Naskah diterima : xx Desember 2017. Disetujui: YY Januari 2018. Diterbitkan : 24 Februari 2018
ABSTRAK
Untuk mendapat suatu lapisan pondasi yang baik, kuat, dan kokoh diperlukan daya dukung tanah yang baik.
Disamping itu, tanah berfungsi juga untuk mendukung suatu kontruksi sipil seperti pondasi bangunan gedung
dan perkerasan jalan. Maka dari itu diperlukan adanya perbaikan tanah untuk jenis-jenis tanah yang memiliki
daya dukung rendah.Pemilihan stabilisasi tanah yang digunakan tergantung dari jenis tanah dan ketersediaan
bahan. Matos dan Kapur merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan stabilisasi dalam penelitian ini. .
Persentase matos yang digunakan yaitu 4%, 8%, 12%, 16% dan 20% dan kapur 5% dari berat total tanah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh matos dan kapur terhadap nilai Kuat Tekan Bebas
Soaked dan Kuat Tekan Bebas Unsoaked. Pengujian sifat fisik tanah juga dilakukan sebelum dilakukan uji
Kuat Tekan Bebas, untuk mengetahui jenis tanah yang akan digunakan untuk bahan uji. Pengujian sifat fisik
tanah berupa Berat Jenis, Analisa Butiran, Batas Cair dan Batas Plastis serta Indeks Plastisitas. Kemudian
dilakukan pengujian sifat mekanis pada tanah melalui uji pemadatan dan uji Kuat Tekan Bebas Pada
penelitian ini, untuk sampel unsoaked disetiap variasi akan dilakukan pemeraman selama 7 hari dan
untuk sampel soaked akan dilakukan pemeraman 7 hari kemudian direndam selama 4 hari. Pengujian
Kuat Tekan Bebas dilakukan standard ASTM. Dari hasil pengujian Kuat Tekan Bebas soaked, diketahui
bahwa nilai qu cenderung mengalami penurunan berkisar 0,1-0,3 kg/cm² . Nilai Kuat Tekan Bebas unsoaked
tanah asli lebih besar dari nilai Kuat Tekan Bebas soaked tanah campuran. Hasil penelitian menunjukan ,
bahwa kuat tekan bebas (UCS) tanah lempung sebelum distabilisasi dengan matos sebesar 0,585 kg/cm²
untuk kondisi unsoaked dan 0,256 kg/cm² untuk kondisi soaked. Kemudian Kuat tekan bebas tanah UCS
setelah stabilisasi tanah asli+kapur5%, nilai UCS 0,246 kg/cm² (unsoaked) dan 0,220 kg/cm² (soaked),
kemudian 8% matos nilai UCS 0,106 kg/cm² (unsoaked) dan 0,101 kg/cm² (soaked), kemudian 12% matos
nilai UCS 0,109 kg/cm² (unsoaked) dan 0,089 kg/cm² (soaked), kemudian 16% matos nilai UCS 0,102
kg/cm² (unsoaked) dan 0,185 kg/cm² (soaked), dan untuk 20% matos nilai UCS 0,066 kg/cm²(unsoaked) dan
0,117 kg/cm² (soaked). Berdasarkan hasil penelitian diatas , maka bahan tambah matos cenderung
menurunkan nilai UCS dan belum memenuhi syarat sebagai subbase dan base jalan raya.
Kata kunci : Matos, Kapur, Kuat Tekan Bebas unsoaked, Kuat Tekan Bebas soaked
Lempung adalah tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm dan mempunyai partikel-partikel
tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953 dalam
Das, 1993). Menurut (Chen, 1975 dalam Supriyono, 1997) untuk tanah lempung ekspansif,
kandungan mineralnya adalah montmorilonit yang mempunyai luas permukaan yang lebih besar dan
sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak, bila dibandingkan dengan mineral lainnya,
DOI : 10.25077/jrs.14.2.xx-xx.2018
Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved 1
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.
