Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

HUKUM THERMODINAMIKA I DAN II

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi, Prinsip Dasar, dan Etika
Lingkungan

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Fatmawati, M.Si

Disusun Oleh :

SEPTI ULIYANI
NIM. 2020525320029

PROGRAM STUDI MAGISTER


PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
1.1 Hukum I Termodinamika

Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa jumlah kalor pada suatu sistem ialah sama
dengan perubahan energi di dalam sistem tersebut ditambah dengan usaha yang dilakukan
oleh sistem. Hal ini menjelaskan bawa energi dalam sistem merupakan jumlah total semua
energi molekul yang ada di dalam sistem. Apabila sistem melakukan usaha atau sistem
mendapatkan kalor dari lingkungan, maka energi dalam sistem akan naik. Sebaliknya jika
energi dalam sistem akan berkurang apabila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan
atau sistem memberi kalor pada lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perubahan energi dalam pada sistem tertutup ialah selisih kaloryang diterima dengan usaha
yang dilakukan sistem. Rumus hukum I Termodinamika dapat dijabarkan sebagai kalor yang
diterima ataupun dilepas sistem (joule) sama dengan perubahan energi dalam sistem (joule)
ditambah dengan Usaha (joule) yang dilakukan. Rumus ini dituliskan sebagai berikut ini :

Q = ∆U + W ataupun ∆U = Q – W
Rumus ini dipakai dengan perjanjian sebagai berikut:
1. Usaha (W) bernilai positif (+) jika sistem melakukan suatu usaha
2. Usaha (W) bernilai negatif (-) jika sistem menerima suatu usaha
3. Q bernilai negatif jika sistem melepaskan kalor
4. Q bernilai positif jika sistem menerima suatu kalor

1.2 Hukum I Termodinamika


Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara alami dari benda
yang panas kebenda yang dingin; kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin
ke benda panas tanpa dilakukan usaha. Dengan demikian penjelesan hukum II Termodinamika
ialah sebagai berikut :
1. Tidaklah mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor
dari satu reservoir dan mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha.
2. Tidaklah mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus dengan mengambil
kalor dari reservoir yang mempunyai suhu rendah dan memberikannya ke reservoir
suhu tinggi tanpa usaha dari luar.
3. Mesin yang bekerja di antara reservoir suhu Tt dan reservoir suhu Tt(Tt>Tr),
mempunyai efisiensi maksimum.

1.3 Azas-Azas dalam Termodinamika


Hukum II dalam pembicaraan sehari-hari orang tidak asing lagi membicarakan tentang
materi dan energi. Materi ada dalam bentuk padat, cair dan gas. Es yang padat dapat meleleh
kemudian mencair, air yang dijerang dapat berubah menjadi uap. Begitu pula sebaliknya, uap
dapat mengembun, dan air dapat membeku. Perubahan tersebut tidak semata-mata hanya
melibatkan materi air saja, tetapi melibatkan pula kandungan energi dan aliran energi panas
(bahang/kalor) dari sistem ke lingkungan dan sebaliknya. Kandungan energi dalam materi akan
menentukan nilai suhu yang dimilikinya. Ketika orang sedang menikmati air teh hangat atau
kopi panas, maka tampak materi dalam gelas itu berjenis cairan dan mengandung energi yang
dialirkan ke dalamnya sebagai bahang dari sumber energi listrik atau hasil pembakaran minyak
tanah. Energi dalam air teh atau kopi tersebut tidak bertahan lama, karena segera mengalir ke
luar sistem sebagai aliran bahang dan diserap lingkungannya yang bersuhu lebih rendah untuk
mencapai keseimbangan termodinamik. Aliran bahang akan berlangsung dari materi bersuhu
tinggi ke materi bersuhu rendah. Baik energi maupun materi di alam ini sama-sama memiliki
azas kelestarian, tidak tercipta dan tidak termusnahkan, hanya berubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya.

