Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

PRESTASI MESIN
 

MODUL 01
BAHAN BAKAR

Disusun Oleh 
Aldi Muhammad Al-Muhdar
1807125068

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI PROGRAM STUDI


TEKNIK MESIN S1 JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan

Motor bakar bensin merupakan jenis motor yang banyak di gunakan karna memiliki
keunggulan seperti perbandingan berat dan daya mesin yang relative kecil getaran yang di
peroleh tidak besar serta mampu menghasilkan kinerja yang tinggi. Teknologi motor
bensin yang semakin meningkat maka akan muncul inovasi-inovasi baru selalu mengikuti
kebutuhan dan selera manusia yang beragam. motor bakar adalah mesin yang merubah
enegi kimia menjadi energi mekanik

Sepeda motor yamaha lexam telah di sumbangkan ke kampus oleh pihak yamaha dan
di terima di teknik mesin dan ingin di jadikan sebagai alat uji. Pengujian di lakukan untuk
mengetahui prestasi mesin melalui pengujian di laboratorium konversi energi teknik
mesin universitas pasir pengerayan. Untuk memahami variable-variabel yang
berpengaruh pada kinerja dalam pembuata alat uji ini guna di buat untuk penambahan
peralatan uji di labor. Dengan data pengujian putaran 4000 rpm , 5000 rpm, 6000
rpm,7000 rpm, dan 8000 rpm dan variasi beban di mulai dari 3,5,7,9, dan 12kg.

Dari analisa pemakaian bahan bakar dan pengaruhnya terhadap tenaga mesin dapat di
nyatakan bahwa dengan putaran 4000 rpm torsi= 2,94 (Nm), daya
efektif=4431,16(kN.m/jam), tekanan efektif rata rata=0,019 (kpa), pemakaian bahan
bakar= 0,55 (kg/jam), pemakaian bahan bakar spesifik= 0,00012(kg/kN.m), perbandingan
bahan bakar dengan udara=0,00009 Laju aliran massa udara=0,0013(m3 /s), efisiensi
volumetric=2980,9 % dan evisiensi termal=18,8 % semakin besar putaran mesin yang di
gunakan maka akan semakin banyak tingkat bahan bakar yang di konsumsi,demikian pula
dengan daya efektif mesin. Kata kunci: prestasi, tekanan konstan, mesin yamaha

Kebutuhan manusia dewasa ini semakin meningkat di karnakan perkembangan ilmu


dan teknologi di bidang otomotif yang berkembang dengan sangat pesat sehingga
ketergantungan manusia terhadap kendaraan semakin besar dan membuat harganya terus
meningkat Sepeda motor Yamaha lexam merupakan kombinasi antara sepeda motor
bebek dan metik sehingga menghasilkan motor bebek metik yang cukup handal dalam
menghadapi masalah kemacetan lalu lintas kemudian motor ini juga di bekali dengan
aliran pendingin system udara tampa hambatan. Yamaha juga telah mengembangkan
konsep transmisi motor bebek dan metik. Kemudian menyasar Asia Tenggara sebagai
Target marketing bebek bertransmisi automatic. Menurut Portal Yamaha, sistem
transmisi ini memperpendek jarak mesin dan penggerak roda sebanyak 40% dan
memperpendek belt penghubung distribusi ke rantai sebanyak 60%,terlihat pada gambar
sebagai berikut:

Gambar 1.1 system trasmisi yamaha lexam.

Sepeda motor ini memiliki beberapa aspek untuk bahan pertimbangan bagi konsumen
di antarnya:

1. pengunaan bahan bakar yang kurang ekonomis yaitu menkomsumsi bahan bakar
yang berlebih dengan jarak yang sama dan volume silinder sama- sama 115cc
yaitu 57,1 km/liter sedangkan ekonomisnya rata-rata 62,2km/liter dengan bahan
bakar bensin
2. Getaran semakin di rasakan di saat kecepatan di atas 65 km/jam
3. transfer tenaga dari mesin ke rantai kurang responsif,(kurangan kecepatan) meski
memiliki tenaga yang besar tetapi tidak memiliki kecepatan yang maksimal

Untuk mengetahui kinerja performance mesin maka dilakukan pengujian agar


dapat diketahui parameter yang terjadi sekaligus akan memperoleh data uji yang
akurat sebagai bahan acuan yang akan di uji

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan alat uji motor bakar bensin empat langkah
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsumsi bahan bakar, konsumsi udara, dan daya yang
dihasilkan oleh motor bensin empat langkah satu silinder.
2. Setelah dilakukan pengujian diharapkan parameter-parameter prestasi
motor bakar yang lainnya dapat dihitung seperti torsi, efisiensi termal,
tekanan efektif rata-rata, dan efisiensi volumetrik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Kerja Motor Bakar
Prinsip kerja motor bakar dibedakan menjadi dua, yaitu motor 2 langkah
dan 4 langkah.
a. Motor Bensi 2 Langkah