sehingga tanah mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air dan sangat mudah mengembang. Potensi
pengembangannya sangat erat hubungannya dengan indeks plastisitasnya, sehingga suatu tanah
lempung dapat diklasifikasikan sebagai tanah yang mempunyai potensi mengembang tertentu
didasarkan Indeks Plastisitasnya. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Hasanuddin (2011)
hasil dari penelitian tersebut pada pengujian kuat tekan bebas UCS yang dilakukan pemeraman, nilai
UCS terus meningkat seiring bertambahnya kapur dan matos pada tanah. Kemudian Teguh Widodo
dan Rahmat Qosan (2011), pada pengujian penambahan matos pada stabilisasi tanah dengan semen
terlihat peningkatan nilai UCS, nilai UCS pada penambahan semen 4% yaitu 9,74 kg/cm², pada
penambahan semen 8% nilai UCS 13,58 kg/cm², dan pada penambahan semen 12% nilai UCS 17,25
kg/cm². Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Muda, A (2016), hasil penelitian menunjukan,
bahwa kuat tekan bebas (UCS) 0% matos terhadap stabilisasi tanah lempung dengan semen sebesar
9,10 kg/cm². Kuat tekan bebas (UCS) setelah penambahan 2% matos, nilai UCS 10,92 kg/cm² dan
4% matos nilai UCS 11,18 kg/cm². Kemudian, 6% matos nilai, UCS 11,44 kg/cm² dan 8% matos,
nilai UCS 14,56 kg/cm². Dapat disimpulkan nilai UCS mengalami peningkatan seiring penambahan
matos terhadap stabilisasi tanah lempung dengan semen.a Penelitian tesis serupa juga pernah
dilakukan oleh Muda, A (2011) kesimpulan dari stabilisasi tersebut campuran 10% semen dengan
20% pasir nilai UCS naik cukup besar dengan nilai UCS 16,44 kg/cm² sehingga terpenuhi subgrade
dan subbase jalan raya dan belum memenuhi syarat base jalan raya (UCS < 20 kg/cm²). Penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan dengan bahan campuran gipsum yaitu oleh Diah Sari Damayanti
& Yasin Widodo (2002), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan kuat
tekan bebas tanah asli atau undistrub meningkat setelah adanya penambahan serbuk gipsum.
(Sumber: www.minerals.net.opened at January 23th. 2019)
Menurut Hary Christady (2006) tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-
endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batuan dasar (bedrock)
Menurut Abdul Hakam (2008) tanah merupakan material geologi yang berada pada bagian kerak
bumi yang digunakan sebagai media bekerja atau untuk mendirikan bangunan diatasnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan unsur penting dan sangat memiliki peran didalam
konstruksi. Daya dukung tanah mempengaruhi kekokohan struktur yang berupa bangunan, jalan raya,
serta sarana dan pra-sarana umum lainnya. Jalan amblas, bangunan runtuh, jebolnya waduk, dan lain
sebagainya tidak lepas dari sifat-sifat fisik dan mekanik tanah. Daya dukung tanah mempengaruhi
perencanaan perkerasan pada jalan. Semakin baik daya dukung tanah (subgrade), semakin tipis
lapisan perkerasan diatasnya, sehingga biaya dalam perencanaan konstruksi semakin murah.
Butiran tanah dapat diklasifikasikan menurut beberapa lembaga yaitu USCS (Unified Soil
Classification System), ASTM (American Society for Testing and Material), MIT (Massachusetts
Institute of Technology), AASHTO (American Association of State Highway and Transportation
Officials) dan International Nomenclature.
Dalam masalah teknis yang berhubungan dengan tanah, umumnya penentuan sifat-sifat tanah dapat
ditentukan dengan metode USCS (unified Soil Classification System) dan AASHTO (American
Association of State Highway and Transportation Official). Dua sistem klasifikasi ini sering
digunakan dalam banyak masalah teknis semacam perencanaan perkerasan jalan, bendungan dalam
urugan, dan lain-lainnya. Sistem- sistem ini menggunakan sifat-sifat indeks tanah yang sederhana
seperti distribusi ukuran butiran, batas cair, dan indeks plastisitas.
