Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PASAL 2 UNDANG – UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DARI


PERSPEKTIF PANCASILA

TUGAS ANALISIS DAN MENINJAU SALAH SATU UU TIPIKOR DITINJAU DARI


PERSPEKTIF PANCASILA

Untuk Menyelesaikan Tugas


Mata Kuliah Pancasila 8FS

Oleh :
Abdul Havidz Rasiono 195060201111031
Mohamad Farhan 195060201111026
Muhammad Rizky Akbar 195060201111030

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
A. PENDAHULUAN
Korupsi merupakan suatu perbuatan yang sangat serius dan sangat membahayakan
kelangsungan hidup bernegara. Kerugian yang ditimbulkan dalam tindak pidana korupsi
lebih dahsyat dari bencana alam atau perang sekalipun. Di Indonesia korupsi tumbuh dan
berkembang dengan suburnya seperti jamurdimusim hujan, keberadaannya akan sangat
sulit untuk diberantas apabila tidak adatindakan yang nyata dari pemerintah dan pihak-
pihak terkait. pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang belum
dapat dilaksanakan secaraoptimal. Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana korupsi
perlu ditingkatkan secara profesional dan menyeluruh intensif, dan berkesinambungan
karena korupsi telah merugikankeuangan negara, perekonomian negara, dan
menghambat pembangunan nasional.
Hal paling mendasar dalam memberantas segala bentuk korupsi adalah perumusan
peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi. Di Indonesia saat ini Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
diharapkan dapat mendukung pembentukan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme, dan diperlukan pula kesamaan visi, misi dan persepsi aparatur
penegak hukum dalam penanggulangannya. Kesamaan visi, misi dan persepsi tersebut
harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki terwujudnya
penyelengara negara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif,
efisien, bebas dari korupsi.
Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah sampai
saat ini masih terus bergulir, walaupun berbagai strategi telah dilakukan, tetapi perbuatan
korupsi masih tetap saja merebak di berbagai sektor kehidupan. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa terpuruknya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
ini, salah satu penyebabnya adalah korupsi yang telah merasuk ke seluruh lini kehidupan
yang diibaratkan seperti jamur di musim penghujan, tidak saja di birokrasi atau
pemerintahan tetapi juga sudah merambah ke korporasi termasuk BUMN.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian tindak pidana korupsi berbeda-
beda, di antaranya berpendapat bahwa korupsi adalah penyimpangan dari tugas
formal dalam kedudukan resmi pemerintah, bukan hanya jabatan eksekutif tetapi
juga legislatif, partai politik, auditif, BUMN/BUMD hingga dilingkungan pejabat
sektor swasta. Pendapat lainnya menitikberatkan tindakan korupsi atas dasar apakah
tindakan seseorang bertentangan dengan kepentingan masyarakat, mempergunakan
ukuran apakah tindakan tersebut dianggap koruptif oleh pejabat umum atau tidak.
Istilah korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa Latin yakni corruptio atau
corruptus yang disalin ke berbagai bahasa. Misalnya disalin dalam bahasa Inggris
menjadi corruption atau corrupt dalam bahasa Prancis menjadi corruption dan dalam
bahasa Belanda disalin menjadi istilah coruptie (korruptie). Agaknya dari bahasa
Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa Indonesia. Coruptie yang disalin
menjadi corruptiën dalam bahasa Belanda mengandung arti perbuatan korup,
penyuapan. Secara harfiah istilah tersebut berarti segala macam perbuatan yang tidak
baik, seperti yang dikatakan Andi Hamzah sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata
atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Mengenai definisi Tindak Pidana Korupsi dalam perundang-undangan adalah
rumusanr-rumusan tentang segala perbuatan yang dilarang dalam UndangUndang
Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tindak pidana korupsi
yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara diatur dalam Pasal 2
dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

2. Analisis Pasal 2 Undang – undang Nomor 31 Tahun 1999 dari Perspektif


Pancasila
Indonesia mempunyai suatu sumber dan pandangan yang harus digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan segala sesuatu yaitu Pancasila. Pancasila
merupakan ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia bukan hanya
sebuah ideologi tetapi, Pancasila merupakan prinsip yang harus di miliki oleh setiap
warga negara Indonesia. Dengan pengertian tersebut kita dapat memaknai bahwa
dalam setiap melakukan segala sesuatu kita harus berpegangan pada Pancasila yang
merupakan prinsip dasar negara kita. Jika kita melakukan suatu kegiatan dengan
berdasarkan pada Pancasila maka kehidupan antar masyarakat akan terjalin dengan
sangat baik, begitu juga dengan pemerintahan.
Pasal 2 Undang – undang Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi memilik unsur
yaitu Setiap orang yang melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara dan perekonomian
Negara. Dimana pasal 2 mempunyai keterkaitan dengan pasal 3 yang lebih
menjelaskan ke arah tindakan atau perbuatan dari pelaku yang menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada orang tersebut Karena jabatan
atau kedudukannya. Pasal 2 dan 3 berbunyi :
Pasal 2 :
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara
dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Dengan meihat isi dari pasal 2 UU Nomor 31 Tahun 1999 dimana poin intinya
yaitu siapapun yag memilki kewenangan atau kedudukan jabatan dan memanfaatkan
kesempatan kedudukannya untuk melakukan tindak pidana korupsi baik itu untuk
keuntungan diri sendiri, orang lain, atau koorporasi yang merugikan keuangan dan
perekonomian Negara, akan dipidanakan dengan hukuman yang tertulis tersebut.
Pasal tersebut merupakan salah suatu bentuk kebijakan yang bisa dikatakan
sebagai bentuk usaha dari antisipasi tindakan korupsi, dan jika melihat dari segi
hukuman yang dijelaskan pada pasal tersebut terlihat bahwa hukuman mimiliki
interval yang berarti hukuman bergantung dari segi bentuk tindakannya seperti apa.
Keterkaitan dengan panacasila, sudah jelas apa yang dijelaskan pada pasal 2
tersebut terkait tindakan korupsi merupakan tindakan yang jauh dari nilai – nilai
pancasila. Dalam Pancasila terdapat lima sila yang dimana setiap sila-sila itu
memiliki arti yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang satu yaitu menciptakan dan
mewujudkan cita-cita negara Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan bahwa korupsi
merupakan salah 1 penyelewangan yang marak terjadi di Indonesia. Tindakan
tersebut bukan hanya melanggar aturan negara tetapi hal itu juga telah melanggar
ideologi dan prinsip terhadap Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan terhadap
Pancasila hal tersebut akan membuat cita-cita yang didambakan oleh negara dan
bangsa lama kelamaan akan menjadi hancur. Maka dari itu terdapat hal penting
dalam tindakan korupsi terhadap Pancasila yaitu dengan kita melakukan tindakan
korupsi kita sama saja telah menghancurkan Pancasila yang telah susah payah dibuat
oleh pendiri bangsa kita yang berjuang mati-matian.
Sila pertama yang berbunyi “Ke-Tuhanan Yang Masa Esa” jika kita melakukan
tindakan korupsi berarti sama saja kita telah membohongi Tuhan. Sila kedua yang
berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” sila ini memiliki makna untuk
memperlakukan sesama manusia sebagai mana mestinya dan melakukan tindakan
yang benar, bermartabat, adil terhadap sesama manusia sebagaimana mestinya.
Dengan melakukan korupsi, berarti sama saja telah melangggar sila kedua ini
karena telah melakukan tindakan yang memperlakukan kekuasaan dan kedudukan
sebagai tempat untuk mendapatkan hal yang diinginkan demi kebahagiaan diri
sendiri dan juga membuat orang lain menjadi rugi karena tindakan korupsi tersebut .
Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sila ini
menegaskan tindakan korupsi mengabaikan pengakuan persamaan derajat, saling
mencintai, sikap tenggang rasa, membela kebenaran dan keadilan (Dina, 2019).
Seorang koruptor tidak memiliki rasa keadilan dan keadaban, sebab hak yang
seharusnya dimiliki rakyat diambil secara sepihak untuk kepentingan pribadinya.
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna bahwa
kedudukan masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa membeda-
bedakan serta mendapat perlakuan yang sama di depan hukum sehingga, dengan
melakukan korupsi berarti sama saja telah melanggar sila ini. Korupsi merupakan
tindakan yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat sehingga hal tersebut
akan membuat rakyat merasa menjadi terintimidasi dan tidak peduli lagi terhadap
tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Lama kelamaan, hal ini akan
membuat Indonesia menjadi tidak harmonis.
Sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyahwarataan Dan Perwakilan” dengan melakukan
tindakan korupsi berarti kita juga telah melanggar sila keempat ini karena sila ini
mengandung makna untuk bermusyawarah dalam melakukan dan menentukan
segala sesuatu agar tercapainya keputusan bersama yang berdampak baik bagi
Indonesia. Tetapi, dengan korupsi itu sama saja telah melakukan tindakan dengan
keputusan sendiri dan hal itu tidak baik karena dalam menentukan dan melakukan
segala sesuatu haruslah berdasarkan keputusan bersama karena Indonesia sangat
menjunjung tinggi musyawarah. Jika melakukan tindakan korupsi berarti sama saja
telah meremehkan kekuatan musyawarah dan hal itu akan membuat negara menjadi
terpecah belah.
Sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
dengan adanya korupsi berarti telah melakukan tindakan yang melenceng dari sila
ini karena sila ini memiliki makna yaitu adil terhadap sesama dan menghormati
setiap hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Dengan tindakan korupsi
menunjukan ketidakadilan antar pemerintah dan masyarakat. Bukan hanya itu juga
ketidakadilan terhadap negara sendiri karena telah menggunakan sesuatu yang bukan
haknya untuk dijadikan kenikmataan bagi diri sendiri tanpa memikirkan tujuan
awalnya hal tersebut dilakukan.
Dari penjabaran tersebut kita dapat mengetahui bahwa tindakan korupsi
merupakan tindakan yang sangat fatal bagi negara, terutama tindakan korupsi juga
telah melanggar dan menyeleweng dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan korupsi terhadap nilai-nilai luhur
Pancasila itu menyebabkan kondisi negara kita semakin bertambah buruk dan
banyaknya terjadi kegaduhan-kegaduhan yang sangat parah. Maka dari itu, kita
haruslah melakukan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam
Pancasila, terutama bagi para pejabat agar ketika melakukan sesuatu tidak
menimbulkan penyelewengan-penyelewengan yang berdampak buruk bagi negara.

3. Upaya Pencegahan Korupsi Berdasarakan Perspektif Pancasila


Secara umum penegakan hukum pidana ini dititik beratkan kepada pencegahan
kejahatan dan pelaksanana hukum pidana. Penegakan hukum pidana ini lebih
difokuskan kepada pencegahan terhadap tindak pidana sebagai salah satu sarana agar
dapat mengantisipasi terjadinya akan tindak pidana. Untuk mencegah tindak pidana
ini tidak dapat dilakukan secara langsung begitu saja, namun sangat memerlukan
penggunakan perecanaan secara rasional, mengandung nilai-nilai moral bangsa, dan
strategi perlindungan kepada masyarakat secara menyeluruh (Delia Maharani dan
Dinie Anggraeni Dewi, 2021).
Sudah saatnya merevitalisasi spirit Pancasila dalam diri setiap warga negara
untuk memberantas kejahatan korupsi di tubuh bangsa ini, sehingga Pancasila tidak
hanya sekedar melekat dalam ingatan kita tanpa memiliki pengaruh apa-apa, tetapi
harus selalu menghiasi tindak-tanduk perilaku kita sebagai warga negara. Lebih
jauh, Pancasila terlahir melalui pertarungan pemikiran dan kepentingan dari berbagai
kelompok saat itu, namun ia kemudian lahir dengan semangat persatuan dalam
perbedaan (Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, 2016). Pancasila yang
memang terlahir untuk dijadikan sebagai landasan pembangunan kehidupan bangsa
tentu dapat dijadikan sebagai alat untuk memberantas kejahatan korupsi di negeri
ini.
Pemerintah melalui KPK berperan penting dalam upaya pemberantasan
Korupsi. Tetapi setiap masyarakat maupun pemerintah perlu melakukan pencegahan
terjadinya Korupsi. Karena korupsi bisa saja dilakukan oleh setiap manusia. Maka
hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak korupsi adalah :
a. Menyelesaikan masalah korupsi tidak bisa diberikan kepada lembaga yang
dikenal oleh masyarakat sebagai institusi dan penegak hukum di dalamnya
korup. Oleh karena itu, negeri ini membutuhkan institusi dan penegak hukum
yang khusus menangani persoalan korupsi, seperti KPK dan Pengadilan
Tipikor. Aparat penegak hukum didua instansi tersebut, utamanya para hakim
harus diseleksi secara ketat tentang kapabilitas, integritas, dan komitmennya
terhadap pemberantasan korupsi, bahkan untuk dapat menduduki posisi
sebagai penegak hukum kejahatan korupsi mulai dari penyidik hingga hakim
haruslah aparat penegak hukum terbaik di negeri ini yang terkenal dalam
menjalankan proses peradilan hanya berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa.
b. Untuk memberantas korupsi, bangsa ini membutuhkan aparat penegak hukum
yang memegang teguh prinsip keadilan dan keadaban. Artinya, aparat penegak
hukum yang independen dan berani menolak berbagai upaya intervensi dari
pihak manapun, termasuk penguasa. Karena sebagaimana telah disampaikan
dalam uraian sebelumnya bahwa ketika aparat penegak hukum adil dan
beradab, maka ia tidak akan mudah tergiur godaan materi sebagai salah satu
upaya mengintervensi keputusannya, sehingga akan menghukum bersalah
orang yang memang bersalah.
c. Demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, maka
penegakan hukum yang berat terhadap pelaku kejahatan korupsi harus
dilakukan demi menjerakan pelaku. Di samping itu, pengawasan terhadap
jalannya masa pemidanaan pelaku koruptor di rumah tahanan penting
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Artinya antara vonis berat dan
pengawasan terhadap koruptor harus seimbang, sehingga tidak terjadi lagi
peristiwa seperti rumah tahanan yang memiliki fasilitas mewah, koruptor
memiliki rumah mewah di sekitar lapas, dan sebagainya.
d. Bangsa Indonesia harus bersinergi dalam kesatuan demi terbebasnya negeri ini
dari penyakit korupsi. Prinsip kesadaran bersama dalam memberantas korupsi
menjadi tolak ukur bahwa seluruh elemen bangsa menolak keberadaan korupsi
di negeri ini. Dengan kata lain, untuk memerangi korupsi tidak cukup hanya
dengan berpangku tangan kepada aparat penegak hukum, tetapi rakyat dan
seluruh elemen sosial lainnya di samping memiliki kesadaran akan bahaya
korupsi, juga harus aktif melakukan kontrol dan/atau pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan, mulai dari perencanaan anggaran, hingga tercapai dan
tidaknya target yang dituju pemerintah. Yang juga tidak kalah pentingnya
adalah bagaimana membentuk psikologi masyarakat, khususnya anak-anak
generasi bangsa untuk sangat membenci perilaku korup dalam berbagai
bentuknya, misalnya dengan membuat aplikasi game yang isinya adalah
menyiksa pelaku korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Vito Tanzi, Corruption, Governmental Activities, and Markets, IMF Working Paper, Agustus
1994.
Delia Maharani dan Dinie Anggraeni Dewi. (2021). Implementasi Pancasila dalam Mengatasi
Korupsi di Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 920–925.
Dina, A. (2019). Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menyikapi Korupsi di Indonesia.
https://doi.org/10.31219/osf.io/zaxvt
Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, R. S. (2016). 済無 No Title No Title No Title.
Laboratorium Penelitian Dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi
Universitas Mualawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, 5(April), 5–24.

Anda mungkin juga menyukai