1.4 Aplikasi Hukum Termodinamika


Hukum pertama dan kedua termodinamika sangat implisit ketika digunakan dalam daur
ekonomi. Pada hukum pertama menyatakan bahwa materi dan energi memiliki sifat lestari,
tetapi kurang mampu menjelaskan irreversibilitas suatu proses, karena materi dan energi input
tidak akan pernah persis dapat dikembalikan ke bentuknya semula dari materi dan energi yang
menjadi output. Kalaupun ada, itu hanya sebagian, tetapi tetap kualitas dan availabilitasnya
sulit dikembalikan. Kenyataan ini sejalan dengan hukum kedua bahwa kandungan entropi input
selalu lebih rendah dibandingkan dengan kandungan entropi output. Untuk mengembalikannya
diperlukan sistem lain yang juga akan memperbesar entropi, maka secara total tetap akan
berakhir dengan kondisi yang memperbesar entropi semesta. Apabila sumber energi surya
masuk ke dalam faktor produksi yang gratis dan mampu mengembalikan materi dan energi
output menjadi materi dan energi input seperti semula, maka „kelangkaan‟ dapat direduksi.
Tetapi kembali untuk menyadap energi surya itu memerlukan solar cell yang pembuatannya
sudah jelas akan memperbesar pula entropi semesta
Penggunaan hukum pertama termodinamika dalam ekonomi neo-klasik mengisyaratkan
kondisi mendatang menjadi sangat tidak menentu, degradasi lingkungan, perambatan limbah
dengan entropi tinggi, dan kombinasi di antara berbagai kesulitan membuat konsumsi masa
depan secara termodinamik menjadi lebih sulit. Kekhawatiran ini dapat direduksi dengan
penggunaan hukum kedua termodinamika yang memberikan peringatan bahwa entropi alam
akan terus membesar, sehingga perlu dihemat dengan pengelolaan yang bermanfaat bagi
kehidupan di atas kondisi alam yang memiliki keberlanjutan.

1.5 Prinsip-Prinsip Termodinamika


Penyelesaian suatu masalah/problema secara termodinamika dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu:

▪ Formulasi problem ke dalam besaran & bentuk termodinamika. Hal ini yang dikatakan
sebagai mengubah bahasa dalam problem ke dalam bahasa termodinamika, kemudian
merumuskannya dengan menggunakan besaran-besaran termodinamika.
▪ Evaluasi sifat dan fungsi termodinamika, berarti melakukan analisis terhadap formulasi
yang telah disusun pada langkah pertama (1). Tahap ini membutuhkan pemahaman
pengetahuan termodinamika yang memadai agar tidak terjadi kesalahan persepsi
terhadap arah atau tujuan problema tersebut.
▪ Penyelesaian problem termodinamika. Pada tahap ini dibutuhkan dukungan
pengetahuan matematika/kalkulus (deferensial, integral) sehingga dapat diperoleh
jawaban yang valid atau bisa dipertanggungjawabkan.
Ketiga langkah penyelesaian termodinamika tersebut harus berpijak pada dalil-dalil
atau kaidah-kaidah dalam termodinamika.

Intinya, prinsip termodinamika sebenarnya yaitu hal alami yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termodinamika
direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk mekanisme yang bisa membantu
manusia dalam kegiatannya. Aplikasi termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena
adanya perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika
dimulai dengan pendekatan makroskopik yakni perilaku umum partikel zat yang menjadi
media pembawa energi.
DAFTAR PUSTAKA

Climberis, B. 1998. Economy and thermodynamics. Economy and Energy: Federal University of
Minas Gerais.
McMahon, G.F.1997. Economics, Entropy and Sustainability. Hydrological Sciences
Journal-des Science Hydrologiques, August.

Saslow, W.M., 1999. An Economic Analogy to Thermodynamics. Am.J.Phys 67-121:


American Association of Physics Teachers.

Anda mungkin juga menyukai