H031 17 1310
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
H031 17 1310
PENDAHULUAN
tenaga listrik, tenaga kimia, tenaga radiasi, tenaga cahaya, tenaga panas, dan
sebagainya. Tenaga yang satu dapat diubah menjadi bentuk tenaga yang lain,
misalnya tenaga kimia menjadi listrik atau panas dan jenis tenaga lainnya
(Soekardjo, 2002).
akhir dari sistem tersebut. Tenaga dari sistem ialah jumlah tenaga potensial dan
tenaga kinetiknya. Jumlah tenaga mutlak dalam suatu sistem tidak dapat diketahui,
yang dapat diketahui ialah perubahan tenaga yang dialami sistem. Tenaga tersebut
peleburan, dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan dengan satuan
kalori, joule atau kilo kalori. Perubahan panas yang terjadi pada reaksi-reaksi kimia
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
menentukan tetapan kalorimeter dan kalor penetralan larutan asam dan basa secara
kalorimetrik.
2. menentukan kalor penetralan suatu reaksi netralisasi asam-basa antara HCl dan
suatu reaksi netralisasi asam-basa antara HCl dan NaOH secara kalorimetrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Termodinamika
Termodinamika adalah ilmu yang berhubungan antara panas dan bentuk lain
dari energi, khususnya transformasi panas ke dalam suatu kerja. Setiap saat kimia
melibatkan transfer energi dari satu bentuk energi ke bentuk lain dan atau mengubah
anatara kalor dan bentuk lain energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala
sebagai cabang kimia yang mempelajari hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi
dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan perubahan keadaan. Erat berkaitan
penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahaan keadaan dan
isinya dari sistem,dan reaksi menghasilkan pertukaran energi antara sistem dan
lingkungan. Oleh karena itu, kalorimetri dapat digunakan untuk mengukur energi
yang disediakan atau dibuang sebagai panas oleh reaksi, dan dapat mengidentifikasi
q dengan perubahan energi internal (jika reaksi terjadi pada volume konstan) atau
perubahan entalpi (jika reaksi terjadi pada tekanan konstan). Sebaliknya, jika
diketahui ΔU atau ΔH reaksi, maka dapat dipredikisi bahwa energi (ditansfer sebagai
(75 oC) menghasilkan olahan dengan proporsi yang lebih tinggi dari dimer (34-38 %)
hidrolik lebih rendah. Peningkatan jumlah yang digunakan H 2O 20% (T1 dan T2),
serta dengan perpanjangan waktu oksidan (T2 dan T5) menyebabkan peningkatan
pada proporsi trimer diproduksi. Ditemukan bahwa proporsi bentuk polimer dalam
bertahap. Ketika oksidan identik dengan suhu modifikasi yang diterapkan dan
senyawa baru. Senyawa baru yang terbentuk akan mempengaruhi unjuk kerja bahan
eksotermik dan endotermik pada temperatur tertentu terhadap ketiga bahan bakar
menggunakan detail kinetika kimia. Kondisi awal gas dan cairan nitrometan pada
atmosfer seperti kerapatan dan temperatur awal antara 1100 dan 2000 K.
Reaksi umum seperti halnya reaksi dasar dikenali untuk masing-masing dua langkah
pemanasan. Cara kimia untuk mengubah senyawa nitro menjadi N 2 melibatkan reaksi
sebagai fungsi temperatur dan tekanan yang digunakan untuk menentukan energi
aktivasi dan bergantung pada tekanan selama pemansan. Pada kondisi atmosfer,
2.2 Kalorimeter
Karena satuan standar energi panas telah digunkan kalori selama bertahun-
tahun, alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia
adalah kalorimeter. Dua metode termokimia eksperimen yang paling biasa disebut
kalorimeter pembakaran dan kalorimeter reaksi. Dalam metode pertama, suatu unsur
atau senyawa dibakar, biasanya dalam oksigen, dan energi atau kalor yang
dibebaskan dalam reaksi itu diukur. Kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor
reaksi apa saja selain reaksi pembakaran. Metode terakhir ini lebih umum digunakan
kalorimeter yang dapat digunakan secara efisien oleh seorang ahli termokimia.
Kalorimeter reaksi dapat digunakan dengan senyawa yang mudah bereaksi dengan
cukup cepat pada temperatur sedang tanpa pembentukan produk samping yang tidak
2.3 Kalor
Panas reaksi adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika
reaksi kimia berlangsung, biasanya bila tidak dicantumkan keterangan lain berarti
reaksi berlangsung pada tekanan tetap. Banyaknya zat yang bereaksi dinyatakan
berarti bahwa apabila 1 mol gas N2 berekasi dengan 3 mol gas H2 membentuk 2 mol
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOH 1 M, larutan
HCl 1 M, larutan indikator metil jingga, sabun cair, tissue roll, dan akuades.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 250 mL,
termometer, stopwatch, pengaduk lingkar, gelas ukur 100 mL, gabus, pipet tetes,
Termometer
Pengaduk melingkar
Gelas kimia 250 mL
Kalorimeter
Pecahan Plastik
Akuades Gabus
dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diukur suhunya. Setelah itu, dimasukkan ke
suhunya dicatat sebagai T1. Kemudian 50 mL air dimasukkan ke dalam gelas kimia
lain yang dipanaskan hingga mencapai suhu 50 °C. Setelah itu suhu air dicatat
sebagai T2. Air panas dituangkan ke dalam kalorimeter dan dicatat suhunya sebagai
dalam larutan asam dan dicatat suhunya tiap 30 detik selama 5 menit sambil diaduk
perlahan, 2-3 tetes larutan indikator metil jingga ditambahkan untuk mengetahui
T1 = 30 °C = 303 K
T2 = 50 °C = 323 K
y = -0.1818x + 305.8
R² = 0.3247
THCl = 28 °C = 301 K
TNaOH = 30 °C = 303
R² = 0.7576
4.2 Grafik
305
304.5
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
311.5
311
310.5
310
309.5
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu penentuan tetapan kalorimeter serta penentuan kalor
penetralan. Pada percobaan ini, digunakan alat kalorimeter adiabatik sederhana yang
disusun sendiri. Alat kalorimeter ini terdiri dari wadah kaca dan penutupnya, yang
dilengkapi dengan termometer sebagai pengukur suhu dan pengaduk lingkar untuk
mengaduk larutan agar homogen. Penutup kalorimeter ini berfungsi untuk mencegah
gelas kimia yang berfungsi sebagai tempat mereaksikan larutan. Pada bagian bawah
gelas kimia diletakkan gabus dan ruang antara gelas kimia yang diisi dengan bahan
isolasi yang terbuat dari potongan-potongan plastik. Hal ini bertujuan untuk
lingkungan.
