunakan alat kalorimeter adiabatik sederhana yang

disusun sendiri. Alat kalorimeter ini terdiri dari wadah kaca dan penutupnya, yang

dilengkapi dengan termometer sebagai pengukur suhu dan pengaduk lingkar untuk

mengaduk larutan agar homogen. Penutup kalorimeter ini berfungsi untuk mencegah

terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan. Di dalam wadah kaca dimasukkan

gelas kimia yang berfungsi sebagai tempat mereaksikan larutan. Pada bagian bawah

gelas kimia diletakkan gabus dan ruang antara gelas kimia yang diisi dengan bahan

isolasi yang terbuat dari potongan-potongan plastik. Hal ini bertujuan untuk

menyangga gelas kimia, sekaligus untuk memperlambat pertukaran kalor dengan

lingkungan.

Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter digunakan air sebagai bahan

utama, dimana air diberikan dua perlakuan yaitu air yang dimasukkan kedalam

kalorimeter sebanyak 100 mL dibiarkan hingga mencapai kesetimbangan termal, dan

sebanyak 50 mL dipanaskan hingga suhunya mencapai 50 °C. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui suhu campuran dari kedua air tersebut, sehingga kita dapat

menentukan tetapan kalorimeter.

Ketika air dalam kalorimeter dicampurkan dengan air panas dengan

suhu 50 oC, terjadi perubahan suhu. Perubahan suhu tersebut diukur setiap 30 detik

selama 5 menit. Pada 30 detik pertama suhu kalorimeter mencapai 37 °C. Hal ini

terjadi karena adanya tabrakan antara molekul-molekul air yang memiliki suhu

berbeda. Setelah pencampuran, air yang memiliki suhu lebih tinggi akan melepaskan
kalor ke air yang suhunya lebih rendah. Setelah 5 menit, suhu air mengalami

penurunan sampai mencapai 37 °C.

Karena kalorimeter biasanya tidak sepenuhnya bersifat adiabatik dan selalu ada

pertukaran kalor dengan lingkungan, maka perlu dilakukan koreksi terhadap kalor

yang hilang. Karena itulah pada pengukuran suhu dilakukan setiap selang setengah

menit selama 5 menit. Kemudian dari data yang diperoleh dibuat grafik suhu

terhadap waktu sehingga diperoleh nilai suhu akhir (T a). Untuk penentuan tetapan

kalorimeter diperoleh nilai Ta yaitu 310 K. Dari nilai Ta tersebut dapat dihitung

tetapan kalorimeter yaitu sebesar 228,4 J/K. Berdasarkan tetapan kalorimeter yang

bernilai positif, maka dapat diketahui bahwa reaksi yang terjadi bersifat endoterm.

Selanjutnya, pada percobaan penentuan kalor penetralan, digunakan larutan

asam klorida (HCl) dan larutan basa natrium hidroksida (NaOH). Pada percobaan ini

digunakan HCl dan NaOH yang memiliki suhu dan konsentrasi yang sama agar dapat

terjadi reaksi penetralan yang sempurna. Sebelum larutan dimasukkan kedalam

kalorimeter, terlebih dahulu diukur suhu kedua larutan hingga suhu kedua larutan

sama. Larutan HCl dimasukkan ke dalam kalorimeter kemudian ditambahkan dengan

NaOH. Hal ini dilakukan agar terjadi keseimbangan antara larutan asam dan basa

sehingga terjadi reaksi netralisasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan penambahan

indikator metil jingga, dimana hasilnya yaitu indikator yang berwarna orange

berubah menjadi kuning muda yang menandakan bahwa larutan netral dan hal ini

sesuai dengan teori.

Pada percobaan ini juga dilakukan koreksi yaitu dengan mengukur suhu

campuran HCl dan NaOH dalam kalorimeter setiap 30 detik selama 5 menit. Hasil

pengamatan menunjukkan pada setengah menit pertama, suhu larutan adalah 32°C
dan setelah 5 menit suhunya menjadi 32°C. Meskipun suhu menit pertama dan akhir

sama, namun di menit pertama menujukkan 33°C dan konstan sampai menit kedua.

Dari data tersebut kemudian dibuat grafik sehingga didapat suhu akhir (T’) yaitu

305 K. Menurut teori, besar kalor penetralan antara asam kuat dan basa kuat adalah

-57 kJ/mol (Bird, 1993). Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan

yang signifikan antara teori dan hasil percobaan, dimana hasil percobaan

menujukkan besar kalor penetralannya sebesar -25264 kJ/mol Hal ini mungkin

disebabkan karena kemungkinan terdapat kalor yang masuk dari lingkungan ke

sistem akibat penyusunan bahan isolasi yang kurang baik. Selain itu, perbedaan ini

dapat disebabkan oleh kesalahan dalam pengukuran suhu akibat kesalahan dalam

pembacaan skala pada termometer, sehingga nilai suhu yang diperoleh tidak tepat

dengan suhu yang sebenarnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

1. nilai tetapan kalorimeter adibatik sederhana adalah 154,736842 J/K.

2. nilai kalor penetralan HCl 1M dan NaOH 1M adalah -25936 J/mol.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah sebaiknya jumlah alat penentuan kalor

reaksi ditambah lagi agar praktikan dapat mengambil data dari hasil percobaan

masing-masing dan bahan yang sudah rusak sebaiknya diganti.

5.2.2 Saran untuk Praktikum

Saran untuk percobaan ini yaitu sebaiknya percobaan dilakukan secara duplo

agar diperoleh hasil yang lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P., dan Paula, J.D., 2006, Physical Chemistry Eighth Edition, Oxford
University Press, London.

Ginting, A.Br., 2006, Identifikasi Senyawa yang Terbentuk Akibat Reaksi


Termokimia pada Ingot Bahan Bakar U3O8-Al, U3Si2-Al dan Umo-Al
menggunakan X-Ray Diffractometer, Jurnal Teknik Bahan Nuklir, 2(2): 56-
115.

Keenan, W.C., 1992, Ilmu Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.

Melius, C.F., 1995, Thermochemistry and Reaction Mechanisms of Nitromethane


Ignition, Physics, 5 (3); 535-548.

Pirajan, J.C., Liliana, G., dan Diana, P.V., 2012, Determination of Energy
Characteristic and Microporous Volume by Immersion Calorimetry in Carbon
Monoliths, E-Journal of Chemistry, 9(2): 650-658.

Radziejewska, R.C., Lesnierowski, Gr., dan Kijowski, J., 2009, Antibacterial


Activity of Hen Egg White Lysozyme Modified by Thermochemical
Technique, Eur Food Res Technol, 228(1): 841-845.

Ruacho, J.M., dan Romero, H.A.M., 2015, A Qualitative Study of Thermochemical


Degradation Related with Concrete and Mortar Strength, Journal of
Materials, 10(11): 1-3.

Saraswaty, S., Mohammad, M., dan Budi, U., 2014, Pembelajaran Kooperatif Model
Berbantuan Media Laboratorium Riil dan Virtual Dilengkapi Lembar Kerja
Siswa Pada Materi Termokimia, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(1): 86-88.

Soekardjo, 2002, Kimia Fisika, Rineka Cipta, Jakarta.

Widjanarko, S.B., dan Johana, M., 2015, Analisis Metode Kolorimetri Dan
Gravimetri Pengukuran Kadar Glukomanan Pada Konjak, Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 3(4): 1584-1588.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

Akuades 50 mL Akuades 50 mL

- Dimasukkan kedalam - Dimasukkan kedalam


kalorimeter. gelas kimia.
- Dibiarkan hingga suhu - Dipanaskan hingga 50°C.
mencapai kesetimbangan - Dicata suhu (T2).
termal.
- Dituang ke dalam
- Dicatat suhu (T1). kalorimeter, stopwatch
dinyalakan.

- Diaduk perlahan menggunakan


pengaduk lingkar.
- Diukur suhu tiap setengah menit
selama 5 menit.
- Dicatat hasil pengamatan

Hasil
2. Penentuan Kalor Penetralan

HCl 50 mL NaOH 50 mL
1M 1M

- Diukur suhunya pada - Diukur suhunya pada


suhu kamar. suhu kamar.
- Dimasukkan kedalam - Dimasukkan kedalam
kalorimeter. kalorimeter.

- Ditutup kalorimeter, stopwatch


dinyalakan.
- Diaduk perlahan menggunakan
pengaduk lingkar.
- Diukur suhu tiap setengah menit
selama 5 menit.
- Dicatat hasil pengamatan.
- Ditambahkan 2-3 tetes metil jingga
sebagai indikator.
- Diamati perubahan.

Hasil
Lampiran 2. Perhitungan

1. Penentuan Tetapan Kalorimeter


W = V × ρair ×c T1+ T2+ 2Ta
air ( )
Ta -T1

Keterangan: W = Tetapan kalorimeter (J/K)

V = Volume total (100 mL)

ρair = Massa jenis air (1 g/mL)

cair = Kalor jenis air (4,2 J/g.K)

T1 = Suhu awal air (300,5 K)

T2 = Suhu awal air panas (323 K)

Ta = Suhu pada kesetimbangan termal setelah air dicampur (310 K)


g J 300,5 K + 323 K - 2(310 K)
W = 100 mL × 1 × 4,2 .K 310 K - 300,5 K
mL g
W = 154,736842 J/K

2. Penentuan Kalor Penetralan


ΔHT = - (cair× mNaCl + W) (T’ – T) ( 1000
M×V)
Dimana: ΔHT = Kalor penetralan (J/mol)
cair = Kalor jenis air (4,2 J/g.K)
mNaCl = Massa larutan NaCl (100 g)
W = Tetapan kalorimeter (228,4 J/K)
T’ = Suhu pada kesetimbangan termal setelah pencampuran (305 K)
T = Suhu awal larutan (301 K)
M = Molaritas kedua larutan (1 mol/L)
V = Volume larutan asam atau basa (50 mL)

ΔHT = - (4,2 J/g.K × 100 g +228,4 J/K)(305 K – 301 K)(


1000 mL/L
1 mol/L × 100 mL )
ΔHT = - 25936 J/mol
Lampiran 3. Foto Hasil Percobaan

Gambar 1. Penentuan tetapan kalorimeter

Gambar 2. Penentuan kalor penetralan

Anda mungkin juga menyukai