Sistem Klasifikasi Unified
Menurut sistem unified, tanah yang diklasifikasikan ke dalam tanah berbutir kasar
(kerikildan pasir) adalah tanah yang kurang dari 50% lolos saringan nomor 200, dan
tanah yang berbutir halus (lanau dan lempung) adalah tanah yang lebih dari 50% lolos
saringan 200
Dalam system klasifikasi AASHTO tanah dibagi kedalam 8 kelompok besar yaitu
A-1 sampai A-8. Setiap kelompok tanah tersebut dievaluasi terhadap indeks kelompoknya
yang dihitung dengan rumus empiris. Analisis saringan dan batas-batas atteberg adalah
pengujian yang dapat dilakukan dalam system ini.
dengan,
GI = indeks kelompok (group index)
F = persen butiran lolos saringan no.200 (0,075 mm)
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
Kualitas tanah pada umunya yang digunakan untuk bahan tanah dasar dapat dinyatakan
sebagai kebalikan dari harga indeks grup. Tanah yang semakin berkurang ketepatan penggunaannya
adalah tanah yang memiliki indeks kelompok (GI) semakin tinggi.
Menurut Das (1985) system klasifikasi ini didasarkan pada kriteria di bawah ini :
a) Ukuran butir:
Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm (3 in) dan yang tertahan
pada ayakan No. 20 (2 mm).
Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang tertahan pada ayakan No.
200 (0,075 mm).Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No.20
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan kekuatan tekan bebas (tanpa ada tekanan tekanan
horizontal-tekanan samping), qu dalam keadaan asli maupun buatan (remolded)
Pengolahan data
= ∆L/ Lo………….(1)
Keterangan :
= Regangan aksial
1. ∆L =
2. Lo =
Tegangan = W/A…………………………….(6)
Nilai qu diambil dari nilai tegangan yang paling tinggi dari setiap pengujian.
| 5
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.
Matos berbentuk material serbuk. Komposisi Matos terdiri dari logam dan garam
mineral anorganik dan lain-lain, bersumber dari air laut, aman untuk makhluk hidup dan
ramah lingkungan. Matos ditambahkan pada tanah-semen dengan cara kita harus
melarutkannya ke dalam air pada tingkat kelarutan (molaritas) 10%. Matos merupakan zat
aditif yang ditambahkan dalam stabilisasi tanah-semen dan berfungsi untuk:
a. Melarutkan humus pada permukaan partikel tanah yang menghalangi ikatan tanah
sehingga ikatan lebih kuat.
Sedangkan kekurangannya yaitu sangatlah mudah menguap jika dibiarkan diudara yang
terbuka dan menyebabkan efek panas bila bersentuhan langsung dengan kulit, matos juga
terbilang lebih mahal.
2.4. Kapur
Kapur adalah sebuah benda putih dan halus yang terbuat dari batu sedimen, membentuk
batuan yang terdiri dari mineral kalsium. Biasanya kapur relative terbentuk di laut dalam
dengan kondisi bebatuan yang mengandung lempengan kalsium plates (coccoliths) yang
dibetnuk oleh mikroorganisme coccolithopo Menurut SNI 03-4147-1996, jenis-jenis kapur
dibagi menjadi 4 macam:
1. Kapur tipe I yaitu kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi dengan kadar magnesium
oksida (MgO) paling tinggi 4 %
2. Kapur tipe II yaitu kapur magnesium atau dolomite yang mengandung magnesium oksida
lebih dari 4 % dan maksimum 36 % berat
3. Kapur tohor (CaO), yaitu hasil pembakaran batukapur pada suhu +900 F dengan
komposisi sebagian besar kalsium karbonat (CaCO3)
4. Kapur padam, yaitu kapur dari hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga
terbentuk hidrat Ca(OH)2
Kapur yang digunakan pada penelitian ini adalah kapur bubuk (CaO). Apabila kapur dengan
mineral lempung atau mineral halus lainnya bereaksi, maka akan membentuk suatu gel yang
kuat dan keras, yaitukalsium silikat yang mengikat butir-butir atau partikel tanah (Ingles dan
Mercalf, 1972).
Keunggulan dari kapur :
a. Mempunyai sifat plastis yang baik
b. Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok
c. Dapat mengeras dengan cepat dan mudah
d. Mudah dikerjakan
| 7
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.
3. METODOLOGI
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Bahan
Uji
Uji Pemadatan
Hasil Akhir
Selesai
4.1. Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli Sebelum dan Sesudah Stabilisasi Dengan Matos dan
Kapur
Adapun karakteristik tanah lempung Kawasan sekitar Teknik Sipil Universitas Andalas (Limau
Manis)
Berdasarkan Tabel 1 diatas, bahwa distribusi ukuran butir dengan Analisa saringan (sieve analysis)
bahwa distribusi ukuran butiran tanah yang lolos saringan No. 200 sebesar 83,9%. Hal ini
menunjukan tanah ini merupakan jenis tanah lempung. Menurut USCS masuk dalam devisi tanah
berbutir halus (50% atau lebih lolos ayakan No. 200) termasuk golongan OH yaitu lempung dengan
plastisitas sedang sampai dengan tinggi.
| 9
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.
Lempung
Gravel
Pasir (Sand)
(Clay)
Lanau
(Silt) Halus Kasar-sedang
. 40 .4
. 200 . 10
. 100 . 20 4,75
0,075 0,42 2,0
97.700
92.400
94.767 100
91.133
83.900 85.700 90
73.937
72.524
80
69.696
66.869
70
Persen Lolos
62.628
60
49.904
50
34.353 40
30
21.630 21.630
20
10
0
0.001 0.010 0.100 1.000 10.000
Diameter(mm)
Gambar 4. Grafik Analisa Saringan dan Analisa Hidrometer terhadap Tanah Asli
Beberapa pengujian dilakukan terhadap variasi campuran tanah dengan bahan stabilisasi matos. Hasil
penelitian dapat dilihat pada table 2
Kombinasi Persentase Campuran (%) Pemeriksaan Nilai
Berat Jenis 2.596
Lempung ( lolos saringan No. #200) 83.900
Tanah Asli Tanah :100 Batas Cair (LL) 72.449
Batas Plastis (PL) 33.981
Indeks Plastisitas (PI) 38.531
Tanah : 95 Berat Jenis 2.565
Kapur : 5 Batas Cair (LL) 46.48
1
Batas Plastis (PL) 34.34
Indeks Plastisitas (PI) 12.14
Tanah : 87 Berat Jenis 2.617
Matos : 8 Batas Cair (LL) 65.545
2
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 46.520
Indeks Plastisitas (PI) 18.025
Tanah : 83 Berat Jenis 2.603
Matos : 12 Batas Cair (LL) 63.145
3
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 43.636
Indeks Plastisitas (PI) 19.509
Tanah : 79 Berat Jenis 2.605
Matos : 16 Batas Cair (LL) 58.073
4
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 37.783
Indeks Plastisitas (PI) 20.291
Tanah : 75 Berat Jenis 2.630
Matos : 20 Batas Cair (LL) 56.893
5
Kapur : 5 Batas Plastis (PL) 43.824
Indeks Plastisitas (PI) 13.069
Indeks plastisitas diperoleh dari pengujian batas-batas Atterberg yaitu selisih batas cair (LL) dan
batas plastis (PL). Hasil pengujian pada tanah asli dapat dilihat pada Tabel 4.1. Nilai plastic indeks
yang didapatkan sebesar 38,531% dan batas cair sebesar 72,449%. Dapat disimpulkan bahwa sampel
tanah merupakan jenis tanah lempung dengan plastisitas yang cukup tinggi yaitu sebesar 33,981.
Menurut AASHTO tanah ini termasuk tanah lempung dengan plastisitas sedang, Menurut ASTM D
653 tanah ini termasuk tanah lempung organic dengan batas (LL) lebih besar dari 50% dan termasuk
klasifikasi tanah OH (lempung organik).
Hasil pengujian berat jenis (GS) tidak terlalu jauh. Jika diambil rata-rata didapatkan berat jenis 2,596.
Jika dilihat dari besaran nilai berat jenis (GS) ini umumnya termasuk jenis lempung, tanah ini
termasuk jenis tanah yang mengandung lempung organik karena setiap tanah mempunyai berat jenis
(GS) 2,58 – 2,65 maka tanah tersebut termasuk jenis lempung organic.
Adapun tanah lempung distabilisasi dengan matos dan kapur, didapatkan hubungan yang
mempengaruhi batas-batas atterberg, seperti terlihat pada gambar 6 berikut.
Grafik pada gambar 6 dapat diketahui bahwa campuran matos mempengaruhi batas – batas atterberg
tanah. Dari hasil pengujian kenaikan terjadi pada nilai batas plastis pada beberapa persentase
pertambahan matos, hal ini disebabkan karena matos dapat membuat kadar air yang dibutuhkan tanah
tersebut menjadi lebih banyak, untuk merubah tanah dari keadaan semi padat menjadi keadaan plastis.
Pada nilai batas cair dan plastisitas indeksnya mengalami penurunan,nilai maksimum batas cair (LL)
yaitu = 72.449 % ,batas cair minimum yaitu = 46.310 % dan nilai plastisitas indeks maksimum yaitu
= 38.531 % , untuk nilai plastisitas indeks minimum yaitu = 13.069 %. yang disebabkan karena sifat
matos mengisi rongga – rongga pada tanah sehingga membuat ikatan tanah menjadi sedikit renggang,
tidak mengikat air dan dapat dengan mudah meloloskan air. Sehingga matos dapat digunakan sebagai
pengendali sifat plastis tanah tersebut.
Berdasarkan penelitian tesis yang dilakukan oleh Anwar muda (2011) yang berjudul “Stabilisasi
Tanah Lempung Bukit Rawi Menggunakan Pasir dan Semen” disimpulkan disana penambahan
persentase pasir untuk stabilisasi tanah lempung mempengaruhi batas – batas atterberg tanah
semakin banyak persentase pasir indeks plastisnya semakin rendah. (Sumber : MEDIA ILMIAH
TEKNIK SIPIL Volume 5 nomor 1 Desember 2016 Hal. 30-39)
Kemudian berdasarkan beberapa keunggulan matos itu sendiri yaitu permeabilitas sangat kecil
sehingga bisa difungsikan sebagai pengganti bahan kedap air. (Sumber :
https://matos.co.id/keunggulan)
Dalam pengujian kepadatan tanah, diperoleh nilai kadar air optimum dan kepadatan kering
maksimum. Untuk hasil pengujian kepadatan tanah asli, dapat dilihat pada gambar 7
Nama Variasi Campuran Nilai Berat Isi Kering Maksimum (gr/cm3) Nilai Kadar Air Optimum (%)
No
Campuran
Tanah Asli 95 % +
1 Combo 1 1,223 41,63
Kapur 5%
Gambar 8 Pengaruh persentase campuran matos vs berat isi kering maksimum tanah.
Grafik pada gambar 8 Dari hasil pengujian dan gambar diatas dapat diketahui bahwa campuran
persentase matos menyebabkan peningkatan berat kering maksimum, kenaikan terjadi karena matos
mengisi rongga – rongga udara, dan udara dari dalam tanah akan keluar. Sehingga diperoleh nilai
berat isi kering maksimum terdapat pada campuran tanah asli 75% + persentase campuran matos
20 % + persentase campuran kapur 5%
| 13
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.
Grafik pada gambar 9 menjelaskan bahwa nilai kadar air optimum semakin menurun seiring
bertambahnya persentase campuran matos, penurunan terjadi dikarenakan keunggulan matos itu
sendiri yaitu permeabilitas sangat kecil sehingga bisa difungsikan sebagai pengganti bahan kedap air,
yang mengakibatkan hanya tanah yang menyerap air, sedangkan matos memiliki permeabilitas
sangat kecil dan semakin meningkat seiring pertambahan persentase matos.(Sumber :
https://matos.co.id/keunggulan).
Dalam pengujian Kuat Tekan Bebas diperoleh nilai Tegangan terhadap Regangan. Untuk hasil
pengujian Kuat Tekan Bebas tanah asli dapat dilihat pada tabel 4.
ASTM D 2166-85
Pembacaan Arloji Regangan Pembacaan Arloji Beban (kg) Angka Koreksi Luas Terkoreksi (cm) Tegangan (kg/cm2)
0 0 0 0 1.000 9.616 0
35 0.005 1.5 0.769 1.005 9.665 0.080
70 0.010 3 1.537 1.010 9.713 0.158
140 0.020 5 2.562 1.020 9.813 0.261
210 0.030 7.5 3.843 1.031 9.914 0.388
280 0.040 8 4.099 1.042 10.017 0.409
350 0.050 9.8 5.021 1.053 10.122 0.496
420 0.060 10.5 5.380 1.064 10.230 0.526
490 0.070 11.8 6.046 1.075 10.340 0.585
560 0.080 11.8 6.046 1.087 10.452 0.578
630 0.090 11.8 6.046 1.099 10.567 0.572
Beberapa pengujian dilakukan terhadap variasi campuran tanah dengan bahan stabilisasi matos dan
kapur. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7
| 15
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.
Gambar 10 Pengaruh persentase campuran matos vs kuat tekan bebas (Tanpa Perendaman)
Grafik pada gambar 10 menjelaskan bahwa nilai qu disturbed (unsoaked) maksimum terdapat pada
tanah asli tanpa campuran.
Grafik pada gambar 11 menjelaskan bahwa nilai qu disturbed (soaked) maksimum terdapat pada
tanah asli tanpa campuran.
Gambar 12 Pengaruh persentase campuran matos vs kuat tekan bebas (Unsoaked dan Soaked)
Grafik pada gambar 12 dari hasil pengujian dan gambar diatas dapat diketahui pada uji kuat tekan
bebas tanah dengan penambahan matos+kapur secara umum menunjukkan kecenderungan
Jika dilihat dari besaran nilai UCS yang diperoleh, maka bahan tambah matos+kapur cenderung
menurunkan nilai UCS, tetapi belum memenuhi syarat sebagai subbase dan base jalan raya. Karena
Menurut Ingels dan Metcalf, 1972 (dalam Hardiyatmo, 2010), bahwa nilai UCS > 7 kg/cm² dapat
dipergunakan sebagai subbase dan base jalan raya. Sedangkan Menurut Ditjen Bina Marga yang
didasarkan pada SNI 03-3438-1994 (dalam Hardiyatmo, 2010), bahwa campuran ini juga belum
dapat digunakan sebagai subbase dan base jalan raya, karena nilai UCS hasil < 20 kg/cm².
| 17
Nurrahman Rizqi, Andriani Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Dengan Menggunakan Matos
dan Kapur.
5. KESIMPULAN
6. SARAN
1. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya campuran Matos perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah
dari daerah yang lain dengan menggunakan campuran yang sama dengan periode durasi waktu
yang sama, sehingga akan diketahui nilai nyata terjadinya perubahan akibat pengaruh Matos pada
jenis tanah lain.
2. Bahan aditif matos tidak layak digunakan dalam penelitian stabilisasi tanah lempung, dikarenakan
nilai uji kuat tekan bebas, pada kondisi dengan perendaman nilai yang didapat tidak lebih baik
dari nilai tanah asli sebelum pencampuran matos.
3. Untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menambahkan lebih banyak variasi campuran
agar diperoleh hasil yang maksimal
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sifat campuran matos dengan perilaku dan
perlakuan yang berbeda
5. Perlu dilakukannya penelitian mengenai komposisi zat yang terkandung dalam matos. Guna
mengetahui kandungan apa yang bekerja pada proses stabilisasi tanah dengan penambahan
Muda. A, (2016). Analisis Pemakaian Matos Sebagai Bahan Tambah Pada Stabilisasi Tanah
Lempung Dengan Kapur. Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 1 .
Hardiyatmo, H.C, 2010, Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasaan Jalan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Hardiyatmo, H.C, 2012, Mekanika Tanah 1, Edisi Keenam, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Hasanuddin, 2011, Analisi Pemakaian Matos Sebagai Bahan Tambah Pada Stabilisasi Tanah
Lempung Dengan Kapur, Penelitian Tesis Program Magister Teknik Sipil Universitas Islam
Riau
http://unitedgank007.blogspot.co.id/2016/01/pemadatan-tanah.html
Muda. A, 2011, Stabilisasi Tanah Lempung Bukit Rawi Menggunakan Pasir dan Semen, Tesis,
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Lampung Mangkurat, Banjarmasin.
Widodo, T dan Qosari, 2011, Efektifitas Penambahan Matos Pada Stabilisasi Semen Tanah
Berbutir Halus, yang dipublikasikan pada Jurnal Teknik Sipil Volume 1, Nomor 2, Oktober
2011, ISSN 2088-3676, Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra, Yogyakarta
Indriyanti, dan Kasmawati, 2018, Uji Eksperimental Stabilisasi Tanah Lempung Dengan Ampas
Batu Gamping Industri Marmer, yang dipublikasikan pada Jurnal Teknik Hidro Volume 11,
Nomor 2, Oktober 2018
| 19