utama, dimana air diberikan dua perlakuan yaitu air yang dimasukkan kedalam
untuk mengetahui suhu campuran dari kedua air tersebut, sehingga kita dapat
suhu 50 oC, terjadi perubahan suhu. Perubahan suhu tersebut diukur setiap 30 detik
selama 5 menit. Pada 30 detik pertama suhu kalorimeter mencapai 37 °C. Hal ini
terjadi karena adanya tabrakan antara molekul-molekul air yang memiliki suhu
berbeda. Setelah pencampuran, air yang memiliki suhu lebih tinggi akan melepaskan
kalor ke air yang suhunya lebih rendah. Setelah 5 menit, suhu air mengalami
Karena kalorimeter biasanya tidak sepenuhnya bersifat adiabatik dan selalu ada
pertukaran kalor dengan lingkungan, maka perlu dilakukan koreksi terhadap kalor
yang hilang. Karena itulah pada pengukuran suhu dilakukan setiap selang setengah
menit selama 5 menit. Kemudian dari data yang diperoleh dibuat grafik suhu
terhadap waktu sehingga diperoleh nilai suhu akhir (T a). Untuk penentuan tetapan
kalorimeter diperoleh nilai Ta yaitu 310 K. Dari nilai Ta tersebut dapat dihitung
tetapan kalorimeter yaitu sebesar 228,4 J/K. Berdasarkan tetapan kalorimeter yang
bernilai positif, maka dapat diketahui bahwa reaksi yang terjadi bersifat endoterm.
asam klorida (HCl) dan larutan basa natrium hidroksida (NaOH). Pada percobaan ini
digunakan HCl dan NaOH yang memiliki suhu dan konsentrasi yang sama agar dapat
kalorimeter, terlebih dahulu diukur suhu kedua larutan hingga suhu kedua larutan
NaOH. Hal ini dilakukan agar terjadi keseimbangan antara larutan asam dan basa
sehingga terjadi reaksi netralisasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan penambahan
indikator metil jingga, dimana hasilnya yaitu indikator yang berwarna orange
berubah menjadi kuning muda yang menandakan bahwa larutan netral dan hal ini
Pada percobaan ini juga dilakukan koreksi yaitu dengan mengukur suhu
campuran HCl dan NaOH dalam kalorimeter setiap 30 detik selama 5 menit. Hasil
pengamatan menunjukkan pada setengah menit pertama, suhu larutan adalah 32°C
dan setelah 5 menit suhunya menjadi 32°C. Meskipun suhu menit pertama dan akhir
sama, namun di menit pertama menujukkan 33°C dan konstan sampai menit kedua.
Dari data tersebut kemudian dibuat grafik sehingga didapat suhu akhir (T’) yaitu
305 K. Menurut teori, besar kalor penetralan antara asam kuat dan basa kuat adalah
-57 kJ/mol (Bird, 1993). Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan
yang signifikan antara teori dan hasil percobaan, dimana hasil percobaan
menujukkan besar kalor penetralannya sebesar -25264 kJ/mol Hal ini mungkin
sistem akibat penyusunan bahan isolasi yang kurang baik. Selain itu, perbedaan ini
dapat disebabkan oleh kesalahan dalam pengukuran suhu akibat kesalahan dalam
pembacaan skala pada termometer, sehingga nilai suhu yang diperoleh tidak tepat
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
reaksi ditambah lagi agar praktikan dapat mengambil data dari hasil percobaan
Saran untuk percobaan ini yaitu sebaiknya percobaan dilakukan secara duplo
Atkins, P., dan Paula, J.D., 2006, Physical Chemistry Eighth Edition, Oxford
University Press, London.
Pirajan, J.C., Liliana, G., dan Diana, P.V., 2012, Determination of Energy
Characteristic and Microporous Volume by Immersion Calorimetry in Carbon
Monoliths, E-Journal of Chemistry, 9(2): 650-658.
Saraswaty, S., Mohammad, M., dan Budi, U., 2014, Pembelajaran Kooperatif Model
Berbantuan Media Laboratorium Riil dan Virtual Dilengkapi Lembar Kerja
Siswa Pada Materi Termokimia, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(1): 86-88.
Widjanarko, S.B., dan Johana, M., 2015, Analisis Metode Kolorimetri Dan
Gravimetri Pengukuran Kadar Glukomanan Pada Konjak, Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 3(4): 1584-1588.
Lampiran 1. Bagan Kerja
Akuades 50 mL Akuades 50 mL
Hasil
2. Penentuan Kalor Penetralan
HCl 50 mL NaOH 50 mL
1M 1M
Hasil
Lampiran 2. Perhitungan