Anda di halaman 1dari 19

JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND)

Vol. 14 No. yy, Februari 20xx


Diterbitkan oleh:
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand)
ISSN (Print) : 1858-2133
ISSN (Online) : 2477-3484
http://jrs.ft.unand.ac.id

STABILISASI TANAH LEMPUNG


TERHADAP NILAI KUAT TEKAN BEBAS
DENGAN MENGGUNAKAN MATOS DAN
KAPUR
NURRAHMAN RIZQI1, ANDRIANI2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas

Naskah diterima : xx Desember 2017. Disetujui: YY Januari 2018. Diterbitkan : 24 Februari 2018

ABSTRAK
Untuk mendapat suatu lapisan pondasi yang baik, kuat, dan kokoh diperlukan daya dukung tanah yang baik.
Disamping itu, tanah berfungsi juga untuk mendukung suatu kontruksi sipil seperti pondasi bangunan gedung
dan perkerasan jalan. Maka dari itu diperlukan adanya perbaikan tanah untuk jenis-jenis tanah yang memiliki
daya dukung rendah.Pemilihan stabilisasi tanah yang digunakan tergantung dari jenis tanah dan ketersediaan
bahan. Matos dan Kapur merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan stabilisasi dalam penelitian ini. .
Persentase matos yang digunakan yaitu 4%, 8%, 12%, 16% dan 20% dan kapur 5% dari berat total tanah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh matos dan kapur terhadap nilai Kuat Tekan Bebas
Soaked dan Kuat Tekan Bebas Unsoaked. Pengujian sifat fisik tanah juga dilakukan sebelum dilakukan uji
Kuat Tekan Bebas, untuk mengetahui jenis tanah yang akan digunakan untuk bahan uji. Pengujian sifat fisik
tanah berupa Berat Jenis, Analisa Butiran, Batas Cair dan Batas Plastis serta Indeks Plastisitas. Kemudian
dilakukan pengujian sifat mekanis pada tanah melalui uji pemadatan dan uji Kuat Tekan Bebas Pada
penelitian ini, untuk sampel unsoaked disetiap variasi akan dilakukan pemeraman selama 7 hari dan
untuk sampel soaked akan dilakukan pemeraman 7 hari kemudian direndam selama 4 hari. Pengujian
Kuat Tekan Bebas dilakukan standard ASTM. Dari hasil pengujian Kuat Tekan Bebas soaked, diketahui
bahwa nilai qu cenderung mengalami penurunan berkisar 0,1-0,3 kg/cm² . Nilai Kuat Tekan Bebas unsoaked
tanah asli lebih besar dari nilai Kuat Tekan Bebas soaked tanah campuran. Hasil penelitian menunjukan ,
bahwa kuat tekan bebas (UCS) tanah lempung sebelum distabilisasi dengan matos sebesar 0,585 kg/cm²
untuk kondisi unsoaked dan 0,256 kg/cm² untuk kondisi soaked. Kemudian Kuat tekan bebas tanah UCS
setelah stabilisasi tanah asli+kapur5%, nilai UCS 0,246 kg/cm² (unsoaked) dan 0,220 kg/cm² (soaked),
kemudian 8% matos nilai UCS 0,106 kg/cm² (unsoaked) dan 0,101 kg/cm² (soaked), kemudian 12% matos
nilai UCS 0,109 kg/cm² (unsoaked) dan 0,089 kg/cm² (soaked), kemudian 16% matos nilai UCS 0,102
kg/cm² (unsoaked) dan 0,185 kg/cm² (soaked), dan untuk 20% matos nilai UCS 0,066 kg/cm²(unsoaked) dan
0,117 kg/cm² (soaked). Berdasarkan hasil penelitian diatas , maka bahan tambah matos cenderung
menurunkan nilai UCS dan belum memenuhi syarat sebagai subbase dan base jalan raya.
Kata kunci : Matos, Kapur, Kuat Tekan Bebas unsoaked, Kuat Tekan Bebas soaked

1.1. Latar Belakang

Lempung adalah tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm dan mempunyai partikel-partikel
tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953 dalam
Das, 1993). Menurut (Chen, 1975 dalam Supriyono, 1997) untuk tanah lempung ekspansif,
kandungan mineralnya adalah montmorilonit yang mempunyai luas permukaan yang lebih besar dan
sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak, bila dibandingkan dengan mineral lainnya,
DOI : 10.25077/jrs.14.2.xx-xx.2018
Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved 1
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

sehingga tanah mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air dan sangat mudah mengembang. Potensi
pengembangannya sangat erat hubungannya dengan indeks plastisitasnya, sehingga suatu tanah
lempung dapat diklasifikasikan sebagai tanah yang mempunyai potensi mengembang tertentu
didasarkan Indeks Plastisitasnya. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Hasanuddin (2011)
hasil dari penelitian tersebut pada pengujian kuat tekan bebas UCS yang dilakukan pemeraman, nilai
UCS terus meningkat seiring bertambahnya kapur dan matos pada tanah. Kemudian Teguh Widodo
dan Rahmat Qosan (2011), pada pengujian penambahan matos pada stabilisasi tanah dengan semen
terlihat peningkatan nilai UCS, nilai UCS pada penambahan semen 4% yaitu 9,74 kg/cm², pada
penambahan semen 8% nilai UCS 13,58 kg/cm², dan pada penambahan semen 12% nilai UCS 17,25
kg/cm². Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Muda, A (2016), hasil penelitian menunjukan,
bahwa kuat tekan bebas (UCS) 0% matos terhadap stabilisasi tanah lempung dengan semen sebesar
9,10 kg/cm². Kuat tekan bebas (UCS) setelah penambahan 2% matos, nilai UCS 10,92 kg/cm² dan
4% matos nilai UCS 11,18 kg/cm². Kemudian, 6% matos nilai, UCS 11,44 kg/cm² dan 8% matos,
nilai UCS 14,56 kg/cm². Dapat disimpulkan nilai UCS mengalami peningkatan seiring penambahan
matos terhadap stabilisasi tanah lempung dengan semen.a Penelitian tesis serupa juga pernah
dilakukan oleh Muda, A (2011) kesimpulan dari stabilisasi tersebut campuran 10% semen dengan
20% pasir nilai UCS naik cukup besar dengan nilai UCS 16,44 kg/cm² sehingga terpenuhi subgrade
dan subbase jalan raya dan belum memenuhi syarat base jalan raya (UCS < 20 kg/cm²). Penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan dengan bahan campuran gipsum yaitu oleh Diah Sari Damayanti
& Yasin Widodo (2002), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan kuat
tekan bebas tanah asli atau undistrub meningkat setelah adanya penambahan serbuk gipsum.
(Sumber: www.minerals.net.opened at January 23th. 2019)

1.2. Tujuan Penenlitian


a. Untuk mengetahui karakteristik tanah yang ada di kawasan Limau Manis, fakultas teknik.
b. Mengetahuiinilai uji tekan bebas (UCST) tanah asli dan variasi campuran dengan persentase
yang telah ditentukan yang dipadatkan di laboratorium .(2)
c. Untuk mengetahui dan menganalisis tanah asli, Matos dan kapur terhadap nilai kuat tekannya.

1.3. Manfaat Penelitian


a. Sebagai referensi untuk para pekerja konstruksi bahwa matos dan kapur dapat digunakan
sebagai salah satu bahan stabilisasi.
b. Memperoleh kadar persentase matos+kapur paling tepat diterapkan dilapangan untuk
meningkatkan nilai kuat tekan bebas, contohnya untuk menentukan tebal lapis perkerasan jalan,
untuk subbase dan base jalan.

1.4. Batasan Masalah


a. Pengujian dilakukan untuk tanah lempung Kawasan sekitar Teknik Sipil Universitas Andalas.
b. Jenis bahan aditif yang digunakan adalah matos dan kapur 5%, dengan persentase 4%, 8%,
12%, 16% dan 20%.
c. Pemadatan menggunakan standar proctor yang mengacu pada standar ASTM D 698.
d. Pemeraman sampel selama 7 hari.
e. Kondisi sampel tanah disturbed.
f. Kondisi pengujian dengan dan tanpa perendaman, selama 4 hari.
g. Pengujian UCS ditentukan oleh standar ASTM D 2166-66.

2 | JURNAL REKAYASA SIPIL


2. LANDASAN TEORI

2.1. Klasifikasi Tanah


Menurut Braja M. Das (1985) tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari aggregate
(butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
bahan-bahan organi yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas
yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.

Menurut Hary Christady (2006) tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-
endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batuan dasar (bedrock)

Menurut Abdul Hakam (2008) tanah merupakan material geologi yang berada pada bagian kerak
bumi yang digunakan sebagai media bekerja atau untuk mendirikan bangunan diatasnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan unsur penting dan sangat memiliki peran didalam
konstruksi. Daya dukung tanah mempengaruhi kekokohan struktur yang berupa bangunan, jalan raya,
serta sarana dan pra-sarana umum lainnya. Jalan amblas, bangunan runtuh, jebolnya waduk, dan lain
sebagainya tidak lepas dari sifat-sifat fisik dan mekanik tanah. Daya dukung tanah mempengaruhi
perencanaan perkerasan pada jalan. Semakin baik daya dukung tanah (subgrade), semakin tipis
lapisan perkerasan diatasnya, sehingga biaya dalam perencanaan konstruksi semakin murah.
Butiran tanah dapat diklasifikasikan menurut beberapa lembaga yaitu USCS (Unified Soil
Classification System), ASTM (American Society for Testing and Material), MIT (Massachusetts
Institute of Technology), AASHTO (American Association of State Highway and Transportation
Officials) dan International Nomenclature.
Dalam masalah teknis yang berhubungan dengan tanah, umumnya penentuan sifat-sifat tanah dapat
ditentukan dengan metode USCS (unified Soil Classification System) dan AASHTO (American
Association of State Highway and Transportation Official). Dua sistem klasifikasi ini sering
digunakan dalam banyak masalah teknis semacam perencanaan perkerasan jalan, bendungan dalam
urugan, dan lain-lainnya. Sistem- sistem ini menggunakan sifat-sifat indeks tanah yang sederhana
seperti distribusi ukuran butiran, batas cair, dan indeks plastisitas.
 Sistem Klasifikasi Unified

Menurut sistem unified, tanah yang diklasifikasikan ke dalam tanah berbutir kasar
(kerikildan pasir) adalah tanah yang kurang dari 50% lolos saringan nomor 200, dan
tanah yang berbutir halus (lanau dan lempung) adalah tanah yang lebih dari 50% lolos
saringan 200

Hal- hal yang diperhatikan dalam mengklasifikasikan tanah kasar adalah :


1) Tentukan persen butiran lolos saringan no.4, bila persentase butiran yang lolos kurang
dari 50%, maka tanah tersebut diklasifikasikan sebagai kerikil. Apabila persen butiran
lolos lebih dari 50% maka klasifikasikan sebagai pasir.
2) Butiran yang lolos saringan no.200 ditentukan jumlahnya, jika jumlah persentase butiran
yang lolos kurang dari 5% maka hitung Cu dan Cc dengan mempertimbangkan bentuk
grafik distribusi butiran. Klasifikasikan sebagai GW (bila kerikil) atau SW (bila pasir)
jika termasuk tanah yang bergradasi baik. Klasifikasikan sebagai GP (bila kerikil) atau
SP (bila pasir) jika termasuk tanah yang bergradasi buruk apabila butiran tanah yang
lolos saringan no.200 mempunyai persentase diantara 5 sampai 12%, tanah akan
mempunyai symbol dobel dan mempunyai sifat plastis (GW-GM, SW-SM, dan
sebagainya)
3) Lakukan uji batas-batas atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang tinggal
dalam saringan no.40 apabila persentase butiran yang lolos saringan no.200 lebih besar
dari 12%
| 3
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengklasifikasikan tanah lunak adalah :


1) Singkirkan butiran tanah yang tertahan diatas saringan no.40, lalu uji batas-batas
atterberg. Klasifikasikan sebagai H (plastisitas tinggi) jika batas cair lebih dari 50, dan
jika kurang dari 50, klasifikasikan sebagai L (plastisitas rendah)
2) Tentukan apakah tanah organik (OH) atau anorganik (MH) jika plot batas-batas
atterbergpada grafik plastisitas dibawah garis A (untuk plastisitas tinggi). Apabila
plotnya jatuh diatas garis A, klasifikasikan sebagai CH
3) Gunakan simbol dobel jika plot batas-batas atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada
area yang diarsir, dekat dengan garis A atau nilai LL sekitar 50

USCS mengklasifikasikan symbol-simbol lain sebagai berikut :


W = well graded (tanah dengan gradasi baik)
P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL<50)
H = high plasticity (plastisitas tingga) (LL>50)

 Sistem Klasifikasi AASHTO

Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and


Transportation Officials Classification) ditujukan untuk menentukan kualitas tanah dalam
perncangan timbunan jalan, subgrade dan subbase. Sistem klasifikasi ini dikembangkan
pada tahun 1929 sebagai Public Road Administration Classification System.

Dalam system klasifikasi AASHTO tanah dibagi kedalam 8 kelompok besar yaitu
A-1 sampai A-8. Setiap kelompok tanah tersebut dievaluasi terhadap indeks kelompoknya
yang dihitung dengan rumus empiris. Analisis saringan dan batas-batas atteberg adalah
pengujian yang dapat dilakukan dalam system ini.

Untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam kelompoknya digunakan indeks


kelompok (group index) (GI). Indeks kelompok dihitung dengan persamaan :

GI = (F-35) [0,2 + 0,005 (LL-40)] + 0,01 (F-15)(PI-10)

dengan,
GI = indeks kelompok (group index)
F = persen butiran lolos saringan no.200 (0,075 mm)
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas

Kualitas tanah pada umunya yang digunakan untuk bahan tanah dasar dapat dinyatakan
sebagai kebalikan dari harga indeks grup. Tanah yang semakin berkurang ketepatan penggunaannya
adalah tanah yang memiliki indeks kelompok (GI) semakin tinggi.

Menurut Das (1985) system klasifikasi ini didasarkan pada kriteria di bawah ini :
a) Ukuran butir:
Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm (3 in) dan yang tertahan
pada ayakan No. 20 (2 mm).
Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang tertahan pada ayakan No.
200 (0,075 mm).Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No.20

4 | JURNAL REKAYASA SIPIL


b) Plastisitas:
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks
plastisitas [plasticity index (PI)] sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bilamana
bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih.
c) Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan
ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih
dahulu. Tetapi, persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.

2.2. Kuat Tekan Bebas

Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan kekuatan tekan bebas (tanpa ada tekanan tekanan
horizontal-tekanan samping), qu dalam keadaan asli maupun buatan (remolded)

Pengolahan data

Besarnya regangan aksial dihitung dengan rumus :

 = ∆L/ Lo………….(1)

Keterangan :

 = Regangan aksial

∆L = Perubahan panjang benda uji (cm)

Lo = Panjang benda uji semula (cm)

1. ∆L =

2. Lo =

3. Pembacaan arloji (Dial regangan) =

Regangan = (∆L/ Lo) x 0,01……………….(2)

Beban (W) = FK x Pembacaan arloji………..(3)

Angka koreksi = 1/1- …………………………..(4)

Luas terkoreksi = L x angka koreksi………………(5)

Tegangan = W/A…………………………….(6)

Nilai qu diambil dari nilai tegangan yang paling tinggi dari setiap pengujian.

| 5
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

Gambar 1. Lingkaran Mohr (Tanpa Rendaman)

Gambar 2. Lingkaran Mohr (Dengan Rendaman)

6 | JURNAL REKAYASA SIPIL


2.3. Matos

Matos berbentuk material serbuk. Komposisi Matos terdiri dari logam dan garam
mineral anorganik dan lain-lain, bersumber dari air laut, aman untuk makhluk hidup dan
ramah lingkungan. Matos ditambahkan pada tanah-semen dengan cara kita harus
melarutkannya ke dalam air pada tingkat kelarutan (molaritas) 10%. Matos merupakan zat
aditif yang ditambahkan dalam stabilisasi tanah-semen dan berfungsi untuk:
a. Melarutkan humus pada permukaan partikel tanah yang menghalangi ikatan tanah
sehingga ikatan lebih kuat.

b. Membentuk struktur sarang lebah 3 dimensi diantara partikel-


partikel tanah.

c. Mencegah keretakan akibat panas reaksi hidrasi semen.

Sedangkan kekurangannya yaitu sangatlah mudah menguap jika dibiarkan diudara yang
terbuka dan menyebabkan efek panas bila bersentuhan langsung dengan kulit, matos juga
terbilang lebih mahal.

2.4. Kapur

Kapur adalah sebuah benda putih dan halus yang terbuat dari batu sedimen, membentuk
batuan yang terdiri dari mineral kalsium. Biasanya kapur relative terbentuk di laut dalam
dengan kondisi bebatuan yang mengandung lempengan kalsium plates (coccoliths) yang
dibetnuk oleh mikroorganisme coccolithopo Menurut SNI 03-4147-1996, jenis-jenis kapur
dibagi menjadi 4 macam:

1. Kapur tipe I yaitu kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi dengan kadar magnesium
oksida (MgO) paling tinggi 4 %
2. Kapur tipe II yaitu kapur magnesium atau dolomite yang mengandung magnesium oksida
lebih dari 4 % dan maksimum 36 % berat
3. Kapur tohor (CaO), yaitu hasil pembakaran batukapur pada suhu +900 F dengan
komposisi sebagian besar kalsium karbonat (CaCO3)
4. Kapur padam, yaitu kapur dari hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga
terbentuk hidrat Ca(OH)2
Kapur yang digunakan pada penelitian ini adalah kapur bubuk (CaO). Apabila kapur dengan
mineral lempung atau mineral halus lainnya bereaksi, maka akan membentuk suatu gel yang
kuat dan keras, yaitukalsium silikat yang mengikat butir-butir atau partikel tanah (Ingles dan
Mercalf, 1972).
Keunggulan dari kapur :
a. Mempunyai sifat plastis yang baik
b. Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok
c. Dapat mengeras dengan cepat dan mudah
d. Mudah dikerjakan

| 7
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

3. METODOLOGI

3.1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Bahan
Uji

Uji Sifat Fisik Tanah: Penambahan Tanah


lempung+kapur(5%)+Matos(4%,8%,12%,16
%,20%) Terhadap Berat Total Campuran
a.Uji Berat Tanah (specific
gravity)
b.Analisa Saringan
c.Uji Plastic Limit
d.Uji Liquid Limit
Uji Sifat Fisik Tanah Campuran:

a.Uji Berat Tanah (specific


Uji Pemadatan gravity)
b.Analisa Saringan
c.Uji Plastic Limit
d.Uji Liquid Limit
Uji UCST

Uji Pemadatan

Soaked(4hari perendaman) Unsoaked

Uji UCST (diperam 7hari)

Soaked(4hari perendaman) Unsoaked

Hasil Akhir

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. Diagram Alir

8 | JURNAL REKAYASA SIPIL


4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli Sebelum dan Sesudah Stabilisasi Dengan Matos dan
Kapur

Adapun karakteristik tanah lempung Kawasan sekitar Teknik Sipil Universitas Andalas (Limau
Manis)

Tabel 1 Hasil uji sifat fisik tanah asli (unsoaked)

Pemeriksaan Satuan Nilai

Berat Jenis - 2.596

Lempung (lolos saringan no. #200) % 83,900

Batas cair (liquid limit) % 72,449 %

Batas plastis (Plastic limit) % 33,981%

Indeks plastisitas (plastic index) % 38,531 %

Berat isi kering maksimum gr/cm³ 1,213

Kadar air optimum % 43,330

UCS (unsoaked) Kg/cm² 0,585

Sumber : Hasil analisis (2020)

Berdasarkan Tabel 1 diatas, bahwa distribusi ukuran butir dengan Analisa saringan (sieve analysis)
bahwa distribusi ukuran butiran tanah yang lolos saringan No. 200 sebesar 83,9%. Hal ini
menunjukan tanah ini merupakan jenis tanah lempung. Menurut USCS masuk dalam devisi tanah
berbutir halus (50% atau lebih lolos ayakan No. 200) termasuk golongan OH yaitu lempung dengan
plastisitas sedang sampai dengan tinggi.

| 9
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

Lempung

Gravel
Pasir (Sand)

(Clay)
Lanau
(Silt) Halus Kasar-sedang

. 40 .4
. 200 . 10
. 100 . 20 4,75
0,075 0,42 2,0
97.700
92.400
94.767 100
91.133
83.900 85.700 90

73.937
72.524
80
69.696
66.869
70

Persen Lolos
62.628

60
49.904
50

34.353 40

30
21.630 21.630
20

10

0
0.001 0.010 0.100 1.000 10.000
Diameter(mm)

Catatan: Clay = 21,630 =- =-


Silt = 62,270 0,004936 =-
Sand = 16,100 = 0,009225
Gravel =0
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH FT-UA

Gambar 4. Grafik Analisa Saringan dan Analisa Hidrometer terhadap Tanah Asli

Beberapa pengujian dilakukan terhadap variasi campuran tanah dengan bahan stabilisasi matos. Hasil
penelitian dapat dilihat pada table 2
Kombinasi Persentase Campuran (%) Pemeriksaan Nilai
Berat Jenis 2.596
Lempung ( lolos saringan No. #200) 83.900
Tanah Asli Tanah :100 Batas Cair (LL) 72.449
Batas Plastis (PL) 33.981
Indeks Plastisitas (PI) 38.531
Tanah : 95 Berat Jenis 2.565
Kapur : 5 Batas Cair (LL) 46.48
1
Batas Plastis (PL) 34.34
Indeks Plastisitas (PI) 12.14
Tanah : 87 Berat Jenis 2.617
Matos : 8 Batas Cair (LL) 65.545
2
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 46.520
Indeks Plastisitas (PI) 18.025
Tanah : 83 Berat Jenis 2.603
Matos : 12 Batas Cair (LL) 63.145
3
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 43.636
Indeks Plastisitas (PI) 19.509
Tanah : 79 Berat Jenis 2.605
Matos : 16 Batas Cair (LL) 58.073
4
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 37.783
Indeks Plastisitas (PI) 20.291
Tanah : 75 Berat Jenis 2.630
Matos : 20 Batas Cair (LL) 56.893
5
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 43.824
Indeks Plastisitas (PI) 13.069

Tabel 2 Hasil uji sifat fisik tanah

10 | JURNAL REKAYASA SIPIL


a. Indeks Plastisitas (PI)

Indeks plastisitas diperoleh dari pengujian batas-batas Atterberg yaitu selisih batas cair (LL) dan
batas plastis (PL). Hasil pengujian pada tanah asli dapat dilihat pada Tabel 4.1. Nilai plastic indeks
yang didapatkan sebesar 38,531% dan batas cair sebesar 72,449%. Dapat disimpulkan bahwa sampel
tanah merupakan jenis tanah lempung dengan plastisitas yang cukup tinggi yaitu sebesar 33,981.
Menurut AASHTO tanah ini termasuk tanah lempung dengan plastisitas sedang, Menurut ASTM D
653 tanah ini termasuk tanah lempung organic dengan batas (LL) lebih besar dari 50% dan termasuk
klasifikasi tanah OH (lempung organik).

b. Berat Jenis (Gs)

Gambar 5 Grafik Pengaruh persentase matos dengan nilai berat jenis .

Hasil pengujian berat jenis (GS) tidak terlalu jauh. Jika diambil rata-rata didapatkan berat jenis 2,596.
Jika dilihat dari besaran nilai berat jenis (GS) ini umumnya termasuk jenis lempung, tanah ini
termasuk jenis tanah yang mengandung lempung organik karena setiap tanah mempunyai berat jenis
(GS) 2,58 – 2,65 maka tanah tersebut termasuk jenis lempung organic.

c. Uji Liquit limit dan uji plastic limit

Adapun tanah lempung distabilisasi dengan matos dan kapur, didapatkan hubungan yang
mempengaruhi batas-batas atterberg, seperti terlihat pada gambar 6 berikut.

Gambar 6 Grafik Pengaruh persentase matos dengan indeks propertis tanah.


| 11
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

Grafik pada gambar 6 dapat diketahui bahwa campuran matos mempengaruhi batas – batas atterberg
tanah. Dari hasil pengujian kenaikan terjadi pada nilai batas plastis pada beberapa persentase
pertambahan matos, hal ini disebabkan karena matos dapat membuat kadar air yang dibutuhkan tanah
tersebut menjadi lebih banyak, untuk merubah tanah dari keadaan semi padat menjadi keadaan plastis.
Pada nilai batas cair dan plastisitas indeksnya mengalami penurunan,nilai maksimum batas cair (LL)
yaitu = 72.449 % ,batas cair minimum yaitu = 46.310 % dan nilai plastisitas indeks maksimum yaitu
= 38.531 % , untuk nilai plastisitas indeks minimum yaitu = 13.069 %. yang disebabkan karena sifat
matos mengisi rongga – rongga pada tanah sehingga membuat ikatan tanah menjadi sedikit renggang,
tidak mengikat air dan dapat dengan mudah meloloskan air. Sehingga matos dapat digunakan sebagai
pengendali sifat plastis tanah tersebut.

Berdasarkan penelitian tesis yang dilakukan oleh Anwar muda (2011) yang berjudul “Stabilisasi
Tanah Lempung Bukit Rawi Menggunakan Pasir dan Semen” disimpulkan disana penambahan
persentase pasir untuk stabilisasi tanah lempung mempengaruhi batas – batas atterberg tanah
semakin banyak persentase pasir indeks plastisnya semakin rendah. (Sumber : MEDIA ILMIAH
TEKNIK SIPIL Volume 5 nomor 1 Desember 2016 Hal. 30-39)

Kemudian berdasarkan beberapa keunggulan matos itu sendiri yaitu permeabilitas sangat kecil
sehingga bisa difungsikan sebagai pengganti bahan kedap air. (Sumber :
https://matos.co.id/keunggulan)

4.2 Pengujian Sifat Mekanis Tanah Asli dan Campuran

Dalam pengujian kepadatan tanah, diperoleh nilai kadar air optimum dan kepadatan kering
maksimum. Untuk hasil pengujian kepadatan tanah asli, dapat dilihat pada gambar 7

Gambar 7 Grafik Pemadatan Tanah Asli

Berdasarkan grafik diatas diperoleh:


Kadar air optimum (OMC) = 43,330 %
Berat Isi Kering Maksimum = 1,213 gr/cm3

12 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Beberapa pengujian dilakukan terhadap variasi campuran tanah dengan bahan stabilisasi
matos+kapur. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil pemadatan variasi campuran

Nama Variasi Campuran Nilai Berat Isi Kering Maksimum (gr/cm3) Nilai Kadar Air Optimum (%)
No
Campuran

Tanah Asli 95 % +
1 Combo 1 1,223 41,63
Kapur 5%

Tanah Asli 87 % + Matos


2 Combo 2 1,238 40,09
8 % + Kapur 5%

Tanah Asli 83 % + Matos


3 Combo 3 1,243 38,06
12 % + Kapur 5%

Tanah Asli 79 % + Matos


4 Combo 4 1,302 35,65
16 % + Kapur 5%

Tanah Asli 75 % + Matos


5 Combo 5 1,331 33,16
20 % + Kapur 5%

Gambar 8 Pengaruh persentase campuran matos vs berat isi kering maksimum tanah.

Grafik pada gambar 8 Dari hasil pengujian dan gambar diatas dapat diketahui bahwa campuran
persentase matos menyebabkan peningkatan berat kering maksimum, kenaikan terjadi karena matos
mengisi rongga – rongga udara, dan udara dari dalam tanah akan keluar. Sehingga diperoleh nilai
berat isi kering maksimum terdapat pada campuran tanah asli 75% + persentase campuran matos
20 % + persentase campuran kapur 5%
| 13
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

Gambar 9 Pengaruh persentase campuran matos vs kadar air optimum tanah.

Grafik pada gambar 9 menjelaskan bahwa nilai kadar air optimum semakin menurun seiring
bertambahnya persentase campuran matos, penurunan terjadi dikarenakan keunggulan matos itu
sendiri yaitu permeabilitas sangat kecil sehingga bisa difungsikan sebagai pengganti bahan kedap air,
yang mengakibatkan hanya tanah yang menyerap air, sedangkan matos memiliki permeabilitas
sangat kecil dan semakin meningkat seiring pertambahan persentase matos.(Sumber :
https://matos.co.id/keunggulan).

4.3 Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Asli dan Campuran

Dalam pengujian Kuat Tekan Bebas diperoleh nilai Tegangan terhadap Regangan. Untuk hasil
pengujian Kuat Tekan Bebas tanah asli dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Tabel Kuat Tekan Bebas Tanah Asli ( Unsoaked )

Pemeriksaan Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compressive Stength Test)

ASTM D 2166-85
Pembacaan Arloji Regangan Pembacaan Arloji Beban (kg) Angka Koreksi Luas Terkoreksi (cm) Tegangan (kg/cm2)
0 0 0 0 1.000 9.616 0
35 0.005 1.5 0.769 1.005 9.665 0.080
70 0.010 3 1.537 1.010 9.713 0.158
140 0.020 5 2.562 1.020 9.813 0.261
210 0.030 7.5 3.843 1.031 9.914 0.388
280 0.040 8 4.099 1.042 10.017 0.409
350 0.050 9.8 5.021 1.053 10.122 0.496
420 0.060 10.5 5.380 1.064 10.230 0.526
490 0.070 11.8 6.046 1.075 10.340 0.585
560 0.080 11.8 6.046 1.087 10.452 0.578
630 0.090 11.8 6.046 1.099 10.567 0.572

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh :


Tegangan (qu disturbed) untuk kondisi unsoaked
= 0,585 kg/cm2

14 | JURNAL REKAYASA SIPIL


Tabel 5 Tabel Kuat Tekan Bebas Tanah Asli ( Soaked )
Pembacaan Arloji Regangan Pembacaan Arloji Beban (kg) Angka Koreksi Luas Terkoreksi (cm) Tegangan (kg/cm2)
0 0 0 0 1.000 9.616 0
35 0.005 1 0.512 1.005 9.665 0.053
70 0.010 2 1.025 1.010 9.713 0.105
140 0.020 3 1.537 1.020 9.813 0.157
210 0.030 4 2.049 1.031 9.914 0.207
280 0.040 5 2.562 1.042 10.017 0.256
350 0.050 5 2.562 1.053 10.122 0.253
420 0.060 5 2.562 1.064 10.230 0.250
490 0.070 5 2.562 1.075 10.340 0.248

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh :


Tegangan (qu disturbed) untuk kondisi soaked
= 0,256 kg/cm²

Beberapa pengujian dilakukan terhadap variasi campuran tanah dengan bahan stabilisasi matos dan
kapur. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 6 Hasil uji kuat tekan bebas variasi campuran

Kombinasi Kondisi Persentase Campuran (%) Tegangan (kg/cm2)


Tanpa Perendaman 0.246
Tanah : 95
1
Kapur : 5
Dengan Perendaman 0.220

Tanpa Perendaman 0.106


Tanah : 87
2
Matos : 8
Dengan Perendaman 0.101
Kapur : 5
Tanpa Perendaman 0.109
Tanah : 83
3
Matos : 12
Dengan Perendaman 0.089
Kapur : 5
Tanpa Perendaman 0.102
Tanah : 79
4
Matos : 16
Dengan Perendaman 0.185
Kapur : 5
Tanpa Perendaman 0.066
Tanah : 75
5
Matos : 20
Dengan Perendaman 0.117
Kapur : 5

| 15
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

Gambar 10 Pengaruh persentase campuran matos vs kuat tekan bebas (Tanpa Perendaman)

Grafik pada gambar 10 menjelaskan bahwa nilai qu disturbed (unsoaked) maksimum terdapat pada
tanah asli tanpa campuran.

Gambar 11 Pengaruh persentase campuran matos vs kuat tekan bebas (soaked)

Grafik pada gambar 11 menjelaskan bahwa nilai qu disturbed (soaked) maksimum terdapat pada
tanah asli tanpa campuran.

Gambar 12 Pengaruh persentase campuran matos vs kuat tekan bebas (Unsoaked dan Soaked)

Grafik pada gambar 12 dari hasil pengujian dan gambar diatas dapat diketahui pada uji kuat tekan
bebas tanah dengan penambahan matos+kapur secara umum menunjukkan kecenderungan

16 | JURNAL REKAYASA SIPIL


penurunan nilai kuat tekan bebas tanah (qu). Terlihat bahwa semakin banyak penambahan
matos+kapur justru semakin memperkecil nilai qu tanah. Penambahan kapur pada tanah
memperkecil lekatan antara butiran tanah+matos dan air, sehingga tanah menjadi mudah pecah
ketika diberi tekanan vertikal. Penurunan lekatan antar butir tanah+matos oleh kapur menyebabkan
timbulnya friksitas pada tanah yang memungkinkan timbulnya gaya gesek intern () pada tanah.
Nilai qu maksimum terdapat pada tanah asli tanpa campuran dalam keadaan tanpa perendaman
dengan nilai qu =0,585 kg/cm², sedangkan nilai qu minimum terletak pada campuran tanah asli
75 % + persentase campuran matos 20 % + kapur 5% keadaan tanpa perendaman dengan nilai qu =
0.066 kg/cm²

Jika dilihat dari besaran nilai UCS yang diperoleh, maka bahan tambah matos+kapur cenderung
menurunkan nilai UCS, tetapi belum memenuhi syarat sebagai subbase dan base jalan raya. Karena
Menurut Ingels dan Metcalf, 1972 (dalam Hardiyatmo, 2010), bahwa nilai UCS > 7 kg/cm² dapat
dipergunakan sebagai subbase dan base jalan raya. Sedangkan Menurut Ditjen Bina Marga yang
didasarkan pada SNI 03-3438-1994 (dalam Hardiyatmo, 2010), bahwa campuran ini juga belum
dapat digunakan sebagai subbase dan base jalan raya, karena nilai UCS hasil < 20 kg/cm².

| 17
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.

5. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penenlitian ini adalah sebagai berikut:


1. Klasifikasi tanah menurut AASHTO yaitu A-7-5(40), sedang kan menurut sistem USCS tanah
tersebut diklasifikasikan sebagai kelompok CH, yaitu lempung anorganik dengan plastisitas
tinggi.
2. Nilai kuat tekan bebas tenah lempung Kawasan sekitar Teknik Sipil Universitas Andalas (Limau
Manis) sebelum distabilitasi dengan matos sebesar qu = 0,585 kg/cm² untuk kondisi unsoaked
dan sebesar 0,256 kg/cm² untuk kondisi soaked.
3. Nilai uji kuat tekan bebas terbesar terdapat pada lempung tanpa adanya campuran dengan nilai
qu uji kuat tekan bebas 0.585 kg/cm2

6. SARAN

1. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya campuran Matos perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah
dari daerah yang lain dengan menggunakan campuran yang sama dengan periode durasi waktu
yang sama, sehingga akan diketahui nilai nyata terjadinya perubahan akibat pengaruh Matos pada
jenis tanah lain.

2. Bahan aditif matos tidak layak digunakan dalam penelitian stabilisasi tanah lempung, dikarenakan
nilai uji kuat tekan bebas, pada kondisi dengan perendaman nilai yang didapat tidak lebih baik
dari nilai tanah asli sebelum pencampuran matos.

3. Untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menambahkan lebih banyak variasi campuran
agar diperoleh hasil yang maksimal

4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sifat campuran matos dengan perilaku dan
perlakuan yang berbeda

5. Perlu dilakukannya penelitian mengenai komposisi zat yang terkandung dalam matos. Guna
mengetahui kandungan apa yang bekerja pada proses stabilisasi tanah dengan penambahan

18 | JURNAL REKAYASA SIPIL


DAFTAR KEPUSTAKAAN
Braja , M.Das, 1995, Mekanika Tanah 1, Jilid 1, University of Texas at El Paso, Erlangga

Hakam, Abdul. (2008). Rekayasa Pondasi. Padang : Bintang Grafika

Muda. A, (2016). Analisis Pemakaian Matos Sebagai Bahan Tambah Pada Stabilisasi Tanah
Lempung Dengan Kapur. Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 1 .
Hardiyatmo, H.C, 2010, Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasaan Jalan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Hardiyatmo, H.C, 2012, Mekanika Tanah 1, Edisi Keenam, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Hasanuddin, 2011, Analisi Pemakaian Matos Sebagai Bahan Tambah Pada Stabilisasi Tanah
Lempung Dengan Kapur, Penelitian Tesis Program Magister Teknik Sipil Universitas Islam
Riau
http://unitedgank007.blogspot.co.id/2016/01/pemadatan-tanah.html

Muda. A, 2011, Stabilisasi Tanah Lempung Bukit Rawi Menggunakan Pasir dan Semen, Tesis,
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Lampung Mangkurat, Banjarmasin.
Widodo, T dan Qosari, 2011, Efektifitas Penambahan Matos Pada Stabilisasi Semen Tanah
Berbutir Halus, yang dipublikasikan pada Jurnal Teknik Sipil Volume 1, Nomor 2, Oktober
2011, ISSN 2088-3676, Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra, Yogyakarta
Indriyanti, dan Kasmawati, 2018, Uji Eksperimental Stabilisasi Tanah Lempung Dengan Ampas
Batu Gamping Industri Marmer, yang dipublikasikan pada Jurnal Teknik Hidro Volume 11,
Nomor 2, Oktober 2018

| 19

Anda mungkin juga menyukai