Gambar 2. 1 Skema Gerakan Torak 2 Langkah

Motor bensin 2 langkah adalah mesin yang proses pembakarannya


dilaksanakan dalam satu kali putaran poros engkol atau dalam dua kali
gerakan piston. Pada gambar 2.1 merupakan kerja pada motor 2 langkah,
jika piston bergerak naik dari titik mati bawah ke titik mati atas maka
saluran bilas dan saluran buang akan tertutup. Dalam hal ini bahan bakar
dan udara dalam ruang bakar dikompresikan. Sementara itu campuran
bahan bakar dan udara masuk ruang engkol, beberapa derajat sebelum
piston mencapai titik mati atas, busi akan meloncatkan api sehingga terjadi
pambakaran bahan bakar.
Prinsip kerja dari motor 2 langkah :
Langkah hisap
1. Torak bergerak dari TMA ke TMB.
2. Pada saat saluran bilas masih tertutup oleh torak, didalam bak mesin
terjadi kompresi terhadap campuran bahan bakar dan udara.
3. Di atas torak, gas sisa hasil pembakaran sebelumnya sudah mulai
terbuang keluar saluran buang.
4. Saat saluran bilas terbuka, campuran bahan bakar dan udara mengalir
melalui saluran bilas menuju kedalam ruang bakar.
Langkah kompresi :
1. Torak bergerak dari TMB ke TMA.
2. Rongga bilas dan rongga buang tertutup, terjadi langkah kompresi dan
setelah mencapai tekanan tinggi busi memercikkan bunga api untuk
membakar campuran bahan bakar dengan udara tersebut.
3. Pada saat yang bersamaan, dibawah (di dalam bak mesin) bahan bakar
yang baru masuk kedalam bak mesin melalui saluran masuk.
Langkah kerja/ekspansi :
1. Torak kembali dari TMA ke TMB akibat tekanan besar yang terjadi
pada waktu pembakaran bahan bakar.
2. Saat itu torak turun sambil mengkompresi bahan bakar baru didalam
bak mesin.
Langkah buang :
1. Menjelang torak mencapai TMB, saluran buang terbuka dan gas sisa
pembakaran mengalir terbuang keluar.
2. Pada saat yang sama bahan bakar baru masuk ke dalam ruang bahan
bakar melalui rongga bilas.
3. Setelah mencapai TMB kembali, torak mencapai TMB untuk
mengadakan langkah sebagai pengulangan dari yang dijelaskan diatas.
b. Motor Bensin 4 Langkah
Motor bakar bensin 4-langkah adalah salah satu jenis mesin pembakaran
dalam (internal combustion engine) yang beroperasi menggunakan udara
bercampur dengan bensin dan untuk menyelesaikan satu siklusnya
diperlukan empat langkah piston dan dua kali putaran poros engkol,
seperti ditunjukkan pada gambar 2.2
Gambar 2. 2 Siklus motor bakar bensin 4 langkah

Gambar 2. 3 Diagram P-v dari siklus ideal motor bakar bensin 4-


langkah(Wardono, 2004).

Untuk lebih jelasnya proses-proses yang terjadi pada motor bakar


bensin 4-langkah dapat dijelaskan melalui siklus ideal dari siklus udara
volume konstan seperti ditunjukkan pada gambar 2.3. Keterangan
mengenai proses-proses pada siklus udara volume konstan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pertama-tama piston harus diberi kerja awal dengan cara (menstarter,
mengengkol atau mendorong).
1. Proses 0 1 : Langkah hisap (Intake)
Pada langkah hisap campuran udara-bahan bakar dari karburator
terhisap masuk ke dalam silinder dengan bergeraknya piston ke bawah,
dari TMA menuju TMB. Katup hisap pada posisi terbuka, sedang katup
buang pada posisi tertutup. Di akhir langkah hisap, katup hisap tertutup
secara otomatis. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor
spesifik konstan. Proses dianggap berlangsung pada tekanan konstan.

Gambar 2. 4 Langkah hisap

2. Proses 1 2 : Langkah kompresi (Compression)


Pada langkah kompresi katup hisap dan katup buang dalam keadaan
tertutup. Selanjutnya piston bergerak ke atas, dari TMB menuju TMA.
Akibatnya campuran udara-bahan bakar terkompresi. Proses kompresi
ini menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dan tekanan campuran
tersebut, karena volumenya semakin kecil. Campuran udara-bahan
bakar terkompresi ini menjadi campuran yang sangat mudah terbakar.
Proses kompresi ini dianggap berlangsung secara isentropik.
Gambar 2. 5 Langkah kompresi

3. Proses 2 3 : Langkah pembakaran volume konstan

Gambar 2. 6 Langkah Pembakaran

Pada saat piston hampir mencapai TMA, loncatan nyala api listrik
diantara kedua elektroda busi diberikan ke campuran udara-bahan bakar
terkompresi sehingga sesaat kemudian campuran udara-bahan bakar ini
terbakar. Akibatnya terjadi kenaikan temperatur dan tekanan yang
drastis. Kedua katup pada posisi tertutup. Proses ini dianggap sebagai
proses pemasukan panas (kalor) pada volume konstan.
4. Proses 3 4 : Langkah kerja/ekspansi (Expansion)
Kedua katup masih pada posisi tertutup. Gas pembakaran yang terjadi
selanjutnya mampu mendorong piston untuk bergerak kembali dari
TMA menuju TMB. Dengan bergeraknya piston menuju TMB, maka
volume gas pembakaran di dalam silinder semakin bertambah,
akibatnya temperatur dan tekanannya turun. Proses ekspansi ini
dianggap berlangsung secara isentropik.
5. Proses 4 1 : Langkah buang volume konstan (Exhaust)
Saat piston telah mencapai TMB, katup buang telah terbuka secara
otomatis sedangkan katup hisap masih pada posisi tertutup. Langkah ini
dianggap sebagai langkah pelepasan kalor gas pembakaran yang terjadi
pada volume konstan.

Gambar 2. 7 Langkah buang

6. Proses 1 0 : Langkah buang tekanan konstan


Selanjutnya piston bergerak kembali dari TMB menuju TMA. Gas
pembakaran didesak keluar melalui katup buang (saluran buang)
dikarenakan bergeraknya piston menuju TMA. Langkah ini dianggap
sebagai langkah pembuangan gas pembakaran pada tekanan konstan.
2.2 Siklus Otto
Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala
bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran
bahan bakar dan udara dibakar dengan menggunakan percikan bunga api dari
busi. Piston bergerak dalam empat langkah (disebut juga mesin dua siklus) dalam
silinder, sedangkan poros engkol berputar dua kali untuk setiap siklus
termodinamika. Mesin seperti ini disebut mesin pembakaran internal empat
langkah.

Gambar 2. 8 Motor Bensin 4 langkah

Gambar 2. 9 Gambar diagram P-V dan TMA TMB


Skema berikut memperlihatkan setiap langkah piston dan pernyataan
prosesnya pada diagram P-v untuk kondisi aktual mesin pengapian-nyala empat
langkah. Dari skema di atas tersebut, kondisi awal kedua katup hisap dan buang
dalam keadaan tertutup sedangkan piston pada posisi terendahnya yaitu pada titik
mati bawah (Bottom Dead Center/BDC). Selama langkah kompresi, piston
bergerak ke atas di mana campuran udara-bahan bakar dikompresi. Sesaat
sebelum piston mencapai posisi tertingginya yaitu titik mati atas (Top Dead
Center/TDC) percikan bunga api ditimbulkan oleh busi sehingga membakar
campuran yang kemudian menaikkan tekanan dan temperatur sistem.
Tekanan gas yang tinggi tersebut mendorong piston ke bawah sehingga
menyebabkan poros engkol berputar, selama langkah usaha (langkah ekspansi) ini
dihasilkan kerja keluaran yang bermanfaat. Pada ujung langkah ini, piston pada
posisi terendahnya untuk menyelesaikan siklus yang pertama (mesin satu siklus),
sehingga isi silindernya berupa sisa pembakaran. Piston bergerak kembali ke atas
membersihkan gas buang melalui katup buang (langkah pembuangan), kemudian
piston turun kembali ke bawah mengambil campuran udara-bahan bakar yang
baru melalui katup hisap (langkah hisap). Sebagai catatan bahwa tekanan dalam
silinder di atas tekanan lingkungan saat langkah buang dan berada di bawah
tekanan lingkungan saat langkah hisap.
Analisis termodinamika untuk kondisi aktual tersebut dapat
disederhanakan bila digunakan asumsi udara-standar yang berlaku sebagai gas-
ideal. Karenaitu, siklus untuk kondisi aktual dimodifikasi menjadi sistem tertutup
yang disebut sebagai siklus Otto ideal. Skema dan pernyataan prosesnya pada
diagram P-v dan T-s seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2. 10 Diagram P-v dan Diagram T-s


Efisiensi termal siklus Otto ideal ( =1- ) ini tergantung dari besarnya rasio
kompresi mesin dan rasio kalor spesifik dari fluida kerjanya. Efisiensi siklus akan
naik bila rasio kompresi dan rasio kalor spesifik semakin besar seperti pada
diagram di bawah ini.
Gambar 2. 11 Diagram Siklus Otto efesiensi

2.3 Prestasi Motor Bakar


Disini saya mengambil salah satu jurnal mahasiswa tugas akhir S1 Teknik
Perkapalan Universitas Diponegoro dengan judukl “Studi Perbandingan Mesin
Outboard Honda GX200 Bahan Bakar Bensin Premium dan Bahan Bakar Elpiji
yang Dimodifikasi dengan Konverter Gas pada Kapal Nelayan Tradisional
Tanjung Mas”

Gambar 2. 12 Grafik Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Premium dan Bahan


Bakar Elpiji pada Pengujian Tanpa Beban
Pada pengujian tanpa beban, untuk RPM 3200 (tinggi) konsumsi Premium
jauh lebih besar dari pada konsumsi Elpiji , yakni 0,511 Kg/Jam untuk Premium
dan 0,373 Kg/Jam untuk Elpiji. Sebaliknya untuk RPM 1500 (rendah) konsumsi
Premium cenderung lebih kecil dibandingkan konsumsi Elpiji yakni 0,297 Kg/jam
untuk Premium dan 0,347 Kg/Jam untuk Elpiji.

Gambar 2. 13 Grafik Perbandingan Konsumsi BBM Premium dan BBG Elpiji


pada pengujian dengan beban
Dari hasil pengujian dengan beban, dapat disimpulkan bahwa terjadi
perbandingan lurus antara kecepatan kapal yang dihasilkan, konsumsi bahan
bakar, dengan diameter propeller yang dipakai. Semakin besar diameter propeller
yang digunakan, maka makin tinggi juga kecepatan kapal yang dihasilkan serta
makin banyak konsumsi bahan bakar yang dipakai. Begitu pun sebaliknya. Hal ini
terjadi jika pengaruh lingkungan diabaikan seperti kecepatan angin, arah angina,
kecepatan gelombang dan arah gelombang.

Gambar 2. 14 Perbandingan kecepatan kapal yang dihasilkan dengan propeller


yang dipakai
Dari hasil pengujian dengan beban yang dilakukan, propeller yang
menghasilkan kecepatan paling tinggi adalah propeller tipe 6 ½ sedangkan
propeller yang paling kecil kecepatannya adalah propeller tipe 3-4. Propeller tipe
4-5 memiliki keceptana yang relatif sedang. Dari hasil pengujian dengan beban
yang telah dilakukan, propeller yang memiliki laju konsumsi paling besar adalah
propeller tipe 6 ½ sedangkan propeller yang paling kecil konsumsinya adalah
propeller tipe 3-4. Propeller tipe 4-5 memiliki laju konsumsi yang relatif sedang.
Propeller yang dianjurkan penggunaannya kepada nelayan yang menngunakan
mesin 6,5 PK adalah propeller tipe 4-5. Propeller tipe 6 ½ dan tipe 3-4 tidak
dianjurkan.

Gambar 2. 15 Perbandingan biaya konsumsi bahan bakar mesin Yamaha MZ200


selama 4 jam pemakaian
Saat menggunakan bahan bakar gas Elpiji, biaya operasional konsumsi
bahan bakar cenderung lebih kecil daripada saat menggunakan bahan bakar
minyak Premium untuk tipe propeller 4-5. Selisih yang ditimbulkan adalah Rp.
3.866,00 dalam 4 jam operasi penangkapan ikan.
2.4 Daya poros efektif
Daya poros efektif didefinisikan sebagai torsi dikalikan dengan kecepatan
putar poros engkol. Alat yang dipergunakan untuk menentukan besarnya daya
poros efektif ini adalah engine dinamometer. Salah satu jenis engine dinamometer
dengan gesekan mekanis adalah rem prony (prony brake dynamometer). Untuk
menentukan besarnya torsi yang bekerja pada rem prony yang diberikan oleh gaya
F, menurut JP. Holman (1981) dapat dihitung dengan rumus :
T = F x L (N-M)
Dimana :
T = torsi (N-M)
F = beban pengereman (Newton)
L = panjang lengan (Meter)
Sehingga Daya poros efektif dihitung dengan rumus
Ne = 2 Π n10 T
60
Dimana :
Ne = daya poros efektif (KW)
n = putaran motor (rpm)
T = torsi (N-M)
2.5 Komsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakaradalah jumlah bahan bakar per waktunya untuk
menghasilkan daya sebesar 1 HP. Jadi Konsumsi bahan bakaradalah ukuran
ekonomi pemakaian bahan bakar (Winarno dan Karnowo, 2008 : 115). Untuk
konsumsi bahan bakar hanya volume bahan bakar per satuan waktu (kg/jam).
SFC = M f / Ne
M f = v x ρbahan bakar / t
Dimana :
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/jam.kW)
M f = jumlah bahan bakar persatuan waktu (kg/jam)
V = volume bahan bakar yang digunakan ρ= berat jenis bahan bakar yang
digunakan
t = waktu yang diperlukan untuk konsumsi bahan bakar Ne= daya yang
dihasilkan (kW)
2.6 Pemakaian Bahan Bakar Spesifik
Pemakain bahan bakar spesifk (specific fuel consumption) untuk motor
pesawat terbang diberi notsi “sfc”. Untuk motor piston maupun motor turbo prop,
yang dimaksud dengan sfc adalah beratnya bahan bakar yang bakar setiap jam
untuk menghasikan tenagakuda daya poros. Pemakain bahan bakar spesifik ini
dapat ditulis sebagai berikut:
Sfc = mf
P
Dimana :
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/jam.kW)
M f = jumlah bahan bakar persatuan waktu (kg/jam)
P = daya yang dihasilkan oleh mesin (HP)
2.7 Efisiensi Thermal Efektif
Efisiensi mesin menggambarkan tingkat efektifitas mesin bekerja. Secara alamiah
setiap proses memerlukan energi, menghasilkan kerja untuk melakukan proses,
kemudian ada energi yang harus dibuang. Seperti manusia yang harus makan untuk
melakukan aktivitas kerja, selanjutnya secara alamiah harus ada yang dibuang.
Apabila proses ini tidak berjalan semestinya, manusia dinyatakan dalam keadaan
sakit dan tidak dapat melakukan kerja. Dalam kondisi ini seandainya manusia adalah
mesin maka manusia dalam keadaan rusak. Konsep efisiensi menjelaskan bahwa
perbandingan antar energi berguna dengan energi yang masuk secara alamiah tidak
pernah mencapai 100%. Pada motor bakar ada beberapa definisi dari efisiensi yang
menggambarkan kondisi efektivitas mesin bekerja, yaitu:
a. Efisiensi termal
Efisiensi termal adalah konsep dasar dari efisiensi siklus ideal yang
didefinisikan perbandingan antara energi yang berguna dengan energi yang
masuk. Energi berguna adalah pengurangan antara energi masuk dengan energi
terbuang. Jadi efisiensi termal dirumuskan dengan persamaan :
h = Energi berguna
Energi masuk
b. Efisiensi termal indikator
Efisiensi termal indikator adalah efisiesi termal dari siklus aktual diagram
indikator. Energi berguna dari diagram indikator adalah kerja indikator dan energi
masuknya adalah energi dari proses pembakaran perkilogramnya. Perumusannya
adalah sebgai berikut:
Energi berguna daya indikator Ni
h= = =
Energi Masuk laju energi kalor masuk per kg Qm
Karena efisiensi termal indikator adalah pada siklus aktual maka fluidanya
adalah bahan bakar dengan udara, sehingga perhitungan energi adalah sebagai
berikut :
Qm = G f . Qc
hi = Ni / Qm
Dimana :
Ni = Daya indikator (watt)
Qm = laju kalor masuk per kg bahan bakar ( kcal/kg.jam)
G f = laju bahan bakar yang digunakan (kg/jam)
Qc = Nilai kalor bahan bakar per kcal/kg
2.8 Tekanan Efektif Rata-rata
Tekanan efektif rata-rata adalah besaran yang berkaitan dengan
pengoperasian motor bakar torak dan merupakan ukuran yang berharga kapasitas
mesin untuk melakukan pekerjaan yang independen dari perpindahan torak.

