DI SUSUN OLEH
KELAS A
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya
kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini , dalam makalah ini saya membahas tentang
‘’reaksi subsitusi ligan’’ dengan ini, saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang saya miliki sebagai mahasiswa. Namun demikian, banyak pula pihak yang
telah membantu saya dan memberikan pemikiran serta solusi untuk pemecahan masalah saya.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini di waktu
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………………
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
Diperoleh data harga k untuk berbagai ligan pengganti (Y–) sebagai berikut :
ligan pengganti (Y–) k (detik-1)
Br– 1,6 . 10-3
I– 1,6 . 10-3
[Ni(H2O)6]2+ [Co(H2O)6]2+
SO42- 1,5
1,2 2,6
1,6 2,6
4,4
Untuk reaksi ini disebut reaksi disosiatif dimana ikatannya putus dahulu kemudian nukleofilik (dalam
hal ini ligan) baru menyerang masuk. Pada reaksi ini terjadi dalam 2 tahap reaksi, dimana reaksi tidak
serempak. Mekanisme reaksi yang pertama adalah pemutusan ikatan yang melepas satu ligan.
Kemudian membentuk intermediet dengan bilangan koordinasi 5. Kemudian pada mekanisme reaksi
yang kedua barulah ligan masuk kedalam senyawa kompleks. Ligan yang datang mencari pusat positif
(seperti : inti atom) yaitu ion logam karena ligan lebih bermuatan negative (nukleofilik). Pada
mekanisme yang pertama reaksi berjalan dengan lambat dan merupakan tahap penentu laju, sedangkan
pada mekanisme kedua reaksi berjalan dengan cepat.
B. SN2 : substitusi nukleofilik orde-2
Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan ikatan. Pada saat ikatan
antara ion pusat dengan ligan terganti baru mulai melemah sudah terjadi pembentukan ikatan yang
sudah hampir sempurna antara ion pusat dengan ligan pengganti. Dengan demikian tahap penentu utama
laju reaksi adalah pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti dan hanya sedikit
dipengaruhi oleh pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti. Reaksi ini disebut dengan
reaksi assosiatif, dimana reaksinya terjadi secara serempak dalam satu tahap reaksi. Melibatkan bentuk
intermediet berkoordinasi tujuh dalam tahap lambat dan disosiasi dalam tahap cepat. Pada SN2 ini
pembentukan ikatan ligan logam (produk) sama pentingnya dengan pemutusan ikatan ligan, logam.
Mekanisme adalah ligan kuat akan masuk dulu kedalam senyawa kompleks dan membentu intermediet.
Kemudian barulah ligan yang lemah didalam senyawa tersebut akan putus ikatannya dan kemudia lepas.
C. SN2-lim : substitusi nukleofilik orde-2 ekstrim
Mekanisme reaksi diawali dengan pembentukan ikatan yang sempurna antara ion pusat dengan
ligan pengganti, dilanjutkan dengan pemutusan ligan terganti. Dengan demikian zantara (intermediate)
merupakan kompleks koordinasi 5. Konstanta laju reaksi (k) dipengaruhi baik oleh jenis kompleks
maupun oleh jenis ligan pengganti.
Contoh :
[PtCl4]2-+ X– ↔ [PtCl3X–]2- + Cl–
Mekanisme :
[PtCl4]2- + X– ↔ [PtCl4X–]2- (lambat)
Reaksi substitusi pada kompleks oktahedral pada umunya berlangsung melalui mekanisme SN1
dan SN1-lim (mekanisme disosiatif), sedang substitusi pada kompleks bujursangkar pada umunya
berlangsung melalui mekanisme SN2 dan SN2-lim (asosiatif). Hal ini dapat dipahami mengingat
kompleks koordinat 6 sudah cukup crowded dan tidak ada tempat lagi bagi ligan pengganti untuk
bergabung sehingga dihasilkan kompleks koordinat 7. Adapun untuk kompleks bujursangkar masih
tersedia ruangan yang cukup longgar bagi ligan pengganti untuk bergabung membentuk intermediate
berupa kompleks koordinat 5.
pada umumnya kB (bagi hidrolisis basa) adalah sekitar 104 kali kA (hidrolisis asam) Subtitusi
pada Kompleks Oktahedral Geometri oktahedral adalah yang paling umum dalam kimia anorganik, dan
ditemukan sepanjang tabel periodik. Diantara kompleks oktahedral, kobalt (III) barangkali yang
paling secara luas terinvestigasi senyawa koordinasinya. Maka adalah alamiah untuk memulai
mendiskripkan kompleks subtitusi oktahedral dengan kompleks tertentu.Kebanyakan dokumen baik dari
reaksi subtitusi kompleks kobal (III) berlangsung dengan jalan-jalan disosiatif (D atau Id) dan dengan
jelas berpengaruh pada sifat dari ligan pergi. Efek dari ligan masuk secara relatif kecil. Laju juga pada
pelarut dan faktor-faktor lain.
a. Pengaruh dari Ligan Pergi
Suatu contoh karakteristik yang disebut hidrolisis asam terjadi dalam media encer (aqueous),
sebagai contoh:
untuk kompleks pada jenis umum ini (berbeda dengan X), ada suatu relasi energi bebas linear
antara energi bebas pada aktifasi (AG2) dan energi bebas untuk reaksi (AGO). Hubungan adalah 1 ke 1,
yang menyatakan bahwa variasi pada (AG#) adalah dalam kaitan dengan variasi pada kekuatan ikatan
Co-X. Pernyataan ini dalam cara berbeda, kita boleh berkata bahwa pencapaian konfigurasi kompleks
teraktifasi membutuhkan pemutusan pada ikatan Co3-X. Dalam kompleks teraktifasi, X telah secara
esensial telah dipindahkan, mekanisme adalah disosiatif.
b. Halangan Stereokimia
Jika sedang sesak disekitar ion logam, disosiasi akan mendorong kearah beberapa macam relief.
Sebaliknya diharapkan struktur untuk lebih terbuka. Akuasi pada bentuk meso dari dikloro-
bis(butilendilamin)cobalt (III) adalah 30 kali lebih cepat dibandingkan reaksi bersesuai pada suatu
campuran d, l. Bentuk meso dipertimbangkan lebih secara sterik menghalangi.
c. Efek Ligan Tak Pergi
Laju juga dipengaruhi ligan dalam posisi cis dan trans ligan pergi. Dalam kompleks pada formula
umum cis dan trans Coen2ACl+, dimana A adalah ligan anionik dengan dirinya tak dapat disubtitusikan
tetapi mempengaruhi labilitas Cl-, labilisasi mengikuti kecenderungan A dalam posisi trans terhadap Cl
OH->NO2->N3>CN->Br->Cl->SO42->NCS-
A dalam posisi cis terhadap Cl:
OH->Cl->Br->NO2->SO42->NCS-
Kompleks cis memberikan reaksi lebih cepat daripada spesies trans bersesuaian, kecuali A= NO2- atau
N3-, tetapi secara umum perbedaannya kecil disana tak pengaruh streokimia yang signifikan.
d. Pengaruh Pelarut
Suatu kasus khas adalah solvasis pada cis-dibromo(tren)cobalt (III) adalah jelas nyata dari data
termaksud tak ada korelasi langsung dengan nilai konstana dielektrik pelarut.
Tabel 1. Laju solvolisis dari cis-CoIII(tren)Br2
+ pada 250C
pengukuran hukum laju sendiri bukanlah suatu ukuran diagnostik yang baik untuk memutuskan
antara suatu mekanisme D dan Id. Kombinasi dengan kriteria lain adalah diperlukan. Salah satunya
adalah dengan besarnya konstanta laju dan konstanta keseimbangan. Besarnya dapat diestimasi secara
teoritikal atau dengan analogi atau kadangkala boleh saja memungkinkan untuk mengukurnya secara
bebas. Demikian, jika pada mekanisme inter-perubahan nilai diharapkan untuk konstanta kesetimbangan
adalah kecil dan kondisi k(y)>>1 adalah tak dibenarkan. Dengan cara yang sama, jika laju untuk proses
water-exchange maka diukur secara bebas,
K’ haruslah lebih besar ketimbang k dan mekanisme id, Atas dasar argumentasi, seperti ini, telah
disimpulkan bahwa reaksi anasi (anation) yang dipertimbangkan berproses dengan mekanisme Id
bukannya D.
Hidrolisis asam secara normal dilaksanakan dalam larutan asam. Untuk ligan seperti I-, Br- Dan
Cl-, laju hidrolisis adalah selalu bebas dengan keasaman. Untuk ligan Xn-1 (n>2), yang dapat
berkombinasi dengan satu atau lebih proton, laju bergantung pada konsentrasi ion hidrogen, sebagai
contoh, untuk n=2, Hidrolisis basa adalah hidrolisis pada alkali sebagai
Umumnya disepakati bahwa proses hidrolisis dengan mekanisme basa konjugasi garick:
Mekanisme ini konsisten dengan temuan yang mendasarkan hidrolisis hanya terjadi jika
kompleks mempunyai ligan seperti H2O atau NH3 dan etilendiamin yang dapat menyumbangkan suatu
proton. Reaksi kedua adalah lambat daripada suatu karakter disosiatif, seperti keselinhubungan subtitusi
pada larutan asam, kecuali bahwa presensi basa konjugasi (NH2-dalam pemberian contoh) memberikan
suatu kesan percepatan efek.
Hukum laju umum untuk hidrolisis basa diberikan dengan ekspresi: Rate = kaq [kompleks] +
kOH [compleks] [OH-] Itu berarti, ia mengandung istilah yang berhubungan dengan alur OH-
terkatalisa pada penambahan untuk suatu istilah orde pertama yang sesuai dengan suatu alur tak
terkatalisa.
(III). Sebuah aspek yang menarik dalam kasus ini adalah pengaruh- mempengaruhi (interplay) antara
mekanisme asosiasi dan disosiasi. Fakta- fakta untuk mekanisme asosiatif dalam beberapa kompleks
kobalt (III) juga telah dilaporkan, tetapi hal tersebut jarang dan barangkali tanpa solusi. Pada kromium
(III) saling mempengaruhi secara baik dapat dijelaskan. Itu kemudian menarik untuk dikaji.
Fakta-fakta yang di dapatkan mengindikasikan bahwa suatu tipe mekanisme asosiatif (Ia) adalah
penting dalam reaksi substitusi kompleks kromium (III) yang mengandung air sebagai ligan, seperti
substitusi X- pada Cr(H2O)5X2+ (dimana X adalah ligan unidentat). Demikian halnya, suatu
mekanisme asosiatif tampak dominant dalam pertukaran air antara Cr(H2O)6X3+ dan larutan berair
(aqueous) atau antara Cr(DMF)6X3+ dan larutan DMF. Sebaliknya, suatu mekanisme Id adalah disukai
untuk Cr(NH3)5X2+ juga untuk reaksi anasi (anation),
Pengukuran konstanta laju terdepan (forward) bermacam-macam dengan kurang dari suatu orde dari
besarnya grup datang yang bermuatan sama, dan pengukuran laju hanya kurang sedikit dari laju
pertukaran larutan. Perilaku ini adalah khas untuk mekanisme Id. Orbital kosong yang rendah letaknya
(lower
Hukum laju umum untuk hidrolisis basa diberikan dengan ekspresi: Rate = kaq [kompleks] + kOH
[compleks] [OH-]
Itu berarti, ia mengandung istilah yang berhubungan dengan alur OH- terkatalisa pada penambahan
untuk suatu istilah orde pertama yang sesuai dengan suatu alur tak terkatalisa.
Kedua sistem substitusi oktahedral dapat dilukiskan pada kompleks kromium (III). Sebuah
aspek yang menarik dalam kasus ini adalah pengaruh- mempengaruhi (interplay) antara mekanisme
asosiasi dan disosiasi. Fakta- fakta untuk mekanisme asosiatif dalam beberapa kompleks kobalt (III)
juga telah dilaporkan, tetapi hal tersebut jarang dan barangkali tanpa solusi. Pada kromium (III) saling
mempengaruhi secara baik dapat dijelaskan. Itu kemudian menarik untuk dikaji. Fakta-fakta yang di
dapatkan mengindikasikan bahwa suatu tipe mekanisme asosiatif (Ia) adalah penting dalam reaksi
substitusi kompleks kromium (III) yang mengandung air sebagai ligan, seperti substitusi X- pada
Cr(H2O)5X2+ (dimana X adalah ligan unidentat). Demikian halnya, suatu mekanisme asosiatif tampak
dominant dalam pertukaran air antara Cr(H2O)6X3+ dan larutan berair (aqueous) atau antara
Cr(DMF)6X3+ dan larutan DMF. Sebaliknya, suatu mekanisme Id adalah disukai untuk Cr(NH3)5X2+
juga untuk reaksi anasi (anation),
Pengukuran konstanta laju terdepan (forward) bermacam-macam dengan kurang dari suatu orde
dari besarnya grup datang yang bermuatan sama, dan pengukuran laju hanya kurang sedikit dari laju
pertukaran larutan. Perilaku ini adalah khas untuk mekanisme Id. Orbital kosong yang rendah letaknya
(lowerlying) dalam Cr(III) boleh jadi menurut fikiran dapat digunakan pada formasi ikatan pada orbital
antibonding secara ganda pada orbital eg degenerasi.
Amoniak adalah donor yang lebih baik ketimbang air. Sebagai konsekuensinya, dalam
kompleks amin orbital ikatan (bonding) diturunkan dari logam orbital d yang dihadapkan untuk
bertempat lebih rendah dibanding dalam kompleks air. Pada orbital anti-ikatan urutannya adalah
dibalikkan. Keadaaan transisi untuk asosiasi lewat antibonding eg diharapkan akan jadi lebih stabil pada
spesies air, dan mekanisme asosiatif diharapkan jadi lebih disukai. Dalam pencapaian pada penafsiran
ini kita secara esensial mengabaikan tolakan antara elektron pada ligan masuk dan mereka yang dari
senyawa koordinasi. Bagaimanapun kita melihat dalam substitusi persegi planar bahwa permainan
tolakan antar-elektronik adalah sangat penting peranannya dalam penentuan jalan pada reaksi dan secara
umum diharapkan akan menjadikan asosiasi lebih sulit. Ini mungkin lalu jadi alasan utama asosiasi
adalah sering untuk kromium (III),dengan hanya ketiga elektron d saja, tetapi tidak untuk Co (III), yang
mempunyai enam electron d.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Senyawa kompleks merupakan senyawa
yang terbentuk karena adanya donor pasangan elektron bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion
pusat yang menerima pasangan elektron bebas (Asam Lewis) dengan ikatan kovalen koordinasi. Rekasi
substitusi adalah rekasi di mana 1 arau lebih ligan dalam suatu kompleks digantikan oleh ligan lain. Rekasi
disosiasi adalah rekasi.
3.2 Saran
Seharusnya pelajaran tentang sreaksi subsitusi ligan tidak hanya dilakukan dengan teori saja
tetapi harus dipraktekkan sehingga semua siswa dapat mengetahuikeuntungan dan kerugian dari
penggunaan sinar inframerah
DAFTAR PUSTAKA