Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR KOREKSI

PRAKTIKUM ANORGANIK FISIK


PERCOBAAN III

Nama : I Wayan Andri Wirawan


Kelompok : 2 (dua)
Judul Percobaan : Kekuatan Medan Ligan
Asisten : Rafsanjany

No. Hari, tanggal Keterangan Paraf


PERCOBAAN III
KEKUATAN MEDAN LIGAN

I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari perbedaan kekuatan
medan ligan ammonia dan air.
II. Dasar Teori
Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang paling banyak
dipakai di dalam Kimia analisis, khususnya pada spektra elektromagnetik daerah
ultraviolet dan tampak. Aplikasinya meliputi bidang Kimia Klinik, Kimia
Lingkungan dan bidang-bidang lain.  Keuntungan dari metode analisis
spektrometri adalah peralatannya yang mudah didapat dan biasanya cukup mudah
dioperasikan. Prinsip metode analisis spektrometri adalah larutan sampel
menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh
larutan sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit (zat/unsur yang akan
dianalisis) dalam larutan sampel.
Pada metode analisis spektrometri terdapat komplementer warna. Warna-
warna yang saling berlawanan satu sama lain pada roda warna dikatakan sebagai
warna-warna komplementer. Biru dan kuning adalah warna komplementer; merah
dan sian adalah komplementer; demikian juga hijau dan magenta (merah muda).
Warna kompleks adalah komplemen warna cahaya yang diserap oleh sample
dalam spektrometri. (chem-is-try.org, diakses 1 juni 2009)    
Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan
ligan (sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok
atom pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi. Ditinjau
dari konsep asam-basa Lewis, atom pusat dalam senyawa  koordinasi berperan
sebagai asam Lewis (akseptor penerima pasangan elektron), sedangkan ligan
sebagai basa Lewis (donor pasangan elektron).

