Anda di halaman 1dari 13

JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND)

Vol. 16 No. yy, Februari 20xx


Diterbitkan oleh:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand)
ISSN (Print) : 1858-2133
ISSN (Online) : 2477-3484
http://jrs.ft.unand.ac.id

PENGARUH PENGGUNAAN ABU AMPAS


TEBU DAN KAPUR TERHADAP
KARAKTERISTIK TANAH GAMBUT
DIOSI RAMADANI*, ELLY TRI PUJIASTUTIE, SAZUATMO3
1
Teknik Sipil, Teknik,Universitas prof,Dr. Hazairin, SH Bengkulu , Kota Bengkulu,Provinsi Bengkulu (email)
2
Teknik Sipil, Teknik,Universitas prof,Dr. Hazairin, SH Bengkulu , Kota Bengkulu,Provinsi Bengkulu (email)
3
Teknik Sipil, Teknik,Universitas prof,Dr. Hazairin, SH Bengkulu , Kota Bengkulu,Provinsi Bengkulu (email)
*
Corresponding Author : email penulis

Naskah diterima : xx Desember 20XX. Disetujui: yy Januari 20YY. Diterbitkan : zz Februari 20ZZ (biarkan bagian ini, akan diisi oleh
editor)

ABSTRAK

Tanah gambut merupakan tanah organik yang terentuk akibat pelapukan tumbuhan yang tergenag
air di daerah tropis. mempunyai sifat yang tidan menguntungkan bagi konstruksi. Hal ini karena
daya dukung dan nilai CBR yang rendah. Yang memiliki angaka pori dan kadar air tinggi. Banyak
cara untuk mengstabilitaskan tanah Gambut yang bisa dimanfaatkan daya dukung yang standar an
mengurangi sifat yang kurang baik dari tanh tersebut. Campuran Abu Ampas Tebu dan Kapur
dapat menutupi rongga pori pada tanah sehingga dapat meningkatkan daya dukung tanah.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari pengaruh dari Abu Ampas Tebu dan Kapur dengan
beberapa pariasi persentase. Dari hasil pengujian dari penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur
terhadap tanah gambut dapat menaikkan nila CBR dimana Pada campuran tertinggi ialah pada
persentase Abu Ampas Tebu 10% + Kapur 10 % dengan nilai CBR mencapai angka 12,43% dan
juga perbandingan antara Abu Ampas Tebu dan Kapur yang memiliki nilai CBR yang lebih unggul
ialah campuran Antara Tanah Gambut + Kapur daripada Tanah Gambut + Abu Ampas Tebu.

Kata kunci : Tanah, Gambut, Abu Ampas Tebu, Kapur, CBR,

DOI : 10.25077/jrs.16.1.xx-xx.20yy 1
Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut

1. PENDAHULUAN

Luas wilayah di daerah Bengkulu ialah sekitar kurang lebih 2 juta hektar dimana 0,9 juta hektar
berupa hutan dan 0,008 juta hektar adalah lahan gambut (INCAS). Menurut kementrian lingkungan
hidup tanah gambut sebagai tanah hasil pemupukan tanah organik melalui produksi biomassa hutan
hujan tropis (PerMen LH No.7/2006). Dan menurut kementrian kehutanan definisi gambut ialah
suatu pormasi pohon-pohon yang tumbuh pada kawasan yang terbentuk oleh sisa bahan organik
yang tertimbun dalam waktu lama (Peraturan Mentri Kehutanan No.P69/Mehut-II/2011). Secara
alamiah tanah gambut mempunyai kadar air yang tinggi, tekstur tanah yang banyak mengandung
air menyebakan sifat mekanis gambut kurang cocok (mampu) untuk memikul beban yang berat.
Padahal tanah merupakan material dasar yang sangat penting dalam suatu konstruksi, sebab pada
tanah semua konstruksi bertumpu. Tanah sebagai dasar perletakan suatu struktur harus mempunyai
sifat dan daya dukung yang baik, karena kekuatan suatu struktur secara langsung akan dipengaruhi
oleh kemampuan tanah dasar dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja. Tidak semua
tanah yang ada di alam ini mempunyai sifat dan daya dukung yang baik. Beberapa lokasi sering
dijumpai tanah yang kurang baik.
Dibidang ilmu teknik sipil, kemungkinan pemanfaatan tanah gambut sebagai bahan konstruksi
teknik banyak dirintis. Berbagai penelitian dilakukan terhadap kemungkinan dimanfaatkannya
tanah gambut sebagai bagian material atas. Diantaranya : Pengaruh penambahan abu ampas tebu
dan kapur pada tanah ekspansif di Bojonegoro terhadap nilai CBR, Swelling dan durabilitas
(Sofyan Sauri, dkk,), Stabilitas tanah gambut menggunakan campuran serbuk bata merah ditinjau
dari pengujian CBR (Deki Technical, 2016), stabilitas tanah gambut rawapening dengan
menggunakan campuran portland cement dan gypsum sintetis (CaSO42H2O) ditinjau dari
california bearing ration CBR (Untoro Nugroho, 2008), Mengigat luasnya lahan gambut yang
berada di provinsi Bengkulu, maka hal ini sangat mempengaruhi pemerataan pembangunan di
provinsi Bengkulu. Dalam hal ini stabilitas tanah gambut untuk kepentingan pembangunan yang
sesuai dengan standarisasi tanah di indonesia.

1.1. Tinjauan Pustaka


Tanah Gambut
Tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbu-tumbuhan di daratan rendah
yang selalu tergenang air, akibatnya tanah gambut mempunyai kandungan organik lebih dari 75%
(ASTM, 1992: Harwadi & Mochtar, NE.,2010 :Yulianto & Mochtar, NE., 2014). Tanah gambut di
bedakan menjadi dua jenis yaitu tanah gambut berserat dan tidak berserat (MacFarlane, 1959).
jenis gambut berdasarkan kedalamannya:
a. Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 50-100 cm.

2 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Diosi Ramadani, Elly Tri Pujiastutie, Sazuatmo

b. Lahan gambut sedang, dengan ketebalan gambut 100-200 cm.


c. Lahan gambut dalam, dengan ketebalan gambut 200-300 cm.
d. Lahan gambut sangat dalam, dengan ketebalan gambut lebih dari 300 cm.
Adapun karakteristik tanah gambut yang membedakan dengan tanah mineral umunnya, antara lain:
a. Mudah mengalami kering tak balik (irreversible drying)
b. Mudah ambles (subsidence)
c. Rendahnya berat isi dan daya dukung (bearingcapacity) lahan terhadap tekanan
d. Tingginya kemampuan menyimpan air
e. Tingginya kandungan bahan organik dan karbon
f. Rendahnya kandungan hara dan kesuburannya

Abu Ampas Tebu


Ampas tebu adalah b8ahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya
pada industri pada pemanpaatan pati tebu. Abu ampas tebu memiliki kandungan (SiO 2 ) silika yang
cukup besar yaitu 50,36 sehinga abu ampas tebu berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika
gel. Adapun komposisi kimia dari ampas tebu terdiri dari beberapa senyawa yang dapatdilihat pada
tabel 2.1 berikut:
Tabel 1 kandungan kimi abu ampas tebu
Senyawa kimia Jumlah %
SiO2 50,36
K2O 19,34
CaO 8,81
TiO2 0,26
P2O5 0,51
MnO 0,68
FeO3 18,78
Sumber : UIN, 2007

Kapur (CaCo3)
Batu kapur (bahasa inggris: limestone) (CaCo3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral
calcite (kalsium carbonat). Sumber utama calcite ini adalah organisme laut. Biasannya kapur relatif
terbentuk di laut dalam dengan kondisi bebatuan yang mengandung lempeng kalsium plates
(coccliths) yang terbentuk oleh mokroorganisme cocolithophores Ca(OH)2). Ketika kapur mineral
lempung bereaksi, maka akan membentuk gel yang kuat dan keras yaitu kalsium silikat yang dapat

Vol. yy No. xx, Oktober 2020 | 3


Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut

melapisi dan mengikat partikel gambut serta menutup pori-pori tanah sehingga dapat memperkecil
indeks plastisitas tanah.
Jenis-jenis kapur terdiri dari: kapur tohor/ quick lime Kapur hydrated/ hydratedlyme
Pemadatan
Pemadatan adalah suatu usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan memakai energi
mekanise untuk menghasilkan pemampaatan partikel. Ukuran, bentuk palu, jumlah tumbukan,
jumlah lapis dan volume acuan telah dispesipikasikan dalam percobaan standar oleh ASTM dan
AASHTO. Spesipikasi oleh ASTM ditunjukkan dengan tabeldibawah ini.

1.2. Landasan Teori


Stabilitas tanah adalah usaha untuk meningkatkan stabilitas dan kapasitas daya dukung tanah.
Apabilah tanah terdapat dilapangan bersifat sangat lepas dan sangat mudah tertekan, atau apabila
mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai, permeabilitas yang terlalu tinggi,atau sifat lan
yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk suatu proyek pembangunan, maka tanah tersebut
harus distabilitaskan (Bowles, 1948).
Stabilitas tanah
Adapun tujuan dari stabilitas tanah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kerapatan tanh
2) Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi atau tahanan gesek yang
timbul.
3) Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan kimiawi atau fisis padah atanah.
4) Menurunkan muka air tanah.
5) Mengubah tanah yanag buruk.

2. METODA PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan metode eksperimen, dengan melakukan pengujian untuk memperoleh
data, data hasil pengujian tersebut akan diolah hingga mendapatkan hasil berupa nilai-nilai
parameter dari pengujian dari berbagai syarat dan pengujian yang ada.
1. Tahap pengujian
a. Pengujian kadar air.
b. Pengujian berat jenis.
c. P8engujian batas cair.
d. Penguj8ian batas plastis.
e. Pengujian nilai CBR (California Bearing Ration).
Adapun tahapaan percobaan yang dilaksanakan dalam proses penelitian ialah sebagai berikut:

4 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Diosi Ramadani, Elly Tri Pujiastutie, Sazuatmo

a. Pemeriksaan kadar air tanah


Kadar air adalah air yang terkandung dalam tanah. Nilai kadar air dinyatakan dengan persen.
Bertujuan untuk menentukan kandungan air yang ada didalam tanah.
Langkah-langkah pelaksanaan pengujian
1. Siapkan 2 buah cawan kemudian bersihkan
2. Masukkan sampel yang telah di siapkan kedalan masing-masing cawan kemudian timbang
cawan + sampel.
3. oven yang suhunya diukur 100 celcius selama ± 24 jam.
4. keluarkan dari oven Kemudian timbang kembali cawan dan tanah kering yang sudah
dingin.
5. Setelah itu baru menghitung kadar air benda uji dengan rumus.
W 2−W 3
W¿ x 100 %................................................................................................................
W 3−W 1
(1)
b. Pengujian Berat Jenis Tanah
Langkah-langkah pengujian
1. Timbang pycnometer yang akan di pakai diberi penomoran atau tanda (W1).
2. Kemudian masukkan tanah dengan berat kurang lebih 10 garm dan timbang (W 2).
Selanjutnya tambahkan air sampai 2/3 bagian.
3. Miringkan kemudian goyang-goyangkan supaya udara yang terperangkap bisa keluar.
Tambahkan air suling dan dinginkan pada suhu konstan.
4. Selanjutnya tambahkan air sampai penuh dan tutup serta keringkan bagian luarnya dengan
menggunakan lap dan timbang (W3)
5. Bersihkan pynometer dan isi dengan air, tutup serta keringkan permukaan dengan lapdan
timbang (W4). Seanyak 2 kali percoaan. Rumus berat jenis:
W 2−W 1
Gs = …………………………………………………………………........(2)
¿¿

c. Pengujian Batas Cair


Adapun langkah-langkah dalam percobaa batas cair ialah.
1. Mengambil tanah yang lolos saringan dengan No. 4.8
2. Kemudian meletakkan tanah kedalam cawan porselin dan ditumbuk menggunakan
penumbuk karet diberi air suling dan diaduk sampai memiliki komposisi dan sifat yang
sama (homogen).
3. Ambil sebagian dari contoh tanah kemudian memasukkanya dalam magkuk Casagrade
dipotong dengan Groving tool dengan posisi tegak lurus, sehingga didapat jalur tengah.
Vol. yy No. xx, Oktober 2020 | 5
Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut

4. Memutar cassagrade sehingga cawan cassagrade akan terangkat dan turun dengan
kecepatan 2 putaran / detik dan memberhentikan pemutaran pada cassagrade jika alur
sudah tertutup sepanjang ± 1,25 cm.
5. Menghitung berapa ketukan yang dibutuhkan. 20 - 50 ketukan.
6. Mengambil contoh tanah tersebut sebagian untuk diperiksa kadar airnya.
7. Tanah pada bagian yang merapat kemudian dimasukkan kedalam cawan yang telah
ditimbang kemudian dimasukkan kedalam oven dengan waktu 24 jam pada suhu (105-110 0
C). pengamilan tanah sudah di open.
8. Setelah itu baru lakukan penimbangan.
LL = WN¿)0.121……………………………………………………………………….......(3)
d. Pengujian Batas Plasti
Batas plastis merupakan suatu keadaan antara plastis dan semi plastis  dimana tanah akan
retak-retak apabila tanah tersebut digulung seperti lidi dengan ukuran ± 3 mm
Prosedur percobaan8
1. Ambil benda uji yang dipersiapkan sebelumya yang lolos saringan No. 40
2. Letakkan pada magkuk pengaduk, lakukan pengadukan dengan menambahkan air suling
sedikit demi sediki,aduk sehingga kadar air merata.
3. Setelah didapat campuran yang merata, tanah tersebut di giling dengan tangan di atas pelat
kaca dengan menggunakan ujung jari-jari tangan sampai diameternya kira-kira 1/8 inc
(3mm) sampai memiliki keretakan.
4. Tanah dimasukkan kedalam cawan masing-masing cawan memiliki 5 buah gulungan tanah
kemudian ketiga cawan yang berisi gulingan tanah dimasukkan kedalam oven ±24 jam
pada suhu (105-1100 C).
5. Angakat dari open kemudian timbang.
6. Harga rata-rata air dari percobaan tersebut adalah batas plastisnya.

W 2−W 3
PL= x 100 %............................................................................................................
W 3−W 1
.(4)

e. Pengujian Nilai CBR (California Bearing Ratio)8


Pengujian CBR dilakukan untuk mengukur tahanan penetrasi tanah dan membandingkannya
dengan nilai standar yang diproleh dari pengujian CBR pada Tanah pecah. Bergantung pada
keperluannya, uji CBR dilakukan baik di laboratorium maupun dilapangan. Pengujian CBR
(California Bearning ratio) di laboratorium dilakukan pada benda uji tanah yang akan
digunakan di lapangan. Benda uji material tertentu yang dipadatkan diuji dalam mould CBR
(California Bearning ratio) untuk menetukan nilai CBR-nya. Uji CBR lapangan dilakukan

6 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Diosi Ramadani, Elly Tri Pujiastutie, Sazuatmo

untuk menentukan nilai CBR di area proyek pada tanah asli atau tanah padat yang telah
dipadatkan. Dalam praktek uji CBR (California Bearning ratio) telah banyak digunakan untuk
bermacam-macam tanah dari mulai Gambut sampai krikil halus.

Tahap percobaan:
1. Siapkan silinder dan talam sebanyak 2 buah, setiap talam dan silinder diberi nomor atau
tanda supaya bias di bedakan.
2. Timbang sampel untuk 5 pengujian CBR sesuai dengan persentase penambanhan abu
ampas tebu sesuai dengan yang akan ditelitih.
3. Tahap selanjutnya ialah campurkan air pada sampel
4. Selanjutnya masukkan ke dalam silinder kemudian tumbuk sampel sebanyak 25 tumbukan
perlapis sampel sebanyak 3 lapis.
5. Selanjutnya pada lapis ke 3, sebelumnya pasang dulu cincin pada mold supaya tanah tidak
tumpah saat penumbukan dengan penumbukan yang sama yaitu sebanyak 25 kali dengan
cara yang sama.
6. Kemudian lepaskan cincin pada mold, kemudian ratakan permukaan sampel meggunakan
mistar besi.
7. Letakkan sampel pada alat CBR, beri beban kemudian setel alat CBR ke 0 ketika sampel
terpasang engkol CBR diputar sampai cd-r samapi cd-rw sedikit bergerak dan hentikan
baca.
8. Setelah uji CBR ambil sampel yang telah di uji untuk selanjutnya masukkan ke dalam oven
selama kurang lebih 24 jam setelah itu timbang kembali.
Beban Terkorelasi
CBR= x 100 ………………………………………………………………
Beban Standar
…(5)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian di laboratorim tentang tanah gambut diperoleh ha8sil yang tercantum dalam
tabel masing-masing tahapan penelitian berikut:
3.1. Uji Berat Jenis
Pada pengujian ini didapat hasil dengan nilai seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Berat Jenis Tanah
No Campuran Berat Jenis Tanah
1 Tanah Asli 0.985
2 Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 5 % Kapur 1.373
3 Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 7.5 % Kapur 1.292
4 Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 10 % Kapur 1.383
Vol. yy No. xx, Oktober 2020 | 7
Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut

5 Tanah Asli + 5 % Abu Ampas tebu + 0 % Kapur 1.190


6 Tanah Asli + 5 % Abu Ampas tebu + 5 % Kapur 1.040
7 Tanah Asli + 5 % Abu Ampas tebu + 10 % Kapur 1.023
8 Tanah Asli + 10 % Abu Ampas tebu + 0 % Kapur 1.06
9 Tanah Asli + 10 % Abu Ampas tebu + 5 % Kapur 1.626
10 Tanah Asli + 10 % Abu Ampas tebu + 10 % Kapur 1.478

3.2. Pengujian Batas – Batas Atterberg


Pada penelitian pengujian batas batas Atterberg ini terdiri dari 2 pengujian yaitu pengujian
batas cair dan batas plastis. Pada pengujian batas cair menggunakan 5 sampel dan pada pengujian
batas plastis menggunakan 5 sampel pengujian dari masing-masing persentase.
Berdasarkan pengujian batas-batas atterberg yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti yang
tertera di table 3.

Table 3. Batas-batas Atterberg


Batas Batas Indeks
Cair Plastis Plastis
Campuran
(LL) (BP) (IP)
% % %
Tanah Asli 90 20.26 13.74
Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 5 % Kapur 89 35.69 2731
Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 7.5 % Kapur 78 33,35 19,65
Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 10 % Kapur 139 35,11 15,89
Tanah Asli + 5 % Abu Ampas tebu + 0 % Kapur 144 35,11 15, 89
Tanah Asli + 5 % Abu Ampas tebu + 5 % Kapur 124 44,36 9,64
Tanah Asli + 5 % Abu Ampas tebu + 10 % Kapur 150 29,59 24,41
Tanah Asli + 10 % Abu Ampas tebu + 0 % Kapur 83 33,35 19,65
Tanah Asli + 10 % Abu Ampas tebu + 5 % Kapur 94 40,26 13,74
Tanah Asli + 10 % Abu Ampas tebu + 10 % Kapur 83 35,69 27,31

3.3. Uji CBR Laboratorium

CBR adalah nilai perbandingan antara tekanan yang diperlukan untuk menembus tanah dengan
piston berpenampangan bulat seluas 3 inci 2 dengan kecepatan penetrasi 0,05 inci/menit terhadap
tekanan yang diperlukan untuk menembus suatu bahan standard tertentu. Untuk menentukan nilai

8 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Diosi Ramadani, Elly Tri Pujiastutie, Sazuatmo

CBR dari berbagai penetrasi digunakn nilai penetrasi 0,1 dan nilai penetrasi 0,2 dari nilai penetrasi
ini ditentukan nilai terbesar sebagai nilai CBR dari tanah.

Pada pengujian CBR pengujian dilakukan pada masing-masing variasi campuran abu ampas tebu
dan kapur Dimana hasil pengujian CBR dapat dilihat pasa table 4.

Table 4. Nilai CBR Terhadap Campuran Abu Cangkang Sawit Dengan Tanah Lempung
CBR
Campuran Penetrasi Nilai CBR
(inchi) (%)
0,1 6,17
Tanah Asli
0,2 6,92
0,1 6,64
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 0% Kapur
0,2 6,70
0,1 7,31
Tanah Asli + 0% Abu Ampas tebu + 7.5% Kapur
0,2 7,23
0,1 7,69
Tanah Asli + 0% Abu Ampas tebu + 10% Kapur
0,2 7,83
0,1 8,25
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 0% Kapur
0,2 8,21
0,1 8,83
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 5% Kapur
0,2 8,89
0,1 9,41
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 10% Kapur
0,2 9,14
0,1 10,53
Tanah Asli + 10% Abu Ampas tebu + 0% Kapur
0,2 10,33
0,1 11,41
Tanah Asli + 10% Abu Ampas tebu + 5% Kapur
0,2 11,19
0,1 12,21
Tanah Asli + 10% Abu Ampas tebu + 10% Kapur
0,2 12,14

3.4. Analisis Tanah Asli


Dari hasil penelitian, di peroleh karakteristik tanah asli dapat dilihat dalam table 4 di bawah ini :
Table 4. Karakteristik tanah asli
Vol. yy No. xx, Oktober 2020 | 9
Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut

Nama Pengujian Hasil Pengujian


Berat Jenis 0,985
Batas-batas Atterberg
1. Batas Cair 90 %
2. Batas Plastis 20,26 %
3. Indeks Plastis 13,74 %
CBR 12,14 %
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diketahui sifat-sifat konsistensi tanah asli
yaitu dengan indeks plastis diatas 20,26% dan nilai batas cair dibawah 13,74% maka tanah tersebut
dalam kelompok A-2, dalam hal ini tanah dapat dikatagorikan sebagai tanah Gambut dengan
gradasi baik.

3.5. Analisis Batas Cair, Batas Plastis, dan Indeks Plastis


Pengujian Batas-batas attebeg dilakukan dengan campuran tanah gambut, Abu Ampas Tebu dan
Kapur. Meliputi batas cair dan batas plastis batas cair merupakan kadar air tanah pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis, kemudiann untuk mendapatkan nilai indeks plastis untuk itu hasil
dari pemeriksaannya seperti yang tertera pada grapik di bawah ini:

160.00%
140.00%
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
A0K0 A0K5 A0K7.5 A0K10 A5K0 A5K5 A5K10 A10K0 A10K5 A10K10
Gambar 1. Grafik hubungan antara batas-batas atterberg terhadap
variasi campuran

Untuk itu dapat disimpulkan berdasarkan garafik di atas bahwa pada batas cair mengalami
penurunan yang signifikan karena mengigat sifat tanah gambut yang menyimpan unsur air dan
kenaikan pada penambahan campuran A5+K10.

10 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Diosi Ramadani, Elly Tri Pujiastutie, Sazuatmo

3.6. Analisis Nilai CBR

Nilai CBR dikembangkan untuk mengukur kapasitas daya dukung atau stabilitas tanah beban
tanah yang digunakan sebagai pondasi suatu bangunan atau jalan.untuk itu semakin keras suatu
material, semakin tinggi ranting CBR. Pada pengujian masing-masing campuran antara abu ampas
tebu dan kapur dilakukan sehingga menghasilkan hasil nilai CBR yang dapat dilihat pada grafik 2
di bawah ini.

18
CBR Pada Penetrasi 0,1
16
14 12.433
11.413
12
8.825 9.410
10 7.690 8.245
8 6.165 6.635 7.310 7.310
6
4
2
0
A0K0 A0K5 A0K7,5 A0K10 A5K0 A10K0 A5K5 A10K0 A10K5 A10K10

Gambar 1. Grafik CBR pada penetrasi 0,1

Hubungan antara penamahan abu amaps tebu dan Kapur, dari gambar 2 diatas dapat menunjukkan
bahwa penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur menaikkan nilai CBR pada tanah Gambut dan
juga memberikan perbandingan antara CBR antara Tanah Gambut + Abu Ampas Tebu dan Tanah
Gambut + Kapur yang dihasilkan bahwa nilai CBR dengan hasil penambahan Kapur lebih tinggi
daripada Abu Ampas Tebu, penambahan Abu Ampas Tebu mengandung silika unsur (SiO2),
Aluminium (Al2O3), dan ferrit (Fe2O3) yang cukup tinggi jika di bakar dapat dimanfaatkan
sebagai bahan stabilitas tanah. yang memiliki sifat mengikat air sehingga jika bercampur dengan
kapur tidak mengalami kering tak balik.

4. KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Sebagai bagian terakhir dari penulisan jurnak ini, maka kesimpulan yang disampaikan tersebut di
dasarkan pada hasil analisa data yang dilakukan sebelumnya. Dari penelitian dan pembahasan hasil
penelitian maka dapat ditarik simpulan bahwa

Vol. yy No. xx, Oktober 2020 | 11


Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut

1. Tanah Gambut di daerah Pulau Kumayang Bengkulu merupakan jenis tanah gambut yang
berserat kasar karena terlihat dari struktur tanahnya dan daerahnya ialah daera rawa memiliki
kadar serat yang tinggi
2. Stabilitas tanah gambut dengan menggunakan abu ampas tebu dan kapur, pada pencampuran
abu kapur dan tanah gambut lebih dominan stabilitasnya dibandingkan abu ampas tebu yaitu
persentase kapur 10% memiliki nilai CBR 8,83 dan persentase abu ampas tebu 10%
menghasilkan nilai CBR 7,31.
3. Hasil penelitian dari penambahan Abu dan Kapur meningkatkan nilai CBR, Nilai CBR
mengalami kenaikan dan mencapai nilai maksimum pada kadar abu ampas tebu 10 + kapur 10
dengan nilai CBR sebesar 12,43

4.2. Saran
Adapun saran yang perlu diperhatikn dalam penelitian ini ialah yang bisa menjadi acuan stabilitas
selanjutnya ialah
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menyertakan reaksi kimia antara Abu Ampas
Tebu dan Kapur dengan Tanah Gambut lain.
2. Perlu dilakukan lebih lanjut tentang stabilitas tanah gambut di derah bengkulu karena mengigat
banyak terdapat rawa gambut.

DAFTAR PUSTAKA
Afief Ma, M., Estu Yulianto, F., & Kalimantan Selatan, B. (2016). Prosiding Seminar Nasional Geoteknik
2016 PS S1 Teknik Sipil Unlam. 978–602.
Christady., H. H. (1992). mekanika tanah I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
hardiyanto christady hary. (1992). mekanika tanah 1. jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Joseph, B. (1984). sifat-sifat fisis dan geotekstil tanah (mekanika tanah). edisi kedu.
Munizzi, J. S. (2013). PERATURAN MENTRI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. 2012, 1–4.
Putri, A. T., Winarto, S., & Ridwan, A. (2020). Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu & Arang Batok
Kelapa Terhadap Stabilisasi Daya Dukung Tanah. Jurnal Manajemen Teknologi & Teknik Sipil, 3(1),
119. https://doi.org/10.30737/jurmateks.v3i1.897
Toni, A., Wibisono, G., Jurusan, M., Sipil, T., Riau, U., Jurusan, D., Sipil, T., Riau, U., Jurusan, D., Sipil, T.,
& Riau, U. (2017). Stabilisasi Tanah Gambut Dengan Kapur Dan Abu Terbang Untuk Mengurangi
Kebakaran Lahan. Jom FTEKNIK, 4(1), 1–7.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFTEKNIK/article/view/14687
Verhoef, P. N. . (1994). Geologi Untuk Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.
wahyu nugroho, ardiyanto, & Yassir, I. (2017). Kebijakan Penilaian Keberhasilan Reklamasi Lahan Pasca-
Tambang Batubara Di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 14(2), 121–136.
https://doi.org/10.20886/jakk.2017.14.2.121-136
Mawardi, Dkk. 2016. “Nilai CBR Pada Stabilisasi Tanah Dengan Semen.” Jurnal inersia 8(2).
Nugroho, Untoro, Jurusan Teknik Sipil, and Fakultas Teknik. “MENGGUNAKAN CAMPURAN

12 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Diosi Ramadani, Elly Tri Pujiastutie, Sazuatmo

PORTLAND CEMENT DAN GYPSUM SINTESIS ( CaSO42H2O ) DITINJAU DARI NILAI


CALIFORNIA BEARING RATIO ( CBR ).” : 161–70.
Sauri, Sopyan, Rachmansyah, and Zaikal Yulvi. “Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Dan Kapur Pada
Tanah Ekspansif Di Bojonegoro Terhadap Nilai CBR, Swelling Dan Durabilitas.” Universitas
Brawijaya.
Yudhistira, Hasan. 2014. “Analisis Pengaruh Substitusi Abu Tandan Sawit Dan Gypsum Terhadap CBR
Pada Tanah Lempung Lunak.” Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan 2(2): 264–71.

Vol. yy No. xx, Oktober 2020 | 13

Anda mungkin juga menyukai