Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANORGANIK FISIK

“ Reaksi subsitusi ligan”

DI SUSUN OLEH

KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya
kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini , dalam makalah ini saya membahas tentang
‘’reaksi subsitusi ligan’’ dengan ini, saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang saya miliki sebagai mahasiswa. Namun demikian, banyak pula pihak yang
telah membantu saya dan memberikan pemikiran serta solusi untuk pemecahan masalah saya.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini di waktu
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Palu, 27 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………………….

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Senyawa Kompeks…………………………………………………………………………………………………

2.2 Reaksi Subsitusi……………………………………………………………………………………………………………………..

2.2.3 Reaksi Pengatian Ligan dalam Kompleks Oktahedral……………………………………………………………

2.2.4 Mekanisme Asosiatif dan Disosiati dalam Kompleks Okthahedral Cis…………………………………..

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………...........

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena adanya donor pasangan
elektron bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion pusat yang menerima pasangan
elektron bebas (Asam Lewis) dengan ikatan kovalen koordinasi. Senyawa kompleks yang
banyak ditemukan umumnya memiliki struktur oktahedral, dalam struktur ini enam ligan
membentuk oktahedral di sekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 6). Pada
simetri oktahedral, orbital-d akan berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan
energi Δoct. Orbital dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada
orbital dz2 and dx2-y2 Hal ini dikarenakan orbital dxy,dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih
jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks
tetrahedral juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat ligan membentuk
tetrahedral disekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 4). Dalam pemisahan medan
kristal tetrahedral, orbital-d kembali berpisah menjadi dua kelompok dengan perbedaan energi
Δtet. Orbital dz2dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital yang lebih rendah, dan dxy, dxz
dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari senyawa kompleks ?
2. Apa saja reaksi yang terjadi pada senyawa komplek
3. Apa pengertian dari rekasi substitusi ?
4. Apa pengertian dari rekasi disosiasi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mempelajari senyawa kompleks
2. Untuk mempelajari rekasi dalam senyawa kompleks
3. Untuk mempelajari rekasi substitusi dan rekasi disosiasi
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian senyawa Kompleks


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena adanya donor pasangan elektron
bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion pusat yang menerima pasangan elektron bebas
(Asam Lewis) dengan ikatan kovalen koordinasi. Senyawa kompleks yang banyak ditemukan
umumnya memiliki struktur oktahedral, dalam struktur ini enam ligan membentuk oktahedral di
sekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 6). Pada simetri oktahedral, orbital-d akan
berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi Δoct. Orbital dxy, dxz dan dyz akan
memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital dz2 and dx2-y2 Hal ini dikarenakan orbital
dxy,dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak
yang lebih kecil. Kompleks tetrahedral juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat
ligan membentuk tetrahedral disekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 4).

2.1.2 Rekasi Substitusi


Reaksi substitusi adalah reaksi di mana 1 atau lebih ligan dalam suatu kompleks
digantikan oleh ligan lain. Karena ligan memiliki pasangan elektron bebas sehingga bersifat
nukleofilik (menyukai inti atom), maka reaksi tersebut juga dikenal sebagai reaksi substitusi
nukeofilik (SN).Berdasarkan mekanismenya reaksi substitusi dapat dibedakan menjadi :
1. SN1 (lim)
2. SN1
3. SN2
4. SN2 (lim)
5. SN1 (lim) : substitusi nukleofilik orde-1 ekstrim
Mekanisme reaksi diawali dengan pemutusan salah satu ligan, ini berlangsung lambat sehingga
merupakan tahap penentu reaksi (rate determining step). Dengan demikian konstanta laju
reaksi(k) hanya dipengaruhi oleh jenis kompleks dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh jenis
ligan pengganti. Untuk reaksi ini disebut reaksi disosiatif dimana ikatannya putus dahulu
kemudian nukleofilik (dalam hal ini ligan) baru menyerang masuk. Pada reaksi ini terjadi
dalam 2 tahap reaksi, dimana reaksi tidak serempak. Mekanisme reaksi yang pertama adalah
pemutusan ikatan yang melepas satu ligan. Kemudian membentuk intermediet dengan
bilangan koordinasi 5. Kemudian pada mekanisme reaksi yang kedua barulah ligan masuk
kedalam senyawa kompleks. Ligan yang datang mencari pusat positif (seperti : inti atom) yaitu
ion logam karena ligan lebih bermuatan negative (nukleofilik). Pada mekanisme yang
pertama reaksi berjalan dengan lambat dan merupakan tahap penentu laju, sedangkan pada
mekanisme kedua reaksi berjalan dengan cepat.
Contoh :
[Co(CN–)5(H2O)]2-+ Y–↔ [Co(CN–)5(Y–)]2- + H2O

Diperoleh data harga k untuk berbagai ligan pengganti (Y–) sebagai berikut :
ligan pengganti (Y–) k (detik-1)
Br– 1,6 . 10-3

I– 1,6 . 10-3

SCN– 1,6 . 10-3

N3– 1,6 . 10-3

H2O– 1,6 . 10-3


Mekanisme reaksi :

[Co(CN–)5(H2O)]2-↔ [Co(CN–)5]2-+ H2O (lambat)

[Co(CN–)5]2- + Y– ↔ [Co(CN–)5(Y–)]2- (cepat)

Persamaan laju reaksi : r = k ([Co(CN–)5(H2O)]2-)

A. SN1 : substitusi nukleofilik orde-1


Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan ikatan. Pada saat
ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti sudah hampir putus sudah terjadi pembentukan
ikatan (walaupun sangat lemah) antara ion pusat dengan ligan pengganti. Dengan demikian tahap
penentu utama laju reaksi adalah pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti dan
hanya sedikit dipengaruhi oleh pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti.
Harga k terutama ditentukan oleh jenis ion kompleks, namun jika jenis ligan pengganti divariasi
ternyata memberikan sedikit pengaruh seperti tersaji pada tabel berikut

ligan pengganti (Y–) K

[Ni(H2O)6]2+ [Co(H2O)6]2+

SO42- 1,5

Glisin Diglisin imidazol 0,9

1,2 2,6

1,6 2,6
4,4
Untuk reaksi ini disebut reaksi disosiatif dimana ikatannya putus dahulu kemudian nukleofilik (dalam
hal ini ligan) baru menyerang masuk. Pada reaksi ini terjadi dalam 2 tahap reaksi, dimana reaksi tidak
serempak. Mekanisme reaksi yang pertama adalah pemutusan ikatan yang melepas satu ligan.
Kemudian membentuk intermediet dengan bilangan koordinasi 5. Kemudian pada mekanisme reaksi
yang kedua barulah ligan masuk kedalam senyawa kompleks. Ligan yang datang mencari pusat positif
(seperti : inti atom) yaitu ion logam karena ligan lebih bermuatan negative (nukleofilik). Pada
mekanisme yang pertama reaksi berjalan dengan lambat dan merupakan tahap penentu laju, sedangkan
pada mekanisme kedua reaksi berjalan dengan cepat.
B. SN2 : substitusi nukleofilik orde-2
Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan ikatan. Pada saat ikatan
antara ion pusat dengan ligan terganti baru mulai melemah sudah terjadi pembentukan ikatan yang
sudah hampir sempurna antara ion pusat dengan ligan pengganti. Dengan demikian tahap penentu utama
laju reaksi adalah pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti dan hanya sedikit
dipengaruhi oleh pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti. Reaksi ini disebut dengan
reaksi assosiatif, dimana reaksinya terjadi secara serempak dalam satu tahap reaksi. Melibatkan bentuk
intermediet berkoordinasi tujuh dalam tahap lambat dan disosiasi dalam tahap cepat. Pada SN2 ini
pembentukan ikatan ligan logam (produk) sama pentingnya dengan pemutusan ikatan ligan, logam.
Mekanisme adalah ligan kuat akan masuk dulu kedalam senyawa kompleks dan membentu intermediet.
Kemudian barulah ligan yang lemah didalam senyawa tersebut akan putus ikatannya dan kemudia lepas.
C. SN2-lim : substitusi nukleofilik orde-2 ekstrim
Mekanisme reaksi diawali dengan pembentukan ikatan yang sempurna antara ion pusat dengan
ligan pengganti, dilanjutkan dengan pemutusan ligan terganti. Dengan demikian zantara (intermediate)
merupakan kompleks koordinasi 5. Konstanta laju reaksi (k) dipengaruhi baik oleh jenis kompleks
maupun oleh jenis ligan pengganti.
Contoh :
[PtCl4]2-+ X– ↔ [PtCl3X–]2- + Cl–
Mekanisme :
[PtCl4]2- + X– ↔ [PtCl4X–]2- (lambat)

[PtCl4X–]2- ↔ [PtCl3X–]2- + Cl– (cepat) Persamaan laju reaksi : r = k ([PtCl4]2-)2(X–)


Untuk reaksi SN2 (lim) tersebut dapat disusun urutan laju reaksi untuk bebagai ligan pengganti
(Y–), dimana perbandingan laju reaksi bilamana digunakan ligan PR3 OR–= 107: 1 Reaksi ini disebut
dengan reaksi assosiatif, dimana reaksinya terjadi secara serempak dalam satu tahap reaksi. Melibatkan
bentuk intermediet berkoordinasi tujuh dalam tahap lambat dan disosiasi dalam tahap cepat. Pada SN2
ini pembentukan ikatan ligan logam (produk) sama pentingnya dengan pemutusan ikatan ligan, logam.
Mekanisme adalah ligan kuat akan masuk dulu kedalam senyawa kompleks dan membentu intermediet.
Kemudian barulah ligan yang lemah didalam senyawa tersebut akan putus ikatannya dan kemudia lepas.

Reaksi substitusi pada kompleks oktahedral pada umunya berlangsung melalui mekanisme SN1
dan SN1-lim (mekanisme disosiatif), sedang substitusi pada kompleks bujursangkar pada umunya
berlangsung melalui mekanisme SN2 dan SN2-lim (asosiatif). Hal ini dapat dipahami mengingat
kompleks koordinat 6 sudah cukup crowded dan tidak ada tempat lagi bagi ligan pengganti untuk
bergabung sehingga dihasilkan kompleks koordinat 7. Adapun untuk kompleks bujursangkar masih
tersedia ruangan yang cukup longgar bagi ligan pengganti untuk bergabung membentuk intermediate
berupa kompleks koordinat 5.

2.2 3 Reaksi Penggantian Ligan dalam Kompleks Oktahedral


Persamaan umum bagi reaksi pemindahan ligan adalah: [LnMX] + Y = [LnMY] + XDalam
larutan air kasus istimewa di mana Y adalah H2O (atau OH-) sangatlah penting. Terdapat sedikit
reaksi, jika memang ada, dimana X mula- mula tidak diganti oleh H2O, dan hanya dengan cara
masuknya ligan lain Y ke dalam kompleks dengan menggantikan H2O. Jadi pembahasan terutama akan
dibatasi sepenuhnya kepada pokok bahasan mengenai reaksi akua atau hidrolisis.Laju hidrolisis
kompleks aminkobal (III) bergantung kepada pH dan umumnya mengikuti hukum laju;

ʋ = kA[L5CoX] + kB[L5CoX] [OH-].

pada umumnya kB (bagi hidrolisis basa) adalah sekitar 104 kali kA (hidrolisis asam) Subtitusi
pada Kompleks Oktahedral Geometri oktahedral adalah yang paling umum dalam kimia anorganik, dan
ditemukan sepanjang tabel periodik. Diantara kompleks oktahedral, kobalt (III) barangkali yang
paling secara luas terinvestigasi senyawa koordinasinya. Maka adalah alamiah untuk memulai
mendiskripkan kompleks subtitusi oktahedral dengan kompleks tertentu.Kebanyakan dokumen baik dari
reaksi subtitusi kompleks kobal (III) berlangsung dengan jalan-jalan disosiatif (D atau Id) dan dengan
jelas berpengaruh pada sifat dari ligan pergi. Efek dari ligan masuk secara relatif kecil. Laju juga pada
pelarut dan faktor-faktor lain.
a. Pengaruh dari Ligan Pergi
Suatu contoh karakteristik yang disebut hidrolisis asam terjadi dalam media encer (aqueous),
sebagai contoh:

Co(NH3)5 X2+ + H2O →Co (NH3)5OH2 + X

untuk kompleks pada jenis umum ini (berbeda dengan X), ada suatu relasi energi bebas linear
antara energi bebas pada aktifasi (AG2) dan energi bebas untuk reaksi (AGO). Hubungan adalah 1 ke 1,
yang menyatakan bahwa variasi pada (AG#) adalah dalam kaitan dengan variasi pada kekuatan ikatan
Co-X. Pernyataan ini dalam cara berbeda, kita boleh berkata bahwa pencapaian konfigurasi kompleks
teraktifasi membutuhkan pemutusan pada ikatan Co3-X. Dalam kompleks teraktifasi, X telah secara
esensial telah dipindahkan, mekanisme adalah disosiatif.

b. Halangan Stereokimia
Jika sedang sesak disekitar ion logam, disosiasi akan mendorong kearah beberapa macam relief.
Sebaliknya diharapkan struktur untuk lebih terbuka. Akuasi pada bentuk meso dari dikloro-
bis(butilendilamin)cobalt (III) adalah 30 kali lebih cepat dibandingkan reaksi bersesuai pada suatu
campuran d, l. Bentuk meso dipertimbangkan lebih secara sterik menghalangi.
c. Efek Ligan Tak Pergi
Laju juga dipengaruhi ligan dalam posisi cis dan trans ligan pergi. Dalam kompleks pada formula
umum cis dan trans Coen2ACl+, dimana A adalah ligan anionik dengan dirinya tak dapat disubtitusikan
tetapi mempengaruhi labilitas Cl-, labilisasi mengikuti kecenderungan A dalam posisi trans terhadap Cl
OH->NO2->N3>CN->Br->Cl->SO42->NCS-
A dalam posisi cis terhadap Cl:
OH->Cl->Br->NO2->SO42->NCS-
Kompleks cis memberikan reaksi lebih cepat daripada spesies trans bersesuaian, kecuali A= NO2- atau
N3-, tetapi secara umum perbedaannya kecil disana tak pengaruh streokimia yang signifikan.
d. Pengaruh Pelarut
Suatu kasus khas adalah solvasis pada cis-dibromo(tren)cobalt (III) adalah jelas nyata dari data
termaksud tak ada korelasi langsung dengan nilai konstana dielektrik pelarut.
Tabel 1. Laju solvolisis dari cis-CoIII(tren)Br2

+ pada 250C

Larutan k, s-1 ΔS≠, J


ΔH≠, kJ
deg-1 mol-
1
mol-1

Formamida 2,7 -134


42
x
10-2
Dimetilformamida 4,3 0
92
x
10-4
Dimetilsulfoksida 7,7 -50
75
x
10-4
N- 2,5 -
-
Metilformamida
x
10-1
Air 2,8 -63
63
x
10-2
e. Hukum laju
Corak umum dari hukum laju untuk jenis berbeda pada reaksi subtitusi telah disebutkan. Disini
beberapa aspek tajam akan diujikan, menggunakan model suatu reaksi anation umum pada bentuk:
Co – OH2 + Y → Co – Y + OH2
Untuk kesederhanaan prestasi, dalam persamaan ini lima ligan tak pergi pada Co3 dan muatan telah
dihilangkan. Grup datang Y adalah suatu anion, grup pergi X adalah molekul air. . Konsentrasi air
adalah juga diabaikan, sedang medium diasumsikan jadi aqueous.untuk suatu mekanisme D

pengukuran hukum laju sendiri bukanlah suatu ukuran diagnostik yang baik untuk memutuskan
antara suatu mekanisme D dan Id. Kombinasi dengan kriteria lain adalah diperlukan. Salah satunya
adalah dengan besarnya konstanta laju dan konstanta keseimbangan. Besarnya dapat diestimasi secara
teoritikal atau dengan analogi atau kadangkala boleh saja memungkinkan untuk mengukurnya secara
bebas. Demikian, jika pada mekanisme inter-perubahan nilai diharapkan untuk konstanta kesetimbangan
adalah kecil dan kondisi k(y)>>1 adalah tak dibenarkan. Dengan cara yang sama, jika laju untuk proses
water-exchange maka diukur secara bebas,

Co-OH2 +*OH2 → Co-*OH2 + OH2

K’ haruslah lebih besar ketimbang k dan mekanisme id, Atas dasar argumentasi, seperti ini, telah
disimpulkan bahwa reaksi anasi (anation) yang dipertimbangkan berproses dengan mekanisme Id
bukannya D.
Hidrolisis asam secara normal dilaksanakan dalam larutan asam. Untuk ligan seperti I-, Br- Dan

Cl-, laju hidrolisis adalah selalu bebas dengan keasaman. Untuk ligan Xn-1 (n>2), yang dapat
berkombinasi dengan satu atau lebih proton, laju bergantung pada konsentrasi ion hidrogen, sebagai
contoh, untuk n=2, Hidrolisis basa adalah hidrolisis pada alkali sebagai

contoh: (H3N)5CoX2+ + OH →(H3N)5CoOH2+ + X

Umumnya disepakati bahwa proses hidrolisis dengan mekanisme basa konjugasi garick:
Mekanisme ini konsisten dengan temuan yang mendasarkan hidrolisis hanya terjadi jika
kompleks mempunyai ligan seperti H2O atau NH3 dan etilendiamin yang dapat menyumbangkan suatu
proton. Reaksi kedua adalah lambat daripada suatu karakter disosiatif, seperti keselinhubungan subtitusi
pada larutan asam, kecuali bahwa presensi basa konjugasi (NH2-dalam pemberian contoh) memberikan
suatu kesan percepatan efek.

Hukum laju umum untuk hidrolisis basa diberikan dengan ekspresi: Rate = kaq [kompleks] +
kOH [compleks] [OH-] Itu berarti, ia mengandung istilah yang berhubungan dengan alur OH-
terkatalisa pada penambahan untuk suatu istilah orde pertama yang sesuai dengan suatu alur tak
terkatalisa.

2.4 Mekanisme Asosiatif dan Disosiati dalam Kompleks Oktahedral Cis

Kedua sistem substitusi oktahedral dapat dilukiskan pada kompleks kromium

(III). Sebuah aspek yang menarik dalam kasus ini adalah pengaruh- mempengaruhi (interplay) antara
mekanisme asosiasi dan disosiasi. Fakta- fakta untuk mekanisme asosiatif dalam beberapa kompleks
kobalt (III) juga telah dilaporkan, tetapi hal tersebut jarang dan barangkali tanpa solusi. Pada kromium
(III) saling mempengaruhi secara baik dapat dijelaskan. Itu kemudian menarik untuk dikaji.

Fakta-fakta yang di dapatkan mengindikasikan bahwa suatu tipe mekanisme asosiatif (Ia) adalah
penting dalam reaksi substitusi kompleks kromium (III) yang mengandung air sebagai ligan, seperti
substitusi X- pada Cr(H2O)5X2+ (dimana X adalah ligan unidentat). Demikian halnya, suatu
mekanisme asosiatif tampak dominant dalam pertukaran air antara Cr(H2O)6X3+ dan larutan berair
(aqueous) atau antara Cr(DMF)6X3+ dan larutan DMF. Sebaliknya, suatu mekanisme Id adalah disukai
untuk Cr(NH3)5X2+ juga untuk reaksi anasi (anation),

Cr(NH3)5OH23+ + X n→k Cr(NH3)5OH23-n + H2O

Pengukuran konstanta laju terdepan (forward) bermacam-macam dengan kurang dari suatu orde dari
besarnya grup datang yang bermuatan sama, dan pengukuran laju hanya kurang sedikit dari laju
pertukaran larutan. Perilaku ini adalah khas untuk mekanisme Id. Orbital kosong yang rendah letaknya
(lower
Hukum laju umum untuk hidrolisis basa diberikan dengan ekspresi: Rate = kaq [kompleks] + kOH
[compleks] [OH-]

Itu berarti, ia mengandung istilah yang berhubungan dengan alur OH- terkatalisa pada penambahan
untuk suatu istilah orde pertama yang sesuai dengan suatu alur tak terkatalisa.

2.2 4 Mekanisme Asosiatif dan Disosiati dalam Kompleks Oktahedral Cis

Kedua sistem substitusi oktahedral dapat dilukiskan pada kompleks kromium (III). Sebuah
aspek yang menarik dalam kasus ini adalah pengaruh- mempengaruhi (interplay) antara mekanisme
asosiasi dan disosiasi. Fakta- fakta untuk mekanisme asosiatif dalam beberapa kompleks kobalt (III)
juga telah dilaporkan, tetapi hal tersebut jarang dan barangkali tanpa solusi. Pada kromium (III) saling
mempengaruhi secara baik dapat dijelaskan. Itu kemudian menarik untuk dikaji. Fakta-fakta yang di
dapatkan mengindikasikan bahwa suatu tipe mekanisme asosiatif (Ia) adalah penting dalam reaksi
substitusi kompleks kromium (III) yang mengandung air sebagai ligan, seperti substitusi X- pada
Cr(H2O)5X2+ (dimana X adalah ligan unidentat). Demikian halnya, suatu mekanisme asosiatif tampak
dominant dalam pertukaran air antara Cr(H2O)6X3+ dan larutan berair (aqueous) atau antara
Cr(DMF)6X3+ dan larutan DMF. Sebaliknya, suatu mekanisme Id adalah disukai untuk Cr(NH3)5X2+
juga untuk reaksi anasi (anation),

Cr(NH3)5OH23+ + X n→k Cr(NH3)5OH23-n + H2O

Pengukuran konstanta laju terdepan (forward) bermacam-macam dengan kurang dari suatu orde
dari besarnya grup datang yang bermuatan sama, dan pengukuran laju hanya kurang sedikit dari laju
pertukaran larutan. Perilaku ini adalah khas untuk mekanisme Id. Orbital kosong yang rendah letaknya
(lowerlying) dalam Cr(III) boleh jadi menurut fikiran dapat digunakan pada formasi ikatan pada orbital
antibonding secara ganda pada orbital eg degenerasi.

Amoniak adalah donor yang lebih baik ketimbang air. Sebagai konsekuensinya, dalam
kompleks amin orbital ikatan (bonding) diturunkan dari logam orbital d yang dihadapkan untuk
bertempat lebih rendah dibanding dalam kompleks air. Pada orbital anti-ikatan urutannya adalah
dibalikkan. Keadaaan transisi untuk asosiasi lewat antibonding eg diharapkan akan jadi lebih stabil pada
spesies air, dan mekanisme asosiatif diharapkan jadi lebih disukai. Dalam pencapaian pada penafsiran
ini kita secara esensial mengabaikan tolakan antara elektron pada ligan masuk dan mereka yang dari
senyawa koordinasi. Bagaimanapun kita melihat dalam substitusi persegi planar bahwa permainan
tolakan antar-elektronik adalah sangat penting peranannya dalam penentuan jalan pada reaksi dan secara
umum diharapkan akan menjadikan asosiasi lebih sulit. Ini mungkin lalu jadi alasan utama asosiasi
adalah sering untuk kromium (III),dengan hanya ketiga elektron d saja, tetapi tidak untuk Co (III), yang
mempunyai enam electron d.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Senyawa kompleks merupakan senyawa
yang terbentuk karena adanya donor pasangan elektron bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion
pusat yang menerima pasangan elektron bebas (Asam Lewis) dengan ikatan kovalen koordinasi. Rekasi
substitusi adalah rekasi di mana 1 arau lebih ligan dalam suatu kompleks digantikan oleh ligan lain. Rekasi
disosiasi adalah rekasi.

3.2 Saran
Seharusnya pelajaran tentang sreaksi subsitusi ligan tidak hanya dilakukan dengan teori saja
tetapi harus dipraktekkan sehingga semua siswa dapat mengetahuikeuntungan dan kerugian dari
penggunaan sinar inframerah
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai