Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA ORGANIK

SUBSTITUSI NUKLEOFILIK DAN ELEKTROFILIK PADA


CINCIN AROMATIK

DISUSUN OLEH:

NAMA : MELLYTA ULIYANDARI

NPM : A1F010003

DOSEN : Dr. Agus Sundaryono, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
Subtitusi Nuklefilik dan Elektrofilik Pada Cincin Aromatik Makalah ini nantinya diharapkan
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman semua.

Bengkulu, 19 November 2012

Penulis

i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanpa kita sadari, sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari sering sekali kita
berinteraksi dengan senyawa organik. Senyawa Organik ini ada diantaranya yang berwujud
bahan makanan,bahan sandang, obat-obatan, kosmetik, dan berbagai jenis plastik. Bahkan
dalam tubuhpun, banyak terdapat sejumlah senyawa organik dengan fungsi yang beragam
pula.

Senyawa organik sebenarnya hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu
yang mengandung satu atom karbon atau lebih. Sementara Kimia organik sendiri
barangkali lebih baik didefinisikan sebagai kimia senyawa yang mengandung karbon.
Meskipun penggolongan seperti ini agak terbatas, fakta menunjukkan bahwa
senyawa yang mengandung atom karbonlah yang banyak terdapat di muka bumi ini.
Fakta ini adalah akibat dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan
atom karbon lain. Jika sifat khas ini dibarengi dengan kemampuan atom karbon
membentuk empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai susunan atom
dapat terjadi. Saat ini jutaan senyawa organik telah ditentukan cirinya, dan setiap
tahun puluhan ribu zat baru ditambahkan ke dalam daftar ini, baik sebagai hasil
penemuan di alam, ataupun sebagai hasil pembuatan di laboratorium.

Unsur Karbon sebenarnya adalah suatu unsur utama penyusun jasat hidup, sehingga
atom karbon menjadi tulang punggung pembentuk senyawa yang beraneka ragam. Unsur
karbon dapat membentuk senyawa-senyawa yang begitu banyak, dimana hal ini tidak
ditunjukkan oleh unsur lain, hal ini disebabkan karena Karbon memiliki empat elektron di
kulit terluarnya. Masing-masing elektron dapat disumbangkan kepada unsur-unsur lain
sehingga terpenuhi susunan elektroniknya, dan dengan elektron-elektron pasangan
membentuk ikatan kovalen. Nitrogen, oksigen dan hidrogen adalah unsur-unsur yang dapat
berikatan dengan karbon. Satu atom karbon dapat menyumbangkan paling banyak empat
elektron untuk dipasangkan dengan empat elektron dari unsur lain. Sebagai contoh dalam
molekul metana.
1
Atom karbon dapat dibedakan dengan atom lain yaitu pada kemampuan atom karbon
untuk berpasangan dengan atom karbon lain membentuk ikatan kovalen karbon-karbon.
Fenomena tunggal inilah yang memberikan dasar-dasar kimia organik. Rangkaian atom-atom
karbon beraneka ragam: linear, bercabang, siklik yang dikelilingi oleh atom hidrogen, oksigen,
dan nitrogen. Tidak banyak unsur lain yang memiliki empat elektron di kulit terluar yang
bersifat seperti atom karbon. Hanya silikon yang mirip dengan atom karbon, artinya dapat
membentuk ikatan kovalen dengan unsur-unsur lain. Seperti SiO 2 yang melimpah. Senyawa
ini sangat stabil, tetapi silikon bukan unsur penyusun jasat hidup.

Reaksi kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi
senyawa lain atau molekul lain. Reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya
merupakan reaksi antar ion, sedangkan reaksi pada senyawa organik biasanya dalam bentuk
molekul.

Struktur organik ditandai dengan adanya ikatan kovalen antara atom-atom


molekulnya. Oleh karena itu, reaksi kimia pada senyawa organik ditandai dengan
adanya pemutusan ikatan kovalen dan pembentukan ikatan kovalen yang baru.
Adapun reaksi-reaksi senyawa organik dapat digolongkan dalam beberapa tipe yaitu:
1. Reaksi substitusi
Reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1)
Reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler (SN2)
Reaksi substitusi nukleofilik internal (SNi)
Reaksi substitusi elektrofilik (SE)
2
2. Reaksi adisi
Reaksi anti adisi
Reaksi sin adisi
3. Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasi (eliminasi 1,1)
Reaksi eliminasi (eliminasi 1,2)
4. Reaksi penataan ulang (rearrangement)
5. Reaksi radikal.

Dari jenis-jenis rekasi diatas yang akan kita bahas adalah reaksi subitusi,
terkhusus pada reaksi subtitusi elektrofilik dan reaksi subtitusi nuleofilik pada cincin
aromatik. Telah diketahui bahwa benzen merupakan senyawa yang kaya akan elektron,
sehingga sifat yang menonjol dari benzen adalah mudah melakukan reaksi substitusi
elektrofilik. Reaksi dapat berlangsung jika reagen elektrofil E+ (skala elektron)
menyerang cincin aromatik dengan mengganti salah satu atom hidrogen. Beberapa
reaksi subtitusi yang sering dijumpai pada cincin benzen adalah halogenasi, nitrasi,
sulfonasi, alkilasi Friedel-Crafts, dan asilasi Friedel-Crafts.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan reaksi subtitusi dan senyawa aromatik?


2. Apa yang dimaksud dengan reaksi substitusi nukleofilik pada cincin aromatik?
3. Bagaimanakah mekanisme reaksi substitusi nukleofilik pada cincin aromatik?
4. Apa yang dimaksud dengan reaksi subtitusi elektrofilik pada cincin aromatik?
5. Bagaimana mekanisme reaksi substitusi elektrofilik pada cincin aromatik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari reaksi subtitusi dan senyawa aromatik
2. Untuk mengetahui tentang reaksi substitusi nukleofilik pada cincin aromatik
3. Untuk mengetahui mekanisme dari reaksi substitusi nukleofilik pada cincin
aromatik
4. Untuk mengetahui tentang reaksi substitusi elektrofilik pada cincin aromatik
5. Untuk mengetahui mekanisme dari reaksi substitusi nukleofilik aromatik

BAB II

ISI
1) Pengertian reaksi substitusi dan senyawa aromatik

Dalam mempelajari tentang reaksi substitusi nukleofilik dan reaksi substitusi


elektrofilik pada cincin aromatik, kita sebaiknya harus mengetahui terlebih dahulu tentang
reaksi substitusi, senyawa aromatik, dan benzena.
a. Reaksi substitusi

Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom senyawa hidrokarbon oleh


atom senyawa lain. Reaksi substitusi pada umumnya terjadi pada senyawa jenuh
(alkana). Alkana dapat mengalami reaksi substitusi dengan halogen. Reaksi
substitusi juga dapat diartikan sebagai reaksi dimana berlangsung penggantian
ikatan kovalen pada suatu atom karbon. Reagensia pengganti dan gugus lepas yang
meninggalkan substrat dapat berupa nukleofil atau elektrofil (atau radikal bebas).
Secara umum, reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Reaksi secara umum:
R - H + X2 R X + HX
Alkana halogen haloalkana asam klorida
Contoh:
CH3-CH3 (g) + Cl2 (g) CH3-CH2-Cl (g) + HCl (g)
Etana gas klor kloroetana asam klorida

Reaksi substitusi secara umum dapat dibagi manjadi 2 jenis yaitu:


1. Reaksi substitusi Nukleofilik
Pada reaksi substitusi nukleofilik atom/ gugus yang diganti mempunyai
elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah
suatu nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif.

4
Reaktivitas relatif dalam reaksi substitusi nukleofilik dipengaruhi oleh
reaktivitas nukleofil, struktur alkilhalida dan sifat dari gugus terlepas. Reaktivitas
nukleofil dipengaruhi oleh basisitas, kemampuan mengalami polarisasi, dan solvasi.

2. Reaksi substitusi elektrofilik

Benzena memiliki rumus molekul C6H6, dari rumus molekul tersebut diketahui bahwa
benzena termasuk golongan senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Namun ternyata benzena
mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Beberapa
perbedaan sifat benzena dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh adalah diantaranya
bahwa benzena tidak mengalami reaksi adisi melainkan mengalami reaksi substitusi. Pada
umumnya reaksi yang terjadi terhadap molekul benzena adalah reaksi substitusi elektrofilik,
hal ini disebabkan karena benzena merupakan molekul yang kaya elektron. Ada 4 macam
reaksi substitusi elektrofilik terhadap senyawa aromatik, yaitu :

5
b. Senyawa Aromatik
Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang
membentuk rantai benzena. Sedangkan menurut Menurut Erich Huckel, suatu
senyawa yang mengandung cincin beranggota lima atau enam bersifat aromatik
jika:
- semua atom penyusunnya terletak dalam bidang datar (planar)
- setiap atom yang membentuk cincin memiliki satu orbital 2p
- memiliki elektron pi dalam susunan siklik dari orbital-orbital 2p sebanyak 4n+2
(n= 0, 1, 2, 3, )

Benzena merupakan suatu anggota dari kelompok besar senyawa aromatik,


yakni senyawa yang cukup distabilkan oleh delokalisasi elektron-pi. Energi
resonansi suatu senyawa aromatik merupakan uluran diperolehnya kestabilan.
Cara paling mudah untuk menentukan apakah suatu senyawa itu aromatik ialah
dengan menentukan posisi absorpsi dalam mspektrum nomor oleh proton yang
terikat pada atom-atom cincin. Proton yang terikat ke arah luar cincin aromatik
sangat kuat terperisai dan menyerap jauh ke bawah-medan dibandingkan
kebanyakan proton, biasanya lebih dari 7 ppm.

Di samping benzena dan turunannya, ada beberapa jenis senyawa lain yang
menunjukkan sifat aromatik, yaitu mempunyai ketidakjenuhan tinggi dan tidak
menunjukkan reaksi-reaksi seperti alkena. Senyawa benzena termasuk dalam
golongan senyawa homosiklik, yaitu senyawa yang memiliki hanya satu jenis atom
dalam sistem cincinnya. Terdapat senyawa heterosiklik, yaitu senyawa yang
memiliki lebih dari satu jenis atom dalam sistem cincinnya, yaitu cincin yang
tersusun dari satu atau lebih atom yang bukan atom karbon. Sebagai contoh,
piridina dan pirimidina adalah senyawa aromatik seperti benzena. Dalam piridina
satu unit CH dari benzena digantikan oleh atom nitrogen yang terhibridisasi sp2,
dan dalam pirimidina dua unit CH digantikan oleh atom-atom nitrogen yang
terhibridisasi sp2.

6
Senyawa-senyawa heterosiklik beranggota lima seperti furan, tiofena, pirol, dan
imidazol juga termasuk senyawa aromatik.

Secara umum ada beberapa persyaratan dari senyawa aromatik, yaitu :


Molekul harus siklik dan datar .
Memiliki orbital p yang tegak lurus pada bidang cincin (memungkinkan
terjadinya delokalisasi elektron pi).
Memiliki orbital p yang tegak lurus pada bidang cincin (memungkinkan
terjadinya delokalisasi elektron pi). Siklooktatetraena tidak aromatik 8
elektron pi.

2) Reaksi Substitusi Nukleofilik pada Cincin Aromatik

Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari
suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi
melibatkan nukleofil, maka reaksi disebut substitusi nukleofilik, dan bila reaksi substitusi
tersebut terjadi pada cincin aromatik, maka di sebut substitusi nukleofilik aromatik (SN-Ar).
Spesies yang bertindak sebagai penyerang adalah nukleofil (basa Lewis), yaitu
spesies yang dapat memberikan pasangan elektron ke atom lain untuk membentuk
ikatan kovalen. Perubahan yang terjadi pada reaksi ini pada dasarnya adalah suatu

7
nukleofil dengan membawa pasangan elektronnya menyerang substrat (molekul
yang menyediakan karbon untuk pembentukan ikatan baru), membentuk ikatan baru
dan salah satu substituen pada atom karbon lepas bersama berpasangan
elektronnya.Jika nukleofil penyerang dinyatakan dengan lambang Y: atau Y dan
substratnya R-X;maka persaman reaksi substitusi nukleofilik dapat dituliskan secara
sederhana sebagai berikut :
R X + Y- R Y + X-

