Disusun Oleh :
Kelas : A2
Dosen Pengampu : Ira Lestari, S.Si, M.Si dan Dr. Rer. Nat
Universitas Tanjungpura
Pontianak 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan
hidayahkepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
2.1 Pengertian Reaksi Redoks...............................................................................2
2.2 Reaksi Redoks Organik...................................................................................4
3.2 Mekanisme Reaksi Redoks..............................................................................9
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan reaksi reduksi-oksidasi di dalam kimia
organik ?
3. Bagaimana dan apa saja pereaksi maupun katalis yang terlibat dalam
reaksi reduksi-oksidasi organik ?
4. Bagaimana proses mekanisme reaksi yang terjadi dalam reaksi
reduksi-oksidasi senyawa organik ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu yang dimaksud dengan reaksi oksidasi-reduksi
dengan senyawa organik.
2. Mengatahui dan memahami pereaksi maupun katalis apa saja yang
digunakan dalam reaksi reduksi-oksidasi.
3. Mengetahui dan memahami proses mekanisme reaksu yang terjadi
dalam reaksi reduksi-oksidasi senyawa organik.
BAB II
PEMBAHASAN
2
(1) menuliskan masing-masing persamaan setengah reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi
(2) menyetarakan unsur-unsur yang mengalami reaksi redoks
(3) menambahkan (1) molekul H2O :
- pada yang kekurangan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana
asam
- pada yang kelebihan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana
basa (4) menyetarakan atom hidrogen dengan ion H+ jika suasana asam
atau dengan ion OH- jika suasana basa
(5) menyetarakan muatan dengan menambahan elektron di sebelah kanan
atau kiri persamaan reaksi
(6) menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi dengan menyamakan
elektronnya
Contoh 1: Reaksi : Cr2O72- + Cu+ → Cr3+ + Cu2+
Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
Tahap 1 : Cr2O72- → Cr3+ Cu+ → Cu2+
Tahap 2 : Cr2O72- → 2 Cr3+ Cu+ → Cu2+
Tahap 3 : Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O Cu+ → Cu2+
Tahap 4 : 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O Cu+ →
Cu2+
Tahap 5 : 6e + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I)
Cu+ → Cu2+ + e (II)
Tahap 6: 6e + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I) x 1
6 Cu+ → 6 Cu2+ + 6 e (II) x 6 + Reaksi akhir: Cr2O72- + 6 Cu+
+ 14 H+ → 2 Cr3+ + 6 Cu2+ + 7 H2O
Cara penyetaraan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan
oksidasi (biloks) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
(1) menyetarakan (menyamakan) unsur-unsur yang mengalami perubahan
bilangan oksdasi
(2) menentukan biloks unsur-unsur tersebut dan menentukan
perubahannya
(3) menyamakan kedua perubahan biloks
(4) menentukan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan
(5) menyamakan muatan dengan cara : a. jika muatan di ruas kiri lebih
negatif maka menambahkan ion H+ sebanyak perbedaan muatan (ini
berarti reaksi berlangsung dalam suasana asam) b. jika muatan di ruas
kanan lebih positif maka menambahkan ion OH- sebanyak perbedaan
muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana basa)
(6) menyamakan atom hidrogen di ruas kiri dan kanan dengan cara
menambahkan H2O.
Reduksi organik atau oksidasi organik atau reaksi redoks organik
adalah reaksi redoks yang terjadi dengan senyawa organik. Dalam kimia
3
organik, oksidasi dan reduksi berbeda dari reaksi redoks biasa karena
banyak reaksi membawa nama tetapi sebenarnya melibatkan transfer
elektron dalam pengertian elektrokimia. Sebaliknya kriteria yang relevan
untuk oksidasi organik adalah perolehan oksigen atau hilangnya hidrogen.
Gugus fungsional sederhana dapat diatur dalam urutan peningkatan
oksidasi. Angka oksidasi hanyalah perkiraan.
Bilangan oksidasi Senyawa
-4 Metana
-3 Alkana
-2,-1 Alkana, Alkena, Alkohol, Alkil, Halida, Amina
0 Alkalin, Diol Geminal
+1 Aldehida
+2 Kloroform, Hidrogen Sianida, Keton
+3 Asam Karboksilat, Amida, Nitril (Alkil Sianida)
+4 Karbon Dioksida, Tetraklorometana
4
Reaksi ini cukup murah dan merupakan alternatif dari reduksi ester
menggunakan litium alumunium hidrida.
