Anda di halaman 1dari 11

KELAS XI MIA

SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2020-2021
A. Rencana Belajar Peserta Didik

Tujuan
Kegiatan
Belajar
a. Melalui pembelajaran mandiri, peserta didik mampu memahami pengertian energi, kalor,
sistem dan lingkungan.
b. Melalui pembelajaran mandiri, peserta didik dapat membedakan reaksi eksoterm dan
endoterm
c. Melalui pembelajaran mandiri, peserta didik dapat membedakan macam-macam perubahan
entalpi

Materi Belajar

Termokimia
Mengapa sumber energi manusia disimpan dalam bentuk lemak dan bukan karbohidrat?

Aerobik, tenis, angkat beban, jogging merupakan bentuk olahraga populer untuk
mempertahankan kesehatan tubuh. Pernahkan kita bertanya, dari manakah energi untuk
melakukan kegiatan tersebut berasal? Hal yang mengejutkan, sebagian besar berasal dari lemak,
yaitu sistem penyimpanan energi utama dalam tubuh. Selama olahraga, molekul lemak bereaksi
dengan air (hidrolisis) membentuk golongan senyawa yang disebut asam lemak. Melalui sederet
reaksi yang rumit, asam lemak diubah menjadi karbon doksida dan air. Energi yang dibebaskan
dalam reaksi ini digunakan untuk menggerakkan otot. Asam lemak yang khas pada manusia
adalah asam palmitat, CH3(CH2)14COOH.
Pembakaran langsung asam palmitat di dalam kalorimeter bom menghasilkan produk yang
sama dengan hasil metabolisme di dalam tubuh dan disertai dengan energi yang sangat besar,
menurut persamaan: CH3(CH2)14COOH + 23O2 → 16CO2 + 16H2O ΔHo = -9.977 kJ. Jika
dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon serupa, misalnya C 16H34, energi pembakaran asam
palmitat nilainya hampir sama. Kalor pembakaran C16H34 sebesar – 10.700 kJ. Lemak yang
tersimpan di dalam tubuh kita yang merupakan sebagai bahan bakar utama, ternyata sebanding
dengan bahan bakar jet di pesawat udara. Dalam kedua kasus ini, bahan bakar dapat menambah

2
berat, tetapi dapat dibakar untuk menghasilkan sejumlah energi yang dibutuhkan untuk aktivitas
sehari-hari. Namun demikian, pemecahan asam lemak memerlukan waktu lebih lama jika
dibandingkan dengan pemecahan karbohidrat sederhana. Hal inilah yang menyebabkan manusia
cenderung mengonsumsi gula (jus buah, permen, ) untuk mendapatkan energi secara cepat.
Padahal pembakaran gula (sukrosa) sebesar 1 mol menghasilkan energi yang jauh lebih rendah
(-5.640 kJ/mol) dibandingkan dengan asam lemak. Sebagai perbandingan, perhatikan grafik
entalpi pembakaran zat-zat yang memiliki jumlah atom C dan H yang sama berikut ini:

Berdasarkan grafik tersebut, dapat kita simpulkan bahwa energi (entalpi) pembakaran
terbesar dihasilkan oleh hidrokarbon, dan yang terendah dihasilkan oleh molekul gula. Sebagai
sumber energi, lemak menghasilkan sekitar 9 kal/g (38 kJ/g). Sedangkan karbohidrat dan protein
keduanya menghasilkan sekitar 4 kal/g (17 kJ/g). Dari data tersebut, jika seorang manusia ingin
memiliki cadangan energi yang sama, misalnya 4,2 x 105 kJ, dan disimpan dalam bentuk lemak,
maka perlu tambahan 11 kg berat badan dari berat semula. Namun jika disimpan dalam bentuk
karbohidrat, memerlukan tambahan 25 kg berat badan. Oleh karena itu, kita harus bersyukur
kepada Tuhan, bahwa cadangan energi disimpan dalam bentuk lemak dan bukan dalam bentuk
karbohidrat. Seandainya dalam bentuk karbohidrat, semua orang akan mengalami kegemukan
atau obesitas, dan akan menghambat aktivitas sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan
pentingnya termokimia dipelajari ditingkat Sekolah Menengah Atas.

Secara umum energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan


kerja. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kerja adalah suatu perubahan
yang langsung dihasilkan oleh suatu proses. Energi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik adalah energi
yang tersimpan dalam sebuah benda akibat gerakannya. Beberapa contoh
energi kinetik adalah energi panas (termal) dan energi listrik. Energi potensial
merupakan energi yang besarnya ditentukan oleh kedudukan benda, misalnya
ketinggian benda. Energi-energi tersebut dapat berubah bentuk, misalnya
energi kimia dapat berubah menjadi energi panas atau energi gerak. Perubahan
energi tersebut tidak berakibat pada hilangnya energi. Hal ini sesuai dengan
Hukum Kekekalan Energi, bahwa energi alam semesta adalah tetap.

3
Perubahan Energi dalam
Reaksi Kimia

a. Energi Panas dan Kalor


Hampir semua reaksi melepas atau menyerap energi, umumnya dalam bentuk kalor. Kalor dalam
hal ini didefinisikan sebagai perpindahan energi panas (termal) dari dua benda yang berbeda
suhunya. Menurut Hukum ke-0 (nol) Termodinamika, energi panas akan berpindah dari benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah.

b. Sistem dan Lingkungan


Dalam termokimia, ada dua hal yang perlu diperhatikan mengenai perpindahan energi,
yaitu sistem dan lingkungan. Segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari
perubahan energi disebut sistem, sedangkan hal-hal di luar sistem yang membatasi sistem dan dapat
memengaruhi sistem disebut lingkungan.

Contoh:

Pada proses mendidihkan air, terjadi kenaikan suhu yang menyebabkan suhu teko air
menjadi naik, demikian juga dengan suhu disekitarnya.

Pada contoh ter sebut, yang menjadi pusat perhatian adalah air yang disebut sebagai sistem,
sedangkan teko air dan suhu udara, dan mungkin tangan Anda yang menyentuh teko air tersebut
merupakan lingkungan.

Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menajdi tiga macam, yaitu sistem
terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi.
1) Sistem Terbuka

Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya perpindahan kalor
dan zat (materi) antara lingkungan dengan sistem.

Contoh :
Reaksi antara logam magnesium dengan asam klorida encer yang
dilakukan pada tabung reaksi yang terbuka. Pada peristiwa ini
terjadi reaksi:

Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)

4
Oleh karena reaksi dilakukan pada tabung terbuka, gas
hydrogen yang dihasilkan akan keluar dari sistem ke lingkungan,
dan kalor yang dihasilkan pada reaksi tersebut juga akan
merambat keluar dari sistem ke lingkungan.

Adapun contoh lain dari sistem terbuka yaitu ketika merebus air dalam panci terbuka.
Energi berupa kalor dan materi dapat ditransfer ke lingkungan melalui uap air yang
dihasilkan. Panci adalah sistem terbuka karena memungkinkan untuk transfer materi
dan untuk transfer energi.
energi

LINGKUNGAN

Sistem

materi

2) Sistem Tertutup

Sistem tertutup adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya perpindahan kalor
antara sistem dan lingkungan, tetapi tidak dapat terjadi perpindahan materi. Dalam
proses mendidihkan air, ketika meletakkan tutup pada panci materi tidak bisa lagi
tertransfer karena tutup panci mencegah adanya ateri yang memasuki panci atau
meninggalkan panci. Namun, panci tersebut masih memungkinkan untuk terjadi
transfer energi. Walaupun panci sudah tertutup, energi panas masih bisa ditransfer dari
dalam keluar panci atau sebaliknya.

energi

SISTEM

LINGKUNGAN

5
Contoh:
Jika reaksi antar logam magnesium dengan asam klorida encer tersebut dilakukan
pada tabung reaksi yang tersumbat dengan rapat, gas hydrogen (materi) di dalam
sistem tidak dapat meninggalkan (keluar) sistem. Akan tetapi, perambat kalor
meninggalkan (keluar) sistem tetap terjadi melalui dinding tabung reaksi.

3) Sistem Terisolasi

Sistem terisolasi merupakan suatu sistem yang tidak memungkinkan terjadinya


perpindahan kalor dan materi antara sistem dengan lingkungan. Contoh dari sistem
terisolasi yang sederhana ini yaitu kalorimeter bom. Di dalam kalorimeter bom, tidak
mungkin terjadi adanya transfer materi atau energi dari dalam ke luar kalorimeter bom
atau sebaliknya.

LINGKUNGAN

SISTEM

Contoh:

Reaksi antara logam magnesium dan asam klorida encer yang


dilakukan di dalam suatu tempat yang tertutup rapat
(terisolasi), misalnya di dalam penyimpanan air panas
(termos).

Pada umumnya, reaksi kimia banyak dilakukan di dalam sistem


yang terbuka.

6
Entalpi dan
Perubahan Entalpi

a. Hukum Pertama Termodinamika dan Energi Dalam


Hukum I Termodinamika pada dasarnya merupakan hukum kekekalan energy, yang
menyatakan bahwa energy dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain, tetapi energy
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Pembuktian konsep ini tidak dapat dilakukan dengan mengukur seluruh energi yang ada di
alam. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan adalah mengukur energy berdasarkan keadaan awal
dan keadaan akhir selama proses berlangsung pada sistem. Suatu sistem mengalami perubahan
dan dalam perubahan tersebut terjadi penyerapan kalor, sebagian energy kalor yang diserap
digunakan untuk melakukan kerja (w). Misalnya pada pemuaian gas, kerja tersebut digunakan
untuk melawan tekanan udara di sekitarnya. Sebagian lain dari energy tersebut disimpan dalam
sistem, yang digunakan untuk gerakan-gerakan atom-atom atau molekul-molekul, serta
mengatur interaksi antarmolekul tersebut. Bagian energy yang disimpan ini disebut dengan
energy dalam (E). Energi dalam tidak dapat diukur, tetapi dapat diketahui besar perubahan
dari suatu proses reaksi yang terjadi.

ΔE = E2-E1

E1 dan E2 adalah energy dalam sistem pada keadaan awal dan keadaan akhir.

Besar perubahan energy dalam suatu sistem reaksi kimia merupakan jumlah perpindahan kalor
dan kerja.

ΔE = q +w

Jika sistem menerap kalor, q bernilai positif


Jika sistem mengeluarkan kalor, q bernilai negatif. Jika sistem melakukan kerja, w bernilai
negatif Jika sistem dikenai kerja, w bernilai positif.

b. Kerja dan Kalor

Pada proses reaksi kimia, kerja (w) umumnya terjadi akibat adanya gas yang terlibat dalam
reaksi. Jika reaksi menghasilkan gas, volume akan bertambah dan pertambahan volume ini akan

7
mendesak keluar melawan tekanan udara luar. Kerja yang dilakukan oleh sistem untuk
mendorong tekanan luar tersebut adalah sebagai berikut. W = -PΔV

ΔV = V2 – V1
Jika kerja dilakukan oleh sistem, tandanya negatif. Kerja tidak hanya dihitung dari
keadaan awal dan keadaan akhir, tetapi jalannya proses memengaruhi besarnya kerja yang
dilakukan. Kalor (q) yang terjadi dalam suatu proses tergantung pada bagaimana proses
tersebut berlangsung. Jadi, tidak dapat hanya dihitung pada kondisi awal dan akhir saja.
Jumlah dari kedua energy (q + w) adalah sama dengan ΔE.

Sepotong logam magnesium direaksikan dengan asam klorida encer pada sistem terbuka
dengan reaksi:
Mg(s) + 2 HCl (aq) ….. MgCl2 (aq) + H2 (g)

Pada reaksi tersebut sistem melepas kalor sebesar 200 kJ dan menghasilkan gas yang akan
menyebabkan terjadinya perubahan volume. Sistem juga melakukan kerja sebesar 50 kJ.
Perubahan energy dalam (ΔE) dalam proses tersebut adalah?

Jadi, bagaimana cara mengerjakannya??

ΔE =q+w

Q = -200 kJ (karena sistem melepas kalor, maka q bertanda negatif)


W = -50 kJ (karena sistem melakukan kerja)
ΔE = (-200 – 50) kJ
= -250 kJ

Ok! Jadi begitu


Cara Mengerjakannya...

8
c. Entalpi dan Perubahan Energi

Proses yang terjadi pada sistem reaksi kimia hampir semuanya dilakukan pada volume sistem dan
tekanan luar tetapi. Jika reaksi kimia berlangsung pada volume tetap, ΔV = 0, artinya tidak ada
kerja (w = P ΔV). Jadi, besarnya perubahan energy dalam adalah:

ΔE = q - P ΔV

= qv

“v” menandakan reaksi berlangsung pada volume tetap. Reaksi kimia lebih banyak dilakukan
pada tekanan luar tetap sehingga perubahan energy dalam yang terjadi:

ΔE =q+w
= qp - P ΔV

Berarti besarnya perubahan kalor pada tekanan tetap (qp) adalah

qp = ΔE + P ΔV

Nilai entalpi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir. Perubahan entalpi juga
hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir. Perubahan entalpi (ΔH) dinyatakan
sebagai berikut:

ΔH = ΔE + Δ(PV)

dan untuk proses yang berlangsung pada tekanan tetap, berarti

ΔH = ΔE + P ΔV
qp = ΔH

Jadi, suatu proses reaksi kimia yang berlangsung pada tekanan tetap, nilai perubahan entalpinya
(ΔH) adalah sama dengan besar kalor yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya.

9
Nilai perubahan entalpi tergantung pada keadaan awal dan akhir saja, dan tidak bergantung pada
bagaimana proses perubahan itu terjadi atau jalannya reaksi.

ΔH = Hakhir- Hawal

Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh jumlah zat, keadaan fisis dari zat
tersebut, suhu, dan tekanan.

Contoh

1. Pada pembentukan 1 mol air dari gas hydrogen dan gas oksigen pada
25°C, 1 atm, dilepaskan kalor sebesar 285,5 kJ dan pada pembentukan 2
mol air dari gas hydrogen dan oksigen pad 25°C, 1 atm, dilepaskan 571
kJ
2. Pada pembentukan 1 mol uap air dari gas hydrogen dan oksigen pada
25°C, 1 atm, dilepaskan kalor sebesar 240 kJ, sedangkan jika yang
terbentuk air dalam wujdu cair dilepaskan kalor 285,5 kJ/mol.
3. Kalor penguapan air pada 25°C dan tekanan 1 atm adalah 44 kJ/mol,
sedangkan pada 100°C dan tekanan 1 atm kalor penguapannya 40
kJ/mol.

d. Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm


Dalam konsep termokimia, reaksi terbagi menjadi dua, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm.
1) Reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang sistemnya membebaskan/melepas energi, sehingga
lingkungan menjadi naik temperaturnya. Contoh: reaksi diatas suhu kamar
(pembakaran), pelarutan NaOH, reaksi Mg dengan HCl.
2) Reaksi endoterm, yaitu reaksi yang sistemnya menyerap/menerima energi, sehingga
lingkungan menjadi turun temperaturnya. Contoh: reaksi Ba(OH)2 dengan NH4Cl,
pemanasan CuCO3.
Dalam kedua reaksi, terjadi perubahan tingkat energi yang disebut perubahan entalpi reaksi, dapat
dihitung:

ΔH = H2 – H1

ΔH = perubahan entalpi reaksi (J)


H2 = energi produk (J)
H1 = energi reaktan (J)

10
Perbedaan reaksi eksoterm dan endoterm:
Perbedaan Reaksi Eksoterm Reaksi Endoterm
Energi (H) dibebaskan/ dilepas diserap/ diterima
sistem H2 < H1 sistem H2 > H1
Suhu lingkungan (T) naik/panas Takhir > turun/dingin Takhir <
Tawal Tawal
ΔH reaksi (–) (+)

Jangan kalah membaca


dari aku miaw :3

11

Anda mungkin juga menyukai