Anda di halaman 1dari 29

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

BAB III
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.1 Dasar Teori


3.1.1 Mekanisme Perpindahan Panas
Energi panas dapat ditransfer dari satu sistem ke sistem yang lain, sebagai hasil dari
perbedaan temperatur. Sedangkan analisis termodinamika hanya mengangkat hasil dari
perpindahan panas sebagai sistem yang mengalami proses dari satu keadaan setimbang
yang lain. Jadi ilmu yang berhubungan dengan penentuan tingkat perpindahan energi
adalah perpindahan panas. Adapun transfer energi panas selalu terjadi dari medium suhu
yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah, dan perpindahan panas berhenti ketika dua
medium mencapai suhu yang sama.
Tiga mekanisme perpindahan panas adalah konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduksi terjadi pada suatu benda atau dua benda yang disentuhkan. Konveksi
tergantung pada gerakan massa dari suatu daerah ruang ke daerah lainnya. Radiasi
adalah perpindahan panas melalui radiasi elektromagnetik, seperti sinar, tanpa
memerlukan media apapun pada ruang di antaranya. (Fisika Untuk Universitas 1, Sears.
Zemansky Jilid Kesepuluh Halaman 175)

3.1.2 Konduksi
Jika salah satu ujung sebuah batang logam diletakkan di dalam nyala api,
sedangkan ujung yang satu lagi dipegang bagian batang yang dipegang ini akan terasa
makin lama makin panas walaupun tidak kontak langsung dengan nyala api itu. Dalam
hal ini dikatakanlah bahwa panas sampai di ujung batang uang lebih dingin secara
konduksi sepanjang atau melalui bahan batang itu. Konduksi panas hanya dapat terjadi
dalam suatu benda apabila ada bagian-bagian benda itu berada pada suhu yang tidak
sama, dan arah alirannya selalu dari titik yang suhunya lebih tinggi ke titik yang
suhunya lebih rendah. (Fisika Untuk Universitas 1, Sears. Zemansky Halaman 391)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 68
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Gambar 3.1 Perpindahan Panas Konduksi melalui Dinding


Sumber : Cengel (2003, p.104)

Gradien suhu di sembarang titik dan sembrang waktu didefinisikan sebagai


cepatnya perubahan suhu t sesuai dengan jarak x di sepanjang batang. Gradien suhu =
dt/dx
Konduktivitas termal k bahan batang itu didefinisikan sebagai arus panas (negatif)
per satuan luas yang tegak lurus pada arah aliran, dan per satuan gradien suhu:

K=-
A ( dtdx ) ................................................................................................... (3-1)

Tanda negatif dimasukkan kedalam devinisi, sebab H adalah positif (panas


mengalir dari kiri ke kanan). Jadi, k merupakan besaran positif. Persamaan diatas lebih
biasa ditulis

dt
H = -kA dx .................................................................................................... (3-2)

3.1.3 Konveksi
Konveksi dipakai untuk perpindahan panas dari satu tempat ke tempat lain akibat
perpindahan bahannya sendiri. Tungku udara panas dan sistem pemanas dengan air
panas adalah dua contohnya. Jika bahan yang dipanaskan dipaksa bergerak dengan alat
peniup atau pompa, prosesnya disebut konveksi yang dipaksa; kalau bahan itu mengalir
akibat perbedaan rapat massa, prosesnya disebut konveksi. (Fisika Untuk Universitas 1,
Sears. Zemansky Halaman 395) Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 69
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

permukaan yang suhunya di atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa
tahap. Pertama, panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-
partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan
menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian partikel-
partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu rendah di dalam fluida di
mana mereka akan bercampur dengan, dan memindahkan sebagian energinya kepada,
partikel-partikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun
energi. Energi sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel fluida dan diangkut
sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel tersebut. Mekanisme ini untuk
operasinya tidak tergantung hanya pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara tepat
memenuhi definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihnya adalah angkutan energi,
dan karena terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan dalam suatu
cara perpindahan panas dan ditunjuk dengan sebutan aliran panas dengan cara konveksi.
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan suatu fluida
dapat dihitung dengan persamaan 3-3.

Qkonveksi = h As ( Ts−T ∞ ) ............................................................................... (3-3)

Dimana :
Q = Laju perpindahan panas dengan cara konveksi (W/m 2)
As = Luas perpindahan panas (m²)
Ts = Temperatur permukaan benda padat (K)
T∞ = Temperatur fluida mengalir (K)
H = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/mK)

Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi alami (free


convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan
alirannya, contohnya adalah angin laut dan angin darat. Konveksi alamiah adalah
perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan beda rapat saja dan tidak ada
tenaga dari luar yang mendorongnya. Konveksi alamiah dapat terjadi karena ada arus
yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan
densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi
karena adanya gradien suhu pada fluida. Konveksi paksa adalah perpindahan panas
aliran gas atau cairan yang disebabkan adanya tenaga dari luar. Konveksi paksa dapat

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 70
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

pula terjadi karena arus fluida yang terjadi digerakkan oleh suatu peralatan mekanik,
jadi arus fluida tidak hanya tergantung pada perbedaan densitas. Contoh perpindahan
panas secara konveksi paksa adalah pelat panas dihembus udara dengan kipas/blower.
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan aliran
internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal adalah
aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam
pipa/saluran. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa
ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Aliran Eksternal Udara dan Aliran Internal Air pada suatu Pipa/Saluran
Sumber: Cengel (2002, p.10)

3.1.4 Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi terus-menerus dari permukaan semua benda. Energi
ini dinamakan energi radian dan dalam bentuk gelombang elektromagnet. Gelombang
ini bergerak secepat kecepatan cahaya dan dapat melewati ruang hampa, dan juga
melalui udara. (Fisika Untuk Universitas 1, Sears. Zemansky Halaman 398) Tingkat
maksimum radiasi yang dapat dipancarkan permukaan pada suhu Ts mutlak diberikan
oleh hukum Stefann Boltzmann dapat dilihat pada persamaan 3-4.

Qradiasimax = σ AsTs4......................................................................................... (3-4)

Keterangan :
σ = Konstanta Stefann-Boltzmann (5,67 x 10−8W/m2 K4)
As = Luas perpindahan panas (m²)
Ts = Temperatur absolut (K)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 71
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Radiasi yang dipancarkan oleh semua permukaan nyata lebih kecil dari radiasi yang
dipancarkan oleh benda hitam pada suhu yang sama, dan dinyatakan sebagai:

Qradiasi = εσ AsTs4............................................................................................ (3-5)

Keterangan :
ε = Emisivitas permukaan yang besarnya diantara 0 ≤ ε ≤ 1

3.1.5 Konduktivitas Termal


Karena mekanisme transfer-panas konduksi adalah mekanisme yang berhubungan
dengan interaksi molekuler, kita akan lebih mudah mengamati gerakan molekul-
molekul gas dari sudut pandang yang sama. Dengan memperhatikan volume kontrol, di
mana transfer energi dalam arah y terjadi hanya dalam skala molekuler saja. Transfer
massa melalui bagian atas volume kontrol ini dianggap terjadi hanya pada skala
molekuler. Kriteria ini dipenuhi untuk gas dalam aliran laminer. (Dasar-Dasar
Fenomena Transport Volume 2 Transfer Panas, James R. Welty, Halaman 2).
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu material untuk menghantarkan panas.
Persamaan untuk laju perpindahan panas konduksi dalam kondisi stabil juga dapat
dilihat sebagai persamaan penentu bagi konduktivitas termal. Sehingga konduktivitas
termal dari material dapat didefinisikan sebagai laju perpindahan panas melalui
ketebalan unit bahan per satuan luas per perbedaan suhu. Konduktivitas termal material
adalah ukuran kemampuan bahan untuk menghantarkan panas. Harga tertinggi untuk
konduktivitas termal menunjukkan bahwa material adalah konduktor panas yang baik,
dan harga terendah untuk konduktivitas termal menunjukan bahwa material adalah
bukan pengahantar panas yang baik atau disebut isolator. Suhu adalah ukuran energi
kinetik dari partikel seperti molekul atau atom dari suatu zat. Pada cairan dan gas,
energi kinetik dari partikel terjadi karena gerak translasi acak, getaran dan rotasi
partikel. Ketika dua molekul yang memiliki energi kinetik yang berbeda berbenturan,
maka energi kinetik dari molekul dengan kandungan energi tinggi ditransfer ke molekul
dengan kandungan energi yang lebih rendah. Makin tinggi suhu maka semakin cepat
molekul bergerak serta semakin tinggi jumlah molekul tabrakan maka semakin baik
perpindahan panasnya.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 72
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.1.6 Difusivitas Termal


Cp sering dijumpai dalam analisis perpindahan panas, disebut kapasitas panas
material. Baik dari Cp panas spesifik dan kapasitas panas ρCp mewakili kemampuan
penyimpanan panas dari suatu material. Tapi Cp mengungkapkan itu per satuan massa
sedangkan ρCp mengungkapkan itu per satuan volume, dapat melihat dari satuan
mereka masing-masing. Sifat bahan lain yang muncul dalam analisis konduksi panas
transien adalah difusivitas termal, yang mewakili bagaimana cepat panas berdifusi
melalui materi dan dirumuskan seperti persamaan 3-6.

panas yang diberikan k


α = panas yang disimpan = pCp (m2/s)............................................. (3-6)

Keterangan :
𝛼 = Difusitivitas termal (m2/s)
K = Konduktivitas termal (W/mK)
𝑝𝐶𝑝 = Kemampuan penyimpanan panas (J/m3·°C)

Bahan yang memiliki konduktivitas panas yang tinggi atau kapasitas panas yang
rendah jelas akan memiliki difusivitas termal besar. Semakin besar difusivitas termal,
semakin cepat penyebaran panas ke medium. Nilai difusivitas termal yang kecil berarti
panas yang sebagian besar diserap oleh material.

3.1.7 Resistansi Termal


Resistansi termal merupakan salah satu properti panas dan memiliki definisi ukuran
perbedaan temperatur dari material yang tahan terhadap aliran panas. Resistansi
termal sendiri berbanding terbalik dengan konduktivitas termal. Resistansi termal
memiliki satuan yaitu (m2K)/W. Aliran panas dapat dimodelkan dengan analogi
rangkaian listrik di mana aliran panas diwakili oleh arus, suhu diwakili oleh tegangan,
sumber panas yang diwakili oleh sumber arus konstan, resistensi termal mutlak diwakili
oleh resistor dan kapasitansi termal dengan kapasitor. Diagram menunjukkan rangkaian
termal setara untuk perangkat semi konduktor dengan heat sink.

3.1.8 Heat Exchanger

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 73
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Heat exchanger adalah perangkat yang memfasilitasi pertukaran panas antara dua
cairan pada temperatur yang berbeda, sekaligus menjaga mereka dari pencampuran satu
sama lain. Dalam radiator mobil, misalnya panas dipindahkan dari air panas yang
mengalir melalui tabung radiator ke udara mengalir melalui pelat tipis berjarak dekat
dinding luar yang melekat pada tabung. Perpindahan panas pada heat exchanger
biasanya melibatkan konveksi di setiap cairan dan konduksi melalui dinding yang
memisahkan dua cairan . Dalam analisis penukar panas akan lebih mudah untuk bekerja
dengan koefisien perpindahan panas keseluruhan U yang menyumbang kontribusi dari
semua efek transfer panas ini. Laju perpindahan panas antara dua cairan pada lokasi di
penukar panas tergantung pada besarnya perbedaan suhu dibahwa lokasi yang bervariasi
sepanjang penukar panas. Jenis paling sederhana dari penukar panas terdiri dari dua
pipa konsentris yang berbeda diameter , seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.3 yang
disebut double-pipe heat exchanger.

Gambar 3.3 Aliran Sistem Heat Exchanger Pipa Ganda


Sumber: Cengel (2003, p.332)

Salah satu cairan dalam double-pipe heat exchanger mengalir melalui pipa yang
lebih kecil, sementara cairan lainnya mengalir melalui ruang annular antara dua pipa.
Dua jenis pengaturan aliran yang mungkin dalam double-pipe heat exchanger yaitu
dalam aliran paralel, baik cairan panas dan dingin memasuki heat exchanger pada arah
yang sama sehingga bergerak ke satu arah yang sama. Dalam aliran counter, cairan
panas dan dingin dimasukkan dari sisi yang berbeda sehingga aliran yang terjadi adalah
berlawanan. Tipe lain dari heat exchanger, yang dirancang khusus untuk mewujudkan
besar luas permukaan perpindahan panas per satuan volume, adalah penukar panas
kompak. Compact heat exchanger memungkinkan kita untuk mencapai kecepatan
transfer panas tinggi antara dua cairan dalam volume kecil, dan mereka biasanya

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 74
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

digunakan dalam aplikasi dengan keterbatasan yang ketat pada berat dan volume
penukar panas.
Sebuah penukar panas biasanya melibatkan dua cairan mengalir dipisahkan oleh
dinding yang padat. Panas pertama ditransfer dari fluida panas ke dinding oleh
konveksi, melalui dinding dengan konduksi, dan dari dinding ke fluida dingin lagi
dengan konveksi. Jaringan tahan panas yang terkait dengan proses perpindahan panas
ini melibatkan dua konveksi dan konduksi satu resistensi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 75
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Gambar 3.4 Perpindahan Panas pada Pipa Ganda


Sumber: Cengel. (2003, p.340)

Variabel i dan o mewakili permukaan dalam dan luar dari tabung bagian dalam.
Untuk double-pipe heat exchanger kita memiliki Ai = πDiL dan A0 = πD0L dan
tahanan panas tabung dalam situasi ini adalah

Do
ln
( )
Di
Rwall = 2 π kL ............................................................................................. (3-7)

Keterangan :
k = konduktivitas termal dari material dinding
L = panjang tabung.

Kemudian tahan panas keseluruhan menjadi

Do
1
ln
( )
Di 1
R = Rtot + Rwall + R0 =
hi A i + 2 π kL h A
+ 0 0 ...................................... (3-8)

3.2 Tujuan Pengujian


1. Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana.
2. Memahami prinsip keseimbangan panas pada heat exchanger.
3. Memahami pengukuran koefisien perpindahan panas berdasarkan kuantitas aliran
fluida

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 76
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.3 Spesifikasi Alat


 Hot water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter) : 200 liter/jam
Termometer pada inlet & outlet : 0 – 100oC
Electrically immersion heater : 5 kW & 3 kW
 Cold water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter) : 500 liter/jam
Termometer pada inlet & outlet : 0 – 100oC
 Heat exchanger
Double tubes water to water heat exchanger : Diameter 1’ x Panjang 1000 mm
Katup pengatur aliran : katup 3 arah
 Controller unit
Hot water temperature control unit

3.4 Cara Pengambilan Data


1) Set Temperatur
Atur temperatur air panas pada head tank dengan TEMP.SET pada control unit.
Tunggu hingga pembacaan termometer air panas mencapai stabil.

Tabel 3.1
Kombinasi Eksperimen
Hot Cold Hot Cold
   
Water Water Water Water
A Laminar Laminar E Laminar Laminar
Turbulen Turbulen
B Laminar F Laminar
PARALLEL t COUNTER t
FLOW Turbulen FLOW Turbulen
C Laminar G Laminar
t t
Turbulen Turbulen Turbulen Turbulen
D H
t t t t
Sumber : Modul Praktikum Laboraturium Fenomena Dasar Mesin (2019)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 77
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

2) Set Aliran Laminer dan Turbulen


Dengan mengatur katup no (3) dan (19) atur debit air panas dan air dingin
sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 3.2
Turbulen dan laminar
TURBULEN
  LAMINAR
T
Flow Rate Meter
≤ 30 I / h ≥ 100 I / h
(Hot Water)

Flow Rate Meter


≤ 150 I / h ≥400 I / h
(Cold Water)
Sumber: Modul Praktikum Laboraturium Fenomena Dasar Mesin (201)

3) Pengukuran
Ukurlah nilai T1, T2, t1, t2 W dan w dan tulis data dalam lembar pengambilan
data yang telah disediakan.
4) Perhitungan
a) Hitung nilai ∆Tm dengan persamaan (4) dan (5)
b) Hitung nilai (T1 + T2)/2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematik Vh pada
tabel properti air.
c) Hitung nilai qw dan Qw dengan persamaan (1)
d) Hitung nilai (t1 + t2)/2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematik V1 pada
tabel properti air.
e) Hitung nilai Reⱳ dengan persamaan (8) dan Reⱳ dengan persamaan (9)
f) Hitung nilai efesiensi dengan persamaan (7)
g) Hitung nilai U dengan persamaan

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 78
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.5 Hasil Pengujian


3.5.1 Data Hasil Pengujian

Tabel 3.3
Data Hasil Pengujian
MEASUREMENTS TABLE
HIGH TEMP LOW TEMP
HIGH TEMP FLUID LOW TEMP FLUID
FLUID FLUID
(HOT WATER) (COLD WATER)
(HOT WATER) (COLD WATER)
INSTRU
(EQUATION) THERMOMETER THERMOMETER
FLOW FLOW
R R KINEMATIC VISCOSITY OF WATER
INLET OUTLET METER INLET OUTLET METER

(T1+T2) (t1+t2)
T1 T2 W t1 t2 w Vh Vl
SYMBOL /2 /2
(˚C) (˚C) (Kg/h) (˚C) (˚C) (Kg/h) (m2/s) (m2/s)
(˚C) (˚C)
A 80 52 30 31 39 150 66 4,370 35 7,293
B 80 61 100 30 42 150 70,5 4,100 36 7,150
PARALLEL
C 80 53 30 29 33 400 66,5 4,340 31 7,864
D 80 60 100 27 33 400 70 4,127 30 8,007
E 80 51 30 31 38 150 65,5 4,400 34,5 7,364
F 80 60 100 32 40 150 70 4,127 36 7,150
COUNTER
G 80 53 30 34 37 400 66,5 4,340 35,5 7,222
H 80 64 100 33 38 400 72 4,030 35,5 7,222

Tabel 3.4
Data Hasil Pengujian
High Temp. Low Temp.
Logaritmic Differe Efficiency Of Heat Coefficient Of Overall Heat
Fluid (Hot Fluid (Cold
Mean Temp. nce Exchanger Transfer
Water) Water)
Instru. T1- T2-
 
Equation t1 t2
Reyn Reyn Parall
Paralle Counter Counte
Parallel Flow   ’s   ’s   el
l Flow Flow r Flow
No. No. Flow
T1- T2-
t2 t1 Qw qw q
Symbols ΔTm
Counter Flow (Kcal REw (Kcal/ Rew ηh(%) (Kcal/ U (Kcal/m2.h.deg)
(Units) (ºC)
Δt1 Δt2 /h) h) h)
(ºC) (ºC)
27,1 1427, 1559,
A 49 13 840 1200 57%   1020 704,28  
3 92 85
32,0 5073, 1591, 1081,7
B 50 19 1900 1800 38%   1850  
Para 4 17 00 3
llel 33,1 1437, 3857,
C 51 20 810 1600 53%   1205 681,66  
2 79 48
38,5 5039, 3788, 1069,1
D 53 27 2000 2400 38%   2200  
5 98 68 1
29,6 1418, 1544,
E 42 20 870 1050 69% 960   606,51
5 18 73  
33,6 5039, 1591,
F 40 28 2000 1200 50% 1600   890,91
Coun 4 98 00  
ter 29,3 1437, 4200,
G 43 19 810 1200 63% 1005   640,72
8 79 73  
36,2 5161, 4200,
H 42 31 1600 2000 38% 1800   930,94
2 29 73  

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 79
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