Kemagnetan senyawa kompleks misalnya, ditentukan dari banyaknya elektron


tak berapsangan pada orbital d atom pusat, akibat dari kekuatan ligan yang
mendesaknya, apakah ligan tersebut kuat atau lemah. Jika ligan tsb kuat elektron
cenderung untuk berpasangan (spin rendah), jika ligan tsb lemah elekton lebih
suka untuk tidak berpasangan (spin tinggi).
Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung pada
muatan penyusunnya. Muatan senyawa kompleks merupakan penjumlahan
muatan ion pusat dan ligannya. Jika senyawa kompleks bermuatan disebut ion
kompleks/spesies kompleks. Bilangan koordinasi pada senyawa kompleks
menyatakan banyaknya ligan yang mengelilingi atom atau sekelompok atom pusat
sehingga membentuk kompleks yang stabil.  
Bilangan koordinasi 6, berarti banyaknya ligan yang mengelilingi berjumlah
6. Bilangan koordinasi setiap atom pusat bersifat khas dan karateristik bergantung
pada sifat alamiah logam, keadaan oksidasi, dan ligan-ligan lain dalam molekul.
Antara atom pusat dengan ligannya terhubung oleh ikatan koordinasi, hanya
salah satu pihak yaitu ligan yang menyumbangkan pasangan elektron untuk
digunakan bersama, perpindahan kerapatan elektron pun terjadi dari ligan ke atom
pusat. Namun, jika kerapatan elektron tersebar merata diaantara keduanya, maka
ikatan kovalen sejatipun akan terbentuk
Berdasarkan banyaknya pasangan elektron yang didonorkan, ligan dapat
dikelompokkan menjadi,
a.       Ligan Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang
elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya :
ion halida, H2O dan NH3.
b.      Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga
mampu memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan
koordinasi, ligan bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion
logamnya (sering disebut cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul
netral (seperti diamin, difosfin, disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-).
c.       Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor.
Ligan ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada
jumlah atom donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu menggunakan
semua atom donornya untuk membentuk ikatan koordinasi. Misalnya :
EDTA sebagai heksadentat mungkin hanya menggunakan 4 atau 5 atom
donornya bergantung pada ukuran dan stereokimia kompleks.
Berdasarkan jenis ikatan koordinasi yang terbentuk, ligan dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1.      Ligan yang tidak mempunyai elektron sesuai untuk ikatan π dan orbital
kosong sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan σ, seperti H-, NH3,
SO32-, atau RNH2.
2.      Ligan yang mempunyai dua atau tiga pasang elektron bebas yang selain
membentuk ikatan σ, juga dapat membentuk ikatan π dengan ion logam,
seperti N3-, O2-, OH-, S2-, NH2-, R2S, R2O, NH2, dan ion benzena.
3.      Ligan yang memiliki orbital π-antiikatan kosong dengan tingkatan benzen
rendah yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai dari logam,
seperti CO, R3P, CN-, py, dan acac.
4.      Ligan yang tidak ada pasangan elektron bebasnya, tetapi memiliki elektron
ikatan-π, seperti alkena, alkuna, benzena, dan anion siklopentadienil.
5.      Ligan yang membentuk dua ikatan σ dengan dua atom logam terpisah dan
kemudian membentuk jembatan. Sebagai contoh, OH-, O2-, CO.
Teori medan kristal mengganggap bahwa ikatan antar ion logam dan ligan
adalah sepenuhnya ionik. Dengan kata lain, interaksi antara ligan dan ion logam
adalah interaksi elektrostatik. Ion logam dianggap bermuatan positif sedangkan
ligan merupakan partikel bermuatan negatif.
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :
A. Alat
1. Labu ukur
2. Gelas ukur
3. Pipet tetes
4. Kuvet
5. Spektronik 20
6. Rak tabung reaksi
7. Tissue
B. Bahan
1. Larutan Cu2+ 0,1 M
2. Aquades
3. Larutan ammonia (NH3) 1 M
IV. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini, yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Membuat 3 macam larutan yaitu:
a) Larutan A Cu2+ 0,1 M dalam aqudes
1) Memasukkan 5 mL larutan Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 50 mL
2) Menambahkan aquades hingga tanda batas labu ukur.
3) Menghomogenkan larutan dalam labu ukur.
4) Memasukkan larutan ke dalam kuvet
b) Larutan B Cu2+ dalam air ammonia
1) Memasukkan 5 mL larutan Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 50 mL
2) Menambahkan 25 mL larutan ammonia
3) Menambahkan aquades hingga tanda batas labu ukur
4) Menghomogenkan larutan dalam labu ukur
5) Memasukkan larutan ke dalam kuvet
c) Larutan C Cu2+ dalam 75:5 air dan ammonia
1) Memasukkan 5 mL larutan Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 50 mL
2) Menambahkan 12,5 mL larutan ammonia
3) Menambahkan aquades hingga tanda batas labu ukur
4) Memasukkan larutan ke dalam kuvet
3. Mengukur nilai transmitan ketiga larutan tersebut secara berurutan pada
ƛ=510-700 nm
4. Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel hasil pengamatan
V. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini, yaitu :
A. Hubungan antara Transmitan dengan Panjang Gelombang
Transmitan (%)
No. ƛ (nm)
Larutan A Larutan B Larutan C
1. 510 62 66 72
2. 520 63 63 66
3. 530 64 65 63
4. 540 61 57 59
5. 550 64 55 56
6. 560 64 52 53
7. 570 64 49 50
8. 580 64 47 47
9. 590 65 46 46
10. 600 65 44 45
11. 610 65 44 45
12. 620 64 44 45
13. 630 64 45 45
14. 640 64 45 44
15. 650 64 45 45
16. 660 64 46 44
17. 670 63 46 45
18. 680 63 47 45
19. 690 60 47 43
20. 700 52 40 35
B. Hubungan antara Absorban (A) dengan Panjang Gelombang (ƛ)
Absorban (A)
No. ƛ (nm)
Larutan A Larutan B Larutan C
1. 510 0,21 0,18 0,14
2. 520 0,20 0,20 0,18
3. 530 0,19 0,19 0,20
4. 540 0,21 0,24 0,23
5. 550 0,19 0,26 0,25
6. 560 0,19 0,28 0,28
7. 570 0,19 0,31 0,30
8. 580 0,19 0,33 0,33
9. 590 0,19 0,34 0,34
10. 600 0,19 0,35 0,35
11. 610 0,19 0,35 0,35
12. 620 0,19 0,35 0,35
13. 630 0,19 0,35 0,35
14. 640 0,19 0,35 0,36
15. 650 0,19 0,35 0,35
16. 660 0,19 0,34 0,36
17. 670 0,20 0,34 0,35
18. 680 0,20 0,33 0,35
19. 690 0,22 0,33 0,38
20. 700 0,28 0,40 0,46
VI. Perhitungan
A. Larutan A
ƛ = 510 ƛ = 520 ƛ = 530
% T = 62% % T = 63% %T = 64 %
62 63 64
T= = 0,62 T= = 0,63 T= = 0,64
100 100 100
A = -109 T A = -109 T A = - log T
A = - log 0,62 A = - log 0,63 A = - log 0,64
= 0,21 = 0,20 = 0,19

