Naskah diterima : xx Desember 20XX. Disetujui: yy Januari 20YY. Diterbitkan : zz Februari 20ZZ (biarkan bagian ini, akan diisi oleh
editor)
ABSTRAK
Tanah gambut merupakan tanah organik yang terentuk akibat pelapukan tumbuhan yang tergenag
air di daerah tropis. mempunyai sifat yang tidan menguntungkan bagi konstruksi. Hal ini karena
daya dukung dan nilai CBR yang rendah. Yang memiliki angaka pori dan kadar air tinggi. Banyak
cara untuk mengstabilitaskan tanah Gambut yang bisa dimanfaatkan daya dukung yang standar an
mengurangi sifat yang kurang baik dari tanh tersebut. Campuran Abu Ampas Tebu dan Kapur
dapat menutupi rongga pori pada tanah sehingga dapat meningkatkan daya dukung tanah.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari pengaruh dari Abu Ampas Tebu dan Kapur dengan
beberapa pariasi persentase. Dari hasil pengujian dari penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur
terhadap tanah gambut dapat menaikkan nila CBR dimana Pada campuran tertinggi ialah pada
persentase Abu Ampas Tebu 10% + Kapur 10 % dengan nilai CBR mencapai angka 12,43% dan
juga perbandingan antara Abu Ampas Tebu dan Kapur yang memiliki nilai CBR yang lebih unggul
ialah campuran Antara Tanah Gambut + Kapur daripada Tanah Gambut + Abu Ampas Tebu.
DOI : 10.25077/jrs.16.1.xx-xx.20yy 1
Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut
1. PENDAHULUAN
Luas wilayah di daerah Bengkulu ialah sekitar kurang lebih 2 juta hektar dimana 0,9 juta hektar
berupa hutan dan 0,008 juta hektar adalah lahan gambut (INCAS). Menurut kementrian lingkungan
hidup tanah gambut sebagai tanah hasil pemupukan tanah organik melalui produksi biomassa hutan
hujan tropis (PerMen LH No.7/2006). Dan menurut kementrian kehutanan definisi gambut ialah
suatu pormasi pohon-pohon yang tumbuh pada kawasan yang terbentuk oleh sisa bahan organik
yang tertimbun dalam waktu lama (Peraturan Mentri Kehutanan No.P69/Mehut-II/2011). Secara
alamiah tanah gambut mempunyai kadar air yang tinggi, tekstur tanah yang banyak mengandung
air menyebakan sifat mekanis gambut kurang cocok (mampu) untuk memikul beban yang berat.
Padahal tanah merupakan material dasar yang sangat penting dalam suatu konstruksi, sebab pada
tanah semua konstruksi bertumpu. Tanah sebagai dasar perletakan suatu struktur harus mempunyai
sifat dan daya dukung yang baik, karena kekuatan suatu struktur secara langsung akan dipengaruhi
oleh kemampuan tanah dasar dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja. Tidak semua
tanah yang ada di alam ini mempunyai sifat dan daya dukung yang baik. Beberapa lokasi sering
dijumpai tanah yang kurang baik.
Dibidang ilmu teknik sipil, kemungkinan pemanfaatan tanah gambut sebagai bahan konstruksi
teknik banyak dirintis. Berbagai penelitian dilakukan terhadap kemungkinan dimanfaatkannya
tanah gambut sebagai bagian material atas. Diantaranya : Pengaruh penambahan abu ampas tebu
dan kapur pada tanah ekspansif di Bojonegoro terhadap nilai CBR, Swelling dan durabilitas
(Sofyan Sauri, dkk,), Stabilitas tanah gambut menggunakan campuran serbuk bata merah ditinjau
dari pengujian CBR (Deki Technical, 2016), stabilitas tanah gambut rawapening dengan
menggunakan campuran portland cement dan gypsum sintetis (CaSO42H2O) ditinjau dari
california bearing ration CBR (Untoro Nugroho, 2008), Mengigat luasnya lahan gambut yang
berada di provinsi Bengkulu, maka hal ini sangat mempengaruhi pemerataan pembangunan di
provinsi Bengkulu. Dalam hal ini stabilitas tanah gambut untuk kepentingan pembangunan yang
sesuai dengan standarisasi tanah di indonesia.
Kapur (CaCo3)
Batu kapur (bahasa inggris: limestone) (CaCo3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral
calcite (kalsium carbonat). Sumber utama calcite ini adalah organisme laut. Biasannya kapur relatif
terbentuk di laut dalam dengan kondisi bebatuan yang mengandung lempeng kalsium plates
(coccliths) yang terbentuk oleh mokroorganisme cocolithophores Ca(OH)2). Ketika kapur mineral
lempung bereaksi, maka akan membentuk gel yang kuat dan keras yaitu kalsium silikat yang dapat
melapisi dan mengikat partikel gambut serta menutup pori-pori tanah sehingga dapat memperkecil
indeks plastisitas tanah.
Jenis-jenis kapur terdiri dari: kapur tohor/ quick lime Kapur hydrated/ hydratedlyme
Pemadatan
Pemadatan adalah suatu usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan memakai energi
mekanise untuk menghasilkan pemampaatan partikel. Ukuran, bentuk palu, jumlah tumbukan,
jumlah lapis dan volume acuan telah dispesipikasikan dalam percobaan standar oleh ASTM dan
AASHTO. Spesipikasi oleh ASTM ditunjukkan dengan tabeldibawah ini.
2. METODA PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan metode eksperimen, dengan melakukan pengujian untuk memperoleh
data, data hasil pengujian tersebut akan diolah hingga mendapatkan hasil berupa nilai-nilai
parameter dari pengujian dari berbagai syarat dan pengujian yang ada.
1. Tahap pengujian
a. Pengujian kadar air.
b. Pengujian berat jenis.
c. P8engujian batas cair.
d. Penguj8ian batas plastis.
e. Pengujian nilai CBR (California Bearing Ration).
Adapun tahapaan percobaan yang dilaksanakan dalam proses penelitian ialah sebagai berikut:
4. Memutar cassagrade sehingga cawan cassagrade akan terangkat dan turun dengan
kecepatan 2 putaran / detik dan memberhentikan pemutaran pada cassagrade jika alur
sudah tertutup sepanjang ± 1,25 cm.
5. Menghitung berapa ketukan yang dibutuhkan. 20 - 50 ketukan.
6. Mengambil contoh tanah tersebut sebagian untuk diperiksa kadar airnya.
7. Tanah pada bagian yang merapat kemudian dimasukkan kedalam cawan yang telah
ditimbang kemudian dimasukkan kedalam oven dengan waktu 24 jam pada suhu (105-110 0
C). pengamilan tanah sudah di open.
8. Setelah itu baru lakukan penimbangan.
LL = WN¿)0.121……………………………………………………………………….......(3)
d. Pengujian Batas Plasti
Batas plastis merupakan suatu keadaan antara plastis dan semi plastis dimana tanah akan
retak-retak apabila tanah tersebut digulung seperti lidi dengan ukuran ± 3 mm
Prosedur percobaan8
1. Ambil benda uji yang dipersiapkan sebelumya yang lolos saringan No. 40
2. Letakkan pada magkuk pengaduk, lakukan pengadukan dengan menambahkan air suling
sedikit demi sediki,aduk sehingga kadar air merata.
3. Setelah didapat campuran yang merata, tanah tersebut di giling dengan tangan di atas pelat
kaca dengan menggunakan ujung jari-jari tangan sampai diameternya kira-kira 1/8 inc
(3mm) sampai memiliki keretakan.
4. Tanah dimasukkan kedalam cawan masing-masing cawan memiliki 5 buah gulungan tanah
kemudian ketiga cawan yang berisi gulingan tanah dimasukkan kedalam oven ±24 jam
pada suhu (105-1100 C).
5. Angakat dari open kemudian timbang.
6. Harga rata-rata air dari percobaan tersebut adalah batas plastisnya.
W 2−W 3
PL= x 100 %............................................................................................................
W 3−W 1
.(4)
untuk menentukan nilai CBR di area proyek pada tanah asli atau tanah padat yang telah
dipadatkan. Dalam praktek uji CBR (California Bearning ratio) telah banyak digunakan untuk
bermacam-macam tanah dari mulai Gambut sampai krikil halus.
Tahap percobaan:
1. Siapkan silinder dan talam sebanyak 2 buah, setiap talam dan silinder diberi nomor atau
tanda supaya bias di bedakan.
2. Timbang sampel untuk 5 pengujian CBR sesuai dengan persentase penambanhan abu
ampas tebu sesuai dengan yang akan ditelitih.
3. Tahap selanjutnya ialah campurkan air pada sampel
4. Selanjutnya masukkan ke dalam silinder kemudian tumbuk sampel sebanyak 25 tumbukan
perlapis sampel sebanyak 3 lapis.
5. Selanjutnya pada lapis ke 3, sebelumnya pasang dulu cincin pada mold supaya tanah tidak
tumpah saat penumbukan dengan penumbukan yang sama yaitu sebanyak 25 kali dengan
cara yang sama.
6. Kemudian lepaskan cincin pada mold, kemudian ratakan permukaan sampel meggunakan
mistar besi.
7. Letakkan sampel pada alat CBR, beri beban kemudian setel alat CBR ke 0 ketika sampel
terpasang engkol CBR diputar sampai cd-r samapi cd-rw sedikit bergerak dan hentikan
baca.
8. Setelah uji CBR ambil sampel yang telah di uji untuk selanjutnya masukkan ke dalam oven
selama kurang lebih 24 jam setelah itu timbang kembali.
Beban Terkorelasi
CBR= x 100 ………………………………………………………………
Beban Standar
…(5)
Dari hasil penelitian di laboratorim tentang tanah gambut diperoleh ha8sil yang tercantum dalam
tabel masing-masing tahapan penelitian berikut:
3.1. Uji Berat Jenis
Pada pengujian ini didapat hasil dengan nilai seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Berat Jenis Tanah
No Campuran Berat Jenis Tanah
1 Tanah Asli 0.985
2 Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 5 % Kapur 1.373
3 Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 7.5 % Kapur 1.292
4 Tanah Asli + 0 % Abu Ampas tebu + 10 % Kapur 1.383
Vol. yy No. xx, Oktober 2020 | 7
Pengaruh Penggunaan Abu Ampas Tebudan Kapur tErhadap Karakteristik Tanah Gambut
CBR adalah nilai perbandingan antara tekanan yang diperlukan untuk menembus tanah dengan
piston berpenampangan bulat seluas 3 inci 2 dengan kecepatan penetrasi 0,05 inci/menit terhadap
tekanan yang diperlukan untuk menembus suatu bahan standard tertentu. Untuk menentukan nilai
CBR dari berbagai penetrasi digunakn nilai penetrasi 0,1 dan nilai penetrasi 0,2 dari nilai penetrasi
ini ditentukan nilai terbesar sebagai nilai CBR dari tanah.
Pada pengujian CBR pengujian dilakukan pada masing-masing variasi campuran abu ampas tebu
dan kapur Dimana hasil pengujian CBR dapat dilihat pasa table 4.
Table 4. Nilai CBR Terhadap Campuran Abu Cangkang Sawit Dengan Tanah Lempung
CBR
Campuran Penetrasi Nilai CBR
(inchi) (%)
0,1 6,17
Tanah Asli
0,2 6,92
0,1 6,64
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 0% Kapur
0,2 6,70
0,1 7,31
Tanah Asli + 0% Abu Ampas tebu + 7.5% Kapur
0,2 7,23
0,1 7,69
Tanah Asli + 0% Abu Ampas tebu + 10% Kapur
0,2 7,83
0,1 8,25
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 0% Kapur
0,2 8,21
0,1 8,83
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 5% Kapur
0,2 8,89
0,1 9,41
Tanah Asli + 5% Abu Ampas tebu + 10% Kapur
0,2 9,14
0,1 10,53
Tanah Asli + 10% Abu Ampas tebu + 0% Kapur
0,2 10,33
0,1 11,41
Tanah Asli + 10% Abu Ampas tebu + 5% Kapur
0,2 11,19
0,1 12,21
Tanah Asli + 10% Abu Ampas tebu + 10% Kapur
0,2 12,14
160.00%
140.00%
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
A0K0 A0K5 A0K7.5 A0K10 A5K0 A5K5 A5K10 A10K0 A10K5 A10K10
Gambar 1. Grafik hubungan antara batas-batas atterberg terhadap
variasi campuran
Untuk itu dapat disimpulkan berdasarkan garafik di atas bahwa pada batas cair mengalami
penurunan yang signifikan karena mengigat sifat tanah gambut yang menyimpan unsur air dan
kenaikan pada penambahan campuran A5+K10.
Nilai CBR dikembangkan untuk mengukur kapasitas daya dukung atau stabilitas tanah beban
tanah yang digunakan sebagai pondasi suatu bangunan atau jalan.untuk itu semakin keras suatu
material, semakin tinggi ranting CBR. Pada pengujian masing-masing campuran antara abu ampas
tebu dan kapur dilakukan sehingga menghasilkan hasil nilai CBR yang dapat dilihat pada grafik 2
di bawah ini.
18
CBR Pada Penetrasi 0,1
16
14 12.433
11.413
12
8.825 9.410
10 7.690 8.245
8 6.165 6.635 7.310 7.310
6
4
2
0
A0K0 A0K5 A0K7,5 A0K10 A5K0 A10K0 A5K5 A10K0 A10K5 A10K10
Hubungan antara penamahan abu amaps tebu dan Kapur, dari gambar 2 diatas dapat menunjukkan
bahwa penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur menaikkan nilai CBR pada tanah Gambut dan
juga memberikan perbandingan antara CBR antara Tanah Gambut + Abu Ampas Tebu dan Tanah
Gambut + Kapur yang dihasilkan bahwa nilai CBR dengan hasil penambahan Kapur lebih tinggi
daripada Abu Ampas Tebu, penambahan Abu Ampas Tebu mengandung silika unsur (SiO2),
Aluminium (Al2O3), dan ferrit (Fe2O3) yang cukup tinggi jika di bakar dapat dimanfaatkan
sebagai bahan stabilitas tanah. yang memiliki sifat mengikat air sehingga jika bercampur dengan
kapur tidak mengalami kering tak balik.
4. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Sebagai bagian terakhir dari penulisan jurnak ini, maka kesimpulan yang disampaikan tersebut di
dasarkan pada hasil analisa data yang dilakukan sebelumnya. Dari penelitian dan pembahasan hasil
penelitian maka dapat ditarik simpulan bahwa
1. Tanah Gambut di daerah Pulau Kumayang Bengkulu merupakan jenis tanah gambut yang
berserat kasar karena terlihat dari struktur tanahnya dan daerahnya ialah daera rawa memiliki
kadar serat yang tinggi
2. Stabilitas tanah gambut dengan menggunakan abu ampas tebu dan kapur, pada pencampuran
abu kapur dan tanah gambut lebih dominan stabilitasnya dibandingkan abu ampas tebu yaitu
persentase kapur 10% memiliki nilai CBR 8,83 dan persentase abu ampas tebu 10%
menghasilkan nilai CBR 7,31.
3. Hasil penelitian dari penambahan Abu dan Kapur meningkatkan nilai CBR, Nilai CBR
mengalami kenaikan dan mencapai nilai maksimum pada kadar abu ampas tebu 10 + kapur 10
dengan nilai CBR sebesar 12,43
4.2. Saran
Adapun saran yang perlu diperhatikn dalam penelitian ini ialah yang bisa menjadi acuan stabilitas
selanjutnya ialah
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menyertakan reaksi kimia antara Abu Ampas
Tebu dan Kapur dengan Tanah Gambut lain.
2. Perlu dilakukan lebih lanjut tentang stabilitas tanah gambut di derah bengkulu karena mengigat
banyak terdapat rawa gambut.
DAFTAR PUSTAKA
Afief Ma, M., Estu Yulianto, F., & Kalimantan Selatan, B. (2016). Prosiding Seminar Nasional Geoteknik
2016 PS S1 Teknik Sipil Unlam. 978–602.
Christady., H. H. (1992). mekanika tanah I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
hardiyanto christady hary. (1992). mekanika tanah 1. jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Joseph, B. (1984). sifat-sifat fisis dan geotekstil tanah (mekanika tanah). edisi kedu.
Munizzi, J. S. (2013). PERATURAN MENTRI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. 2012, 1–4.
Putri, A. T., Winarto, S., & Ridwan, A. (2020). Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu & Arang Batok
Kelapa Terhadap Stabilisasi Daya Dukung Tanah. Jurnal Manajemen Teknologi & Teknik Sipil, 3(1),
119. https://doi.org/10.30737/jurmateks.v3i1.897
Toni, A., Wibisono, G., Jurusan, M., Sipil, T., Riau, U., Jurusan, D., Sipil, T., Riau, U., Jurusan, D., Sipil, T.,
& Riau, U. (2017). Stabilisasi Tanah Gambut Dengan Kapur Dan Abu Terbang Untuk Mengurangi
Kebakaran Lahan. Jom FTEKNIK, 4(1), 1–7.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFTEKNIK/article/view/14687
Verhoef, P. N. . (1994). Geologi Untuk Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.
wahyu nugroho, ardiyanto, & Yassir, I. (2017). Kebijakan Penilaian Keberhasilan Reklamasi Lahan Pasca-
Tambang Batubara Di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 14(2), 121–136.
https://doi.org/10.20886/jakk.2017.14.2.121-136
Mawardi, Dkk. 2016. “Nilai CBR Pada Stabilisasi Tanah Dengan Semen.” Jurnal inersia 8(2).
Nugroho, Untoro, Jurusan Teknik Sipil, and Fakultas Teknik. “MENGGUNAKAN CAMPURAN