Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGGUNAAN REDOKS UNTUK PENGOLAHAN AIR PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Satuan Proses dan Satuan Operasi yang
Diampu Oleh Ibu Rr.Dina Asrifah, ST.,M.Sc.

Disusun Oleh:
Reka Revara
114200003-TL

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Satuan Proses dan Satuam Operasi
dengan judul “PENGGUNAAN REDOKS UNTUK PENGOLAHAN AIR DAN AIR LIMBAH ATAU PADA
KEHIDUPAN SEHARI-HARI”
Terima kasih disampaikan kepada Ibu Rr. Dina Asrifah, ST.,M.Sc. selaku dosen mata kuliah
Satuan Proses dan Satuan Operasi yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
tugas ini. Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata
kuliah Satuan Operasi dan Satuan Proses.

Sleman, 02 September 2023

Reka Revara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari- hari banyak sekali peristiwa yang berkaitan dengan reaksi
redoks. Peristiwa metabolisme yang ada pada tubuh kita, respirasi pada tumbuh- tumbuhan,
peluncuran roket menuju ruang angkasa. Semua peristiwa mengalami pembakaran dengan
oksigen. Pembakaran ini merupakan suatu reaksi redoks. Proses perkaratan pada barang-
barang dari logam merupakan proses elektrokimia, dimana logam-logam tersebut
berinteraksi dengan zat-zat kimia yang ada di lingkungannya sehingga terjadi reaksi redoks.
Proses elektrokimia yang tidak terkendalikan akan banyak merugikan kita. Tetapi
perkembangan ilmu telah berhasil mengendalikan proses elektrokimia. Sekarang sudah
banyak barang-barang khususnya perhiasan yang berlapiskan perak atau emas.Sel
elektrokimia mempelajari perubahan dari reaksi kimia untuk menghasilkan listrik, sedangkan
pada sel elektrolisis energi listrik digunakan untuk melangsungkan terjadinya reaksi kimia.
Selain itu juga akan dibahas proses perkaratan atau korosi.
Kembali pada konsep penerapan redoks dalam air dan air limbah, Jika kita
mengamati sungai di daerah perkotaan, seringkali kotor dan berbau tidak sedap. Hal itu
terjadi karena banyaknya sampah atau limbah cair yang dibuang ke saluran air dan akhirnya
masuk kesungai. Limbah cair harus diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sungai,
sehingga sungainya tetap bersih dan dapat digunakan untuk sanitasi. Para ilmuwan, dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, dapat menemukan cara untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan lingkungan yang dapat mengganggu kesejahteraan manusia, salah satunya
dengan cabang ilmu pengetahuan Kimia. Dalam Kimia, terhadap Konsep Redoks yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan lingkungan semacam pengolahan air kotor.
Diharapkan dengan diketahuinya kegunaan dari Konsep Redoks, pembaca menjadi
termotivasi untuk menemukan resolusi-resolusi baru di ilmu pengetahuan yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menyangkut kesejahteraan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penyusun adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud redoks?
2. Bagaimana pemecahan masalah lingkungan dengan konsep redoks?
3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya reaksi redoks?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penerapan redoks
2. Menerapkan teori redoks dalam kehidupan
3. Mengetahui pemecahan masalah lingkungan dengan konsep redoks
1.6 Manfaat Penelitian
1. Mampu mengetahui penerapan redoks
2. Mampu menerapkan teori redoks dalam kehidupan
3. Mampu memecahkan masalah lingkungan dengan konsep redoks
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau
reaksi yang di dalamnya terdapat serah terima elektron anatar zat. Contoh reaksi redoks
adalah apabila batang tembaga dicelupkan dalam larutan perak nitrat" maka lapisan putih
mengkilat akan terjadi pada permukaan batang tembaga dan larutan berubah menjadi biru.
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya
bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat
berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan
karbondioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana (CH 4), ataupun ia
dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui
rentetan transfer elektron yang rumit.Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi
dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut: Oksidasi menjelaskan
pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion Reduksi menjelaskan penambahan
elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Walaupun cukup tepat untuk digunakan
dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis benar.Oksidasi dan reduksi
tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang
sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai
peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam
prakteknya, transfer electron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat
banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron
dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).
Oksidator dan Konduktor
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain
dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator
melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia
"menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah
senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti
H2O2, MnO4−, CrO3, Cr2O72−, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif,
sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi
sebuah senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin). Senyawa-senyawa yang
memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal
sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain,
sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut
sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi.
Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor.
Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenus lainnya
adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 danLiAlH4), reagen-reagen ini digunakan
dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil
menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H 2)
dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada
reduksi ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon. Cara yang mudah untuk melihat proses
redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi,
reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan
tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi
disebutsebagai pasangan redoks.
Salah satu contoh reaksi redoks :

H2 + F2 = 2HF
Dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah : reaksi oksidasi

H2 = 2H+ + 2e-
Dan reaksi reduksi

F2 + 2e- = 2F-
Penganalisaan masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses
kimia lebih jelas.Karena tidak terdapat perbuahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah
elektron yang berlebihanpada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi
pada reaksi reduksi.Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki
bilangan oksidasi nol. Pada reaksi diatas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0
menjadi +1, sedangkan fluorin tereduksi dari bilanganoksidasi 0 menjadi -1. Ketika reaksi
oksidasi dan reduksi digabungkan, elektron-elektron yang terlibat akan saling mengurangi :
Reaksi Penggantian
Redoks terjadi pada reaksi penggantian tunggal atau reaksi substitusi. Komponen
redoks dalam tipereaksi ini ada pada perubahan keadaan oksidasi (muatan) pada
atom-atom tertentu, dan bukanlah padapergantian atom dalam senyawa. Sebagai
contoh, reaksi antara larutan besi dan tembaga(II) sulfat:

a. Pemecahan Masalah Lingkungan dengan Konsep Redoks


Kemajuan industri tekstil, pulp, kertas, bahan kimia, obat-obatan, dan industri
pangan di samping membawa dampak positif juga berdampak negatif. Dampak negatif yang
ditimbulkan antara lain menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan, karena
mengandung bahan-bahan kimia dan mikroorganisme yang merugikan. Cara mengatasi air
limbah industri adalah dengan melakukan pengolahan air limbah tersebut sebelum dibuang
ke lingkungan. Salah satu penerapan konsep redoks adalah pengolahan air kotor atau limbah
dengan metode lumpur aktif.
Metode lumpur aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95% bakteri dan
sisanya protozoa, rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang
terkandung di dalam air limbah. Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi
(membutuhkan oksigen). Pada proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang
terdispersi sehingga terjadi proses degradasi. Proses ini berlangsung dalam reactor yang
dilengkapi recycle/umpan balik lumpur dan cairannya. Lumpur secara aktif mereduksi
substrat yang terkandung di dalam air limbah. Tahapan-tahapan pengolahan air limbah
dengan metode lumpur aktif secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Tahap awal
Pada tahap ini dilakukan pemisahan benda-benda asing seperti kayu, bangkai
binatang, pasir, dan kerikil. Sisa-sisa partikel digiling agar tidak merusak alat dalam
sistem dan limbah dicampur agar laju aliran dan konsentrasi partikel konsisten.

2. Tahap Primer
Tahap ini disebut juga tahap pengendapan. Partikel-partikel berukuran suspensi dan
partikel-partikel ringan dipisahkan, partikel-partikel berukuran koloid digumpalkan
dengan penambahan elektrolit seperti FeCl3, FeCl2, Al2(SO4)3, dan CaO.
3. Tahap Sekunder
Tahap sekunder meliputi 2 tahap yaitu tahap aerasi (metode lumpur aktif) dan
pengendapan. Pada tahap aerasi oksigen ditambahkan ke dalam air limbah yang sudah
dicampur lumpur aktif untuk pertumbuhan dan berkembang biak mikroorganisme
dalam lumpur. Dengan agitasi yang baik, mikroorganisme dapat melakukan kontak
dengan materi organik dan anorganik kemudian diuraikan menjadi senyawa yang
mudah menguap seperti H2S dan NH3 sehingga mengurangi bau air limbah. Tahap
selanjutnya dilakukan pengendapan. Lumpur aktif akan mengendap kemudian
dimasukkan ke tangki aerasi, sisanya dibuang. Lumpur yang mengendap inilah yang
disebut lumpur bulki.
4. Tahap Tersier
Tahap ini disebut tahap pilihan. Tahap ini biasanya untuk memisahkan kandungan
zat-zat yang tidak ramah lingkungan seperti senyawa nitrat, fosfat, materi organik yang
sukar terurai, dan padatan anorganik. Contoh-contoh perlakuan pada tahap ini sebagai
berikut:
a. Nitrifikasi/denitrifikasi
Nitrifikasi adalah pengubahan amonia (NH3 dalam air atau NH4+) menjadi nitrat
(NO3-) dengan bantuan bakteri aerobik. Reaksi:
2 NH2+(aq) + 3 O2(g) -> 2 NO2-(aq) + 2 H2O(l) + 4 H+(aq)
2 NO2- (aq) +O2(g)= 2 NO3- (aq)
Denitrifikasi adalah reduksi nitrat menjadi gas nitrogen bebas seperti N 2, NO, dan
NO2.
Senyawa NO3 = gas nitrogen bebas
b. Pemisahan fosfor
Fosfor dapat dipisahkan dengan cara koagulasi/ penggumpalan dengan garam Al dan
Ca, kemudian disaring.
Al2(SO4)3+14H2O(s) + 2 PO43-(aq)=2 AIPO4(s) + 3 SO42-(aq) + 14 H2O(l)
5 Ca(OH)2(s) + 3 HPO42-(aq)=Ca5OH(PO4)3(s) + 6 OH-(aq) + 3 H2O(l)
c. Adsorbsi oleh karbon aktif untuk menyerap zat pencemar, pewarna, dan bau tak
sedap.
d. Penyaringan mikro untuk memisahkan partikel kecil seperti bakteri dan virus.
e. Rawa buatan untuk mengurai materi organik dan anorganik yang masih tersisa
dalam air limbah.
5. Disinfektan
Disinfektan ditambahkan pada tahap ini untuk menghilangkan mikroorganisme
seperti virus dan materi organic penyebab bau dan warna. Air yang keluar dari tahap ini
dapat digunakan untuk irigasi atau keperluan industri, contoh: Cl2. Reaksi: Cl2(g) +
H2O(l)àHClO(aq) + H+(aq) + Cl-(aq)
6. Pengolahan padatan lumpur
Padatan lumpur dari pengolahan ini dapat diuraikan bakteri aerobik atau anaerobik
menghasilkan gas CH4 untuk bahan bakar dan biosolid untuk pupuk. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya metode lumpur aktif menemui kendala-kendala seperti:
a. Diperlukan areal instalasi pengolahan limbah yang luas, karena prosesnya
berlangsung lama.
b. Menimbulkan limbah baru yakni lumpur bulki akibat pertumbuhan mikroba
berfilamen yang berlebihan.
c. Proses operasinya rumit karena membutuhkan pengawasan yang cukup ketat.
Berdasarkan berbagai penelitian, kelemahan metode lumpur aktif tersebut dapat
diatasi dengan cara:
Menambahkan biosida, yaitu H2O2 atau klorin ke dalam unit aerasi. Penambahan 15
mg/g dapat menghilangkan sifat bulki lumpur hingga dihasilkan air limbah olahan cukup
baik. Klorin dapat menurunkan aktivitas mikroba yang berpotensi dalam proses lumpur
aktif.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya reaksi redoks
Pengurangan bilangan oksidasi "bilangan oksidasi adalah bilangan yang
menunjukkan muatan yang yang disumbangkan oleh suatu atom molekul atau ion yang di
bentuknya "terjadinya reaksi pengikatan dan pelepasan oksigen "dalam reaksi redoks yaitu
terjadi peristiwa reduksi (Goldberg, 2007).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau
reaksi yang di dalamnya terdapat serah terima elektron anatar zat. Lumpur adalah materi
yang tidak larut yang selalu nampak kehadirannya di dalam setiap tahap pengolahan,
tersusun oleh serat-serat organik yang kaya akan selulosa dan di dalamnya terhimpun
kehidupan mikroorganisme. Lumpur aktif adalah lumpur yang kaya dengan bakteri aerob,
yaitu bakteri yang dapat menguraikan limbah organik dengan cara mengalami biodegradasi.
Pada metode lumpur aktif terjadi reaksi oksidasi untuk pertumbuhan bakteri aerob
dan terjadi reaksi reduksi pada substrat (buangan). Bakteri aerob mengubah sampah organik
dalam air limbah menjadi bio massa dan gas CO2. Sementara nitrogen organik diubah
menjadi amonium dan nitrat, fosforus organik diubah menjadi fosfat. Biomassa hasil
degradasi tetap berada dalam tangki aerasi hingga bakteri melewati masa pertumbuhan
cepatnya. Setelah itu akan mengalami flokulasi membentuk padatan yang lebih mudah
mengendap. Dari tangki pengendapan, sebagian lumpur dibuang, sebagian lain
disirkulasikan ke dalam tangki aerasi.
Faktornya yaitu pengurangan bilangan oksidasi "bilangan oksidasi adalah bilangan
yang menunjukkan muatan yang yang disumbangkan oleh suatu atom molekul atau ion yang
di bentuknya "terjadinya reaksi pengikatan dan pelepasan oksigen "dalam reaksi redoks
yaitu terjadi peristiwa reduksi
B. Penutup
Demikian makalah ini yang dapat penyusun sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif
sangat penyusun harapkan demi perbaikan selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Anto, Tri Sugiarto. 2012. Daur Ulang Air Limbah. Kompas.


Hendayani, Soetopo, Setiadji. 2006. Penanggulangan Permasalahan Lumpur Bulki dari Proses
Lumpur Aktif Pada Pengolahan Air Limbah Pulp dan Kertas. Bandung: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Industri Selulosa : Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Harnanto Ari, Ruminten. 2009. Kimia 1Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai