FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA SELATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya Penulis dapat
menyelesaikan makalah “Reaksi substitusi nuleofilik alifatik ( SN1 dan SN2 ) dan mekanisme
dehidrohalogenasi alkil halida ( E1 dan E2 )”
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
media sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah Metodologi Penelitian ini dapat diambil
manfaatnya untuk masyarakat dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................ii
1.1.................................................................................................................Latar Belakang
......................................................................................................................................1
1.2..............................................................................................................................Tujuan
......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
2.1......................................................................................................Substitusi Nukleofilik
.......................................................................................................................................2
2.2........................................................................................................................Reaksi Sn1
.......................................................................................................................................2
2.2.1 Mekanisme SN1....................................................................................................2
2.2.2 Laju Reaksi SN1...................................................................................................4
2.2.3 Reaktivitas Relatif dalam Reaksi SN1..................................................................4
2.3........................................................................................................................Reaksi SN2
.......................................................................................................................................5
2.3.1 Mekanisme SN2.................................................................................................5
2.3.2 Laju Reaksi SN2.................................................................................................6
2.3.3 Stereokimia Reaksi SN2.....................................................................................6
2.4.............................................................................................................Reaksi Eliminasi
.......................................................................................................................................7
2.4.1. Gambaran umum eliminasi...............................................................................7
2.4.2. Mekanisme Eliminasi........................................................................................8
2.4.3. Reaksi Eliminasi E1..........................................................................................8
2.4.4. Mekanisme eliminasi E1...................................................................................9
2.4.5. Mekanisme Eliminasi E2................................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................11
3.1..................................................................................................................... Kesimpulan
....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Mampu mendefinisikan pengertian “Mekanisme Reaksi”
b. Memahami mekanisme yang terjadi pada reaksi substitusi SN1 dan SN2
c. Mampu mendifinisikan pengertian “Raksi Eliminasi”
d. Memahami mekanisme yang terjadi pada reaksi eliminasi E1 dan E2
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Rekasi nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti
hal nya H2O, CH3CH2OH. Sunstitusi unimolekul meliputi proses ionisasi awal
substrat yang mengandung gugus pergi dan membentuk karbokation, kemudian
diikuti oleh reaksi dengan nukleofil.
Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugus bebas (halida) putus, atau
substrat terurai, elektron – elektron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan
terbentuk ion karbonium
3
bukan air menyebabkan ketidakefisienan dalam memisahkan ion–ion sehingga
menyebabkan proses ionisasi berjalan sangat lambat. Diketahui bahwa reaksi SN1
terjadi hanya dalam media berair.
Menurut Stanley H. Pine, dkk dalam buku Kimia Organik1 menyatakan
Kecepatan reaksi hanya bergantung pada kosentrasi t-butil bromida. Substrat (t-
butil bromida), dan bukan nukleofilnya (air) yang terlibat dalam pengendalian laju
dan reaksinya bertingkat satu (Pine,1988:414). Jadi yang terlibat hanya satu
pereaksi dalam reaksi, yaitu alkil halida sedangkan nukleofil tidak terlibat dalam
pembentukan karbokation (penentuan laju reaksi). Pembentukan karbokation akan
menentukan mekanisme reaksi SN1akan berlangsung cepat, jika karbokation yang
terbentuk adalah struktur tersier dan akan berlangsung lambat jika strukturnya
primer.
CH3Br 1,00a
4
CH3CH2Br 1,00a
(CH3)2CHBr 11,6
(CH3)3CBr 1,2 x 106
Tabel 1. Tabel laju relatif beberapa alkil bromida pada kondisi SN1
Dapat diperhatikan dari tabel diatas bahwa alkil halida mengalami substitusi
11,6 kali lebih cepat daripada alkil halida primer pada kondisi ini. Sedangkan alkil
halida tersier bereaksi sejuta kali lebih cepat daripada alkil halida primer.
Laju reaksi SN1 dari berbagai alkil halida bergantung pada energi
pengaktifan relatif yang mengakibatkan terbentuknya karbokation yang berlainan.
Dalam reaksi ini, energi keadaan transisi yang akan menghasilkan karbokation itu
sebagian besar ditentukan oleh kestrabilan karbokation itu, yang telah setengah
terbentuk dalam keadaan transisi. Dikatakan bahwa keadaan transisi itu mempunyai
karakter karbokation. Oleh karena itu reaksi yang menghasilkan karbokation
berenergi rendah dan stabil, akan berjalan dengan laju yang tinggi. Alkil halida
tersier menghasilkan suatu karbokation yang lebih stabil daripada karbokation yang
berasal dari metilhalida atau alkil halida primer. Maka reaksi ini memiliki laju yang
tinggi.
5
Gambar 4. Mekanisme rekasi SN2
6
Pada mekanisme reaksi SN2 reaksi akan lebih cepat bila gugus alkil pada
substrat berupa primer dan paling lambat bila berupa tersier (Rinaningsih R., 2014).
Sedangkan pada alkil halida sekunder bereaksi dengan laju pertengahan sehingga
Urutan reaktivitas untuk reaksi SN2 adalah 1° > 2° > 3°.
2.3.2. Laju Reaksi SN2
Tiap molekul yang bereaksi dan menghasilkan produk harus melewati keadaan
transisi baik struktur maupun energinya. Karena energi molekul tidak sama, maka
diperlukan waktu agar semua molekul bereaksi. Laju reaksi kimia ialah ukuran
berapa cepat reaksi itu berlangsung.
Laju reaksi bergantung pada banyak variabel. Dalam hal ini dua variabel yang
diperhatikan yaitu : (1) konsentrasi pereaksi, dan (2) struktur pereaksi. Menambah
konsentrasi pereaksi pada reaksi SN2 akan menambah laju terbentuknya produk,
karena akan menambah seringnya tabrakan antara molekul – molekul. Laju reaksi
SN2 berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksinya.
Karena laju reaksi SN2 bergantung pada konsentrasi dari alkil halida dan
nukleofil, maka laju itu dikatakan reaksi orde 2.
2.3.3. Stereokimia Reaksi SN2
Dalam reaksi SN2 antara bromoetana dengan ion hidroksida, oksigen dari ion
hidroksida menabrak bagian belakang karbon ujung dan menggantikan ion bromida.
Gambar 5.
Stereokimia Reaksi SN2
Bila sebuah nukleofil menabrak sisi belakang suatu karbon tetrahedral yang
terikat pada sebuah halogen, dua peristiwa terjadi sekaligus, yaitu : (1) suatu ikatan
baru terbentuk, dan (2) ikatan C – X mulai patah. Proses ini disebut proses setahap.
Jika energi potensial kedua unsur yang bertabrakan cukup tinggi maka akan terjadi
pembentukan ikatan baru dan pelepasan ikatan C –X lebih mudah. Ketika pereaksi
berubah menjadi produk, mereka harus melewati keadaan berenergi potensial tinggi
dibandingkan dengan energi pereaksi atau produk. Keadaan ini disebut keadaan
transisi. Karena keadaan transisi melibatkan partikel nukleofil dan alkil halida, maka
reaksi SN2 dikatakan bersifat bimolekular.
7
2.4. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi memperkenalkan ikatan π menjadi senyawa organik, sehingga
mereka dapat digunakan untuk mensintesis alkena dan alkuna - hidrokarbon yang
mengandung satu dan dua ikatan π, masing-masing. Seperti substitusi nukleofilik, reaksi
eliminasi dapat terjadi dengan dua jalur yang berbeda, tergantung pada kondisi. Pada
reaksi eliminasi, halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang bersebelahan
dieliminasi dan ikatan baru (ikatan π) terbentuk di antara karbonkarbon yang pada
mulanya membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam
pembuatan senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Seringkali reaksi
substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan pereaksi nukleofil dan
substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung pada kekuatan nukleofil,
struktur substrat, dan seperti halnya dengan reaksi substitusi, reaksi elimanasi juga
mempunyai dua mekanisme,yaitu mekanisme E2 dan E1.
2.4.1. Gambaran umum Eliminasi
Semua reaksi eliminasi melibatkan hilangnya unsur-unsur dari bahan awal untuk
membentuk ikatan π baru dalam produk.
Gambar 6 .
8
Gambar 7. Contoh reaksi eliminasi
9
Gambar 8. Pembentukan ikatan pada reaksi Eliminasi
Basa : menghilangkan proton pada karbon β, sehingga membentuk H-B+
Pasangan elektron dalam β ikatan C-H membentuk ikatan π baru antara
karbon α dan β.
Pasangan elektron dalam ikatan C-X berakhir pada halogen, membentuk
gugus pergi X
10
2.4.7. Mekanisme E1
Tahap 1 (lambat) Pertama dalam reaksi eliminasi adalah tahap lambat dan
merupakan tahap penentu laju dari reaksi keseluruhan. Suatu reaksi E1 yang khas
menunjukkan kinetika order-pertama, dengan laju reaksi hanya bergantung pada
konsentrasi alkil halide saja.
11
Elektron ikatan sigma karbon hidrogen bergeser ke arah muatan positif, karbon itu
mengalami Rehibridisasi dari keadaan sp3 ke keadaan sp2, dan terbentuklah alkena.
Gambar 10. Mekanisme E1 Tahap 2
Karena suatu reaksi E1 berlangsung lewat zat antara karbokation, maka tidak
mengherankan bahwa alkil halida tersier lebih cepat daripada alkil halida lain.
2.4.8. Mekanisme E2
Mekanisme yang paling umum untuk dehidrogenasi adalah mekanisme E2 .
misalnya (CH3)3 CBr bereaksi dengan ( –OH) membentuk (CH3) 2 = CH2 melalui
mekanisme E2.
a. Kinetika
Sebuah reaksi orde E2 kedua kinetika yaitu, reaksi bimolekuler dan
kedua alkil halida dan basa yang muncul dalam persamaan tingkat = k
[ ( CH3 ) 3 CBr ] [ - OH ]
b. Mekanisme satu tahap
Penjelasan untuk kinetika orde kedua adalah reaksi bersama: semua
ikatan diputus dan dibentuk dalam satu tahap, seperti yang ditunjukan pada
mekanisme 8.1
12
Gambar 12. Tahap reaksi E2
Diagram energi untuk reaksi ( CH3 ) 3 CBr dengan -OH ditunjukkan pada
gambar 8.3 reaksi memiliki pada langkah , sehingga ada satu penghalang energi
antara reaktan dan produk dua ikatan yang rusak (CH dan C-Br) dan dua ikatan
terbentuk (H-OH dan ikatan π) dalam satu langkah, sehingga keadaan transisi berisi
empat ikatan parial, dengan muatan negatif didistribusikan ke basa dan gugus pergi.
Entropi berupa produk dari reaksi E2 karena dua molekul bahan, mulai dari tiga
molekul produk.
13
BAB III
PENUTUP
3.2. Kesimpulan
Reaksi SN1 adalah reaksi substitusi nukelofilik unimolekuler yang hanya
terjadi pada alkil halida tersier. Terdapat tiga tahapan pada reaksi SN1. Tahapan
reaksi SN1 yang pertama adalah pemutusan alkil halida menjadi sepasang ion yaitu
ion halida dan suatu karbokation kemudian dilanjutkan dengan penggabungan
karbokation dengan nukleofil yang menghasilkan produk awal yaitu alkohol
berproton. Tahap terakhir dari reaksi SN1 yaitu lepasnya H+ dari alkohol berproton
sehingga terjadi reaksi asam basa.
Sedangkan mekanisme reaksi SN2 merupakan reaksi yang menggunakan
proses satu tahap, yang terjadi jika alkil halida pada senyawa halogen organik berupa
metil > primer > sekunder > tersier. Mekanisme ini terjadi dengan pembalikan
konfigurasi dan kecepatannya bergantung pada konsentrasi nukleofil dan substrat.
Mekanisme reaksi SN2 hanya sedikit dipengaruhi oleh kepolaran pelarut.
Karbokation sekunder dan primer dalam larutan menghasilkan kedua produk
yang teramati itu, yakni produk normal dan produk penataan ulang (rearrangement
product), yaitu suatu produk dimana kerangka atau posisi gugus fungsional berbeda
dari kerangka atau posisi dalam bahan alamnya.
Reaksi E1 adalah reaksi eliminasi dimana suatu karbokation (suatu zat antara
yang tak stabil dan berenergi tinggi, yang dengan segera bereaksi lebih lanjut) dapat
memberikan sebuah proton kepada suatu basa dan menghasilkan sebuah alkena.
Reaksi E2 (eliminasi bimolekular) ialah reaksi eliminasi alkil halida yang paling
berguna. Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan bila digunakan basa kuat, seperti
–OH dan –OR, dan temperatur tinggi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J., & Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi III. Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
15