2.9 Laju Pemakaian Udara Ideal


Alat ukur ini digunakan untuk mengukur volume aliran udara yang masuk
radiator, maka debit aliran air dapat ditentukan :
Qa = Va / t
Maka laju massa aliran udara :
m a = pa . Q a
Dimana :
ma : laju massa aliran udaran ideal
pa : massa udara (kg/m3)
Qa : debit udara (m3/s)
2.10 Efisiensi Volumetrik
Efisiensi volumetrik adalah perbandingan antara volume muatan segar yang
masuk ke dalam silinder dengan volume langkahnya. Efisiensi volumetrik suatu
motor tidak akan mencapai 100%, tetapi hanya berkisar antara 65% sampai
dengan 85%. Semakin besar efisiensi volumetrik akan semakin besar tenaga yang
dihasilkan. Semakin banyak muatan udara segar yang masuk ke dalam
silinderakan semakin besar pula tekanan hasil pembakarannya. Untuk
meningkatkan efisiensi tersebut dapat dilakukan dengan cara membantu
pemasukan muatan udara segar dengan tekanan lebih.Apabila pemasukan udara
segar yang masuk ke dalam silinder dibantu dengan tekanan yang melebih satu
atmosfer maka besarnya efisiensi volumetrik dapat mencapai 100% .
Efisiensi volumetrik = Vi / VL . 100 %
Dimana :
Vi = Volume muatan udara segar yang masuk ke selinder
VL =Volume Langkah
2.11 Perbandingan Udara Dan Bahan Bakar
Perbandingan antara campuran udara dan bahan bakar dinyatakan dalam
bentuk volume atau berat dari bagian udara dan bahan bakar. Pada umumnya,
perbandingan antara udara dan bahan bakar dinyatakan berdasarkan berat udara
dan berat bahan bakar.
Perbandingan campuran udara dan bahan bakar juga dikenal dengan istilah
Air Fuel Ratio (AFR). Dalam teorinya, perbandingan ideal antara campuran udara
dan bahan bakar yang ditulis di dalam buku TOYOTA NEW STEP di bagian bab
3 (mesin) halaman 51 adalah 15 : 1, 15 untuk jumlah udara dan 1 untuk jumlah
bahan bakar. Namun sebenarnya perbandingan campuran udara dan bahan bakar
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi temperatur mesin, kecepatan mesin,
beban mesin dan kondisi-kondisi lainnya. Pada tabel di bawah ini diperlihatkan
perbandingan campuran udara dan bahan bakar yang dibutuhkan pada beberapa
kondisi tertentu.
Tabel 2. 1 perbandingan campuran udara dan bahan bakar yang dibutuhkan pada
beberapa kondisi tertentu.

Kondisi Kerja Mesin Perbandingan antara Udara dan


Bahan Bakar
o
Pada saat start temperatur 0 C Kira-kira 1 : 1
Pada saat start temperatur 20o C Kira-kira 5 : 1
Pada saat idle Kira – kira 11 : 1
Putaran lambat 12 – 13 : 1
Akselerasi Kira-kira 8 : 1
Putaran maksimum (beban penuh) 12 – 13 : 1
Putaran sedang (ekonomis) 16 – 18 : 1

2.12 Prinsip Kerja Brake Dinamometer dan Pengukurannya


Dinamometer merupakan suatu mesin elektro-mekanik yang digunakan
untuk mengukur torsi dan kecepatan dari tenaga yang diproduksi oleh suatu mesin
motor atau penggerak berputar lain. Meskipun banyak tipe-tipe dinamometer yang
digunakan, tetapi pada prinsipnya semua itu bekerja seperti dilukiskan dalam
gambar berikut :

Gambar 2. 16 Prinsip Kerja Dinamometer


Keterangan :
r : Jari-jari rotor (m)
W : Beban pengimbang (Kg)
f : Gaya kopel (N)
Prinsip kerjanya adalah : Rotor A diputarkan oleh sumber daya motor
yang diuji, dengan stator dalam keadaan setimbang. Bila dalam keadaan diam
maka ditambahkan sebuah beban pengimbang W yang dipasangkan pada lengan C
dan diengselkan pada stator B. Karena gesekan yang timbul, maka gaya yang
terjadi di dalam stator diukur dengan timbangan D dan penunjukannya merupakan
beban atau muatan dinamometer. Dalam satu poros, keliling rotor bergerak
sepanjang 2.π.r melawan gaya kopel f. Jadi tiap putaran adalah :
2.π.r.f
Momen luar yang dihasilkan dari pembacaan D dan lengan L harus
setimbang dengan momen putar yaitu
r x f , maka
r x f = D x L.
jika motor berputar dengan n putaran tiap menit , maka kerja per menit
harus sama dengan 2.π.D.L.n , harga ini merupakan suatu daya, karena menurut
definisi daya dibatasi oleh waktu, kecepatan putar dan kerja yang terjadi.
2.13 Prinsip Kerja Orifice Flowmeter dan Pengukurannya 
Orifice secara umum dapat dideskripsikan sebagai plat tipis dengan lubang
di dalamnya, yang biasanya peralatan ini dipasangkan dalam pipa. Orifice dapat
juga disebut saluran (conduit) dan hambatan (restriction) untuk membuat suatu
keadaan sehingga tekanan fluida dapat turun. Pasti pernah lihat jam pasir kan?
Jam pasir dengan bagian sempit di tengahnya juga termasuk orifice.
Nozzle, venturi, atau sebuah ujung lancip di dalam orifice dapat digunakan
sebagai penghambat aliran. Hal tersebut akan menyebabkan fenomena yang
disebut sebagai vena contracta. Apa itu vena contracta? Vena contracta adalah
titik pada aliran fluida di mana diameter aliran menjadi paling kecil, dan
kecepatan aliran fluida berada pada level maksimum
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Spesifikasi Motor Bakar

Alat uji motor bakar ini menggunakan mesin dengan spesifikasi mesin sebagai
berikut:
Kapasitas Silinder : 993 cc
Rasio kompresi : 9,5 :1
Daya maksimum : 34,59𝑘𝑊 /5600 rpm
Torsi maksimum : 75,5 Nm /3200 rpm

3.2 Instalasi Alat Uji

Gambar 3.1 Instalasi Alat Uji

Gambar 3.1 merupakan bagian-bagian alat uji, dimana bahan bakar pada
tangki (1) penampungan masuk menuju tabung ukur (11) kemudian dari tabung
ukur bahan bakar dialirkan menuju karburator (2) sebelum masuk ruang bakar
pada engine (5), waktu konsumsi bahan bakar diukur menggunakan stopwatch
sedangkan udara masuk ke karburator setelah melewati orifice plate (3) yang
dapat dilihat pada differensial manometer (4), pemberian beban pada mesin
dilakukan oleh disc brake (7) dengan cara menekan pedal rem (8) dimana tekanan
yang diberikan dapat dilihat pada pressure gauge (9), untuk mengukur kecepatan
putaran mesin menggunakan digital tachometer (10) yang diarahkan pada
profeller shaft (6).

3.3 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian dijelaskan pada poin-poin berikut berikut::


1. Memeriksa seluruh komponen mesin, dipastikan seluruh komponen dan
alat ukur berfungsi dengan baik
2. Menyiapkan stopwatch, pena, tachometer dan job sheet
3. Menempelkan skortlight pada drive shaft sebagai tanda untuk membaca
kecepatan putaran oleh tachometer
4. Mengisi bahan bakar pada gelas ukur dari tangki bahan bakar
5. Mesin dihidupkan selama beberapa menit dan menyetel mesin hidup pada
putaran 2200 rpm dalam keadaan idle dengan mengarahkan tachometer
pada skortlight.
6. Melakukan persiapan sebelum pengujian
7. Tachometer diarahkan pada skortlight dan pastikan putaran pada putaran
2200 rpm
8. Beri beban sebesar 0,25 kg/cm2 yang dapat dilihat pada pressure gauge
9. Pertahankan beban dan dalam waktu yang bersamaan ukur waktu
konsumsi 6 ml volume bahan bakar dengan stopwatch, ukur ketinggian
manometer dan ukur putaran mesin menggunakan tachometer
10. Catat data pada job sheet
11. Pengujian diulang dengan beban berikutnya sama seperti prosedur no.8
sampai no.10, namun beban 0,25 kg/cm2 pada prosedur no.8 terus
dinaikkan secara bertahap hingga mesin mati.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


Adapun data-data percobaan yang telah didapatkan dapat ditunjukkan pada
tabel berikut, serta data-data mesin dan alat uji.

No P (kg/m2) n (rpm) t (s) h (m)


1 2000 1960 8 0,02
2 4000 1848 11 0,021
3 6000 1831 12,31 0,021
4 8000 1771 13,1 0,02
5 10000 1690 13,41 0,02
6 12000 1649 14,28 0,02
7 14000 1567 14,4 0,02
8 16000 1480 15 0,021
9 18000 1391 15,2 0,021
10 20000 1382 14,64 0,021
11 22000 1287 14,66 0,02
12 24000 1260 13,65 0,02
13 26000 1176 13,4 0,02
14 28000 1091 12,38 0,02
15 30000 998 12,32 0,02
16 32000 890 11,39 0,019
17 34000 773 10,07 0,018

A. Data mesin dan alat uji


● Bore × stroke = 0,076 × 0,073 m
● Jarak piston rem terhadap pusat poros = 0,087 m
● Jari-jari dalam kampas rem (R1) = 0,064 m
● Jari-jari luar kampas rem (R2) = 0,11 m
● Luas permukaan kampas rem = 0,0050898 m2
● Koefisien gesekan (μ) = 0,5
● Diameter penampang orifice (d2) = 0,0222 m
● Diameter penampang pipa (d1) = 0,0633 m
● Nilai Cd orifice = 0,35
● Diameter luar piston pada disc brake = 0,0544 m
● Jumlah piston pada disc brake = 1 buah
● Sudut phi (Φ) = 65° = 1,134464 radian

B. Data lainya
● Massa jenis udara (ρud) = 1,1644 kg/m3
● Massa jenis minyak (ρoil) = 920 kg/m3
● Massa jenis bahan bakar (ρbb) = 753 kg/m3
● Niai kalor bahan bakar (LHVbb) = 44000 kJ/kg
● Volume bahan bakar (Vf) = 6 ml = 6 × 10-6 m3

4.2 Perhitungan Data


Dari data-data percobaan yang telah didapat, maka dapat digunakan untuk
menentukan parameter-parameter prestasi mesin tersebut. Adapaun salah satu
perhitungan yang dilakukan diambil berdasarkan titik pengujian No.1. Berikut
adalah perhitungan data parameter-parameter prestasi mesin berdasarkan titik
pengujian No.1.

1.Torsi (T)
Adapun torsi dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.

T =μ . F . K 1 . R m
dimana,
F=P . A

dengan data tekanan permukaan (P) dan luas penampang piston pada disc brake
(Adb), dengan
π . d2
Adb =
4
π . ( 0,0544 m )2
Adb =
4
Adb =0,002324275909m2

maka,
F=2000 kg /m2 .0,002324275909m 2
F=4,648551818 kg

kemudian dikalikan dengan gravitasi (g) untuk mendapatkan nilai gaya nya.

F=4,648551818 kg . 9,81 m/s 2


F=45,60229333 N

Selanjunya variabel K1 dapat ditentukan dengan persamaan

2Φ R .R
K 1=
3 sin
Φ
2
[
1− 1 2 2
( R1 + R 2 ) ]
maka,
2 . 1,134464 radian 0,064 m .0,11 m
K 1=
3 sin
1,134464 radian
2
[
× 1−
( 0,064 m+ 0,11 m )2 ]
K 1=1,407611935 × [ 0,7674725855 ]
K 1=1,08030357

Selanjutnya, variable Rm dapat ditentukan dengan persamaan

R1 + R2
Rm =
2
maka,
0,064 m+ 0,11 m
Rm =
2
Rm =0,087 m
Lalu kemudian, dengan koefisien gesek (μ) = 0,5 maka, nilai torsi (T) dapat
ditentukan yaitu
T =0,5 . 45,60229333 N .1,08030357 . 0,087 m
T =2,142997932 Nm

2.Daya Poros Efektif (Ne)


Adapun data poros efektif dapat ditentukan dengan persamaan (2.6) yaitu

2. π . n .T
N e=
60
maka,
2 . π .1960rpm . 2,142997932 Nm
N e=
60 s
N e =439,8518687 Nm /s
N e =439,8518687Watt

3.Konsumsi Bahan Bakar (ṁbb)


Adapaun konsumsi bahan bakar dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (2.7) yaitu
Vf
ṁ bb= . ρf
t
maka,
6 ×10−6 m 3 3
ṁ bb= . 753 kg /m
8s
ṁbb=0,00056475 kg /s

4.Pemakain Bahan Bakar Spesifik (Be)


Adapaun pemakaian bahan bakar spesifik dapat ditentukan menggunakan
persamaan (2.8) yaitu
ṁbb
Be =
Ne
maka,
0,00056475 kg /s
Be =
439,8518687 Watt
Be =0,000001283954986 kg /Nm

5.Efisiensi Termal Efektif (ηth,e)


Adapaun efisiensi termal efektif dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (2.9) yaitu
Ne
❑th, e =
ṁbb . LHV
maka,
439,8518687 Nm/s
❑th, e =
0,00056475 kg/s . 44,000 kJ /kg
❑th, e =0,0177
❑th, e =1,77 %

6.Tekanan Efektif Rata-Rata (MEP)


Adapaun tekanan efektif rata-rata dapat ditentukan dengan persamaan
(2.10) yaitu
Ne
MEP=
Vd. z.n.a

karena Vd tidak diketahui, maka kita tentukan dulu nilai variabel V d nya, yang
mana Vd merupakan volume langkah piston pada ruang bakar dengan persamaan

V d = Arb .l

dimana, Arb = luas penampang piston pada ruang bakar dan l = Langkah piston,
maka
π . ( 0,076 m )2
V d= . 0,073m
4
V d =0,00453645 m 2 . 0,073 m
V d =0,00033116085 m3

Karena motor bakar yang digunakan adalah motor bakar 4 langkah, maka nilai
MEP adalah
439,8518687 Nm /s
MEP=
0,00033116085 m 3 .1 . 1960rpm . 0,5
439,8518687 Nm/ s
MEP=

0,00033116085 m3 .1 . 1960× .0,5
60 s
MEP=12942,33864 N /m2
MEP=12,94233864 kPa

7.Laju Pemakaian Udara Ideal (ṁui)


Adapun laju pemakaian udara ideal dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (2.14) yaitu
ṁui =V d . z . n . a . ρu
maka,

ṁ ui=0,00033116085 m 3 .1960 × . 0,5 . 1,1644 kg /m3
60 s
ṁ ui=0,03957271 kg/ s

8.Efisiensi Volumetrik (ηv)


Adapun efisiensi volumetrik dapat ditentukan menggunakan persamaan
(2.15) yaitu
ṁa
❑v =
ṁui

karena laju pemakaian udara aktual (ṁa) belum diketahui, maka kita tentukan
dahulu nilainya dengan persamaan

ṁ a= ρu . m v

karena laju aliran udara volumetrik yang melewati oirifis belum diketahui, maka
kita tentukan dahulu nilainya dengan persamaan

π ( d 1 )2
mv= × vu
4
karena kecepatan aliran urada melewati orifis belum diketahui, maka kita tentukan
dahulu nilainya dengan persamaan

2g ∆h
vu =C d

maka,
√ (( ) )
A1 2
A2
−1

2 . 9,81 m/s2 . 0,02m

√(
vu =0,35 ×
2 2
π . ( 0,0633 m )
4
π . ( 0,022 m )
4
2
))−1

0,3924 m2 /s2
vu =0,35 ×
√ (7,13020453 )
vu =0,08210725816 m/s

maka, laju aliran udara volumetrik adalah

π ( 0,0633m )2
mv = × 0,08210725816 m/ s
4
m v =0,0002583918737m 3 /s

maka, pemakaian udara aktual adalah

ṁa=1,1644 kg/m3 .0,0002583918737 m3 /s


ṁ a=0,0003008714978kg /s

maka, efisiensi volumetrik nya adalah

0,0003008714978 kg/ s
❑v =
0,03957271 kg/ s
❑v =0,007603
❑v =0,7603 %

9.Perbandingan Udara dan Bahan Bakar (A/F)


Adapun perbandingan udara dan bahan bakar dapat ditentukan dengan
persamaan
A ṁa
=
F ṁf
maka,
A 0,0003008714978kg /s
=
F 0,00056475 kg/s
A
=0,5327516561
F
DAFTAR PUSTAKA

Wahid, M.A., 2005. Pemanfaatan Bio-Etanol Sebagai Bahan Bakar Kendaraan


Berbahan Bakar Premium, Jurnal
Prospek Pengembangan Bio-Fuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak Vol.2
No.2

Syahril, M., Untoro B.S., Leydon S., 2013. Pengaruh Variasi Unjuk Derajat
Pengapian Terhadap Kerja Mesin,
Jurnal Teknik Vol.3 No.1/APRIL2013. ISSN 2088-3676

Sadiq, Y.R., 2016. A Study on Influence of Ignition Timing on Performance and


Emission of Petrol Engine. Global
Jurnal For Research analysis Volume-5, Issue-2, Feb-2016. ISSN N0 2277-8160

Anda mungkin juga menyukai