PERCOBAAN IV
KELAS : C
KELOMPOK : IV (EMPAT)
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
LEMBAR KOREKSI
PERCOBAAN IV
KELOMPOK: IV (Empat)
I. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan dasar
analisis titrasi fotometri dan aplikasinya pada titrasi bismut dan tembaga.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
A. Alat B. Bahan
A. Menghitung Absorbansi
1. Untuk V awal = 0
% T = 81% A = - log T
% T = 0,81 A = - log 0,49
A = 0,3099
A = - log T
A = - log 0,81 6. Untuk V EDTA = 5 mL
A= 1 – log 8,1 %T = 48%
A = 1 – 0,9084 %T = 0,48
A= 0,0916
2. Untuk V EDTA = 1 mL A = - log T
% T = 68% A = - log 0,48
%T = 0,68 A = 0,3188
0.4 0.3666
0.3468
0.35 0.3188 0.328
0.3099
0.3 0.2597
0.2442
Absorbansi
0.25
0.2 0.1675
0.15
0.0916
0.1
0.05
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Volume EDTA
VI. PEMBAHASAN
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titrat dan titran saling mengompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks dan yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Oleh karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi (Basset, 1994).
Tujuan dari percobaan ini untuk memahami dan mendeskripsikan dasar
analisis titrasi fotometri dan aplikasinya pada titrasi bismut dan tembaga. (Staf
Pengajar, 2019).
Prinsip dari spektrofotometri yaitu berdasarkan adanya interaksi antara
materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Perbedaannya
terletak pada panjang gelombang yang digunakan. Sinar atau cahaya yang berasal
dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu cahaya matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi
elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan
sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun
spektroskopi emisi (Rival, H, 1995).
Dalam percobaan pertama-tama yang akan dilakukan yaitu menyiapkan alat
dan bahan yang digunakan. Lalu memasukkan larutan Cu2+ ke dalam kuvet
hingga tanda batas. Larutan sampel Cu2+ diukur serapannya menggunakan
spektronik 20 dengan panjang gelombang 746 nm, tujuannya adalah untuk
mengetahui absorbansi awal Cu2+ tanpa tambahan EDTA sehingga nantinya akan
ada kurva kalibrasi terbentuk dari titik nol. Setelah itu larutan Cu2+ dikeluarkan dari
spektronik 20 lalu dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan dititrasi dengan EDTA 0,1
M sebanyak 1 mL. Tujuannya dilakukan titrasi adalah untuk memeperoleh titik
ekivalen dari larutan tersebut. Kemudian larutan Cu2+ diukur kembali
absorbansinya menggunakan spektronik 20 pada panjang gelombang 475 nm, lalu
mengulangi perlakuan sebelumnya sebanyak 7 kali. Larutan cuplikan Cu2+ yang
dititrasi dengan larutan EDTA akan membentuk kompleks Cu-EDTA. Hal ini
ditandai dengan adanya larutan yang berubah warna menjadi biru pudar.
Hasil transmitan dan absorbansi yang diperoleh dalam percobaan ini secara
berturut-turut adalah 81% sebelum penambahan EDTA absorbansinya yaitu
0,0916. 68% pada penambahan 1 mL EDTA absorbansinya yaitu 0,1675. 57%
pada penambahan 2 mL EDTA absorbansinya yaitu 0,2442. 55% pada penambahan
3 mL EDTA absorbansinya yaitu 0,2597. 49% pada penambahan 4 mL EDTA
absorbansinya yaitu 0,3099. 48% pada penambahan 5 mL EDTA absorbansinya
yaitu 0,3188. 47% pada penambahan 6 mL EDTA absorbansinya yaitu 0,5280.
45% pada penambahan 7 mL EDTA absorbansinya yaitu 0,3468. dan 43% pada
penambahan 8 mL EDTA absorbansinya yaitu 0,3666. Melalui perhitungan
diketahui bahwa volume Cu2+ yang digunakan adalah 3,5 mL.
Grafik yang diperoleh pada percobaan ini menunjukkan bahwa titik ekuivalen
pada percobaan ini adalah pada saat penambahan 4 mL larutan EDTA, hal ini
ditandai dengan kenaikan absorbansi yang tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena EDTA tidak dapat menyerap panjang gelombang 746 nm sehingga hanya
kompleks Cu-EDTA yang terbaca transmitannya pada alat.
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini setelah dibandingan dengan literatur
yaitu telah sesuai dengan literatur, dimana apabila larutan Cu2+ direaksikan dengan
EDTA akan terbentuk kompleks Cu-EDTA yang berwarna biru pudar dan besarnya
absorbansi berbanding lurus dengan pertambahan volume EDTA (Rival, H, 1995).
VII.KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
titrasi fotometri adalah titrasi yang dipakai untuk mengukur kandungan suatu zat
dalam campuran dengan mengukur absorbansinya. Volume EDTA yang digunakan
dalam percobaan ini sebanyak 8 mL dan volume Cu2+ yang diperlukan dalam
percobaan ini yaitu 3,5 mL
Hasil pengamatan dari pengukuran %T menggunakan spektronik 20 dengan
panjang gelombang 745 nm dan volume EDTA yang telah ditambahkan secara
berturut – turut dari 0 mL – 8 mL diperoleh %T secara berturut – turut yaitu 81%,
68%, 57%, 55%, 49%, 48%, 47%, 45%, 43% dan diperoleh hasil volume Cu adalah
3,5 mL.
DAFTRAR PUSTAKA
Basset, J. dkk. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.