Pada umumnya reaksi substitusi nukleofilik pada cincin aromatik ini, nampak
serupa dengan reaksi SN1 dan SN2 , namun reaksi ini sangatlah berlainan, dan
berlainan juga dengan reaksi elektrofilik. Pada reaksi ini senyawa aromatik tidak
reaktif terhadap serangan nuleofil.
Secara umum ada Beberapa kelompok senyawa aromatik yang dapat mengalami
substitusi nukleofilik dengan mudah yaitu:
a) Senyawa aromatik yang mengikat gugus penarik elektron pada posisi orto atau
para terhadap gugus pergi.
b) Senyawa aromatik yang dalam reaksinya dengan nukleofil tertentu di bawah
pengarauh basa kuat melalui pembentukan hasil antara benzuna atau aruna.
c) Garam-garam diazonium, yang reaksinya dengan nukleofil memberikan hasil yang
berupa substitusi atom N gugus diazonium oleh nukleofil.

Substitusi nukleofilik pada senyawa aromatik umumnya berlangsung dua tahap,


yaitu:
1. Serangan nukleofilik pada senyawa aromatik yang berlangsung lambat dan
membentuk hasil antara karbanion.
2. Tahap lepasnya gugus pergi dari karbanion yang berlansung dengan cepat.

Pada reaksi substitusi nukleofilik aromatik yang melalui tahap pembentukan


hasil antara benzuna dan aruna, reaksinya berlangsung melalui mekanisme reaksi
eliminasi-adisi. Pada substitusi nukleofilik garam-garam diazonium reaksinya
berlangsung dengan mekanisme sn1. Mekanisme substitusi aromatik nukleofilik

8
di prediksi berjalan dari 2 jalur dan salah satunya adalah Melalui zat antara
karbonion. Jika cincin itu teraktifkan terhadap substitusi nukleofilik oleh suatu
gugus yang menarik elektron, maka reaksi berjalan dua tahap yaitu :

1. Adisi nukleofil untuk membentuk suatu karbanion


2. Lepasnya ion halida

Meskipun zat antara karbanion tak stabil dan reaktif, namun dapat distabilkan
oleh resonansi penyebaran muatan negatif oleh gugus-gugus penarik elektron.
Struktur resonansi zat antara ini menunjukkan subtituen o atau p penarik
elektron lebih menstabilkan karbonion itu dari pada substituen-meta. Bila
substituen itu o atau p, maka muatan negatif itu akan berdampingan dengan
gugus penarik elektron dalam salah satu struktur resonansi.

3) Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Pada Cincin Aromatik

Seperti yang kita ketahui reaksi substitusi nukleofilik aromatik (Sn-


Ar) adalah reaksi substitusi dalam kimia organik di mana nukleofil menggusur
kelompok yang meninggalkan , seperti halida , pada cincin aromatik . Secara umum
Ada 6 mekanisme substitusi nukleofilik yang dihadapi dengan sistem aromatik
yaitu :

1. S N Ar (adisi-eliminasi) mekanisme

9
2. Mekanisme aromatik SN1 yang ditemui dengan garam diazonium

3. Mekanisme benzyne

4. Mekanisme radikal bebas S RN 1


5. Mekanisme ANRORC
6. Perwakilan substitusi nukleofilik

Dari macam-macam jenis mekanisme diatas, yang paling penting adalah


mekanisme S N Ar , di mana gugus penarik elektron mengaktifkan cincin terhadap
serangan nukleofilik, misalnya jika ada nitro kelompok
fungsional diposisikan orto atau para ke halida.

Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat contoh mekanisme reaksi substitusi
nukleofilik pada cincin aromatik untuk dari 2,4-dinitrochlorobenzene
di dasar air solusi.

10
Dalam urutan ini karbon diberi nomor 1-6 searah jarum jam dimulai dengan
karbon 1 jam 12, yang terikat pada klorida. Karena nitro kelompok adalah penggerak
terhadap substitusi nukleofilik, dan direktur meta, memungkinkan benzena karbon
yang terikat itu memiliki muatan negatif. Dalam kompleks Meisenheimer , elektron
nonbonded dari carbanion menjadi terikat dengan sistem pi aromatik yang
memungkinkan ipso karbon untuk sementara berikatan dengan hidroksil grup
(-OH). Dalam rangka untuk kembali ke keadaan energi yang lebih rendah, baik daun
gugus hidroksil, atau daun klorida. Dalam solusi kedua proses terjadi. Sebagian kecil
intermediate kehilangan klorida untuk menjadi produk (2,4-dinitrophenol), sedangkan
sisanya kembali ke reaktan. Sejak 2,4-dinitrophenol berada dalam keadaan energi yang
lebih rendah tidak akan kembali untuk membentuk reaktan, sehingga setelah
beberapa waktu telah berlalu, reaksi mencapai kesetimbangan
kimia .Pembentukan resonansi-stabil kompleks Meisenheimer lambat karena adanya
energi yang tinggi dari aromatik reaktan serta hilangnya klorida yang cepat, karena
cincin menjadi aromatik lagi.

4) Reaksi Substitusi Elektrofilik Pada Cincin Aromatik


Substitusi aromatik elektrofilik merupakan reaksi organik di mana sebuah atom yang
dilampirkan ke sistem aromatik (biasanya hidrogen) digantikan oleh elektrofil . beberapa
substitusi aromatik elektrofilik yang paling penting adalah nitrasi aromatik, sulfonasi
aromatik, dan reaksi asilasi Friedel-Crafts. Contoh dari ketiga substitusi elektrofilik aromatik
tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini :

11
1. Sulfonasi aromatik dari benzena dengan asam sulfat memberikan asam
benzenasulfonat.

2. Halogenasi aromatik benzena dengan brom , klor atau yodium memberikan


senyawa halogen yang sesuai dengan aril dan kemudian dikatalisis oleh trihalide
besi yang sesuai.

3. Reaksi Friedel-Crafts, dapat dilakukan baik sebagai asilasi atau


sebagai alkilasi . Biasanya aluminium triklorida digunakan, tapi hampir semua yang
asam kuat bisa digunakan. Untuk reaksi asilasi yang stoikiometri jumlah triklorida
aluminium harus digunakan bukan hanya sebuah jumlah katalitik.

Baik regioselectivity maupun kecepatan dari sebuah substitusi aromatik


elektrofilik dipengaruhi oleh substituen yang sudah melekat pada cincin
benzena. Dalam hal ini, beberapa kelompok mempromosikan substitusi di orto
atau posisi para, sementara kelompok lain meningkatkan substitusi pada posisi
meta. Kelompok-kelompok ini pada umumnya mengarahkan orto-
para atau mengarahkan meta. Selain itu, beberapa kelompok akan meningkatkan
laju reaksi (mengaktifkan), sementara yang lain akan menurunkan

12
tingkat(menonaktifkan). Untuk pola regioselectivity dapat dijelaskan
dengan struktur resonansi , pengaruh pada kinetika dapat dijelaskan oleh
kedua struktur resonansi dan efek induktif.

Substituen secara umum dapat dibagi menjadi dua kelas, pada substitusi
elektrofilik yaitu:

Substituen yang mengaktifkan dan menonaktifkan cincin aromatik.

Subtituen yang mengaktifkan kelompok penstabilkan antara kationik terbentuk


selama substitusi dengan menyumbangkan elektron ke dalam sistem cincin,
baik oleh efek induktif atau efek resonansi . Contoh cincin aromatik aktif yaitu
toluena , anilina dan fenol .

Kepadatan elektron ekstra disampaikan ke dalam cincin oleh substituen


yang tidak merata yang terbagi atas seluruh cincin, tetapi terkonsentrasi pada
atom 2, 4 dan 6 (pada orto dan posisi para). Posisi ini merupakan posisi paling
reaktif menuju elektrofil yang miskin elektron. Kerapatan elektron tertinggi
terletak pada kedua orto dan posisi para, meskipun demikian peningkatan
reaktifitas mungkin diimbangi dengan halangan sterik antara substituen dan
elektrofil. Hasil akhir dari substitusi aromatik elecrophilic sehingga mungkin sulit
untuk memprediksi, dan itu biasanya hanya dibentuk dengan melakukan reaksi dan
menentukan rasio orto substitusi para lawan.

Di sisi lain, substituen menonaktifkan dan mengguncang kation


intermediate sehingga menurunkan laju reaksi . Mereka melakukannya dengan
menarik kerapatan elektron dari cincin aromatik, dan dalam hal ini posisi yang
paling terkena adalah orto dan para. Ini berarti bahwa posisi yang paling reaktif
(atau, paling tidak reaktif) adalah meta (atom 3 dan 5). Contoh cincin aromatik
dinonaktifkan adalah nitrobenzena , benzaldehida dan trifluoromethylbenzene .

Penonaktifan sistem aromatik juga berarti bahwa kondisi pada umumnya


lebih keras yang diperlukan untuk mendorong reaksi sampai selesai. Contoh dari
hal ini adalah nitrasi toluena selama produksi trinitrotoluena (TNT). Sementara
nitrasi pertama, pada cincin toluena diaktifkan, dapat dilakukan pada suhu kamar

13
dan dengan asam encer, yang kedua, pada cincin nitrotoluene dinonaktifkan,
sudah membutuhkan pemanasan berkepanjangan dan asam lebih terkonsentrasi,
dan yang ketiga, dengan sangat kuat dinonaktifkan dinitrotoluene, harus dilakukan
dalam kondisi mendidih terkonsentrasi asam sulfat . Kelompok fungsional
biasanya cenderung mendukung satu atau dua posisi di atas sedangkan yang lain,
yaitu, mereka mengarahkan elektrofil ke posisi tertentu. Sebuah kelompok
fungsional yang cenderung mengarahkan elektrofil untuk menyerang ke
posisi meta dikatakan pengarah meta.

Dalam reaksi subtitusi aromatik juga terdapat istilah ortho / para direksi
seperti pada amino dari kelompok anilin. Strukturnya dapat dilihat seperti di
bawah ini :

Dari struktur diatas dapat kita lihat bahwa, Ketika elektrofil


menyerang orto dan para posisi anilin, nitrogen atom dapat menyumbangkan
kerapatan elektron ke sistem pi (membentuk ion iminium ), memberikan empat

14
struktur resonansi (sebagai lawan tiga reaksi dasar). Hal ini secara substansial
meningkatkan stabilitas antara kationik.

Dari struktur ortho/para direksi diatas kita dapat ambil perbandingan


dengan pisisi meta. Dimana strukturnya dapat dilihat seperti dibawah ini:

Dari struktur diatas dapat dapat dilihat bahwa atom nitrogen tidak dapat
menyumbangkan kerapatan elektron ke sistem pi, namun hanya memberikan tiga
kontributor resonansi. Untuk alasan ini, produk meta-tersubstitusi, diproduksi dalam
proporsi yang jauh lebih kecil ke orto dan produk para.

15
Substituen lainnya, seperti substituen alkil dan aril , juga dapat
menyumbangkan kerapatan elektron pada sistem pi, namun, karena mereka tidak
memiliki sepasang unshared elektron yang tersedia, kemampuan mereka untuk
melakukan hal ini agak terbatas. Jadi mereka hanya mempunyai kemampuan
yang lemah untuk mengaktifkan cincin dan tidak kuat merugikan posisi meta.

Pada substitusi elektrofilik aromatis juga terdapat meta direksi yaitu


merupakan suatu kelompok yang mempunyai keelektronegatifan tinggi bahkan
lebih elektronegatif dari karbon, seperti gugus asam karboksilat (CO 2 H) menarik
kerapatan elektron substansial dari sistem pi.Kelompok ini dapat menonaktifkan
kelompok lain. Selain itu, karena karbon diganti oleh penyumbang yang msikin
elektron maka resonansi bermuatan positif pada karbon kurang stabil daripada
yang lain. Oleh karena itu, kelompok-kelompok elektron-menarik dan mengarah
ke meta.

5) Mekanisme Substitusi Elektrofilik Pada Cincin Aromatik

Mekanisme substitusi Elektofilik Pada Cincin Aromatik pada umunya terjadi pada
senyawa-senyawa yang kaya akan elektron pada cincin aomatik, sebagai contoh
dalam kasus yang paling sederhana adalah benzena , menyerang elektrofil.

16
Langkah ini mengarah pada pembentukan cyclohexadienyl bermuatan positif kation ,
juga dikenal sebagai ion arenium . dalam hal ini karbokation tidak stabil, karena
adanya muatan positif pada molekul dan hilangnya sementara Aromatisitas . Namun,
kation cyclohexadienyl sebagian distabilkan oleh resonansi , yang memungkinkan
muatan positif untuk didistribusikan lebih dari tiga atom karbon. Untuk lebih jelasnya
kita dapat melihat strukturnya dibawah ini:

Pada tahap reaksi selanjutnya, sebuah pangkalan Lewis B menyumbangkan


elektron pada atom hidrogen pada titik serangan elektrofilik, dan elektron bersama
oleh kembalinya hidrogen ke sistem pi, memulihkan Aromatisitas.

Reaksi substitusi elektrofilik pada benzena tidak selalu menghasilkan


monosubstitution. Sementara substituen elektrofilik biasanya menarik elektron dari
cincin aromatik dan dengan demikian menonaktifkannya terhadap reaksi
selanjutnya, sebuah elektrofil cukup kuat dapat melakukan substitusi kedua atau
bahkan ketiga. Hal ini terutama terjadi dengan penggunaan katalis .

Meskipun senyawa aromatik memiliki ikatan ganda, senyawa ini tidak


mengalami reaksi adisi. Kurangnya reaktivitas terhadap reaksi adisi adalah karena
17
stabilitas besar dari sistem cincin yang dihasilkan dari delokalisasi elektron lengkap
(resonansi). Senyawa aromatik bereaksi dengan reaksi substitusi aromatik elektrofilik,
di mana Aromatisitas dari sistem cincin yang diawetkan. Misalnya, benzena bereaksi
dengan bromin untuk membentuk bromobenzene.

Banyak kelompok fungsional dapat ditambahkan ke senyawa aromatik


elektrofilik melalui reaksi substitusi aromatik. Sebuah kelompok fungsional adalah
substituen yang membawa serta reaksi kimia tertentu bahwa senyawa aromatik
sendiri tidak menampilkan. Secara umum ada beberapa mekanisme dari reaksi
substitusi elektrofilik pada cincin aromatik, yang dalah hal ini kita ambil contoh untuk
benzen.
Bromisasi Benzena
Mekanisme ini terdiri dari serangkaian langkah-langkah yaitu :
1. Sebuah elektrofil - reagen elektron-seeking - dihasilkan. Untuk reaksi
brominasi benzena, elektrofil adalah Br + ion yang dihasilkan oleh
reaksi dari molekul bromin dengan bromida besi, asam Lewis.

2. Elektrofil menyerang sistem elektron dari cincin benzena untuk


membentuk karbokation nonaromatic.
18
3. Muatan positif pada karbokation yang terbentuk terdelokalisasi di
seluruh molekul.

4. Aromatisitas ini dipulihkan oleh hilangnya proton dari atom yang atom
bromin (elektrofil) telah terikat.

5. Akhirnya, proton bereaksi dengan febr 4 - untuk menumbuhkan


katalis febr3 dan membentuk HBr produk.

Dari langkah-langkah diatas, kita dapat meringkasnya menjadi seperti


dibawah ini:
19

Nitrasi benzena

Dalam contoh lain dari reaksi substitusi elektrofilik aromatik, benzene


bereaksi dengan campuran nitrat pekat dan asam sulfat untuk membuat
nitrobenzena.

Mekanisme untuk reaksi nitrobenzena terjadi dalam enam langkah.


1. Asam sulfat mengionisasi untuk menghasilkan proton .

2. Asam nitrat menerima proton dalam reaksi asam-basa.

3. Para berdisosiasi nitrat terprotonasi asam untuk membentuk ion


nitronium (+NO 2).
20
4. Iion nitronium bertindak sebagai sebuah elektrofil dan tertarik dengan
sistem elektron dari cincin benzena.

5. Karbokation non-aromatic yang membentuk muatan yang terdelokalisasi


di sekitar cincin.

6. Aromatisitas dari cincin yang dibangun kembali oleh hilangnya proton dari
karbon dimana gugus nitro terpasang.
21
Proses Sulfonasi Benzena

Reaksi benzena dengan asam sulfat pekat pada suhu kamar menghasilkan
benzenasulfonat asam.

Mekanisme untuk reaksi yang menghasilkan asam benzenasulfonat terjadi dalam


langkah-langkah berikut:

1. Asam sulfat bereaksi dengan dirinya sendiri untuk membentuk sulfur trioksida,
elektrofil.

Reaksi ini berlangsung melalui proses tiga langkah:


22

2. Sulfur trioksida tertarik dengan sistem elektron dari molekul benzena.

Dari macam-macam jenis mekanisme diatas umunya, orang-orang lebih


suka menggunakan mekanisme bromisasi dan nitrasi dimana daerah disekitar
cincin terdelokalisasi, dan kemudian kehilangan proton lalu membangun
kembali aromatisitas dari cincin.
23

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom senyawa hidrokarbon oleh
atom senyawa lain
Reaksi substitusi nukleofilik aromatik (Sn-Ar) adalah reaksi substitusi dalam kimia
organik di mana nukleofil menggusur kelompok yang meninggalkan ,
seperti halida , pada cincin aromatik
Ada beberapa mekanisme dari reaksi substitusi nukleofilik aromatik,
yaitu:S N Ar (adisi-eliminasi) mekanisme, Mekanisme aromatik SN1 yang ditemui
dengan garam diazonium,Mekanisme benzyne, Mekanisme radikal bebas S RN 1,
Mekanisme ANRORC dan Perwakilan substitusi nukleofilik
Substitusi aromatik elektrofilik merupakan reaksi organik di mana sebuah atom
yang dilampirkan ke sistem aromatik (biasanya hidrogen) digantikan
oleh elektrofil .
Ada beberapa mekanisme dari reaksi substitusi elektrofilik aromatik, yaitu:
bromisasi benzena dan nitrasi benzena
B. SARAN
Setelah mempelajari tentang reaksi substitusi nukleofilik dan reaksi substitusi
elektrofilik pada cincin aromaik, Kita sebagai mahasiswa seharusnya mampu
menciptakan suatu trobosan baru, atau suatu prodak baru dari hasil reaksi nukleofilik
dan elektrofilik pada cincin aromatik yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan kita
sehari-hari

24

DAFTAR PUSTAKA

Allinger, Norman L. et.al. 1976. Organic Chemistry. Second edition. New York:Worth
Publishers Inc.

Fessenden, Fessenden. 1992. Kimia Organik. (Terjemahan Aloysius Hadyana


Pudjaatmaka). Edisi ketiga. Jakarta:Penerbit Erlangga

Pine, Stanley H. et. Al. 1980. Organic Chemistry. Fourth edition. McGraw-Hill

Ratna. 2010. Reaksi Substitusi Elektrofilik Aromatik .www.cliffsnotes.com /study_guide/


Electrophilic- Aromatic-Substitution-Reactions.topicArticleId-23297,articleId-
23244.html (diakses : 27 november 2012)

Rita.2010. Mekanisme Kimia Organik. http://www.slideshare.net/sanrorobby/tugas-


mekanisme-kimia-organik#btnNext (diakses: 27 november 2012)

Sutarno.2011. Reaksi Substitusi Nukleofilik Aromatik. www.chem.ucalgary.


ca/courses/351/ Carey5th/ Ch12 /ch12-0.html (diakses :27 November 2012)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................i

Daftar isi..............................................................................................................................ii

BAB 1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1-3


2.1 Rumusan Masalah...................................................................................................3
3.1 Tujuan......................................................................................................................3

BAB II

2. 1 Pengertian reaksi Substitusi dan senyawa aromatik................................................4-7


2. 2 Reaksi Substitusi Nukleofilik pada Cincin Aromatik.................................................7-9
2. 3 Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik pada Cincin Aromatik.............................9-11
2. 4 Reaksi Substitusi Elektrofilik Pada Cincin Aromatik.................................................11-16
2. 5 Mekanisme Reaksi Substitusi Elektrofilik Pada Cincin Aromatik.............................16-23

BAB III

3. 1 Kesimpulan...............................................................................................................24
3. 2 Saran........................................................................................................................24

Daftar Pustaka..............................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai