Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“REAKSI KIMIA SENYAWA ORGANIK”

OLEH :

WD ERNA FEBRIAN

E1G123118

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Reaksi kimia senyawa organik” dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Kendari, Januari 2024

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Jenis-Jenis Reaksi Senyawa Organik ............................................................. 3
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11
A. Kesimpulan .................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reaksi kimia melibatkan konversi satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat yang
berbeda. Dengan kata lain, reaksi kimia akan menghasilkan pengaturan ulang susunan atom
atau ion untuk membentuk zat lain. Reaksi kimia pada senyawa-senyawa anorganik biasanya
terjadi dalam bentuk ionik. Akan tetapi, hal ini jarang terjadi pada reaksi senyawa-senyawa
organik. Reaksi kimia yang terjadi pada senyawa organik melibatkan pemutusan dan
pembentukan ikatan kovalen yang baru. Pemutusan ikatan kovalen yang terjadi pada reaksi
senyawa organik dapat berupa pemutusan homolitik ataupun heterolitik.

Pemutusan heterolitik terjadi apabila salah satu spesi hasil pemutusan ikatan membawa
kedua elektron ikatan, sedangkan spesi lainnya kekurangan elektron dan memiliki orbital
kosong. Spesi yang kelebihan elektron dikenal sebagai anion, sedangkan spesi yang
kekurangan elektron dikenal sebagai kation. Umumnya, atom yang memiliki
keelektronegatifan lebih tinggi akan membentuk anion, sedangkan atom yang lebih
elektropositif membentuk kation

Pemutusan heterolitik ikatan karbon-karbon dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu


terbentuknya ion dengan atom karbon bermuatan positif yang disebut karbokation atau ion
dengan atom karbon bermuatan negatif yang disebut karbanion. Perlu diperhatikan bahwa anak
panah yang digunakan untuk menggambarkan proses pemutusan ikatan secara heterolitik dan
homolitik berbeda. Pada pemutusan ikatan secara heterolitik, digunakan anak panah penuh,
sementara pada pemutusan ikatan secara homolitik digunakan anak panah setengah penuh.

Pemutusan ikatan secara heterolitik biasanya mensyaratkan bahwa ikatan tersebut


terpolarisasi. Polarisasi ikatan dapat dihasilkan dari adanya perbedaan elektronegativitas dari
atom-atom yang berikatan. Semakin besar perbedaan elektronegativitas, semakin besar
polarisasi. Namun demikian, pada ikatan yang sangat terpolarisasi sekalipun, heterolisis jarang
terjadi tanpa adanya bantuan. Hal ini disebabkan pada proses heterolisis dihasilkan ion-ion
yang memiliki muatan yang berlawanan satu sama lain sehingga membutuhkan energi yang
besar untuk memisahkan ion-ion yang dihasilkan tersebut. Sering kali, heterolisis dibantu oleh
molekul yang memiliki pasangan elektron bebas (PEB) yang dapat disumbangkan untuk
membentuk ikatan ke salah satu atom. Sebagian besar reaksi organik melibatkan interaksi

1
antara molekul yang memiliki kerapatan elektron yang lebih tinggi dan molekul yang memiliki
kerapatan elektron yang lebih rendah yang kemudian melahirkan istilah nukleofil dan
elektrofil.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana menjelaskan jenis-jenis reaksi kimia senyawa organik?

C. Tujuan
Dapat menjelaskan jenis-jenis reaksi kimia senyawa organik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Reaksi Senyawa Organik


Redoksreaksi adalah reaksi yang melibatkan perubahan kandungan oksigen atau hdrogen
dalam senyawa. Reaksi-reaksi organik banyak terjadi secara alami di alam. Walaupun
demikian, terdapat juga reaksi organik yang dilakukan di laboratorium atau industri yang
digunakan untuk menghasilkan senyawa organik yang baru. Senyawa hasil reaksi organik
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti obat-obatan, aditif makanan, pakaian,
dan banyak hal lain. Terdapat banyak jenis reaksi organik. Apabila dikelompokkan berdasarkan
perubahan bilangan oksidasi, reaksi organik dapat dikelompokkan menjadi reaksi reduksi
oksidasi dan hidrolisis.

1. Oksidasi
Sebagian besar oksidasi dilakukan dengan adanya oksigen, contohnya senyawa ozon.
Reagen ini biasa digunakan untuk mengoksidasi ikatan rangkap karbon-karbon seperti pada
senyawa alkena atau alkuna membentuk karbonil. Reagen ini juga dapat digunakan untuk
mengoksidasi ikatan rangkap nitrogen seperti pada senyawa ozon yang membentuk
nitrosamin. Oksidasi suatu senyawa organik biasanya berhubungan dengan sebuah
peningkatan kandungan oksigen dan penurunan kandungan hidrogen. Misalnya perubahan
etanol menjadi asam etanoat, kandungan oksigen dari asam etanoat lebih tinggi
dibandingkan etanol.

Semua molekul organik dapat teroksidasi di lingkungan, namun beberapa molekul


lebih rentan terhadap oksidasi dibanding yang lain. Reaksi oksidasi sangat penting di
atmosfer, di mana terdapat oksigen, ozon, dan zat pengoksidasi lainnya terdapat dalam
konsentrasi besar. Dalam sistem perairan, oksigen dan zat pengoksidasi hadir dalam
konsentrasi yang jauh lebih rendah, reaksi memang terjadi tetapi ada proses lain yang

3
bersaing. Dalam sistem perairan, laju reaksi bergantung pada pH dan keadaan redoks.
Perairan dengan oksigen terlarut yang signifikan akan mengakibatkan oksidasi polutan.

Polutan bereraksi dengan oksigen atau bahan kimia pengoksidasi lainnya misalnya
ozon, hidrogen peroksida H2O2, oksigen singlet O, radikal OH, Cl2, Br2, F2, H2SO4, HCl,
untuk menghasilkan produk yang lebih teroksidasi. Dalam keadaan tertentu, reaksi akan
menghasilkan oksidasi sempurna terhadap polutan. Hasil akhir dari proses oksidasi biasanya
berupa CO2, H2O, NO/NO2, NO3-, SO2-, HSO4-. Oksidasi sempurna molekul organik
kompleks mungkin memerlukan waktu lama tanpa penambahan energi atau katalis.

a) Oksidasi Alkilbenzena
Alkilbenzena merupakan sekelompok hidrokarbon aromatik yang mana gugus alkil
akan terikat langsung pada cincin benzena. Alkilbenzena terkadang dipanggil arena.
Contoh dari Alkilbenzena:

Oksidasi dari alkilbenzena dilakukan dengan tindakan panas bersifat basa kalium
manganat (VII) solusi. Pada proses oksidasi, benzoat terbentuk. Asam benzoat dapat
dipulihkan dengan menambahkan asam mineral seperti encerkan H2SO4 ke
benzoat. Metode ini menghasilkan asam benzoat dengan hasil hampir kuantitatif.

Oksidasi dari Alkilbenzena

4
Dalam proses oksidasi diatas, gugus alkil dari alkilbenzena teroksidasi, bukan cincin
benzena. Pada langkah pertama, zat pengoksida mengabstraksi atom hidrogen
benzilik. Zat pengoksidasi mengoksidasi rantai samping menjadi gugus karboksil.
Oksidasi rantai samping oleh KMnO4 tidak terbatas pada gugus alkil saja, ikatan
C=C dan gugus C=O pada rantai samping juga dioksidasi oleh basa panas KMnO4.
Misalnya:

b) Oksidasi Alkohol

Oksidasi alkohol merupakan sekolompok senyawa dengan satu atau lebih gugus
hidroksil (-OH) yang terikat pada gugus alkil. Hanya untuk alkohol satu gugus
hidroksil. Rumus umumnya yaitu, CnH2n+1OH. Adapun contoh alkohol

Tergantung pada jumlah gugus alkil yang terikat pada karbon yang mengikat gugus
hidroksil, alkohol dapat diklasifikasikan menjadi alkohol primer, sekunder dan
tersier.

5
2. Reduksi
Reduksi adalah suatu proses di mana suatu zat kehilangan oksigen, mendapatkan
elektron, atau kehilangan keadaan oksidasi. Ini sering kali melibatkan reaksi dengan suatu
zat pengoksidasi. Reduksi suatu senyawa organik biasanya berhubungan dengan
peningkatan kandungan hidrogen dan penurunan kandungan oksigen. Misalnya mengubah
asam etanoat menjadi etanal adalah reduksi. Kandungan oksigen dari etanal lebih rendah
dibandingkan asam etanoat.

Agen pereduksi yang umum digunakan dalam reaksi organik meliputi yaitu Litium
Tetrahidridoaluminat dalam eter kering (LiAIH4/Eter, H3O+), Natrium Tetrahididoborat
(NaBH4/H20), dan Hidrogen dengan Pladium (H2/Pd). Aktifitas mikroba dan tanaman
dapat mengubah keadaan redoks air secara signifikan, di kedalaman danau, sungai dan
lautan serta di beberapa perairan tanah, biasanya mengalami penipisan oksigen. Perairan
yang kekurangan oksigen akan mengakibatkan berkurangnya beberapa polutan. Reduksi
hanyalah kebalikan dari oksidasi, di atmosfer jarang terlihat kondisi reduksi.

Hasil akhir dari pengurangan kondisi adalah pembentukan hidrokarbon (misalnya


metana CH4, alkana, alkena dan aromatik ), amonia (NH3) dan amina (R-NH2), Hidrogen
sulfida (H2S) dan R-S, oksida logam tereduksi (Fe2+, Mn2+).

a) Reduksi senyawa karbonil


Baik aldehida maupun keton mudah mengalami reaksi reduksi, masing-masing
membentuk 1o dan 2o alkohol. Agen pereduksinya yaitu litium tetrahidridoaluminat
(LiAIH4) dan natrium tetrahididoborat (NaBH4). LiAIH4 adalah agen pereduksi
yang kuat dapa bereaksi hebat dengan air. Reaksi reduksi menggunakan LiAIH4
harus dilakukan dalam larutan anhidrat, biasnya dalam eter kering.

6
b) Asam karboksilat
Asam karboksilat merupakan sekelompok senyawa organik yang mengandung
gugus karboksil.

Reduksi asam karboksilat sulit dilakukan, dapat dicapai dengan menggunakan zat
pereduksi yang sangat kuat (misalnya LiAIH4). LiAIH4 mereduksi asam
karboksilat menjadi 1o alkohol dengan hasil yang sangat baik.

c) Reaksi redoks Alkena


Alkena adalah hidrokarbon tak jenuh yang mengandung ikatan C=C, Ikatan C=C
mudah teroksidasi. Akena dapat mengalami reaksi oksidasi. Alkena dapat menerima
hidrogen untuk membentuk alkana. Alkena juga mampu mengalami reaksi reduksi.
Alkena bereaksi dengan hidrogen dengan adanya katalis logam (Ni, Pd dan Pt)
membentuk alkana. Atom-atom molekul hidrogen menambah setiap atom karbon
ikatan C=C alkena. Alkena diubah menjadi alkana.

7
Hidrogenasi alkena berguna dalam menganalisis hidrokarbon tak jenuh (alkena atau
alkuna), dengan mengukur jumlah mol hidrogen yang bereaksi dengan satu mol
hidrokarbon tak jenuh. Jumlah ikatan rangkap dua atau rangkap tiga yang terdapat
dalam molekul hidrokarbon tak jenuh dapat disimpulkan.
3. Hidrolisis
Hidrolisis adalah suatu proses kimia di mana suatu senyawa atau molekul dipecah
menjadi dua atau lebih komponen melalui penambahan air. Proses ini dapat terjadi secara
alami atau diinduksi oleh suatu katalis, seperti enzim dalam sistem biologis atau asam dan
basa dalam lingkungan kimia. Hidrolisis sering kali melibatkan pemecahan ikatan kimia
dengan penambahan molekul air. Polutan bereaksi dengan H2O, H+ atau OH-,
menambahkan molekul air, laju reaksi sangat sensitif terhadap pH. Konstanta laju
diturunkan untuk kondisi asam, netral, dan basa dan bisa sangat berbeda.
Biasanya langkah pertama adalah yang paling lambat dalam hidrolisis, tetapi
merupakan langkah pertama transformasi terjadi, molekul polutan kemudian dapat
terdegradasi dengan lebih cepat. Sejumlah produk sampingan dapat dihasilkan sehingga
mempersulit analisis. Hidrolisis asam terhadap senyawa-senyawa ini biasanya jauh lebih
cepat dibandingkan hidrolisis pada pH netral atau pada pH tinggi (lingkungan basa).
Lihatlah laju reaksi pada tingkat pH yang berbeda untuk mengukur efektivitas degradasi
lingkungan.
Contoh umum hidrolisis adalah reaksi pemecahan air terhadap senyawa-senyawa
kompleks, seperti hidrolisis gula oleh enzim dalam proses pencernaan atau hidrolisis garam
oleh air. Hidrolisis juga dapat terjadi pada senyawa-senyawa organik kompleks atau
senyawa anorganik.
Reaksi hidrolisis substrat organik terdapat dimana-mana di lingkungan. Hidrolisis
merupakan reaksi degradasi yang pening di permukaan, tanah, kabut, dan air pori dan juga
dapat menjadi jalur dominan dalamsistem biologis. Hidrolisis terjadi melalui salah satu dari
dua kelas mekanisme yaitu subtitusi nukleolitik dan tambahan – Eliminasi.

8
Kinetika paruh hidrolisis dapat dinyatakan sebagai :

Hidrolisis, ditingkatkan oleh asam, basa dan tiga mekanisme reaksi independen (hidrolisis
netral, asam dan basa).
Laju hidrolisis = Kh [RX]
Dimana, Kh = KA[H+] + KN + KB[OH-]

Contoh gugus fungsi yang dapat dihidrolisis.


 Alifatik Halogenasi

 Ester Asam Karboksilat

 Amida

 Anhidrida

9
Reaksi dengan basa/H2O – Ester
Setiap mol ester yang dihidrolisis memerlukan 1 mol basa. Oleh karena itu, hidrolisis
ester dalam basa berair disebut basa dipromosikan.

Hidrolisis Ester

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Redoksreaksi adalah reaksi yang melibatkan perubahan kandungan oksigen atau hdrogen
dalam senyawa. Reaksi-reaksi organik banyak terjadi secara alami di alam. Walaupun
demikian, terdapat juga reaksi organik yang dilakukan di laboratorium atau industri yang
digunakan untuk menghasilkan senyawa organik yang baru. Terdapat banyak jenis reaksi
organik. Apabila dikelompokkan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi, reaksi organik
dapat dikelompokkan menjadi reaksi reduksi oksidasi dan hidrolisis.
Sebagian besar oksidasi dilakukan dengan adanya oksigen, contohnya senyawa ozon.
Reagen ini biasa digunakan untuk mengoksidasi ikatan rangkap karbon-karbon seperti pada
senyawa alkena atau alkuna membentuk karbonil. Reagen ini juga dapat digunakan untuk
mengoksidasi ikatan rangkap nitrogen seperti pada senyawa ozon yang membentuk nitrosamin.
Dalam keadaan tertentu, reaksi akan menghasilkan oksidasi sempurna terhadap polutan.
Polutan bereraksi dengan oksigen atau bahan kimia pengoksidasi lainnya misalnya ozon,
hidrogen peroksida H2O2, oksigen singlet O, radikal OH, Cl2, Br2, F2, H2SO4, HCl, untuk
menghasilkan produk yang lebih teroksidasi. Dalam keadaan tertentu, reaksi akan
menghasilkan oksidasi sempurna terhadap polutan. Hasil akhir dari proses oksidasi biasanya
berupa CO2, H2O, NO/NO2, NO3-, SO2-, HSO4-. Oksidasi sempurna molekul organik
kompleks mungkin memerlukan waktu lama tanpa penambahan energi atau katalis.
Reduksi adalah suatu proses di mana suatu zat kehilangan oksigen, mendapatkan
elektron, atau kehilangan keadaan oksidasi. Ini sering kali melibatkan reaksi dengan suatu zat
pengoksidasi. Reduksi suatu senyawa organik biasanya berhubungan dengan peningkatan
kandungan hidrogen dan penurunan kandungan oksigen. Misalnya mengubah asam etanoat
menjadi etanal adalah reduksi. Kandungan oksigen dari etanal lebih rendah dibandingkan asam
etanoat. Hasil akhir dari pengurangan kondisi adalah pembentukan hidrokarbon (misalnya
metana CH4, alkana, alkena dan aromatik ), amonia (NH3) dan amina (R-NH2), Hidrogen
sulfida (H2S) dan R-S, oksida logam tereduksi (Fe2+, Mn2+).
Hidrolisis sering kali melibatkan pemecahan ikatan kimia dengan penambahan molekul
air. Polutan bereaksi dengan H2O, H+ atau OH-, menambahkan molekul air, laju reaksi sangat
sensitif terhadap pH. Konstanta laju diturunkan untuk kondisi asam, netral, dan basa dan bisa
sangat berbeda. Hidrolisis asam terhadap senyawa-senyawa ini biasanya jauh lebih cepat

11
dibandingkan hidrolisis pada pH netral atau pada pH tinggi (lingkungan basa). Lihatlah laju
reaksi pada tingkat pH yang berbeda untuk mengukur efektivitas degradasi lingkungan.

Kinetika paruh hidrolisis dapat dinyatakan sebagai :

12

Anda mungkin juga menyukai