1. Hubungan Koefisien Perpindahan Panas terhadap Regime Aliran

Tabel 3.5
Hubungan Jenis Aliran pada Parallel Flow terhadap U
Variasi Arah Aliran U (kcal/m2jamoC)
Parallel A H : Laminar, C : Laminar 704,28
Flow B H : Turbulent, C : Laminar 1081,73
C H : Laminar, C : Turbulent 681,66
D H : Turbulent, C : Turbulent 1069,11

Tabel 3.6
Hubungan Jenis Aliran pada Counter Flow terhadap U
Variasi Arah Aliran U (kcal/m2jamoC)
Counter E H : Laminar, C : Laminar 606,51
Flow F H : Turbulent, C : Laminar 890,91
G H : Laminar, C : Turbulent 640,72
H H : Turbulent, C : Turbulent 930,94

2. Hubungan Efektivitas Heat Exchanger terhadap Regime Aliran

Tabel 3.7
Hubungan Jenis Aliran pada Parallel Flow terhadap Efektivitas
Variasi Arah Aliran ƞh (%)
Parallel A H : Laminar, C : Laminar 57%
Flow B H : Turbulen, C : Laminar 38%
C H : Laminar, C : Turbulen 53%
D H : Turbulen, C : Turbulen 38%

Tabel 3.8
Hubungan Jenis Aliran pada Counter Flow terhadap Efektivitas
Variasi Arah Aliran ƞh (%)
Counter E H : Laminar, C : Laminar 69%
Flow F H : Turbulen, C : Laminar 50%
G H : Laminar, C : Turbulent 63%
H H : Turbulen, C : Turbulen 38%

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 80
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.5.2 Contoh Perhitungan


Dalam contoh perhitungan kali ini, contoh data yang diambil adalah dari variasi A,
yang di ambil dari hasil perhitungan, yaitu:
A. Untuk menghitung Qw dan qw

Q w =qw
W . C p . ( T 1−T 2 )=W .C p . (t 2−t 1 )

Keterangan :
Qw = Kalor yang dilepas ( kcal / jam)
qw = Kalor yang diterima (kcal / jam)
T = Temperatur fluida yang bertemperatur tinggi (oC)
t = Temperatur fluida yang bertemperatur rendah (oC)
W = Laju aliran fluida bertemperatur tinggi (kg/jam)
w = Laju aliran fluida bertemperatur rendah (kg/jam)
Cp = Panas spesifik (kcal/ kgoC)

Dengan perhitungan variasi A maka :


Qw = W . Cp . (T1 - T2)
Qw = 30 kg/jam . 1 kcal/kgoC . (80 oC – 52 oC)
Qw = 840 kcal/jam
qw = w . Cp . (t2 - t1)
qw = 150 kg/jam . 1 kcal/kgoC . (39 oC – 31 oC)
qw = 1200 kcal/jam

Jika ditentukan rata – rata perbedaan temperatur antara kedua fluida sebagai ∆Tm,
maka jumlah panas (q) :

q= A . U . ∆Tm
(Q w +q w )
q=
2

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 81
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Keterangan :
Q = Jumlah panas yang ditukar (kcal/jam)
A = Area permukaan perpindahan panas (m2) dalam kasus (ΠdL)
U = Koefisien transmisi kalor (kcal/m2jamoC)
∆ T m = Rata – rata perbedaan temperatur (oC)

Dengan perhitungan variasi A maka :


qw+Qw
q=
2
840+1200
q=
2
q=1020(kcal/ jam)

Sehingga dapat ditentukan nilai koefisien transmisi kalor (U)

q
U=
A.∆Tm

Keterangan :
q = Jumlah panas yang ditukar (kcal/jam)
A = Area permukaan perpindahan panas (m 2) dalam kasus (πdl)
U = Koefisien transmisi kalor (kcal/m 2 jam℃ ¿
∆ T m = Rata-rata perbedaan temperature (℃)

Dengan perhitungan variasi A maka :


q
U=
A ∆Tm
1020
U=
0,05338 x 27,3
U = 704,28 kcal/m2jamoC

Keterangan :
A = ΠdL
= 3,14 x 1,7 x 10-2 x 1
= 5,338 x 10-2 m2

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 82
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 83
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

B. Untuk menghitung Parallel Flow

(T 1 – t 1) – (T 2−t 2)
∆ Tm=
( T 1−t 1 )
ln
( T 2−t 2 )

Keterangan :
∆ T m = Rata – rata perbedaan temperatur (oC)
T = Temperatur fluida bertemperatur tinggi (oC)
t = Temperatur fluida bertemperatur rendah (oC)

Dengan perhitungan ∆Tm untuk Parallel Flow variasi A


( 80 – 31) – (52−39)
∆ T m=
( 80−32 )
ln
( 52−39 )
∆ T m = 27,3 oC

C. Untuk menghitung ∆Tm Counter Flow

(T 1 – t 2) – (T 2−t 1)
∆ Tm=
( T 1−t 2 )
ln
( T 2−t 1 )

Keterangan :
∆ T m = Rata – rata perbedaan temperatur (oC)
T = Temperatur fluida bertemperatur tinggi (oC)
t = Temperatur fluida bertemperatur rendah (oC)

