Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

TERMODINAMIKA

KONSEP HIGH PRESSURE SISTEM TERISOLASI DAN HUKUM KE – 2


TERMODINAMIKA

Oleh:
Andika Catur Rangga
NIM A1H013020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awalnya terdapat suatu pemikiran bahwa semua aturan berdasarkan

pada persamaan matematis dapat digunakan untuk mendeskripsikan segala

keadaan di dunia. Setelah itu berkembanglah suatu ilmu pengetahuan yang

memberikan dampak positif bagi perkembangan teknologi. Sesuatu yang biasanya

dapat diselesaikan dengan cara matematis bisa dikembangkan dan divisualisasikan

sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini adalah mengenai materi gas

ideal.

Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang

bergerak secara acak dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat

berguna karena memenuhi hukum gas ideal, sebuah persamaan keadaan yang

disederhanakan, sehingga dapat dianalisis dengan mekanika statistika.

Gas adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul yang sangat renggang

pada suhu tertentu, biasanya titik uap suatu zat. Gas mempunyai kemampuan

untuk mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun berbeda dari cairan yang

mengisi pada besaran volume tertentu, gas selalu mengisi suatu volume ruang,

mereka mengembang dan mengisi ruang di manapun mereka berada. Tenaga

gerak/energi kinetis dalam suatu gas adalah bentuk zat terhebat kedua (setelah

plasma). Karena penambahan energi kinetis ini, atom-atom gas dan molekul

sering memantul antara satu sama lain, apalagi jika energi kinetis ini semakin

bertambah.
B. Tujuan

1. Praktikan dapat memahami sistem terisolasi sesuai Hukum Termodinamika

ke – 2

2. Praktikan dapat memahami aplikasi sistem terisolasi pada kehidupan sehari

hari

3. Praktikan mampu menganalisa sistem terisolasi sesuai Hukum

Termodinamika ke – 2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Termodinamika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari energi

(terutama energi panas) dan transformasinya. Dalam kajian termodinamika,

terdapat hukum-hukum yg mengatur perilaku termodinamis antara sistem dan

lingkungan yg dinamakan hukum termodinamika.

Gas adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul yang sangat renggang

pada suhu tertentu, biasanya titik uap suatu zat. Gas mempunyai kemampuan

untuk mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun berbeda dari cairan yang

mengisi pada besaran volume tertentu, gas selalu mengisi suatu volume ruang,

mereka mengembang dan mengisi ruang di manapun mereka berada (Anonim,

2014). Tenaga gerak/energi kinetis dalam suatu gas adalah bentuk zat terhebat

kedua (setelah plasma). Karena penambahan energi kinetis ini, atom-atom gas dan

molekul sering memantul antara satu sama lain, apalagi jika energi kinetis ini

semakin bertambah (Muhamad Nur, 2009)

Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang

bergerak secara acak dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat

berguna karena memenuhi hukum gas ideal, sebuah persamaan keadaan yang

disederhanakan, sehingga dapat dianalisis dengan mekanika statistika (Muhamad

Nur, 2009)

Gas ideal adalah suatu gas yang diidekan oleh manusia, secara real gas ideal

tidak ditemukan di permukaan bumi. Gas real pada tekanan di bawah kira-kira dua

kali tekanan atmosfer dapat dilakukan sebagai gas ideal. Bahkan dalam hal uap
jenuh pada kesetimbangan dengan uap cairnya persamaan keadaan gas ideal bisa

dipakai jika tekanan uapnya rendah. Untuk memberikan gambaran tentang

keadaan gas ideal para ahli memberikan diskripsi baik secara makroskopik

maupun secara mikroskopik. Pada kondisi normal seperti temperatur dan tekanan

standar, kebanyakan gas nyata berperilaku seperti gas ideal.

Banyak gas seperti nitrogen, oksigen, hidrogen, gas mulia dan

karbondioksida dapat diperlakukan seperti gas ideal dengan perbedaan yang masih

dapat ditolerir. Secara umum, gas berperilaku seperti gas ideal pada temperatur

tinggi dan tekanan rendah, karena kerja yang melawan gaya intermolekuler

menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan energi kinetik partikel, dan

ukuran molekul juga menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ruangan

kosong antar molekul.

Model gas ideal tak dapat dipakai pada suhu rendah atau tekanan tinggi,

karena gaya intermolekuler dan ukuran molekuler menjadi penting. Model gas

ideal juga tak dapat dipakai pada gas-gas berat seperti refrigeran atau gas dengan

gaya intermolekuler kuat, seperti uap air. Pada beberapa titik ketika suhu rendah

dan tekanan tinggi, gas nyata akan menjalani fase transisi menjadi liquid atau

solid. Model gas ideal tidak dapat menjelaskan atau memperbolehkan fase

transisi. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan keadaan yang lebih kompleks

(Muhamad Nur, 2009)

Hukum ideal gas adalah lanjutan dari hukum gas yang ditemukan secara

percobaan. Fluida nyata pada densitas rendah dan temperatur tinggi hampir

mengikuti hukum gas ideal. Namun, pada temperatur rendah atau densitas tinggi,
fluida nyata mengalami penyimpangan jauh dari sifat gas ideal, terutama karena

terkondensasi menjadi liquid atau terdeposisi menjadi padat. Penyimpangan ini

dinyatakan dalam faktor kompresibilitas.

Model gas ideal mengikuti asumsi berikut ini:

1. Molekul gas tidak dibedakan, berukuran kecil, dan berbentuk bola

2. Semua tabrakan antar gas bersifat elastis dan

3. Semua gerakannya tanpa friksi (tidak ada energi hilang pada gerakan atau

tabrakan)

Menggunakan hukum Newton:

1. Jarak rata-rata antar molekul jauh lebih besar daripada ukuran molekul

2. Molekul secara konstan bergerak pada arah acak dengan distribusi

kecepatan

3. Tidak ada gaya atraktif atau repulsif antara molekul atau sekitarnya

Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika ke - 2 menyebutkan

bahwa tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam

suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu

reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.

Hukum ke – 2 termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki

arah: dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah reversible

(dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika seekor beruang kutub tertidur di

atas salju, maka salju dibawah tubuh nya akan mencair karena kalor dari tubuh

beruang tersebut. Akan tetapi beruang tersebut tidak dapat mengambil kalor dari

salju tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energi


kalor memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting dari hukum

kedua adalah studi tentang mesin kalor. Hukum ke – 2 termodinamika ini sangat

berhubungan sekali dengan konsep gas dan gas ideal (Edi Putra Irawan, 2011).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Panci Presto

2. Air

3. Termometer

4. Termokopel

5. Stopwatch

6. Alat tulis

B. Prosedur Praktikum

1. Siapkan alat dan bahan

2. Isi panci presto 4, 8, 12 (600 ml, 800 ml, 1000 ml) dengan air dan panaskan

serta nyalakan stopwatch, ukur suhu mendidih (T1)

3. Isi kembali panci presto dengan air baru dan panaskan dengan kodisi

tertutup, ukur suhu mendidih (T2)

4. Hitung dengan rumus:

𝑃2 𝑃1
=
𝑇2 𝑇1

5. Hitung massa 1 uap saat mendidih 1 dan massa uap 2 saat mendidih 2

dengan rumus:

𝑉
v=𝑚
Keterangan:

v = volume spesifik (m3/ kg)

V = Volume (m3)

m = massa (m)

Tabel 1 High Pressure

No. Tmendidih Pmendidih Keterangan Kondisi Durasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

No. Volume Spesifik Volume Uap Massa Uap Keterangan Kondisi

1.

2.

3.

4.

5.

6.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Kelompok 8 dan 10

Volume panci = 12.000 ml

Volume air = 1000 ml

Volume uap = Vpanci – Vair

= 12.000 – 1000

= 11.000

Panci terbuka

T1 = 98, 7° C

t = 27, 04 menit

P1 = 100 Kpa

Volume spesifik

101,35−100 1,673−𝑥
=
101,35−70,1 1,673−2,36

1,35 1,673−𝑥
=
31,25 10,1

-0, 927 = 52, 281 – 31, 25x

31, 25x = 52, 281 – 31, 25x

53,208
x=
31,25

x = 1, 7 m3/kg

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑎𝑝
Massa uap =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘
11.10−3
=
1,7

= 6, 51. 10-3 kg

Panci tertutup

T2 = 104, 5° C

t = 9, 29 menit

𝑃2 𝑃1
=
𝑇2 𝑇1

100 𝑥 104,5
P2 =
98,7

= 105, 87 Kpa

Volume spesifik

120,8−105,87 1,42−𝑥
=
120,8−101,35 1,42−1,673

14,93 1,42−𝑥
=
19,45 −0,253

1,42−𝑥
0, 767 =
−0,253

1, 42 – x = - 0, 194

x = 1,614 m3/kg

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑎𝑝
Massa uap =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘

11.10−3
=
1,614

= 6, 82. 10-3 kg

Kelompok 9 dan 6

Volume panci = 4000 ml


Volume air = 600 ml

Volume uap = Vpanci – Vair

= 4000 – 600

= 3400 ml

Panci terbuka

T1 = 99, 4° C

P1 = 100 Kpa

Volume spesifik

101,35−100 1,673−𝑥
=
101,35−70,1 1,673−2,36

1,35 1,673−𝑥
=
31,25 10,1

-0, 927 = 52, 281 – 31, 25x

31, 25x = 52, 281 – 31, 25x

53,208
x =
31,25

x = 1, 7 m3/kg

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑎𝑝
Massa uap =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘

3,4 . 10−3
=
1,7

= 2. 10-3 kg

Panci tertutup

T2 = 100, 5° C

𝑃2 𝑃1
=
𝑇2 𝑇1
100 𝑥 105,5
P2 =
99,4

= 101, 11 Kpa

Volume spesifik

101,35−101,11 1,673−𝑥
=
101,35−70,1 1,673−2,36

0,24 1,673−𝑥
=
31,25 −0,687

-0, 165 = 52, 281 – 31, 25 x

31, 25 x = 52, 446

x = 1, 68 m3/kg

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑎𝑝
Massa uap =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘

3,4.10−3
=
1,68

= 2, 02. 10-3 kg

Kelompok 7

Volume panci = 8000 ml

Volume air = 800 ml

Volume uap = Vpanci – Vair

= 8000 – 800

= 7200 ml

= 7, 2. 10-3 m3

Panci terbuka

T1 = 97° C

P1 = 100 Kpa
Volume spesifik

101,35−100 1,673−𝑥
=
101,35−70,1 1,673−2,36

1,35 1,673−𝑥
=
31,25 10,1

-0, 927 = 52, 281 – 31, 25x

31, 25x = 52, 281 – 31, 25x

53,208
x =
31,25

x = 1, 7 m3/kg

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑎𝑝
Massa uap = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘

7,2.10−3
= 1,7

= 6, 51. 10-3 kg

Panci tertutup

T2 = 106° C

𝑃2 𝑃1
=
𝑇2 𝑇1

100 𝑥 106
P2 =
97

= 109, 28 Kpa

Volume spesifik

120,8−109,28 1,42−𝑥
=
120,8−101,35 1,42−1,673

11,52 1,42−𝑥
=
19,45 −0,253

-2, 91 = 27, 61 – 19, 45 x


-30, 52 = -19, 45x

x = 1, 57 m3/kg

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑎𝑝
Massa uap =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘

7,2.10−3
=
1,57

= 4, 59. 10-3 kg

Tabel 1 High Pressure

No. Tmendidih Pmendidih Keterangan Kondisi Durasi


1. 99.4 ᵒC 100 kpa 4 liter terbuka 8.43 menit
2. 100.5 ᵒC 101.11 kpa 4 liter tertutup 6.30 menit
3. 97 ᵒC 100 kpa 8 liter terbuka 21.29 menit
4. 106 ᵒC 109.28 kpa 8 liter tertutup 7.06 menit
5. 98.7 ᵒC 100 kpa 12 liter terbuka 27.04 menit
6. 104.5 ᵒC 105.87 kpa 12 liter tertutup 9.29 menit

No. Volume Spesifik Volume Uap Massa Uap Keterangan Kondisi


1. 1.70 𝑚3 /kg 3400 ml 2.10−3 4 liter terbuka
2. 1.68 𝑚3 /kg 3400 ml 2.02.10−3 4 liter tertutup
3. 1.69 𝑚3 /kg 7200 ml 4.25.10−3 8 liter terbuka
4. 1.57 𝑚3 /kg 7200 ml 4.59.10−3 8 liter tertutup
5. 1.69 𝑚3 /kg 11000 ml 6.51.10−3 12 liter terbuka
6. 1.614 𝑚3 /kg 11000 ml 6.82.10−3 12 liter tertutup

B. Pembahasan

Gas merupakan suatu keadaan zat dalam hal ini molekul-molekulnya dapat

bergerak sangat bebas, dan dapat mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya.

Gas adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul yang sangat renggang pada

suhu tertentu, biasanya titik uap suatu zat. Gas mempunyai kemampuan untuk
mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun berbeda dari cairan yang mengisi

pada besaran volume tertentu, gas selalu mengisi suatu volume ruang, mereka

mengembang dan mengisi ruang di manapun mereka berada.

Tenaga gerak atau energi kinetis dalam suatu gas adalah bentuk zat terhebat

kedua (setelah plasma). Karena penambahan energi kinetis ini, atom-atom gas

dan molekul sering memantul antara satu sama lain, apalagi jika energi kinetis ini

semakin bertambah. Gas dikatakan sebagai fluida yang tidak berbentuk yang

dapat menyebar dan memenuhi ruangan yang ditempatinya. Gas merupakan

wujud materi yang molekul-molekulnya tidak terikat oleh gaya kohesif. Gas dapat

dicairkan dengan mengkombinasikan antara temperatur dan menaikkan tekanan,

seperti pada gas oksigen. Gas merupakan salah satu dari tiga wujud zat dimana

sifat fisik gas tergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga

bergantung pada strukturnya.

Gas ideal adalah keadaan gas yang dianggap sempurna, memiliki sifat

tertentu, sehingga dapat diterapkan pada teori kinetik gas. Gas ideal merupakan

gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara acak dan

tidak saling berinteraksi. Gas ideal juga dapat diartikan sebagai suatu gas hipotesis

yang memiliki molekul yang dipantulkan satu sama lain (dalam batas-batas

wadahnya) dengan elastisitas yang sempurna dan memiliki ukuran yang dapat

diabaikan, dan di mana gaya antar molekul yang bekerja antara molekul tidak

bersentuhan satu sama lain juga dapat diabaikan. Gas ideal didefinisikan sebagai

salah satu di mana semua tumbukan antara atom atau molekul bersifat elastis

sempurna dan dimana tidak ada kekuatan menarik antar molekul.


Gas ideal adalah suatu gas yang diidekan oleh manusia, secara real gas ideal

tidak ditemukan di permukaan bumi. Gas real pada tekanan di bawah kira - kira

dua kali tekanan atmosfer dapat dilakukan sebagai gas ideal. Bahkan dalam hal

uap jenuh pada kesetimbangan dengan uap cairnya persamaan keadaan gas ideal

bisa dipakai jika tekanan uapnya rendah. Untuk memberikan gambaran tentang

keadaan gas ideal para ahli memberikan diskripsi baik secara makroskopik

maupun secara mikroskopik. Pada kondisi normal seperti temperatur dan tekanan

standar, kebanyakan gas nyata berperilaku seperti gas ideal.

Banyak gas seperti nitrogen, oksigen, hidrogen, gas mulia dan

karbondioksida dapat diperlakukan seperti gas ideal dengan perbedaan yang masih

dapat ditolerir. Secara umum, gas berperilaku seperti gas ideal pada temperatur

tinggi dan tekanan rendah, karena kerja yang melawan gaya intermolekuler

menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan energi kinetik partikel, dan

ukuran molekul juga menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ruangan

kosong antar molekul.

Model gas ideal tak dapat dipakai pada suhu rendah atau tekanan tinggi,

karena gaya intermolekuler dan ukuran molekuler menjadi penting. Model gas

ideal juga tak dapat dipakai pada gas-gas berat seperti refrigeran atau gas dengan

gaya intermolekuler kuat, seperti uap air. Pada beberapa titik ketika suhu rendah

dan tekanan tinggi, gas nyata akan menjalani fase transisi menjadi liquid atau

solid. Model gas ideal tidak dapat menjelaskan atau memperbolehkan fase

transisi. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan keadaan yang lebih kompleks.
Hukum ideal gas adalah lanjutan dari hukum gas yang ditemukan secara

percobaan. Fluida nyata pada densitas rendah dan temperatur tinggi hampir

mengikuti hukum gas ideal. Namun, pada temperatur rendah atau densitas tinggi,

fluida nyata mengalami penyimpangan jauh dari sifat gas ideal, terutama karena

terkondensasi menjadi liquid atau terdeposisi menjadi padat. Penyimpangan ini

dinyatakan dalam faktor kompresibilitas.

Model gas ideal mengikuti asumsi berikut ini:

1. Molekul gas tidak dibedakan, berukuran kecil, dan berbentuk bola

2. Semua tabrakan antar gas bersifat elastis, dan

3. Semua gerakannya tanpa friksi (tidak ada energi hilang pada gerakan atau

tabrakan)

Menggunakan hukum Newton:

1. Jarak rata-rata antar molekul jauh lebih besar daripada ukuran molekul

2. Molekul secara konstan bergerak pada arah acak dengan distribusi

kecepatan

3. Tidak ada gaya atraktif atau repulsif antara molekul atau sekitarnya

Kondisi suatu gas dalam suatu ruang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor yang menentukan kondisi suatu gas antara lain,

1. Tekanan

Tekanan merupakan besarnya gaya yang diberikan per satuan luas. Ketika

tekanan semakin diperbesar maka volume akan semakin mengecil, karena

besarnya tekanan berbanding terbalik dengan besarnya volume. Hal tersebut

akan menyebabkan jarak antar partikel gas yang berada pada suatu ruang
akan semakin berdekatan sehingga memungkinkan terjadinya gesekan antar

partikel.

2. Suhu

Suhu merupakan besarnya derajat panas. Suhu akan mempengaruhi kondisi

suatu gas dalam suatu ruang. Ketika suhu diperbesar, maka gerakan partikel

gas dalam suatu ruang akan semakin cepat sehingga mengakibatkan

tumbukan antar partikel gas. Semakin besar suhu, maka akan semakin

banyak tumbukan yang terjadi antar partikel gas tersebut. Besarnya suhu

akan mempengaruhi besarnya tekanan karena suhu berbanding lurus dengan

tekanan sehingga akan mempengaruhi besarnya tumbukan yang terjadi

3. Volume

Volume merupakan karakteristik ruang yang digunakan sebagai tempat

partikel gas. Volume sangat menentukan kondisi gas dalam ruang. Ketika

volume diperbesar maka jarak antar partikel gas akan semakin renggang

sehingga gas dapat bergerak lebih bebas dan memperkecil terjadinya

tumbukan antar partikel gas.

Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann

Seebeck menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi

perbedaan panas secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini

disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur perubahan panas ini,

gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda panas

yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu,

dan mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan


temperatur benda. Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit

akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil

tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai

temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap

derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa

kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya,

ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil.

Sangat penting diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di

antara 2 titik, bukan temperatur absolut.

Termokopel adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur

berdasarkan perubahan temperatur menjadi sinyal listrik. Termokopel pada

dasarnya adalah dua logam penghantar arus listrik dari bahan yang berbeda. Salah

satu ujung - ujungnya dilas mati dan ujung yang satunya dibiarkan terbuka untuk

sambungan ke lingkaran pengukuran. Sambungan yang di las mati disebut

measuring junction sedangkan ujung yang satunya disebut reference junction. Bila

antara titik referensi dan titik ukur terdapat perbedaan temperatur, maka akan

timbul GGL yang menyebabkan adanya arus pada rangkaian. Bila titik referensi

ditutup dengan cara menghubungkannya dengan sebuah alat pencatat maka

penunjukan alat ukur akan sebanding dengan selisih temperatur antara ujung

panas (titik ukur) dan ujung dingin (titik referensi).

Termokopel bekerja dengan prinsip berdasarkan pembangkitan tenaga listrik

pada titik sambung dua buah logam yang tidak sama (titik panas/titik ukur). Ujung

lain dari logam tersebut sering disebut titik referensi (titik dingin) dimana
temperaturnya konstan. Bagian luar termokopel berupa tabung logam pelindung

yang berguna untuk menjaga kondisi termokopel agar tidak terpengaruh banyak

oleh lingkungan dimana alat tersebut ditempatkan. Termokopel pada proses ini

berfungsi sebagai pendeteksi temperatur pada holding furnace. Termokopel

berupa tranducer yang mendeteksi temperatur pada dapur dan mengubahnya ke

besaran listrik yaitu tegangan.

Perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur

benda. Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan

menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan

memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur.

Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius

untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa kombinasi

menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,

kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting

diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan

temperatur absolut.

Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin)

dijaga sebagai temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek

pengukuran. Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk

membuat termopile, dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang

lebih tinggi dan semua sambungan dingin ke suhu yang lebih rendah.

Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang

memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya
suhu tetapan pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di

laboratorium, secara sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk

kebanyakan indikasi sambungan lansung dan instrumen kontrol. Mereka

menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain

yang sensitif terhadap suhu (seperti termistor atau dioda) untuk mengukur suhu

sambungan input pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi

suhu di antara ujung-ujungnya.

Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat

disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan

kompensasi hubungan dingin. Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat

indikasi oleh kawat yang disebut kabel ekstensi atau kompensasi. Tujuannya

sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat dengan jumlah yang sama

dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel itu sendiri.

Kabel-kabel ini lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak

terlalu murah, dan biasanya diproduksi pada bentuk yang tepat untuk

pengangkutan jarak jauh - umumnya sebagai kawat tertutup fleksibel atau kabel

multi inti. Kabel-kabel ini biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu yang

lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk keakuratan

tinggi. Kabel kompensasi pada sisi lain, kurang presisi, tetapi murah.

Mereka memakai perbedaan kecil, biasanya campuran material konduktor

yang murah yang memiliki koefisien termoelektrik yang sama dengan termokopel

(bekerja pada rentang suhu terbatas), dengan hasil yang tidak seakurat kabel

ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output yang mirip dengan termokopel,


tetapi operasi rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk menjaga agar

kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih

sesuai kebutuhan termokopel. Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang

proporsional terhadap beda suhu antara sambungan panas dan dingin, dan kutub

harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan tambahan ditambahkan pada

tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara sambungan panas dan

dingin.

Gambar. B.1 (rangkaian termokopel)

Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika ke - 2 menyebutkan

bahwa tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam

suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu

reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.

Hukum ke – 2 termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki

arah: dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah reversible

(dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika seekor beruang kutub tertidur di

atas salju, maka salju dibawah tubuh nya akan mencair karena kalor dari tubuh

beruang tersebut. Akan tetapi beruang tersebut tidak dapat mengambil kalor dari

salju tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energi


kalor memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting dari hukum

kedua adalah studi tentang mesin kalor.

Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yg dapat

terjadi dan yg tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dgn berbagai

cara, antara lain, bunyi hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor:

Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu

rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya, hukum II

termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor. Tidak mungkin membuat

suatu mesin kalor yg bekerja dalam suatu siklus yg semata-mata menyerap kalor

dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar, hukum II

termodinamika dalam pernyataan entropi: Total entropi semesta tidak berubah

ketika proses reversible terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel terjadi.

Hukum kedua termodinamika berpusat pada masalah entropi. Hukum kedua

termodinamika bisa dinyatakan sebagai berikut: Entropi dapat diciptakan tetapi

tidak dapat dimusnahkan. Berdasarkan postulat ini, entropi yang ada pada sebuah

proses bisa tetap tidak berubah dan bisa pula naik, namun tidak mungkin

berkurang. Entropi hanya bisa tetap tidak berubah pada sebuah proses reversible

(s1 = s2). Contoh sebuah proses reversible adalah ayunan bandul teoritis, dimana

sama sekali tidak ada friksi yang menghambat ayunan. Dengan demikian, jika

bandul diayunkan ke arah kanan sejauh x maka bandul akan kembali ke sebelah

kiri sejauh x pula.

Namun dalam kenyataannya, proses semacam ini sangat sulit ditemui karena

friksi – meski hanya sedikit – pasti akan ada. Dalam kenyataannya, hampir semua
proses yang terjadi di alam adalah irreversible. Dalam sebuah proses irreversible,

pasti akan terjadi kenaikan entropi (s2 > s1). Dengan kata lain, dalam sebuah

proses reversible, tidak ada perubahan entropi. Adapun dalam sebuah proses

irreversible, perubahan entropi tidaklah nol dan pasti bernilai positif.

Memasak dengan cara dikukus (menggunakan uap panas) dapat

mempersingkat waktu pemasakan jika dibandingkan pemasakan dengan metode

kering. Uap panas berfungsi sangat baik dalam memindahkan panas ke dalam

bahan makanan selama berlangsungnya proses pemasakan, tanpa menghanguskan

atau merusak hasil masakan serta membutuhkan energi yang lebih rendah jika

dihitung berdasarkan penggunaan energi listrik atau gas. Berdasarkan keunggulan

tersebut , uap panas dapat digunakan untuk memasak berbagai jenis bahan

makanan seperti sayur maupun daging, baik dalam kondisi segar maupun beku.

Peningkatan tekanan di dalam alat presto akan memperlambat proses

pendidihan air, sehingga air bisa mencapai suhu melebihi titik didih normal.

Berdasarkan fakta tersebut, maka proses pemasakan makanan dengan presto

menjadi lebih cepat. Cara kerja alat presto adalah dengan menghasilkan tekanan

dari uap air di dalamalat presto yang berlangsung pada saat proses pemasakan

makanan pada suhu tinggi. Pemasakan dengan presto dapat mempersingkat waktu

hingga dua per tiga dan juga bisa menjaga nutrisi dan menjaga kelembaban

makanan.

Alat presto menghasilkan tekanan dalam ruangan tertutup sehingga menekan

uap air tersebut masuk ke dalam makanan untuk menghasilkan efek transfer

panas. Ketika alat presto yang ditutup rapat + dipanaskan dalam suhu tinggi,
tekanan uap air akan meningkat dan suhu akan naik. Pemasakan dengan metode

presto akan terjadi dalam suhu ± 125oC dan pada tekanan 5 – 10 psi (pada alat

presto bertekenan rendah s/d sedang) atau 15 psi (pada alat presto bertekanan

tinggi). Dalam kondisi tekanan tinggi, serat pada makanan akan dilunakkan dan

rasa makanan akan meresap dengan cepat.

Pada saat ini, banyak orang yang tertarik pada metode memasak

menggunakan presto untuk membuat makanan sehat dan cepat. Banyak orang

beralih ke metode presto karena keunggulan metode tersebut untuk memasak

beberapa jenis makanan yang berbeda. Metode memasak masa kini menuntut

proses pemasakan yang cepat tanpa kehilangan nutrisi terlalu banyak, jika

dibandingkan dengan pemasakan dengan menggunakan panci biasa.

Panci presto merupakan alat masak berbentuk panci yang mampu memasak

makanan dengan lebih cepat, lebih sehat, dengan kandungan gizi dan rasa yang

tetap terjaga. Alat masak ini disebut pula dengan pressure cooker, karena

menggunakan bantuan uap air bertekanan tinggi dalam proses masak

memasaknya. Sedangkan cara memasaknya disebut dengan pressure cooking.

Seiring dengan berkembangnya jaman, panci presto (pressure

cooker) bukan menjadi barang langka lagi. Banyak produsen yang menawarkan

harga terjangkau sehingga panci presto menjadi barang yang dapat kita jumpai

hampir di setiap rumah tangga. Nah disini saya ingin membahas bagaimana

prinsip kerja Panci Presto / Pressure Cooker ini. Jadi kita gak cuma suka makan

bandeng presto / ayam tulang lunak aja, tapi kita juga bisa tahu bagaimana proses

pelunakan itu.
Prinsip dasar yang digunakan pada Presto adalah kenaikan titik didih. Secara

teori, air akan mendidih pada suhu 100 derajat Celsius pada tekanan 1 atmosfer.

Karena panci presto terbuat dari bahan stainless yang tebal dan kuat serta

mempunyai tutup yang rapat, maka uap air yang yang dihasilkan saat proses

pendidihan tidak mungkin keluar dan hanya terkumpul dalam panci presto. Air

yang terkumpul inilah yang membuat tekanan air dalam panci presto naik, yang

menyebabkan temperatur didihnya juga naik menjadi >100 derajat Celsius. Kalau

dengan sedikit teori anak sekolahan, itu seperti Persamaan Gas Ideal, dimana

PV=CT, dimana P = tekanan; V = volume; T = suhu; C = konstanta

kesebandingan gas, persamaan itu juga biasa disebut Hukum Gay-Lussac. Jadi

dapat juga diartikan hubungan antara P dan T bahwa Penambahan tekanan

menaikkan titik didih dan titik lebur zat.

Gambar. B.2 (Panci Presto)

Oleh karena itu, panci presto mampu melunakkan daging maupun tulang

(atau duri) yang sedang dimasak dalam waktu yang relatif lebih singkat.

Interpolasi dalam pengertian matematika adalah perkiraan suatu nilai tengah

dari satu set nilai yang diketahui. Pengertian interpolasi yang lebih luas

merupakan upaya mendefinisikan suatu fungsi analitik yang tidak diketahui atau
pengganti fungsi yang rumit yang tidak mungkin diperoleh persamaan anlitiknya.

Interpolasi juga diartikan secara umum sebagai proses pencarian dan perhitungan

nilai dari suatu fungsi yang grafiknya melewati sekumpulan titik yang diberikan.

Grafik interpolasi,

Gambar. B.3 (grafik interpolasi)

Menghitung volume spesifik pada tekanan 1.537 atm, 1.893 atm dan 3.51

atm.

1. Volume spesifik pada tekanan 1.537 atm

1.537 atm = 153.7 kPa

Dengan cara diinterpolasikan pada data diantara 143,3 dan 169,1 sehingga:

169,1−153,7 1,04−𝑥
= ;
169,1−143,3 1,04−1,21

15,4 1,04−𝑥
=
25,8 −0,17

-2.67 = 26.83 – 25.8x

25.8x = 26.83+2.67
x = 29.5/25.8

x = 1.14 m3/kg

2. Volume spesifik pada tekanan 1.893 atm

1.893 atm = 189.3 kPa

Dengan cara diinterpolasikan pada data diantara 169.1 dan 198.5 sehingga:

198.5−189.3 0.392−𝑥
= ;
198.5−169.1 0.392−1.04

9.2 0.392−𝑥
=
29.4 −0.65

-5.98 = 11.52 – 29.4x

29.4x = 11.52+5.98

x = 17.5/29.4 = 0.59 m3/kg

3. Volume spesifik pada tekanan 3.51 atm

3.51 atm = 351 kPa

Dengan cara diinterpolasikan pada data diantara 313,0 dan 361,3 sehingga:

361.3−351 0.509−𝑥
= ;
361.3−313.0 0.509−0.582

10.3 0.509−𝑥
=
48.3 −0.073

-0.74 = 24.58 – 48.3x

48.3x = 24.58+0.74

x = 5.32/48.3 = 0.524 m3/kg

Merebus air merupakan hal yang cukup sering kita lakukan. Dalam

perebusan air seringkali kita menemukan kesimpulan bahwa air yang dipanaskan
dengan keadaan tertutup akan lebih cepat mendidih daripada yang dipanaskan

dalam keadaan terbuka tanpa tutup. Namun tahukah kita mengapa bisa demikian.

Berikut adalah ilustrasi dan penjelasannya. Air akan lebih cepat mendidih

dikarenakan pada saat air didalam panci mulai menguap, maka uap air tersebut

terkunci didalam panci tersebut sehingga tumbukan antar molekul uap air tersebut

dengan dinding panci lebih besar yang mengakibatkan tekanan pada dalam sistem

(dalam panci) akan besar pula sehingga besar tekanan uap tersebut akan cepat

menyamai tekanan lingkunganya mengingat syarat untuk mendidih adalah

tekanan uap sistem = tekanan lingkungan. Berbeda dengan panci yang terbuka

mengakibatkan uap air banyak keluar dari sistem sehingga jumlah uap air yang

bertumbukan didalam sistem lebih sedikit, sehingga tekananya pun lama untuk

meningkatnya yang mengakibatkan pendidihan lebih lama terjadi.

Dalam praktikum kedua ini kami belajar tentang konsep high pressure

sistem terisolasi dan hukum ke – 2 termodinamika. Konsep high pressure dan

hukum ke – 2 termodinamika sangat berhubungan dengan konsep gas (suhu) dan

tekanan, sehingga pada saat pelaksanaan praktikum kami mengukur suhu dan

tekanan air yang dipanaskan. Kami menggunakan 3 sampel percobaan, yang

pertama menggunakan panic presto ukuran 4 liter dengan diberi air 600 ml, yang

kedua menggunakan panci berukuran 8 liter dengan diberi air 800 ml, dan yang

ketiga menggunakan panci berukuran 12 liter dengan diberi air sebanyak 1000 ml.

dari ketiga sampel yang diuji, hasil menunjukkan kesesuaian dengan referensi

yang ada. Dimana panci yang berukuran paling besar dan paling banyak diberi air,

membutuhkan waktu paling lama untuk mendidih, begitu seterusnya.


Referensi yang ada menyatakan bahwa dalam hal perebusan air banyak

sekali faktor yang berpengaruh terhadap hasil, antara lain luas penampang panci,

volume air, perlakuan (dengan atau tanpa tutup) dan lain sebagainya. Ketiga

faktor tersebut nyata sekali pengaruhnya terhadap hasil praktikum kedua ini. Panci

yang memiliki luas penampang lebih besar akan membutuhkan waktu lama untuk

panas, sehingga akan memengaruhi air yang ada didalamnya. Seperti sifat suhu,

dimana suhu akan berpindah dari tinggi ke rendah. Dalam perebusan air yang

akan pertama kali panas adalah medianya yaitu panci. Sehingga sangat jelas sekali

air yang dipanaskan di media yang memiliki ukuran besar akan membutuhkan

waktu lama untuk mendidih. Faktor kedua yang berpengaruh adalah volume air

yang dipanaskan, semakin banyak volume air yang dipanaskan, waktu mendidih

akan semakin lama begitu juga sebaliknya. Faktor terakhir yang berpengaruh yaitu

perlakuan yang dilakukan, apakah menggunakan tutup atau tanpa tutup. Jika air

dipanaskan menggunakan tutup akan lebih cepat mendidih karena uap panas yang

terbentuk tidak keluar sehingga akan bertumbukan dengan molekul air yang lain

sehingga air akan cepat mendidih.

Dengan melihat hasil dan referensi yang ada, terjadi kesesuaian antara

keduanya. Percobaan dengan menggunakan panci yang lebih besar, dan air paling

banyak membutuhkan waktu paling lama untuk mendidih, begitu seterusnya. Dan

percobaan dengan menggunakan ukuran panci paling kecil dengan jumlah volume

paling sedikit, membutuhkan waktu paling cepat untuk mendidih. Dalam hal ini,

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu luas penampang dan volume air yang diberikan.
Dalam praktikum kedua ini, kami juga mengalami beberapa kendala –

kendala yang terjadi ketika praktikum. Sebetulnya hal ini dapat dikatakan sebagai

kendala ataupun tidak. Kami menyadari bahwa keadaan kita yang memang serba

kekurangan, menjadikan setiap kali praktikum kami merasa kurang maksimal.

Beberapa kendala yang terjadi ketika praktikum kemarin antara lain,

1. Alat – alat (panci presto) yang hanya ada beberapa, sehingga tiap kelompok

tidak bisa merasakan sendiri praktikumnya dan menyebabkan kurang

maksimal hasilnya.

2. Alat penunjang (kompor gas) yang sangat terbatas, sehingga membutuhkan

waktu sangat lama untuk praktikum. Selain membutuhkan waktu lama, hal

ini juga membuat tidak semua praktikan dalam satu kelompok melakukan

praktikum alias banyak yang nganggur.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut,

1. Gas merupakan suatu keadaan zat dalam hal ini molekul-molekulnya dapat

bergerak sangat bebas, dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

ditempatinya.

2. Gas ideal adalah keadaan gas yang dianggap sempurna, memiliki sifat

tertentu, sehingga dapat diterapkan pada teori kinetik gas.

3. Hukum termodinamika ke - 2 menyebutkan bahwa tidak mungkin untuk

membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-

mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu reservoir pada suhu

tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.

B. Saran

Kebijakan asisten tolong dipertimbangkan (ada satu orang) yang saya rasa

sangat berlebihan dan menyulitkan praktikan. Sikap asisten tolong dijaga. Asisten

ingin dihormati kami (praktikan) juga ingin dihormati. Jangan egois, tolong modul

diperbaiki, jangan hanya bisa komentar format laporan salah dan revisi saja,

sementara modul sendiri berantakan dan tidak enak dilihat mata. Terimakasih

semoga dapat menjadi perhatian dan koreksi supaya kita sama – sama nyaman,

karena ini menyangkut dua pihak bukan hanya satu pihak saja.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Petunjuk Praktikum Termodinamika. Prodi Teknik Pertanian.


Universitas Jenderal Soedirman.

Heryanti, Eka, dkk. 2013. Gas Ideal. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri : Lampung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Termokopel#Tipe-Tipe_Termokopelid.wikipedia.org.
(diakses tanggal 17 November 2014).

https://www.academia.edu/5064138/Gas_Ideal_Dan_Teori_Kinetik_Gas.
(diakses tanggal 17 November 2014).

http://aichatwins.blogspot.com/2011/03/prinsip-kerja-termokopel-pirometer dan.
html. ( diakses tanggal 17 November 2014).

Irawan, Edi Putra. 2011. Hukum II Termodinamika. Fakultas Tarbiyah dan


Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin : Makasar.

Nur, Muhamad. 2009. Koreksi Tekanan Gas Ideal untuk Plasma sebagai Materi
Fase ke empat dan Penerapannya pada plasma Argon. Jurusan Fisika,
Fakulas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Berkala Fisika Vol. 12 ,
No. 4.

Rusli, Ronnie. 2008. Termodinamika Proses Materis. Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai