Anda di halaman 1dari 18

Reaksi substitusi nuleofilik alifatik ( SN1 dan SN2 ) dan mekanisme

dehidrohalogenasi alkil halida ( E1 dan E2 )

Dosen : Lia Puspitasari, S.Farm.,M.Si.Apt


Penulis : Dimas Yusuf Atthariq 18330110

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA SELATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya Penulis dapat
menyelesaikan makalah “Reaksi substitusi nuleofilik alifatik ( SN1 dan SN2 ) dan mekanisme
dehidrohalogenasi alkil halida ( E1 dan E2 )”
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
media sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah Metodologi Penelitian ini dapat diambil
manfaatnya untuk masyarakat dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta,24 Oktober 2020


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................ii
1.1.................................................................................................................Latar Belakang
......................................................................................................................................1
1.2..............................................................................................................................Tujuan
......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
2.1......................................................................................................Substitusi Nukleofilik
.......................................................................................................................................2
2.2........................................................................................................................Reaksi Sn1
.......................................................................................................................................2
2.2.1 Mekanisme SN1....................................................................................................2
2.2.2 Laju Reaksi SN1...................................................................................................4
2.2.3 Reaktivitas Relatif dalam Reaksi SN1..................................................................4
2.3........................................................................................................................Reaksi SN2
.......................................................................................................................................5
2.3.1 Mekanisme SN2.................................................................................................5
2.3.2 Laju Reaksi SN2.................................................................................................6
2.3.3 Stereokimia Reaksi SN2.....................................................................................6
2.4.............................................................................................................Reaksi Eliminasi
.......................................................................................................................................7
2.4.1. Gambaran umum eliminasi...............................................................................7
2.4.2. Mekanisme Eliminasi........................................................................................8
2.4.3. Reaksi Eliminasi E1..........................................................................................8
2.4.4. Mekanisme eliminasi E1...................................................................................9
2.4.5. Mekanisme Eliminasi E2................................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................11
3.1..................................................................................................................... Kesimpulan
....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk mengetahui reaksi substitusi secara mendalam, perlu juga untuk memahami
bagaimana mekanisme reaksinya. Mekanisme reaksi adalah gambaran tahap demi tahap
peristiwa terjadinya suatu reaksi kimia (Tastan, O., Yalcinkaya, E., & Boz, 2010). Peristiwa
terjadinya reaksi kimia merupakan kejadian pada level molekuler dimana melibatkan elektron
pada kulit terluarnya (Ahiakwo & Macson J., 2012).
Reaksi substitusi pada senyawa halogen organik melibatkan kehadiran nukleofilik dalam
mekanisme reaksinya. Nukleofilik merupakan suatu spesies (atom/ ion/ molekul) yang kaya
akan elektron sehingga ia tidak suka akan elektron tetapi suka akan nukleus (inti yang
kekurangan elektron). Reaksi substitusi ini lebih dikenal nama reaksi substitusi nukleofilik.
Reaksi substitusi nukleofilik mempunyai 2 mekanisme utama yaitu mekanisme SN1 dan
mekanisme SN2. Kedua mekanisme ini mempunyai perbedaan dalam proses mekanismenya.
Oleh karena itu, tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan bagaimana
mekanisme reaksi substitusi SN1 dan SN2

1.2. Tujuan
a. Mampu mendefinisikan pengertian “Mekanisme Reaksi”
b. Memahami mekanisme yang terjadi pada reaksi substitusi SN1 dan SN2
c. Mampu mendifinisikan pengertian “Raksi Eliminasi”
d. Memahami mekanisme yang terjadi pada reaksi eliminasi E1 dan E2

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Subtitusi Nukleofilik


Reaksi substitusi nukleofilik terdiri dari 2 mekanisme reaksi, yaitu mekanisme reaksi
substitusi SN1 dan SN2. Mekanisme reaksi SN1 ialah suatu proses substitusi dimana
prosesnya meliputi dua tahap. Sedangkan mekanisme reaksi SN2 hanya terdiri dari satu
tahap.
Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian suatu gugus yang mudah pergi (leaving
groupi) umumnya gugus halida ( X = F, Cl, Br, I ) dengan gugus lain. Prnggantian gugus
mudah pergi oleh suatu nukleofilik ( suka inti, ion muatan negatif ) disebut substitusi
nukleofilik (Ismono, dkk 2018)

Gambar 1. Rekasi Substitusi Nukleofilik


Dalam reaksi substitusi alkil halida, ion iodida adalah halida yang paling mudah
digantikanm baru ion bromida dan kemudian klorida. Karena F - merupakan bahasa yang lebih
kuat dari pada ion halida lain, dan karena ikatan C-F lebih kuat dari pada ikatan C-X lain
fluorida bukan gugus pergi yang baik. Dari segi praktis, hanya Cl, Br dan I merupakan gugus
pergi yang cukup baik sehingga bermanfaat dalam reaksi – reksi substitusi ( Fessenden dan
Fessenden, 182 : 1986 )

2.2. Reaksi Sn1


2.2.1. Mekanisme SN1
Mekanisme reaksi merupakan pemberian terinci mengenai bagaimana reaksi
berlangsung. Reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler (Sn1) adalah reaksi ion yang
memiliki beberapa tahapan reaksi. Reaksi Sn1 hanya terjadi pada alkil halida tersier.

2
Rekasi nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti
hal nya H2O, CH3CH2OH. Sunstitusi unimolekul meliputi proses ionisasi awal
substrat yang mengandung gugus pergi dan membentuk karbokation, kemudian
diikuti oleh reaksi dengan nukleofil.
Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugus bebas (halida) putus, atau
substrat terurai, elektron – elektron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan
terbentuk ion karbonium

Gambar 2. Mekanisme SN1 pada tahap 1

Pada tahap kedua, karbokation bergabung dengan nukleofilik dan


menghasilkan produk awal sehingga pada tahap ini mekanisme SN1 berlangsung
secara cepat.

Gambar 3. Mekanisme SN1 pada tahap 2

Jika karbon pembawa gugus pergi bersifat kiral, reaksi menyebabkan


hilangnya aktivitas optik karena terjadi resemik (Riswiyanto, 2015). Spesies
antaranya yaitu ion karbonum, hanya ada tiga gugus yang terikat pada karbon
positif. Karena itu, karbonpositif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk planar,
sehingga air mempunyai peluar menyerang dari dua sisi(depan dan belakang).
Kesempatan ini masing masing mempunyai peluang sebesar 50, sehingga hasilnya
adalah resemik.
Pada umumnya proses SN1 terjadi dengan air sebagai pelarut atau kopelarut,
mengandung substrat dan gugus pergi. Reaksi SN1 yang terjadi pada pelarut yang

3
bukan air menyebabkan ketidakefisienan dalam memisahkan ion–ion sehingga
menyebabkan proses ionisasi berjalan sangat lambat. Diketahui bahwa reaksi SN1
terjadi hanya dalam media berair.
Menurut Stanley H. Pine, dkk dalam buku Kimia Organik1 menyatakan
Kecepatan reaksi hanya bergantung pada kosentrasi t-butil bromida. Substrat (t-
butil bromida), dan bukan nukleofilnya (air) yang terlibat dalam pengendalian laju
dan reaksinya bertingkat satu (Pine,1988:414). Jadi yang terlibat hanya satu
pereaksi dalam reaksi, yaitu alkil halida sedangkan nukleofil tidak terlibat dalam
pembentukan karbokation (penentuan laju reaksi). Pembentukan karbokation akan
menentukan mekanisme reaksi SN1akan berlangsung cepat, jika karbokation yang
terbentuk adalah struktur tersier dan akan berlangsung lambat jika strukturnya
primer.

2.2.2. Laju Reaksi SN1


Laju reaksi SN1 tidak bergantung kepada konsentrasi nukleofil, tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi alkil halida.
Laju SN1 = k [RX]
Laju dari kseluruhan reaksi ditentukan seluruhnya oleh cepatnya RX
berionisasi dan membentuk karbokation R+. Tahap ini (tahap 1 dalan reaksi
keseluruhan) disebut tahap penentu-laju atau tahap pembatas-laju,
Ini disebabkan oleh sangat cepatnya reaksi antara rantai karbon dengan
nukleofil, tetapi konsentrasi rantai karbon sangat kecil. Kombinasi laju reaksi yang
cepat antara rantai karbon dengan nukleofil hanya terjadi bila karbokation itu
terionisasi dan membentuk karbokation. Tahap ionisasi ini disebut tahap penentu
laju (rate determining) atau tahap pembatas laju (rate limiting). Dalam reaksi
bertahap apa saja, tahap paling lambat dalam deret keseluruhan adalah menentukan
laju. Suatu reaksi SN1 bersifat orde pertama dalam laju karena laju itu berbanding
lurus dengan hanya konsentrasi satu pereaksi. Reaksi ini adalah reaksi unimolekular
karena hanya satu partikel (RX) yang terlibat dalam keadaan transisi tahap penentu
laju.

2.2.3. Reaktivitas Relatif dalam Reaksi SN1

CH3Br 1,00a
4
CH3CH2Br 1,00a
(CH3)2CHBr 11,6
(CH3)3CBr 1,2 x 106
Tabel 1. Tabel laju relatif beberapa alkil bromida pada kondisi SN1
Dapat diperhatikan dari tabel diatas bahwa alkil halida mengalami substitusi
11,6 kali lebih cepat daripada alkil halida primer pada kondisi ini. Sedangkan alkil
halida tersier bereaksi sejuta kali lebih cepat daripada alkil halida primer.
Laju reaksi SN1 dari berbagai alkil halida bergantung pada energi
pengaktifan relatif yang mengakibatkan terbentuknya karbokation yang berlainan.
Dalam reaksi ini, energi keadaan transisi yang akan menghasilkan karbokation itu
sebagian besar ditentukan oleh kestrabilan karbokation itu, yang telah setengah
terbentuk dalam keadaan transisi. Dikatakan bahwa keadaan transisi itu mempunyai
karakter karbokation. Oleh karena itu reaksi yang menghasilkan karbokation
berenergi rendah dan stabil, akan berjalan dengan laju yang tinggi. Alkil halida
tersier menghasilkan suatu karbokation yang lebih stabil daripada karbokation yang
berasal dari metilhalida atau alkil halida primer. Maka reaksi ini memiliki laju yang
tinggi.

2.3. Reaksi SN2


2.3.1. Mekanisme Reaksi SN2
Reaksi bromoetana dengan ion hidroksida yang menghasilkan ethanol dan
ion bromida adalah suatu reaksi SN2 yang khas. SN2 berarti substitusi, nukleofil,
bimolekular. Alkil halida primer apa saja mampu bereaksi SN2 dengan nukleofil yang
agak kuat seperti OH- , dan CN- . Alkil halida primer juga dapat bereaksi dengan
nukleofil lemah seperti H2O, tetapi reaksi ini terlalu lambat. Alkil halida sekunder
pun dapat bereaksi SN2, tetapi alkil halida tersier tidak dapat bereaksi secara SN2.
Substitusi bimolekul melibatkan tumbukan nukleofil dengan karbon substrat yang
mengandung gugus pergi. Reaksi substitusi ini disebut sebagai reaksi SN2. Persamaan
reaksi umum substitusi SN2. Reaksi:
Nu: + R:L R:Nu+ + :L-
Nu:- + R:L R:Nu + :L-
Mekanisme reaksi SN2 ialah proses mekanisme yang dilakukan dalam satu
tahap, dimana ketika ikatan pada gugus pergi mulai putus bersamaan dengan
terbentuknya ikatan pada nukleofilik.

5
Gambar 4. Mekanisme rekasi SN2

6
Pada mekanisme reaksi SN2 reaksi akan lebih cepat bila gugus alkil pada
substrat berupa primer dan paling lambat bila berupa tersier (Rinaningsih R., 2014).
Sedangkan pada alkil halida sekunder bereaksi dengan laju pertengahan sehingga
Urutan reaktivitas untuk reaksi SN2 adalah 1° > 2° > 3°.
2.3.2. Laju Reaksi SN2
Tiap molekul yang bereaksi dan menghasilkan produk harus melewati keadaan
transisi baik struktur maupun energinya. Karena energi molekul tidak sama, maka
diperlukan waktu agar semua molekul bereaksi. Laju reaksi kimia ialah ukuran
berapa cepat reaksi itu berlangsung.
Laju reaksi bergantung pada banyak variabel. Dalam hal ini dua variabel yang
diperhatikan yaitu : (1) konsentrasi pereaksi, dan (2) struktur pereaksi. Menambah
konsentrasi pereaksi pada reaksi SN2 akan menambah laju terbentuknya produk,
karena akan menambah seringnya tabrakan antara molekul – molekul. Laju reaksi
SN2 berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksinya.
Karena laju reaksi SN2 bergantung pada konsentrasi dari alkil halida dan
nukleofil, maka laju itu dikatakan reaksi orde 2.
2.3.3. Stereokimia Reaksi SN2
Dalam reaksi SN2 antara bromoetana dengan ion hidroksida, oksigen dari ion
hidroksida menabrak bagian belakang karbon ujung dan menggantikan ion bromida.

Gambar 5.
Stereokimia Reaksi SN2
Bila sebuah nukleofil menabrak sisi belakang suatu karbon tetrahedral yang
terikat pada sebuah halogen, dua peristiwa terjadi sekaligus, yaitu : (1) suatu ikatan
baru terbentuk, dan (2) ikatan C – X mulai patah. Proses ini disebut proses setahap.
Jika energi potensial kedua unsur yang bertabrakan cukup tinggi maka akan terjadi
pembentukan ikatan baru dan pelepasan ikatan C –X lebih mudah. Ketika pereaksi
berubah menjadi produk, mereka harus melewati keadaan berenergi potensial tinggi
dibandingkan dengan energi pereaksi atau produk. Keadaan ini disebut keadaan
transisi. Karena keadaan transisi melibatkan partikel nukleofil dan alkil halida, maka
reaksi SN2 dikatakan bersifat bimolekular.

7
2.4. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi memperkenalkan ikatan π menjadi senyawa organik, sehingga
mereka dapat digunakan untuk mensintesis alkena dan alkuna - hidrokarbon yang
mengandung satu dan dua ikatan π, masing-masing. Seperti substitusi nukleofilik, reaksi
eliminasi dapat terjadi dengan dua jalur yang berbeda, tergantung pada kondisi. Pada
reaksi eliminasi, halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang bersebelahan
dieliminasi dan ikatan baru (ikatan π) terbentuk di antara karbonkarbon yang pada
mulanya membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam
pembuatan senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Seringkali reaksi
substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan pereaksi nukleofil dan
substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung pada kekuatan nukleofil,
struktur substrat, dan seperti halnya dengan reaksi substitusi, reaksi elimanasi juga
mempunyai dua mekanisme,yaitu mekanisme E2 dan E1.
2.4.1. Gambaran umum Eliminasi
Semua reaksi eliminasi melibatkan hilangnya unsur-unsur dari bahan awal untuk
membentuk ikatan π baru dalam produk.

Gambar 6 .

Reaksi Umum Eliminasi


Persamaan [1] dan [2] menggambarkan contoh reaksi eliminasi. Dalam kedua reaksi
basa menghilangkan unsur asam HBr atau HCl dari bahan awal organik.

8
Gambar 7. Contoh reaksi eliminasi

Penghilangan unsur HX ,disebut dehidrohalogenasi, adalah salah satu metode


yang paling umum untuk memperkenalkan ikatan baru (ikatan π) dan
mempersiapkan alkena. Dehidrohalogenasi adalah contoh dari eliminasi β, karena
melibatkan kehilangan unsur-unsur dari dua atom yang berdekatan, karbon α terikat
dengan gugus pergi x, dan karbon β berdekatan dengan itu. Tiga Panah formalisme
melengkung yang ditunjukkan di bawah menggambarkan bagaimana empat ikatan
yang rusak atau dibentuk dalam proses.

9
Gambar 8. Pembentukan ikatan pada reaksi Eliminasi
 Basa : menghilangkan proton pada karbon β, sehingga membentuk H-B+
 Pasangan elektron dalam β ikatan C-H membentuk ikatan π baru antara
karbon α dan β.
 Pasangan elektron dalam ikatan C-X berakhir pada halogen, membentuk
gugus pergi X

2.4.2. Mekanisme Eliminasi


Apa sih yang dimaksud dengan eliminasi ? apa itu urutan pemutusan ikatan
dan penyambung ikatan ? Apakah reaksinya melalui satu tahap atau beberapa
tahap ? Ada dua mekanisme untuk elimination E1 dan E2 terdapat dua mekanisme
substitusi nukleofilik SN 1 dan SN2
 Mekanisme E1 ( Eliminasi unimolekuler )
 Mekanisme E2 ( Eliminasi Bimolekuler )
Mekanisme E1 dan E2 berbeda dalam waktu pemutusan ikatan dan
pembentukan ikatan, mekanisme analog untuk SN1 dan SN2, pada kenyataannya
reaksi E1 dan reaksi SN1 memiliki beberapa kesamaan gambarannya, seperti reaksi
E2 dan SN2.
2.4.6. Reaksi Eliminasi E1
Reaksi E1 adalah reaksi eliminasi dimana suatu karbokation (suatu zat antara
yang tak stabil dan berenergi tinggi, yang dengan segera bereaksi lebih lanjut) dapat
memberikan sebuah proton kepada suatu basa dan menghasilkan sebuah alkena.
Pada reaksi SN1, salah satu cara karbokation mencapai produk yang stabil ialah
dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil. Karbokation adalah suatu zat antara yang
tak stabil dan berenergi tinggi. Karbokation memberikan kepada basa sebuah proton
dalam reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena.

10
2.4.7. Mekanisme E1
Tahap 1 (lambat) Pertama dalam reaksi eliminasi adalah tahap lambat dan
merupakan tahap penentu laju dari reaksi keseluruhan. Suatu reaksi E1 yang khas
menunjukkan kinetika order-pertama, dengan laju reaksi hanya bergantung pada
konsentrasi alkil halide saja.

Gambar 9. Mekanisme E1 Tahap 1


Tahap 2 (cepat) Dalam tahap dua reaksi eliminasi, basa itu merebut sebuah
proton dari sebuah atom karbon yang terletak berdampingan dengan karbon positif.

11
Elektron ikatan sigma karbon hidrogen bergeser ke arah muatan positif, karbon itu
mengalami Rehibridisasi dari keadaan sp3 ke keadaan sp2, dan terbentuklah alkena.
Gambar 10. Mekanisme E1 Tahap 2
Karena suatu reaksi E1 berlangsung lewat zat antara karbokation, maka tidak
mengherankan bahwa alkil halida tersier lebih cepat daripada alkil halida lain.

2.4.8. Mekanisme E2
Mekanisme yang paling umum untuk dehidrogenasi adalah mekanisme E2 .
misalnya (CH3)3 CBr bereaksi dengan ( –OH) membentuk (CH3) 2 = CH2 melalui
mekanisme E2.

Gambar 11. Contoh Reaksi E2

a. Kinetika
Sebuah reaksi orde E2 kedua kinetika yaitu, reaksi bimolekuler dan
kedua alkil halida dan basa yang muncul dalam persamaan  tingkat = k
[ ( CH3 ) 3 CBr ] [ - OH ]
b. Mekanisme satu tahap
Penjelasan untuk kinetika orde kedua adalah reaksi bersama: semua
ikatan diputus dan dibentuk dalam satu tahap, seperti yang ditunjukan pada
mekanisme 8.1

12
Gambar 12. Tahap reaksi E2
Diagram energi untuk reaksi ( CH3 ) 3 CBr dengan -OH ditunjukkan pada
gambar 8.3 reaksi memiliki pada langkah , sehingga ada satu penghalang energi
antara reaktan dan produk dua ikatan yang rusak (CH dan C-Br) dan dua ikatan
terbentuk (H-OH dan ikatan π) dalam satu langkah, sehingga keadaan transisi berisi
empat ikatan parial, dengan muatan negatif didistribusikan ke basa dan gugus pergi.
Entropi berupa produk dari reaksi E2 karena dua molekul bahan, mulai dari tiga
molekul produk.

Gambar 13. Reaksi E2 dengan keadaan transisi

13
BAB III
PENUTUP
3.2. Kesimpulan
Reaksi SN1 adalah reaksi substitusi nukelofilik unimolekuler yang hanya
terjadi pada alkil halida tersier. Terdapat tiga tahapan pada reaksi SN1. Tahapan
reaksi SN1 yang pertama adalah pemutusan alkil halida menjadi sepasang ion yaitu
ion halida dan suatu karbokation kemudian dilanjutkan dengan penggabungan
karbokation dengan nukleofil yang menghasilkan produk awal yaitu alkohol
berproton. Tahap terakhir dari reaksi SN1 yaitu lepasnya H+ dari alkohol berproton
sehingga terjadi reaksi asam basa.
Sedangkan mekanisme reaksi SN2 merupakan reaksi yang menggunakan
proses satu tahap, yang terjadi jika alkil halida pada senyawa halogen organik berupa
metil > primer > sekunder > tersier. Mekanisme ini terjadi dengan pembalikan
konfigurasi dan kecepatannya bergantung pada konsentrasi nukleofil dan substrat.
Mekanisme reaksi SN2 hanya sedikit dipengaruhi oleh kepolaran pelarut.
Karbokation sekunder dan primer dalam larutan menghasilkan kedua produk
yang teramati itu, yakni produk normal dan produk penataan ulang (rearrangement
product), yaitu suatu produk dimana kerangka atau posisi gugus fungsional berbeda
dari kerangka atau posisi dalam bahan alamnya.
Reaksi E1 adalah reaksi eliminasi dimana suatu karbokation (suatu zat antara
yang tak stabil dan berenergi tinggi, yang dengan segera bereaksi lebih lanjut) dapat
memberikan sebuah proton kepada suatu basa dan menghasilkan sebuah alkena.
Reaksi E2 (eliminasi bimolekular) ialah reaksi eliminasi alkil halida yang paling
berguna. Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan bila digunakan basa kuat, seperti
–OH dan –OR, dan temperatur tinggi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp J., & Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi III. Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.

Leny Heliawati, 2018. “ Kimia Organik Fisik “. Pascasarjana – UNPAK : Bogor

Riswiyanto. 2015. “ Kimia Organik “. Edisi Kedua. Jakarta; Erlangga

15

Anda mungkin juga menyukai