Dengan perhitungan ∆Tm untuk Counter Flow variasi E


( 80 – 38) – (51−31)
∆ T m=
( 80−38 )
ln
( 51−31 )
∆ T m = 29,65 oC 1

D. Mencari nilai efektivitas heat exchanger (𝜂h)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 84
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

W . Cp .(T 1 – T 2)
h=
W .Cp .(T 1 – t 1)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 85
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Keterangan :
h = Nilai efektivitas heat exchanger
W = Laju alir fluida bertemperatur tinggi (kg/jam)
Cp = Panas Spesifik (kcal/kgoC)

Dengan perhitungan efektivitas heat exchanger variasi A


30 . 1 .(80 – 52)
h=
30 . 1 .(80 – 31)
h = 57,00 %

E. Mencari Bilangan Reynold


Untuk air panas :

W
ℜw=2,080 X 10−5
Vh

Keterangan :
REw = Bilangan Reynold
W = Laju alir fluida bertemperatur tinggi (kg/jam)
Vh = Viskositas kinematik (m2/s) pada temperatur rata – rata air panas

Dengan perhitungan bilangan Reynold (REw) variasi A


30
ℜw=2,080 X 10−5
0,437 X 10−6
ℜw = 1427,92

Untuk air dingin :

w
ℜw=7,584 X 10−5
VI

Keterangan :
Vl = Viskositas kinematik (m2/s) pada temperatur rata – rata air dingin di dalam
tabung

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 86
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Dengan perhitungan bilangan Reynold (Rew) variasi A


150
ℜw=7,584 X 10−5
0,729 X 10−6
= 1559,85

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 87
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.5.3 Grafik dan Pembahasan


3.5.3.1 Pengaruh Regime Aliran dan Arah Aliran terhadap Koefisien
Perpindahan Panas

1200
1081.73 1069.11

1000
890.91 930.94
Koefisien Perpindahan Panas

800
704.28 681.66
606.51 640.72
600
Parallel Flow
Counter
Flow
400
kcal/m².˚C

200

0
Laminar - Laminar Turbulant - Laminar Laminar - Turbulant Turbulant -
Turbulant
Regime Aliran
Gambar 3.5 Grafik Hubungan Regime Aliran pada Variasi Arah Aliran terhadap
Koefisien Perpindahan Panas

Grafik di atas merupakan grafik hubungan regime aliran pada variasi jenis aliran
dan arah aliran terhadap koefisien perpindahan panas. Koefisien perpindahan panas
merupakan nilai yang menunjukkan panas yang melewati suatu penampang dengan
luasan tertentu per satu derajat celcius. Regime aliran merupakan variasi aliran yaitu
jenis aliran dan arah aliran. Variasi arah aliran yang digunakan dalam percobaan ini
adalah parallel flow dan counter flow. Terdapat 4 kondisi dimana A-E menggunakan
hot water laminar dan cold water laminar, B-F menggunakan hot water turbulent dan
cold water laminar, C-G menggunakan hot water laminar dan cold water turbulent,
serta D-H menggunakan hot water turbulent dan cold water turbulent.
Koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh jumlah panas yang ditukar (q), luas
permukaan penampang (A), dan nilai rata-rata perbedaan temperatur (∆ t m). Ditinjau
dari dasar teori, nilai jumlah panas yang ditukar (q) berbanding lurus dengan nilai
koefisien perpindahan panas (U) sedangkan luas permukaan penampang (A) dan nilai
rata-rata (logaritmik) perbedaan temperatur (∆ t m) berbanding terbalik dengan nilai
koefisien perpindahan panas (U). Hal ini berdasarkan rumusan pada dasar teori yang
mengatakan bahwa

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 88
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

q
U=
A Δ tm

Keterangan :
A = Penampang air dingin ( 5,338 x 10-2 m²)
q = Jumlah panas yang ditukar (kcal/jam)
U = Koefisien transmisi kalor (kcal/m2jamoC)
∆Tm = Rata – rata perbedaan temperatur (oC)

Pada dasar teori, untuk aliran parallel seharusnya didapatkan urutannya adalah D,
B, C , A. Regime D memiliki nilai koefisien perpindahan panas yang paling tinggi
dimana pada regime D memiliki nilai koefisien perpindahan panas yang paling tinggi
dengan menggunakan kondisi hot water turbulent dan cold water turbulent. Hal ini
disebabkan karena aliran hot water dan cold water keduanya turbulent pada regime D.
Untuk aliran counter, seharusnya didapatkan hasil dengan urutan koefisien yang paling
tinggi adalah H, F, G, E. Regime H memiliki nilai koefisien perpindahan panas yang
paling tinggi dengan menggunakan kondisi hot water turbulent dan cold water
turbulent. Hal ini disebabkan karena kedua aliran hot water dan cold water alirannya
turbulent.
Pada grafik di atas terjadi penyimpangan data yang jika diurutkan maka akan
didapatkan koefisien perpindahan panas pada aliran parallel dari yang tertinggi yaitu B,
D, A, C. Penyimpangan tersebut terjadi diakibatkan karena beberapa faktor, salah
satunya adalah debit aliran aktual dengan yang tertera pada rotameter tidak sama
sehingga yang seharusnya terbentuk aliran turbulent tapi malah terbentuk aliran transisi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 89
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.5.3.2 Pengaruh Regime Aliran dan Arah Aliran terhadap Efektivitas Heat
Exchanger

80.00%

69.05%
70.00%
62.79%
60.00% 57.14%
52.94%
50.00%
50.00%
Efektifitas (%)

40.00% 38.00% 38.10%


37.74%

30.00% Parallel Flow


Counter Flow
20.00%

10.00%

0.00%
Laminar
A - Laminar
E Turbulant
B F - Laminar
C G - Turbulant
D H -
Laminar Turbulant Turbulant

Regime Aliran

Gambar 3.6 Grafik Hubungan Regime Aliran pada Variasi Arah Aliran terhadap
Efektivitas Perpindahan Panas

Diagram di atas menunjukkan hubungan regime aliran pada variasi arah aliran
terhadap efektivitas perpindahan panas. Efektivitas heat exchanger adalah nilai yang
menunjukkan seberapa baik sebuah heat exchanger dalam menghantarkan panas.
Regime aliran adalah variasi aliran yaitu jenis aliran dan arah aliran. Variasi arah aliran
yang digunakan dalam percobaan ini adalah parallel flow dan counter flow. Terdapat 4
kondisi dimana A-E menggunakan hot water laminar dan cold water laminar, B-F
menggunakan hot water turbulent dan cold water laminar, C-G menggunakan hot water
laminar dan cold water turbulent, serta D-H menggunakan hot water turbulent dan cold
water turbulent.
Efektivitas heat exchanger dipengaruhi oleh selisih temperatur hot water pada inlet
dan outlet (T 1−T 2) serta selisih temperatur hot water pada inlet dengan temperatur cold
water pada inlet (T 1−t 1). Semakin tinggi selisih temperatur hot water pada inlet dan
outlet maka kenaikan nilai efektivitas semakin tinggi, semakin rendah selisih temperatur
hot water pada inlet dengan temperatur cold water pada inlet maka kenaikan nilai
efektivitas semakin tinggi yang di mana berbanding terbalik dengan nilai efektivitas
heat exchanger.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 90
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

kuantitas aktual panas yang ditukar


ε h=
kuantitas ideal panas yang ditukar

Atau

W C p (T 1−T 2)
ε h=
W C p (T 1−t 1 )

Keterangan :
h = Nilai efektivitas heat exchanger
W = Laju alir fluida bertemperatur tinggi (kg/jam)
Cp = Panas Spesifik (kcal/kgoC)

Pada dasar teori, untuk aliran parallel urutannya adalah C, A, B, D. Regime C


memiliki nilai koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dimana regime C
menggunakan kondisi hot water laminar dan cold water turbulent. Untuk aliran counter
didapatkan hasil dengan urutan efektivitas heat exchanger dari yang tertinggi hingga
terendah yaitu G, E, F, H. Regime G memiliki nilai efektivitas paling tinggi dimana
pada regime G digunakan kondisi hot water laminar dan cold water turbulent. Hal ini
disebabkan karena regime aliran C dan G adalah hot water laminar dan cold water
turbulent yang dimana aliran hot water turbulent dapat mempercepat perpindahan panas
ke aliran cold water laminar.
Pada praktikum kali ini, ditemukan penyimpangan yang dimana didapatkan nilai
efektivitas tertinggi untuk aliran parallel yaitu A, C, B, D dan untuk aliran counter
didapatkan urutan dari yang tertinggi E, G, F, H. Penyimpangan tersebut terjadi
diakibatkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah debit aliran aktual dengan
yang tertera pada rotameter tidak sama sehingga yang seharusnya terbentuk aliran
turbulent tapi malah terbentuk aliran transisi.

A. Parallel Flow (Hot Water Laminar – Cold Water Turbulent)


Menurut dasar teori, kondisi Parallel Flow Hot Water Laminar – Cold Water
Turbulent, memiliki nilai efektivitas heat exchanger paling tinggi dalam Parallel
Flow dikarenakan proses perpindahan panas secara konduksi dari hot water ke

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 91
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

dinding pipa, dinding pipa secara konveksi ke cold water dan perpindahan panas
terjadi secara acak.

Gambar 3.7 Parallel Flow (Hot Water Laminar – Cold Water Turbulent)

B. Parallel Flow (Hot Water Turbulent – Cold Water Laminar)


Menurut dasar teori, kondisi Parallel Flow Hot Water Turbulent – Cold Water
Laminar, memiliki nilai efektivitas heat exchanger paling rendah dalam Parallel
Flow dikarenakan proses perpindahan panas secara konduksi dari hot water ke
dinding pipa, dinding pipa secara konveksi ke cold water dan perpindahan
panasnya terjadi pada setiap streamline dimulai dari yang menempel pada pipa hot
water hingga yang terluar.

Gambar 3.8 Parallel Flow (Hot Water Turbulent – Cold Water Laminar)

C. Counter Flow (Hot Water Laminar – Cold Water Turbulent)


Menurut dasar teori, kondisi Counter Flow Hot Water Laminar – Cold Water
Turbulent, memiliki nilai efektivitas heat exchanger paling tinggi dalam Counter
Flow dikarenakan proses perpindahan panas secara konduksi dari hot water ke
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021
KELOMPOK 04 92
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

dinding pipa, dinding pipa secara konveksi ke cold water dan perpindahan panas
terjadi secara acak.

Gambar 3.9 Counter Flow (Hot Water Laminar – Cold Water Turbulent)

D. Counter Flow (Hot Water Turbulent – Cold Water Laminar)


Menurut dasar teori, kondisi Counter Flow Hot Water Turbulent – Cold Water
Laminar, memiliki nilai efektivitas heat exchanger paling rendah dalam Counter
Flow dikarenakan proses perpindahan panas secara konduksi dari hot water ke
dinding pipa, dinding pipa secara konveksi ke cold water dan perpindahan
panasnya terjadi pada setiap streamline dimulai dari yang menempel pada pipa hot
water hingga yang terluar.

Gambar 3.10 Counter Flow (Hot Water Turbulent – Cold Water Laminar)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 93
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

Efektivitas heat exchanger counter flow lebih tinggi dibandingkan parallel flow
dikarenakan (∆ t m) counter flow selalu lebih besar daripada parallel flow.

a b
. .
Gambar 3.11 Profil Temperatur Heat Exchanger
Sumber : Modul Praktikum Laboraturium Fenomena Dasar Mesin (2019)

Dari hasil praktikum di atas, ditemukan bahwa efektivitas heat exchanger tidak
sesuai dasar teori yaitu efektivitas Counter Flow lebih baik daripada Parallel Flow.
Variasi arah aliran parallel juga tidak sesuai dengan dasar teori dengan urutan yang
terbesar hingga terkecil A, C, B, D. Sementara counter flow yaitu urutan terbesar hingga
terkecil yaitu E, G, F, H. Terjadi penyimpangan pada praktikum pada regime parallel
dan regime counter. Bisa kita lihat pada regime parallel yang di mana terjadi
penyimpangan karena luas perpindahan panasnya menyempit sehingga pertukaran panas
tidak maksimal. Begitu pun di regime counter sehingga terjadi penyimpangan. Hal ini
dapat disebabkan karena terjadinya fenomena fouling.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 94
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

3.6 Kesimpulan dan Saran


3.6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan dasar teori, kefisien perpindahan panas pada parallel flow dimulai dari
yang tertinggi hingga terendah ialah D, B, C, A. Regime D memiliki koefisien
perpindahan panas yang tertingi karena menggunakan aliran Hot Water Turbulent
dan Cold Water Turbulent. Sehingga, nilai rata-rata laju alirannya tertinggi
dibandingkan jenis aliran yang lain dan nilai koefisien perpindahan panas yang
terendah adalah regime A karena menggunakan jenis aliran Hot Water Laminar dan
Cold Water Laminar. Koefisien perpindahan panas pada Counter Flow dimulai dari
koefisien perpindahan panas yang tertinggi, karena menggunakan aliran Hot Water
Turbulent dan Cold Water Turbulent. Sehingga, nilai rata - rata laju alirannya
tertinggi dibandingkan jenis aliran yang lain dan nilai koefisien perpindahan panas
yang terendah adalah regime E karena menggunakan jenis aliran Hot Water
Laminar dan Cold Water Laminar.
2. Efektivitas heat exchanger pada parallel flow dan counter flow yang tertinggi yaitu
jenis aliran Hot Water Laminar dan Cold Water Turbulent, hal ini dikarenakan oleh
luas bidang kontak dari air panas ke pipa selalu sama dan karena air dingin
menggunakan aliran turbulen maka perpindahan panasnya terjadi secara acak dan
cepat. Efektivitas heat exchanger counter flow lebih baik daripada parallel flow, hal
ini dikarenakan oleh nilai perbedaan temperatur counter flow selalu lebih besar
daripada parallel flow.

3.6.2 Saran
1. Untuk laboratorium, diharapkan agar bisa meningkatkan kualitas video baik
pengenalan alat maupun pengambilan data, terutama disektor audio serta
penyampaian materi yang lebih jelas.
2. Untuk praktikum, untuk penjelasan penggunaan alat saat praktikum bisa
ditampilkan dengan video ilustrasi bagaimana alur kerja dari suatu alat dan cara
peulisan data agar lebih memperjelas cara kerja suatu alat dan cara penulisan data
dari pengujian yang dilakukan.
3. Untuk asisten, lebih memperbaiki cara penyampaian materi karena terkadang ada
satu bagian yang praktikan sulit untuk memahami.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 95
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH

4. Untuk praktikan, diharapkan agar memahami materi terlebih dahulu sebelum


asistensi agar proses penyampaian materi bisa lebih efisien.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2020/2021


KELOMPOK 04 96

Anda mungkin juga menyukai