Oleh :
(X-Akselerasi/22)
II. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan laporan ini adalah:
Mengetahui tentang fungsi dari konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
Mengetahui salah satu penerapan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
Mengetahui cara menerapkan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari.
Mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan ilmu murni ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Dapat menerapkan konsep redoks dalam usaha memecahkan permasalahan sehari-
hari.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas
tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan
oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga
oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi , dan reduksi
sebagai penurunan bilangan oksidasi . Dalam prakteknya,transfer elektron akan selalu
mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan
sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya
yang melibatkan ikatan kovalen).
Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal( formal charge)
dikenal sebagai reaksi metatesis.
Konsep elektrolit dan redoks terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Reaksi pembakaran dan perkaratan logam merupakan contoh reaksi redoks yang
terjadi dalam keseharian kita. Di dalam tubuh kita terkandung berbagai jenis
elektrolit, di mana di dalamnya berlangsung reaksi redoks, yaitu dalam metabolisme
dan hantaran signal oleh sel syaraf. Aki dan berbagai jenis baterai menggunakan
reaksi redoks sebagai sumber listrik. Baterai terdiri dari suatu oksidator dan suatu
reduktor serta suatu elektrolit. Aki, sebagai contoh terdiri dari logam timbel (Pb)
sebagai anode, oksida timbel (PbO2) sebagai katode, dan asam sulfat sebagai
elektrolitnya. Reaksi peruraian oleh mikroorganisme juga merupakan reaksi redoks.
Reaksi peruraian oleh mikroorganisme dinamakan Bioremediasi dan akan dijelaskan
lebih lanjut pada penjelasan selanjutnya.
IV. PEMBAHASAN
a. Limbah
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi,
termasuk di sini limbah B3.
Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan dalam 2
golongan yaitu :
1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis
Limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah.
Contohnya : limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku
pabrik alkohol, ampas tebunya dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik
kertas. Limbah pabrik tahu masih banyak mengandung protein dapat dimanfaatkan
sebagai media untuk pertumbuhan mikroba misalnya untuk produksi ProteinSel
Tunggal/PST atau untuk alga, misalnya Chlorella sp.
2. Limbah non ekonomis
Limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah,
pengolahan limbah ini sifatnya untuk mempermudah sistem pembuangan.
Contohnya:limbah pabrik tekstil yang biasanya terutama berupa zat-zat pewarna.
Berdasarkan sifatnya limbah dapat dibedakan menjadi :
1. Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, bubur
yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan.
Contohnya: limbah dari pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari pabrik gula
berupa bagase, limbah dari pabrik pengalengan jamur, limbah dari industri
pengolahan unggas, dan lain-lain.
Limbah padat dibagi 2, yaitu:
a. Dapat didegradasi
Contohnya sampah bahan organik, onggok
b. Tidak dapat didegradasi
Contoh plastik, kaca, tekstil, potongan logam
2. Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.
Contohnya: Limbah dari pabrik tahu dan tempe yang banyak mengandung protein,
limbah dari industri pengolahan susu.
3. Limbah gas/asap
Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud
gas/asap.
Contohnya : limbah dari pabrik semen
b. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan
di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun. Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan
mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah
berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia
yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri.
Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum
hidrokarbon, dan senyawa senyawa organik terhalogenasi seperti; pestisida, herbisida,
dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah
didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat
didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan
bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi
genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen
yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang
bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba
memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih
efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan
pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat
mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi.
Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang
alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi,
penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya
dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain ini pun belum
mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat
yangcenderung bertahan di lingkungan.
Jenis-jenis Bioremediasi
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
1. Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau
tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi
yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
2. Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering
digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa
hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol
kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal.
Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing
kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar. Di
masa yang akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat menyediakan cara yang
efektif untuk mengurangi senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya di lingkungan
kita. Bagaimanapun, pendekatan itu membutuhkan penelitian yang hati-hati berkaitan
dengan mikroorganisme rekombinan tersebut, apakah efektif dalam mengurangi
polutan, dan apakah aman saat mikroorganisme itu dilepaskan ke lingkungan.
c. Pengolahan Air Kotor Secara Aerobik
Prinsip pengolahan secara aerobik adalah menguraikan secara sempurna senyawa
organik yang berasal dari buangan di dalam periode waktu yang relatif singkat.
Penguraian dilakukan terutama dilakukan oleh bakteri dan hal ini dipengaruhi oleh :
1. Jumlah sumber nutrient
2. Jumlah oksigen
Contoh dari proses pengolahan limbah secara aerobik antara lain :
1. Lumpur Aktif (Activated Sludge)
Lumpur adalah materi yang tidak larut yang selalu nampak kehadirannya di dalam
setiap tahap pengolahan, tersusun oleh serat-serat organik yang kaya akan selulosa
dan di dalamnya terhimpun kehidupan mikroorganisme.
Lumpur aktif adalah lumpur yang kaya dengan bakteri aerob, yaitu bakteri yang
dapat menguraikan limbah organik dengan cara mengalami biodegradasi (oxygen-
demanding materials).
Bakteri aerob mengubah sampah organik dalam air limbah menjadi bio massa dan
gas CO2. Sementara nitrogen organik diubah menjadi amonium dan nitrat, fosforus
organik diubah menjadi fosfat.
Biomassa hasil degradasi tetap berada dalam tangki aerasi hingga bakteri melewati
masa pertumbuhan cepatnya (log phase). Setelah itu akan mengalami flokulasi
membentuk padatan yang lebih mudah mengendap. Dari tangki pengendapan,
sebagian lumpur dibuang, sebagian lain disirkulasikan ke dalam tangki aerasi.
Kombinasi antara bakteri dalam konsentrasi tinggi dan lapar (dalam lumpur yang
disirkulasi) dengan jumlah nutrien yang banyak (dalam air kotor), memungkinkan
penguraian dapat berlangsung dengan cepat. Peruraian dengan metode lumpur
aktif hanya memerlukan beberapa jam, jauh lebih cepat dibandingkan dengan
peruraian serupa yang terjadi secara alami dalam selokan atau air sungai
2. Saringan Trickling
Merupakan suatu bejana yang tersusun oleh lapisan materi kasar, keras dan kedap air.
Kegunaannya untuk mengolah air buangan dengan mekanisme aliran air yang jatuh
dan mengalir perlahan-lahan melalui lapisan batu untuk kemudian disaring. Saringan
trickling memiliki 3 sistem utama yaitu:
a. Distributor
b. Pengolahan
c. Pengumpul
4. Pencernaan aerobik
Parit oksidasi (Oxidation Ditch)
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, axidation ditch mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi
yang lebih tinggi (90%-95%).
5. Karusel
Perabukan Cairan
Merupakan suatu proses penanganan limbah organik yang pekat secara aerobik
dimana energi yang berasal dari oksidasi limbah dilakukan oleh mikroorganisme
dihasilkan pada suhu operasi yang dinaikkan. Naiknya suhu akan menyebabkan;
kekentalan padatan total tertinggi menurun (di bawahkondisi aerob), meningkatkan
laju reaksi oleh mikroorganisme dan membantu menghasilkan stabilitas bahan
organik yang cepat dan detuksi patogen. Keberhasilan proses perabukan cairan
ditentukan oleh aerob yang dapat memindahkan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dari campuran cairan yang pekat. Proses ini digunakan
pada rabuk sapi, babi dan susu.