2. Reaksi Cannizzaro
Dinamakan dari penemunya Stanislao Cannizzaro, adalah sebuah
reaksi kimia yang melibatkan disproporsional aldehida tanpa hidrogen
pada posisi alfa yang diinduksi oleh basa. Cannizzaro pertama kali
menyelesaikan transformasi ini pada tahun 1853, ketika dia
mendapatkan benzil alkohol dan asam benzoat dari reaksi antara
benzaldehida dengan kalium karbonat.
5
mengalami lisis (pemecahan) oleh hidrogen. Heteroatom dapat
bervariasi, tetapi biasanya adalah oksigen, nitrogen, atau belerang.
Reaksi yang terkait adalah hidrogenasi, dimana hidrogen ditambahkan
ke molekul, tanpa mengikat ikatan. Biasanya hidrogenolisis dilakukan
secara katalitik dengan menggunakan gas hidrogen. Istilah
hidrogenolisis diciptakan oleh Carleton Ellis yang mengacu pada
hidrogenolisis ikatan karbon-karbon. Sebelumnya, Sabatier telah
mengamati hidrogenolisis benzil alkohol menjadi toluena, dan pada
awal 1906, Padoa dan Ponti mengamati hidrogenolisis furfuril alkohol.
Homer Burton Adkins dan Raplh Connor adalah yang pertama kali
melakukan pembelahan hidrogenolisis ikatan karbon-oksigen.
6
Pereaksi Jones adalah larutan kromium trioksida dalam asam sulfat
encer dan aseton. Campuran kalium dikromat dan asam sulfat emcer
juga dapat digunakan. Pelarut aseton mempengaruhi dengan jelas sifat-
sifat asam kromat. Oksidasi ini sangat cepat, cukup eksotermis, dan
menghasilkan rendemen yang cukup tinggi. Pereaksi ini jarang
mengoksidasi ikatan tak jenuh. Pereaksi Jones akan mengkonversi
alkohol primer dan sekunder menjadi aldehida dan keton, masing-
masing. Tergantung pada kondisi reaksi, aldehida kemudian dapat
dikonversi menjadi asam karboksilat. Untuk oksidasi pada aldehida
kemudia dapat dikonversi menjadi asam karboksilat. Untuk oksidasi
pada aldehida dan keton, dua ekivalen asam kromat mengoksidasi tiga
ekivalen dari alkohol :
7. Oksidasi Swern
Oksidasi Swern, dinamai dari Daniel Swern, adalah suatu reaksi kimia
dimana alkohol primer atau sekunder teroksidasi menjadi suatu
aldehida atau keton menggunakan oksalil klorida, dimetil sulfoksida
(DMSO) dan basa organik, seperti trietilamina. Reaksi ini dikenal
dengan karakternya yang ringan dan toleransi yang luas pada gugus
fungsional.
Produk samping reaksi ini adalah dimetil sulfida (Me 2S), karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan ketika trietilamina
digunakan sebagai basa, trietilamonium klorida (Et3NHCl). Dua dari
produk samping tersebut, dimetil sulfida dan karbon monoksida,
adalah senyawa volatil yang sangat beracun, sehingga reaksi dan
pengerjaan perlu dilakukan dalam lemari asam.
8. Ozonolisis
7
Ozonolisis adalah suatu reaksi organik yang melibatkan pembelahan
ikatan tak jenuh pada alkena, alkuna, atau senyawa azo dengan
menggunakan ozon. Alkena dan alkuna membentuk senyawa organik
dengan gugus karbonil menggantikan ikatan karbon-karbon rangkap.
Sementara senyawa azo membentuk nitrosamina. Hasil reaksi ini
bergantung pada jenis ikatan rangkap yang dioksidasi serta kondisi
saat berlangsungnya reaksi.
9. Reaksi Haloform
Reaksi haloform adalah reaksi kimia yang melibatkan halogenasi
terus-menerus metil aldehida (asetaldehida) atau metil keton
(RCOCH3, dengan R dapat berupa atom hidrogen, gugus alkil atau
aril), dalam kehadiran basa yang menghasilkan haloform (CHX3,
dengan X adalah halogen). Reaksi dapat digunakan untuk mengubah
gugus asetil menjadi gugus karboksil atau untuk menghasilkan
kloroform (CHCl3), bromoform (CHBr3), atau iodoform (CHI3).
8
yang mempergunakan kondisi asam basa kuat, lebih jauh, metode yang
lebih sedang adalah melalui reduksi Mozingo. Atom oksigen terlepas
dalam bentuk molekul air. Namun reaksi ini tidak cocok bagi substrat
yang sensitif terhadap asam. Serta, gugus –COOH tidak dapat
direduksi dengan metode ini. (Gugus –COOH dapat direduksi dengan
memberinya perlakuan menggunakan soda kapur dan kemudian
dipanaskan).
11. Reduksi Wollf-Kishner
Reduksi Wollf-Kishner adalah suatu reaksi yang digunakan dalam
kimia organik untuk megubah gugus fungsional menjadi gugus
metilena. Dalam konteks sintetis molekul kompleks, reaksi ini paling
sering digunakan menghilangkan gugus karbonil setelah mengalami
maksud dan tujuan sintetis dari aktivasi zat antara dalam tahapan
sebelumnya. Dengan demikian tidak ada retron yang jelas untuk reaksi
ini.
2. Reaksi Cannizzaro
9
Langkah awal reaksi ini adalah adisi nukleofilik basa (misalnya
anion hidroksi) ke karbon karbonil aldehida. Alkoksida yang
dihasilkan kemudia terprotonasi, menghasilkan di-anion, dikenal
sebagai zat antara Cannizzaro. Pembentukan zat antara ini
memerlukan lingkungan basa yang kuat.
10
teraktivasi mengoksidasi alkohol tersebut menjadi aldehida atau
keton dan menghasilkan produk sampingan dimetil sulfida.
Berbeda dengan oksidasi alkohol lainnya yang menggunakan
DMSO teraktivasi spesi oksidator ini ditindak bentuk ulang oleh
reaksi DMSO dengan elektrofil. Ia dibentuk oleh oksidasi dimetil
sulfida oleh oksiator (NCS). Dibawah kondisi Corey-Kim, alkohol
alilik dan benzilik memiliki kecendrungan berubah menjadi alil
klorida dan benzil klorida, kecuali aktivasi alkohol diikuti dengan
cepat oleh penambahan trietilamina.
4. Oksidasi Jones
Seperti banyak oksidasi lain pada alkohol dengan oksida logam,
reaksi berlangsung melalui pembentukan campuran ester. Ester
tersebut memiliki rumus kimia CrO3(OCH2R)-
CrO3(OH)- + RCH2OH CrO3(OCH2R)- + H2O
Seperti ester konvensional, pembentukan ester kromat ini
dipercepat oleh asam. Ester ini dapat diisolasi ketika alkohol tidak
memiliki ikatan ∝-C-H. Misalnya, menggunakan tert-butil alkohol,
dapat mengisolasi ((CH3)3CO)2CrO2 (merupakan oksidan yang
baik). Ester kromat terdegradasi, melepaskan produk karbonil dan
produk Cr (IV) yang kurang terdefinisi:
CrO3(OCH2R)- “CrO2OH-“ + O=CHR
Alkohol yang sebagian teredeuterasi HOCD2R mengoksidasi
sekitar enam kali lambat dibandingkan derivatif yang terdeuterasi.
Efek isotop kinetik yang besar menunjukan bahwa ikatan C-H
(atau C-D) putus pada tahap penentu-laju. Stoikiometri reaksi
membawa dampak terhadap spesi Cr(IV) “CrO2OH-“, yang
terkomproporsionasi dengan asam kromat menghasilkan Cr(V)
oksida, yang juga berfungsi sebagai oksidan untuk alkohol. Oksida
aldehida diusulan untuk dilanjutkan melalui pembentukan zat
antara seperti hemiasetal, yang timbul dari penambahan ikatan
O3CrO-H- melalui ikatan C=O.
5. Oksidasi Swern
Tahapan pertama pada reaksi oksidasi swern adalah reaksi dimeltil
sulfoksida (DMSO) pada suhu rendah, 1a secara formal sebagai
kontributor dalam resonansi 1b, dengan oksalil klorida,2. Zat
antara pertama, 3, secara cepat terurai menghasil CO2 dan CO dan
memproduksi kloro (dimetil) sulfonium klorida ,4.
11
Setelah penambahan alkohol 5, kloro (dimetil) sulfonium klorida 4
bereaksi dengan alkohol untuk memberi ion intermediet penting
alkoksisulfonium, 6. Penambahan minimal 2 ekivalen basa-
biasanya trietilamina – akan mendeprotonasi ion alkoksisulfonium
untuk menghasilkan sulfur ilda 7. Dalam keadaan transisi cincin
beranggota-5, sulfur ilida 7 terurai untuk menghasilkan dimetil
sulfida dan keton yang diinginkan (atau aldehida) 8.
6. Ozonolisis
a. Ozonolisis alkena
Alkena dapat dioksidasi dengan ozon untuk menghasilkan
alkohol, aldehida atau keton, atau asam karboksilat. Dalam
prosedur yang khas, ozon digelembungkan ke dalam larutan
alkena dalam metanol pada suhu -78℃ sampai larutan
menghasilkan warna biru khas, yang disebabkan oleh ozon
yang tak bereaksi. Warna biru tersebut menandakan alkena
telah dikonsumsi seluruhnya. Sebagai alternatif, berbagai bahan
kimia lain dapat digunakan sebagai indikator titik akhir untuk
mendeteksi keberadaan ozon. Jika ozonolisis dilakukan dengan
menggelembungkan aliran ozon yang diperkaya dengan
12
oksigen ke seluruh campuran reaksi, gas yang menggelegak
keluar dapat diarahkan melalui larutan kalium iodida. Ketika
larutan telah berhenti menyerap ozon, ozon dalam gelembung
mengoksidasi iodida menjadi iodin, yang dapat dengan mudah
diamati oleh warna ungu yang dihasilkan.
13
adanya air, anhidrida terhidrolisis untuk menghasilkan
dua asam karboksilat.
7. Reaksi Haloform
Pada tahap pertama, halogen mengalami disproporsionasi dengan
adanya hidroksida untuk memberikan halida dan hipohalit
(misalnya dengan bromin, tetapi reaksinya sama dalam kasus
klorin dan iodin; hanya boleh mengganti Br untuk Cl atau I):
Br2 + 2OH- Br- + BrO- + H2O
Jika alkohol sekunder hadir, senyawa ini dioksidasi menjadi keton
oleh hipohalit:
8. Jika ada metil keton, ia bereaksi dengan hipohalit dalam proses tiga
langkah :
1. Dalam kondisi dasar, keton mengalami keto-enol. Enolat
mengalami serangan elektrofilik oleh hipohalit (mengandung
halogen dengan muatan formal +1).
14
2. Ketika posisi α(alfa) telah terhalogenasi secara menyeluruh,
molekul mengalami substitusi nukleofilik asil oleh hidroksida,
dengan −CX3 menjadi gugus pergi yang distabilkan oleh tiga gugus
penarik elektron. Pada tahap ketiga anion −CX3 mengabstraksi
proton baik dari pelarut atau asam karboksilat yang terbentuk pada
langkah sebelumnya, dan membentuk haloform. Setidaknya dalam
beberapa kasus (kloral hidrat) reaksi dapat berhenti dan produk
15
Reaksi ini merupakan transfer elektron secara berulang-ulang
(bahasa Inggris: Single Transfer Electron; SET), dalam hal ini di
mana kompleks seng-karbena terbentuk.
Mekanisme 1
Mekanisme 1 menyatakan bahwa oksigen dari gugus karbonil
terprotonasi oleh asam. Ikatan seng-karbena kemudian terbentuk
saat transfer elektron terjadi. Setelah protonasi yang diperbaharui
dan transfer elektron, molekul air memisahkan diri dan kompleks
seng-karbon yang terbentuk. Hidrokarbon dibebaskan melalui
Mekanisme 2
Mekanisme 2 menyatakan bahwa sebuah elektron ditransfer pada
karbon karbonil. Akibatnya, ikatan oksigen-seng terbentuk dan
pada saat yang bersamaan anion karbon-radikal terbentuk. Oksigen
ditransfer pada seng dengan cara transfer elektron ganda dan
karbena karbon-seng terbentuk. Hidrokarbon kemudian dilepaskan
16
situmelalui kondensasi hidrazin dengan keton atau aldehida
sebagai substrat. Terkadang, namun, dapat menguntungkan untuk
menggunakan hidrazon pra-terbentuk sebagai substrat
(lihat modifikasi). Hidrazon terdeprotonasi oleh basa alkoksida
diikuti dengan tahap penentu laju reaksi, secara serentak yang
mana suatu anion diimida terbentuk. Rusaknya alkildiimida ini
dengan lepasnya N2 mengarah pada pembentukan suatu alkilanion
yang dapat diprotonasi dengan pelarut untuk memberikan produk
yang diinginkan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami Banyak terdapat
perbedaan antara KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Perbedaan tersebut
meliputi satuan mata pelajaran, jam pelajaran implementasi pembelajaran,
strategi pembelajaran dan proses penilaian standar kompentensi
kelulusan,dsb. Kurikulum 2013 memiliki tujuan yang jelas dalam
pembentukan karakter bangsa
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
lebih relevan yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan pembuatan makalah-
makalah dengan tema yang sama kedepannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19