ƛ = 540 ƛ = 550 ƛ = 560


%T = 61 % %T = 64 % %T = 64 %
61 64 64
T= = 0,61 T= = 0,64 T= = 0,64
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,61 A = - log 0,64 A = - log 0,64
= 0,21 = 0,19 = 0,19

ƛ = 570 ƛ = 580 ƛ = 590


%T = 64 % %T = 64 % %T = 65 %
64 64 65
T= = 0,64 T= = 0,64 T= = 0,65
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,64 A = - log 0,64 A = - log 0,65
= 0,19 = 0,19 = 0,19

ƛ = 600 ƛ = 610 ƛ = 620


%T = 65 % %T = 65 % %T = 64 %
65 65 64
T= = 0,65 T= = 0,65 T= = 0,64
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,65 A = - log 0,65 A = - log 0,64
= 0,19 = 0,19 = 0,19
ƛ = 630 ƛ = 640 ƛ = 650
%T = 64 % %T = 64 % %T = 64 %
64 64 64
T= = 0,64 T= = 0,64 T= = 0,64
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,64 A = - log 0,64 A = - log 0,64
= 0,19 = 0,19 = 0,19

ƛ = 660 ƛ = 670 ƛ = 680


%T = 64 % %T = 63 % %T = 63 %
64 63 63
T= = 0,64 T= = 0,63 T= = 0,63
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,64 A = - log 0,63 A = - log 0,63
= 0,19 = 0,20 = 0,20

ƛ = 690 ƛ = 700
%T = 63 % %T = 52 %
60 52
T= = 0,60 T= = 0,52
100 100
A = - log T A = - log T
A = - log 0,60 A = - log 0,52
= 0,22 = 0,28

B. Larutan B
ƛ = 510 ƛ = 520 ƛ = 530
%T = 66 % %T = 63 % %T = 65 %
66 63 65
T= = 0,66 T= = 0,63 T= = 0,65
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,66 A = - log 0,63 A = - log 0,65
= 0,18 = 0,20 = 0,19
ƛ = 540 ƛ = 550 ƛ = 560
%T = 57 % %T = 55 % %T = 52 %
57 55 52
T= = 0,57 T= = 0,55 T= = 0,52
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,57 A = - log 0,55 A = - log 0,52
= 0,24 = 0,26 = 0,28

ƛ = 570 ƛ = 580 ƛ = 590


%T = 49 % %T = 47 % %T = 46 %
49 47 46
T= = 0,49 T= = 0,47 T= = 0,46
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,49 A = - log 0,47 A = - log 0,46
= 0,31 = 0,33 = 0,34

ƛ = 600 ƛ = 610 ƛ 620


%T = 44 % %T = 44 % %T = 44 %
44 44 44
T= = 0,44 T= = 0,44 T= = 0,44
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,44 A = - log 0,44 A = - log 0,44
= 0,35 = 0,35 = 0,35

ƛ = 630 ƛ = 640 ƛ = 650


%T = 45 % %T = 45 % %T = 45 %
45 45 45
T= = 0,45 T= = 0,45 T= = 0,45
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,45 A = - log 0,45 A = - log 0,45
= 0,35 = 0,35 = 0,35
ƛ = 660 ƛ = 670 ƛ = 680
%T = 46 % %T = 46 % %T = 47 %
46 46 47
T= = 0,46 T= = 0,46 T= = 0,47
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,46 A = - log 0,46 A = - log 0,47
= 0,34 = 0,34 = 0,33

ƛ = 690 ƛ = 700
%T = 47 % %T = 40 %
47 40
T= = 0,47 T= = 0,40
100 100
A = - log T A = - log T
A = - log 0,47 A = - log 0,40
= 0,33 = 0,40

C. Larutan C
ƛ = 510 ƛ = 520 ƛ = 530
%T = 72 % %T = 66 % %T = 63 %
72 66 63
T= = 0,72 T= = 0,66 T= = 0,63
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,72 A = - log 0,66 A = - log 0,63
= 0,14 = 0,18 = 0,20

ƛ = 540 ƛ = 550 ƛ = 560


%T = 59 % %T = 56 % %T = 53 %
59 56 53
T= = 0,59 T= = 0,56 T= = 0,53
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,59 A = - log 0,56 A = - log 0,53
= 0,23 = 0,25 = 0,28
ƛ = 570 ƛ = 580 ƛ = 590
%T = 50 % %T = 47 % %T = 46 %
50 47 46
T= = 0,50 T= = 0,47 T= = 0,46
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,50 A = - log 0,47 A = - log 0,46
= 0,30 = 0,33 = 0,34

ƛ = 600 ƛ = 610 ƛ = 620


%T = 45 % %T = 45 % %T = 45 %
45 45 45
T= = 0,45 T= = 0,45 T= = 0,45
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,45 A = - log 0,45 A = - log 0,45
= 0,35 = 0,35 = 0,35

ƛ = 630 ƛ = 640 ƛ = 650


%T = 45 % %T = 44 % %T = 45 %
45 44 45
T= = 0,45 T= = 0,44 T= = 0,45
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,45 A = - log 0,44 A = - log 0,45
= 0,35 = 0,36 = 0,35

ƛ = 660 ƛ = 670 ƛ = 680


%T = 44 % %T = 45 % %T = 45 %
44 45 45
T= = 0,44 T= = 0,45 T= = 0,45
100 100 100
A = - log T A = - log T A = - log T
A = - log 0,44 A = - log 0,45 A = - log 0,45
= 0,36 = 0,35 = 0,35
ƛ = 690 ƛ = 700
%T = 42 % %T = 35 %
42 35
T= = 0,42 T= = 0,35
100 100
A = - log T A = - log T
A = - log 0,42 A = - log 0,35
= 0,38 = 0,46
VII. Pembahasan
Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang paling banyak
dipakai di dalam Kimia analisis, khususnya pada spektra elektromagnetik daerah
ultraviolet dan tampak. Aplikasinya meliputi bidang Kimia Klinik, Kimia
Lingkungan dan bidang-bidang lain.  Keuntungan dari metode analisis
spektrometri adalah peralatannya yang mudah didapat dan biasanya cukup mudah
dioperasikan. Prinsip metode analisis spektrometri adalah larutan sampel
menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh
larutan sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit (zat/unsur yang akan
dianalisis) dalam larutan sampel.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajarai perbedaan kekuatan
medan ligan antara ligan ammonia dan air (Staf Penagajar, 2017).
Pada percobaan ini dilakukan 3 variasi larutan yang akan dianalisis dengan
menggunakan spectronik 20 dengan range panjang gelombang 510-700. Variasi
yang dibedakan adalah kadar ammonia (NH3) dalam larutan, untuk larutan A
terdiri dari larutan Cu2+ 0,02 M dan aquades hingga batas akhir labu ukur. Larutan
B terdiri dari larutan Cu2+ (20:50), terdiri dari 0,02 M dalam campuran air
ammonia, dan aquades hingga batas tanda labu ukur. Larutan C terdiri dari larutan
Cu2+ (75:25), terdiri dari campuran air dan ammona, kemudian dilarutakan dengan
aquades hingga batas tanda labu ukur. Larutan ammonia (NH 3) dan
Cu2+ digunakan sebagai bahan utama percobaan karena akan membentuk senyawa
kompleks. Variasi larutan ini bertujuan untuk dapat menjelaskan pengaruh
panjang gelombang maksimum, baik dilihat dari jenis liganyang ikat ataupun
banyaknya ligan yang akan disubtitusi oleh logam Cu.
Tiap-tiap variasi larutan kemudian diukur absorbansinya dengan
spectronik 20 dan kemudian diperoleh data nilai absorbansi, ini dilakukan untuk
mengetahui panjang gelombang maksimum dari masing-masing pada panjang
gelombang yang berbeda-beda sesuai warna larutan yang dibentuk dengan warna
komplemennya. Dari data tersebut dibuat grafik panjang gelombang dengan
absorbansi dan diperoleh panjang gelombang maksimum yang menghasilkan
absorbansi maksimum. Pengukuran absorbansi larutan dengan spektronik 20 ini
mengunakan kuvet lalu dikalibrasi, fungsi pengkalibarsi dengan menggunakan
aquades yakni untuk menormalkan atau menstabilkan  alat agar dalam pengukuran
diperoleh hasil yang maksimal. Sebelum memasukkan kuvet kedalam spektronik,
terlebih dahulu kita membersihkan bagian dinding kuvet dengan menggunakan
tissu, hal ini bertujuan untuk membersihkan noda yang menempel pada bagian
dinding kuvet sehingga tidak menghambat jalannya  sinar sehingga diperoleh data
yang akurat.
Perlakuan selanjutnya menganalisis kuvet dengan spectronik 20 harus
selalu dalam keadaan bersih sehingga harus selalu dibersihkan dengan tissue pada
lapisan luarnya. Spektronik 20 sangat sensitif, bila kuvet dalam keadaan kotor
maka penyerapan sinar oleh sample tidak maksimal sehingga data yang diperoleh
juga kurang baik. Untuk larutan blanko, larutan blangko adalah larutan yang
komposisinya sama seperti larutan yang dianalisis namun tanpa sampel yang
dianalisis.  Untuk percobaan ini larutan blankonya adalah air. Sebelum sampel
diukur absorbansinya, perlu diukur terlebih dahulu absorbansi larutan blanko.
Larutan blanko dengan absorbansi nol dan transmitansi 100% (tidak menyerap
radiasi), digunakan sebagai standar untuk mengukur absorbansi kompleks.
A. Larutan A
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengencerkan 2 mL larutan
Cu2+ 0,1 M dengan aquades pada labu ukur hingga batas tanda sehingga
terbentuk Cu2+ 0,01 M. Warna yang terbentuk dalam larutan adalah biru muda
(hampir semua kompleks besarnya harga Dq sama dengan energi yang
frekuensi terletak pada spectra daerah tampak, karena ada kaitan antara warna
dengan frekuensi maka warna suatu kompleks bergantung pada frekuensi
yang diserap. Warna kompleks adalah komplemen warna cahaya yang
diserap.Air berfungsi sebagai ligan, sedangkan Cu adalah logam pusat. Jika
ikatan yang terjadi adalah antaralogam dengan ligan maka senyawaan yang
dibentuk disebut senyawa kompleks.Dimana senyawa kompleks yang
terbentuk adalah [Cu(H2O)6]2+atau ion heksa akuo tembaga(II). Hal ini
menunjukkan bahwa ion yang umum berada dalamlarutan air (dan beberapa
juga dalam keadaan kristalin) dalam bentuk akuokompleks. Dari nama
senyawa tersebut dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk
Cu2+ adalah 6 sesuai dengan banyaknya ligan yang diikat. Hasi pengukuran
pada spektronik 20 diperoleh nilai maksimum absorbans adalah 0,28 pada
panjang gelombang 700 nm.
B. Larutan B
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mencampurkan 5 mL Cu2+0,1
M dengan aquades pada labu ukur hingga batas tanda sehingga terbentuk
Cu2+ 0,01 M. Larutan ini menghasilkan warna biru (+).Seperti sudah
dikatakan sebelumnya bahwa dalam larutan ini air dan ammoniaberfungsi
sebagai ligan, sedangkan Cu adalah logam pusat. Jika ikatan yang
terjadiadalah antara logam dengan ligan maka senyawaan yang dibentuk
disebut senyawakompleks. Dimana senyawa kompleks yang terbentuk adalah
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ atau ion triamina triakuo tembaga(II). Karena
penambahan air dan amonia dengan perbandingan sama, maka ion Cu2+ yang
stabil dalam air [Cu(H2O)6]2+ disubstitusioleh 3 ligan H2O dan 3 ligan NH3.
Hasil pengukuran dengan spektronik 20 diperoleh nilai absorban maksimal
adalah 0,28 pada panjang gelombang 700.
C. Larutan C
Pada Larutan C digunakan perbandingan antara ammonia dengan air
(20:25). Penambahan kadar ammonia yang berlebih ini akan meningkatkan
besarnya nilai absorbansi. Setelah penambahan NH3  pada larutan
Cu2+terjadi perubahan warna larutan dari biru muda menjadi biru tua. Hal ini
terjadi karena adanya penggantian ligan dari ligan yang lemah (H 2O)
digantikan oleh ligan yang kuat (NH3). Selain itu terjadi  peningkatan energi
dari transisi elektron energi terendah, ligan NH3 lebih besar
dibandingkan dengan H2O sehingga kekuatan medan ligan NH3 lebih besar
dibandingkan H2O. Dalam larutan ini air dan amonia
berfungsi sebagai ligan, sedangkan Cu adalah logam pusat. Jika ikatan yang
terjadi adalah antara logam dengan ligan maka senyawaan yang dibentuk
disebut senyawa kompleks. Dimana senyawa kompleks yang terbentuk adalah
[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ atau ion diamina tetra akuo tembaga(II). Karena
penambahan air lebih kecil daripada amonia,maka ion Cu2+ yang stabil
dalam air [Cu(H2O)6]2+disubstitusi oleh 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3.
Pada larutanCu2+ (larutan A) terbentuk ion kompleks [Cu(H2O)4]2+
sedangkan pada larutan B dan C terbentuk ion kompleks yang sama yaitu
[Cu(NH3)4]2+. Namun kadar NH3 lebihbanyak dan kadar Cu2+ sedikit pada
larutan B, sebaliknyakadar NH3 sedikit dan kadar Cu2+ lebih banyak. Halinilah
yang menyebabkan warnanya berbeda dan parameter medan ligannya juga
berbeda. Pengukuran dengan spektronik 20 diperoleh absorban maksimum
adalah 0,40 pada panjang gelombang 700.
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini, yaitu :
Berdasarkan perubahan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kekuatan medan
ligan ammonia (NH3) lebih besar dari air (H2O).
DAFTAR PUSTAKA

Amaria, dkk. 2011, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III, Unesa


press:Surabaya
Cotton, Wilkingston. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UIPress.
Fetrucci, Ralph. 1992. Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.
Soekardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Bina Aksara.
Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia
Anorganik Fisik. Palu: Untad Press.
Petrucci, R.H., dan Harwood, W.S., 1989, General Chemistry, Sixth Edition. New
York.
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jilid 2,
Cetakan ke 2, Kalman Media Pusaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai