Anda di halaman 1dari 18

I.

JUDUL PERCOBAAN : “TERMOKIMIA”

II. HARI / TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 7 November 2012

III. SELESAI PERCOBAAN : Rabu, 7 November 2012

IV. TUJUAN PERCOBAAN


1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau
pelepasan kalor.
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia.

V. TINJAUAN PUSTAKA
Termokimia adalah ilmu yang membahas hubungan antara kalor dengan
reaksi kimia atau proses-proses yang berhubungan dengan reaksi
kimia. Dalam praktiknya, termokimia lebih banyak berhubungan dengan
pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia atau proses-proses yang
berhubungan dengan perubahan struktur zat, misalnya perubahan wujud
atau perubahan struktur kristal. Untuk mempelajari perubahan kalor dari
suatu proses perlu dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan energy apa
saja yang dimiliki oleh suatu zat, bagaimana energi tersebut berubah,
bagaimana mengukur perubahan energy tersebut, serta bagaimana pula
hubungannya dengan struktur zat.
Dalam termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut
perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan. Sistem adalah segala
sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi,
sedangkan lingkungan adalah hal-hal di luar sistem yang membatasi system
dan dapat mempengaruhi system tersebut.
Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energy tidak dapat
diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lain. Oleh karena itu, jumlah energi yang diperoleh system akan
sama dengan jumlah energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Sebaliknya,
jumlah energi yang dilepaskan oleh system akan sama dengan jumlah energi
yang diperoleh lingkungan.
Oleh karena energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, maka
dalam suatu reaksi kimia, energi yang dilepaskan oleh sistem dalam bentuk
kalor akan diserap oleh lingkungan. Reaksinya disebut reaksi eksoterm.
Sebaliknya, dalam reaksi dimana energy diserap oleh system dalam bentuk
kalor akan sama dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan. Reaksinya
disebut reaksi endoterm.
Kalor merupakan perpindahan energi yang terjadi akibat adanya
perbedaan suhu. Jadi, perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur
melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi. Pengkuran perubahan
kalor dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah pengukur jumlah kalor yang dilepas atau diserap pada
reaksi kimia.
Besarnya kalor yang menyebabkan perubahan suhu (kenaikan atau
penurunan suhu) air yang terdapat di dalam calorimeter dirumuskan sebagai
berikut:
qair = m × c × ΔT
dengan:
m = massa air dalam kalorimeter (gram)
c = kalorjenis air dalamkalorimeter (J/grK atau J/grºC)
ΔT = perubahan suhu (ºC atau K)

Kalorimeter yang baik memiliki kapasitas kalor kecil. Artinya


calorimeter tersebut benar-benar sebagai sistem yang terisolasi, sehingga
perubahan kalor yang terjadi hanya berpengaruh terhadap perubahan suhu
air atau larutan yang ada di dalam kalorimeter.
Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran, dapat dilakukan
manggunakan kalorimeter pada tekanan konstan. Misalnya pada kalorimeter
stirofoam yang dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter jenis ini umunya
dilakukan untuk mengukur kalor reaksi di mana reaksinya berlangsung
dalam bentuk larutan, misalnya untuk mengukur perubahan kalor yang
terjadi pada reaksi netralisasi asam-basa.
Pada kalorimeter yang reaksi kimianya berlangsung pada tekanan
konstan, maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan sama dengan
perubahan entalpinya.

KalorPembakaran

Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah


pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar denga oksigen yang
disertai terjadinya api. Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil,
yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil itu berasal dari
pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan atau hewan. Pembentukan bahan bakar
fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun.

Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa yang
hanya terdiri atas karbon dan hidrogen. Gas alam terdiri atas alkana suku rendah
terutama metana dan sedikit etana, propana, dan butana. Seluruh senyawa itu
merupakan gas yang tidak berbau. Oleh karena itu, kedalam gas alam
ditambahkan suatu zat yang berbau tidak sedap, yaitu merkaptan, sehingga dapat
diketahui jika ada kebocoran. Gas alam dari beberapa sumber mengandung H2S,
suatu kontaminan yang harus disingkirkan sebelum gas digunakan sebagai bahan
bakar karena dapat mencemari udara. Beberapa sumur gas juga mengandung
helium.

Minyak bumi adalah cairan yang mengandung ratusan macam senyawa, terutama
alkana, dari metana hingga yang memiliki atom karbon mencapai lima puluhan.
Dari minyak bumi diperoleh bahan bakar LPG (Liquified Petroleum gas), bensin,
minyak tanah, kerosin, solar dan lain-lain. Pemisahan komponen minyak bumi itu
dillakukan dengan destilasi bertingkat. Adapun batu bara adalah bahan bakar
padat, yang terutama, terdiri atas hidrokarbon suku tinggi. Batu bara dan minyak
bumi juga mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang.

Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi, telah digunakan dengan laju yang jauh
lebih cepat dari pada proses pembentukannya. Oleh karena itu, dalam waktu yang
tidak terlalu lama lagi akan segera habis. Untuk menghemat penggunaan minyak
bumi dan untuk mempersiapkan bahan bakar pengganti, telah dikembangkan
berbagai bahan bakar lain, misalnya gas sintesis (sin-gas) dan hidrogen. Gas
sintetis diperoleh dari gasifikasi batubara. Batu bara merupakan bahan bakar fosil
yang paling melimpah, yaitu sekitar 90 % dari cadangan bahan bakar fosil. Akan
tetapi penggunaan bahan bakar batubara menimbulkan berbagai masalah,
misalnya dapat menimbulkan polusi udara yang lebih hebat daripada bahan bakar
apapun. Karena bentuknya yang padat terdapat keterbatasan penggunaannya. Oleh
karena itu, para ahli berupaya mengubahnya menjadi gas sehingga
pernggunaannya lebih luwes dan lebih bersih.

Gasifikasi batubara dilakukan dengan mereaksikan batubara panas dengan uap air
panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO,H2 dan CH4.

Sedangkan bahan sintetis lain yang juga banyak dipertimbangkan adalah


hidrogen. Hidrogen cair bersama-sama dengan oksigen cair telah digunakan pada
pesawat ulang-alik sebagai bahan bakar roket pendorongnya. Pembakaran
hidrogen sama sekali tidak memberi dampak negatif pada lingkungan karena hasil
pembakarannya adalah air. Hidrogen dibuat dari air melalui reaksi endoterm
berikut:

H2O (l) —> 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = 572 kJ


Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air tersebut berasal dari bahan
bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar yang konversial. Tetapi saat ini
sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir atau energi surya. Jika proyek itu
berhasil, maka dunia tidak perlu khawatir akan kekurangan energi. Matahari
sesungguhnya adalah sumber energi terbesar di bumi, tetapi tekonologi
penggunaan energi surya belumlah komersial. Salah satu kemungkinan
penggunaan energi surya adalah menggunakan tanaman yang dapat tumbuh cepat.
Energinya kemudian diperoleh dengan membakar tumbuhan itu. Dewasa ini,
penggunaan energi surya yang cukup komersial adalah untuk pemanas air rumah
tangga (solar water heater). Nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar
diberikan pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Komposisi dan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar
EntalpiPembakaran

Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Zat yang
mudah terbakar adalah unsur karbon, hidrogen, belerang, dan berbagai senyawa
dari unsur tersebut. Pembakaran dikatakan sempurna apabila karbon (c) terbakar
menjadi CO2, hidrogen (H) terbakar menjadi H2O, belerang (S) terbakar menjadi
SO2.
Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol suatu zat yang diukur pada
298 K, 1 atm disebut entalpi pembakaran standar(standard enthalpy of
combustion), yang dinyatakan dengan ΔHc 0 . Entalpi pembakaran juga
dinyatakan dalam kJ mol -1 .
Harga entalpi pembakaran dari berbagai zat pada 298 K, 1 atm diberikan pada
tabel 3 berikut.

Tabel 3 . Entalpi Pembakaran dari berbagai zat pada 298 K, 1 atm

Pembakaran bensin adalah suatu proses eksoterm. Apabila bensin dianggap terdiri
atas isooktana, C8H18 (salah satu komponen bensin) tentukanlah jumlah kalor
yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin. Diketahui entalpi pembakaran
isooktana = -5460 kJ mol-1 dan massa jenis isooktan = 0,7 kg L -1 (H = 1; C =12).
Jawab:
Entalpi pembakaran isooktana yaitu – 5460 kJ mol-1 . Massa 1 liter bensin = 1 liter
x 0,7 kg L-1 = 0,7 kg = 700 gram . Mol isooktana = 700 gram/114 gram mol-1 =
6,14 mol. Jadi kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin adalah: 6,14
mol x 5460 kJ mol -1 = 33524,4 kJ.
Entalpi Penguraian

Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan. Oleh karena


itu, sesuai dengan azas kekekalan energi, nilai entalpi penguraian sama dengan
entalpi pembentukannya, tetapi tandanya berlawanan.

Contoh:
Diketahui ΔHf 0 H2O (l) = -286 kJ mol -1, maka entalpi penguraian H2O (l)
menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah + 286 kJ mol-1
H2O (l) ——> H2 (g) + ½ O2 (g) ΔH = + 286 kJ

EntalpiPembentukan,PenguraiandanPembakaran

Harga perubahan entalpi reaksi dapat dipengaruhi oleh kondisi yakni suhu
dan tekanan saat pengukuran. Oleh karena itu, perlu kondisi suhu dan tekanan
perlu dicantumkan untuk setiap data termokimia.

Data termokimia pada umumnya ditetapkan pada suhu 25 0 C dan tekanan 1 atm
yang selanjutnya disebut kondisi standar. Perubahan entalpi yang diukur pada
suhu 25 0 C dan tekanan 1 atm disebut perubahan entalpi standar dan dinyatakan
dengan lambang Δ H0 atau ΔH298. Sedangkan perubahan entalpi yang
pengukurannya tidak merujuk kondisi pengukurannya dinyatakan dengan lambang
ΔH saja.
Entalpi molar adalah perubahan entalpi reaksi yang dikaitkan dengan kuantitas zat
yang terlibat dalam reaksi. Dalam termokimia dikenal berbagai macam entalpi
molar, seperti entalpi pembentukan, entalpi penguraian, dan entalpi pembakaran.

EntalpiPembentukan

Perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol zat langsung dari unsur-


unsurnya disebut entalpi molar pembentukan atau entalpi pembentukan. Jika
pengukuran dilakukan pada keadaan standar (298 k, 1 atm) dan semua unsur-
unsurnya dalam bentuk standar, maka perubahan entalpinya disebut entalpi
pembentukan standar(ΔHf 0). Entalpi pembentukan dinyatakan dalam kJ per
mol (kJ mol -1).
Supaya terdapat keseragaman, maka harus ditetapkan keadaan standar, yaitu
suhu 25 0 C dan tekanan 1 atm. Dengan demikian perhitungan termokimia
didasarkan pada keadaan standar.
Pada umumnya dalam persamaan termokimia dinyatakan:

AB + CD ———-> AC + BD Δ H0 = x kJ/mol
Δ H0 adalah lambang dari perubahan entalpi pada keadaan itu. Yang dimaksud
dengan bentuk standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling stabil dari
unsur itu pada kondisi standar (298 K, 1 atm).
Untuk unsur yang mempunyai bentuk alotropi, bentuk standarnya ditetapkan
berdasarkan pengertian tersebut. Misalnya, karbon yang dapat berbentuk intan dan
grafit, bentuk standarnya adalah grafit, karena grafit adalah bentuk karbon yang
paling stabil pada 298 K, 1 atm. Dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
entalpi pembentukan yaitu bahwa zat yang dibentuk adalah 1 mol dan dibentuk
dari unsurnya dalam bentuk standar.

Contoh: Entalpi pembentukan etanol (C2H5OH) (l) adalah -277,7 kJ per mol. Hal
ini berarti: Pada pembentukan 1 mol (46 gram) etanol dari unsur-unsurnya dalam
bentuk standar, yaitu karbon (grafit), gas hidrogen dan gas oksigen, yang diukur
pada 298 K, 1 atm dibebaskan 277,7 kJ dengan persamaan termokimianya
adalah:
2 C (s, grafit) + 3H2 (g) + ½ O2 (g) –> C2 H5 OH (l) ΔH = -277,7kJ
Nilai entalpi pembentukan dari berbagai zat serta persamaan termokimia reaksi
pembentukannya diberikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai entalpi pembentukan berbagai zat & Persamaan termokimia reaksi
pembentukannya
AzasKekekalanEnergi

Telah disebutkan bahwa jumlah energi yang dimiliki sistem dinyatakan


sebagai energi dalam (U). Hukum I termodinamika menyatakan hubungan antara
energi sistem dengan lingkungannya jika terjadi peristiwa. Energi dalam sistem
akan berubah jika sistem menyerap atau membebaskan kalor. Jika sistem
menyerap energi kalor, berarti lingkungan kehilangan kalor, energi dalamnya
bertambah (ΔU > 0), dan sebaliknya, jika lingkungan menyerap kalor atau sistem
membebasakan kalor maka energi dalam sistem akan berkurang (ΔU < 0), dengan
kata lain sistem kehilangan kalor dengan jumlah yang sama.
Energi dalam juga akan berubah jika sistem melakukan atau menerima kerja.
Walaupun sistem tidak menyerap atau membebaskan kalor, energi dalam sistem
akan berkurang jika sistem melakukan kerja, sebaliknya akan bertambah jika
sistem menerima kerja.

Sebuah pompa bila dipanaskan akan menyebabkan suhu gas dalam pompa naik
dan volumenya bertambah. Berarti energi dalam gas bertambah dan sistem
melakukan kerja. Dengan kata lain, kalor (q) yang diberikan kepada sistem
sebagian disimpan sebagai energi dalam (ΔU) dan sebagian lagi diubah menjadi
kerja (w).
Secara matematis hubungan antara energi dalam, kalor dan kerja dalam hukum I
termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut:

ΔU = q + W (6)
Persamaan (6) menyatakan bahwa perubahan energi dalam (ΔU) sama dengan
jumlah kalor yang diserap (q) ditambah dengan jumlah kerja yang diterima sistem
(w). Rumusan hukum I termodinamika dapat dinyatakan dengan ungkapan atau
kata-kata sebagai berikut.
” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah
dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah
konstan.” Karena itu hukum ini disebut juga hukum kekekalan energi .
Berdasarkan hukum I termodinamika, kalor yang menyertai suatu reaksi hanyalah
merupakan perubahan bentuk energi. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk
energi kalor. Energi kimia dapat diubah menjadi energi listrik dan energi listrik
dapat diubah menjadi energi kimia. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam
menggunakan rumus diatas, perlu ditetapkan suatu perjanjian. Maka perjanjian
itu adalah:
1. Yang diutamakan dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan

2. Kalor (q) yang masuk sistem bertanda positif (+), sedangkan yang keluar
bertanda negatif (-)

3. Kerja (w) yang dilakukan sistem (ekspansi) bertanda negatif (-) , dan yang
dilakukan lingkungan (kompresi) bertanda positif.

Gambar 8 Ekspansi gas pada tekanan eksternal konstan.


Tanda untuk q dan w dapat dilihat pada Gambar 9 berikut

Gambar 9. Tanda untuk q dan w


4. Yang diutamakan dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan.

5. Kerja dihitung dengan rumus:

W=-P(V1-V2) (7)
Dimana w = kerja (pada tekanan 1 atm), V1 = volume awal, dan V2 = volume
akhir, dan P = tekanan yang melawan gerakan piston pompa (atm), P untuk
ekspansi adalah P ex dan untuk kompresi adalah P in . Penerapan hukum
termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian dari
termokimia.

Contoh:
Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 1000 kJ dan melakukan kerja sebanyak 5
kJ. Berapakah perubahan energi dalam sistem ini?
Jawab:
Karena sistem menyerap kalor, maka q bertanda positif, tetapi karena
sistem m elakukan kerja, maka w bertanda negatif.
ΔU= q + w
=100 kJ – 5 kJ

= 95 kJ

PersamaanTermokimia

Persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya


disebut persamaan termokimia. Nilai ΔH yang dituliskan pada persamaan
termokimia disesuaikan dengan stokiometri reaksi. Artinya jumlah mol zat yang
terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya.
Oleh karena entalpi reaksi juga bergantung pada wujud zat harus dinyatakan, yaitu
dengan membubuhkan indeks s untuk zat padat , l untuk zat cair, dan g untuk zat
gas. Perhatikan contoh berikut . Contoh: Pada pembentukan 1a mol air dari
gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286 kJ. Kata “dibebaskan”
menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena itu ?H = -286 kJ
Untuk setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termokimianya adalah:

H2 (g) + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l) ΔH = -286 kJ

Atau
2 H2 (g) + O2 (g) ——> 2 H2O (l) ΔH = -572 kJ

(karena koefisien reaksi dikali dua, maka harga ΔH juga harus dikali dua).

PengertianReaksiEksotermdanEndoterm

Perubahan entalpi (ΔH) positif menunjukkan bahwa dalam perubahan terdapat


penyerapan kalor atau pelepasan kalor.

Reaksi kimia yang melepaskan atau mengeluarkan kalor disebutreaksi eksoterm,


sedangkan reaksi kimia yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Aliran
kalor pada kedua jenis reaksi diatas dapat dilihat pada gambar 11 berikut:

Gambar 11 Aliran kalor pada reaksi eksoterm dan endoterm


Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem
akan bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi
(Hr). Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk
dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi
untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:

ΔH = Hp- Hr > 0 (13 )


Sebaliknya, pada reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi
sistem akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi
pereaksi. Oleh karena itu , perubahan entalpinya bertanda negatif. Sehingga p
dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0 ( 14 )
Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan dengan
diagram tingkat energi. Seperti pada gambar 12.berikut
VI. CARA KERJA

1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

25 ml H2O 25 ml H2O
dipanaskan sampai ∆t = 10oC
dimasukkan ke dalam kalorimeter
dicatat suhunya (T2)
dicatat suhunya (T1)
dimasukkan ke calorimeter yang
berisi H2O

dicampur dan dikocok

50 ml H2O
dicatat suhunya (∆T)

dihitung tetapan kalorimeter

Persamaan Reaksi: H2O(l) + H2O(l) 2H2O(l)


2. Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4

25 ml 0.5 gr
CuSO4 Serbuk Zn
1M

dimasukkan ke dalam kalorimeter dimasukkan ke dalam kalorimeter


dicatat suhunya (T3) yang berisi CuSO4
dicatat suhunya (T4)

dihitung kalor penetralan

ZnSO4 + Cu

Persamaan Reaksi: CuSo4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)

3. Penentuan Kalor Penetralan HCl-NaOH

25 ml HCl 25 ml
0.5 M NaOH 0.5
M

dimasukkan ke dalam kalorimeter diukur suhunya hingga sama


dengan HCl
dicatat suhunya (T5)
dimasukkan ke dalam kalorimeter

HCl + NaOH dicatat suhunya (T6)

dihitung kalor penetralan

Persamaan Reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

VIII. ANALISIS DATA

1. Penentuan Tetapan Kalorimeter


Temperatur H2O yang dimasukkan ke dalam kalorimeter adalah
31oC / 304K. Temperatur H2O yang dipanaskan adalah 41oC / 314K.
Sedangkan temperatur campurannya adalah 38oC / 311K. Persamaan
reaksi:
H2O(l) + H2O(l) 2H2O(l)
Perhitungan:

𝑞1 = m × c × ∆t q3
k=
T2 − T1
= 25 × 4.2 × 7

= 735 J −420
=
314 − 304
𝑞2 = m × c × ∆t
−420
= 25 × 4.2 × 3 =
10
= 315 J
J
= −42 ⁄K
𝑞3 = 𝑞2 − 𝑞1

= 315 − 735

= −420 J

2. Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4


Temperatur CuSO4 yang dimasukkan ke dalam kalorimeter adalah 31oC /
304K. Sedangkan temperatur campuran CuSO4 dan Zn adalah 33oC / 306K.
Persamaan reaksi:
CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)
Perhitungan:

m 0.07 = 0.0125mmol
nZn = =
Ar 65.4

= 0.0011 mol

𝑛𝐶𝑢𝑆𝑂4 = 𝑀 × V

= 0.5 × 0.025

CuSO4 + Zn ZnSO4 + Cu
M: 0.0011 0.0125 - -
R: 0.0011 0.0011 0.0011 0.0011
S: - 0.0114 0.0011 0.0011

𝑚𝑍𝑛𝑆𝑂4 = 𝑛 × Mr 𝑞6 = 𝑞4 + 𝑞5

= 0.0011 × 161.5 = −84 + 1.4

= 0.17 gr = −82.6 J

𝑞4 = 𝑘(𝑇4 − 𝑇3 ) q6
∆H =
mol
= −42 × 2
−82.6
= −84 J =
0.0011
𝑞5 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑡
J
= −75.091 ⁄mol
= 0.17 × 34.2 × 2

= 1.4 J

3. Penentuan Kalor Penetralan HCl-NaOH


Temperatur HCl yang dimasukkan ke dalam kalorimeter adalah 31oC /
304K. Temperatur NaOH sama dengan HCl, yaitu 31oC / 304K. Sedangkan
temperatur campuran HCl dan NaOH adalah 33oC / 306K. Persamaan reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Perhitungan:

𝑚𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝜌 × V = −42 × 2

= 1.03 × 50 = −84 J

= 51.5 gr 𝑞9 = 𝑞7 + 𝑞8

𝑞7 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑡 = 380.07 + (−84)

= 51.5 × 3.69 × 2 = 296.07 J

= 380.07 J

𝑞8 = 𝑘(𝑇6 − 𝑇5 ) m
nNaCl =
Mr
51.5 296.07
= =
58.5 0.88

= 0.88 mol J
= 336.44 ⁄mol
q9
∆H =
mol

IX. PEMBAHASAN

1. Penentuan Tetapan Suhu Kalorimeter


Untuk menentukan tetapan kalorimeter, Aquades sebanyak 25 ml
dimasukkan ke dalam kalorimeter, diukur suhunya. Lalu, Aquades sebanyak
25 ml dipanaskan hingga mengalami kenaikan suhu sebesar 10oC. Aquades
yang panas dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi Aquades dingin,
lalu diaduk. Ukur suhu campuran yang konstan. Melalui perhitungan, akan
diperoleh tetapan kalorimeter, yaitu -42 J/oC. Persamaaan reaksi:
H2O(l) + H2O(l) 2H2O(l)

2. Penentuan Kalor Reaksi Zn(s) – CuSO4(aq)


Pada reaksi Zn dan CuSO4, sistem melepas kalor ke lingkungan
sehingga terjadi peningkatan suhu pada lingkungan. Dari pengamatan,
diperoleh data suhu awal, yaitu 31oC dan suhu campuran, 38oC. Dan dari
perhitungan, diperoleh data kalor reaksi sebesar -75.091 kJ/mol.
Adanya kenaikan suhu, membuktikan bahwa reaksi antara Zn dan
CuSO4 mengalami reaksi eksoterm. Dan ∆H bernilai negatif. Persamaan
reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

3. Penentuan Kalor Penetralan HCl – NaOH


Pada reaksi penetralan HCl dan NaOH, sistem melepas kalor ke
lingkungan sehingga terjadi peningkatan suhu pada lingkungan. Dari
pengamatan, diperoleh data suhu awal, yaitu 31oC dan suhu campuran, 33oC.
Dan dari perhitungan, diperoleh data kalor reaksi sebesar 336.44 kJ/mol.
Adanya kenaikan suhu, membuktikan bahwa reaksi antara HCl dan
NaOH mengalami reaksi endoterm. Dan ∆H bernilai positif. Persamaan
reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

X. KESIMPULAN
Dari percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap reaksi kimia
mengalami perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan maupun sebaliknya
akibat perubahan suhu. Dan tetapan kalorimeter yang diperoleh dari percobaan
adalah sebesar -42 J/oK.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Achmad, Drs. Hiskia. 1992. Wujud Zat dan Kesetimbangan Kimia. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Sugiarto, Bambang, dkk. 2007. Kimia Dasar I. Surabaya: Unesa University Press.
Tim Kimia Dasar. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Tim Kimia Dasar. 2012. Kimia Umum. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Diakses pada tanggal :


Jum’at,9 November 2012-11-10 pukul 09.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai