Anda di halaman 1dari 41

IMPLEMENTASI K3, PENYELESAIAN AUDIT

FINDING, DAN PEMENUHAN SERTIFIKASI UNIT


SUNGAI PINANG ESTATE – PT BINA SAINS
CEMERLANG

Oleh:
Aulia Rahman Purba
1170144.1.003

SEBAGAI SALAH SATU SYARAT


UNTUK MENGIKUTI UJIAN AKHIR PROGRAM
PELATIHAN ASISTEN KEBUN ANGKATAN 44

MINAMAS PLANTATION
TRAINING CENTRE MINAMAS
KALIMANTAN
2018
ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Kami menyatakan bahwa paper yang disusun oleh:

Nama : Aulia Rahman Purba


No. Registrasi : 1170144.1.003
Judul : Implementasi K3, Penyelesaian Audit Finding, Dan
Pemenuhan Sertifikasi Unit Kebun

Diterima sebagai salah satu syarat untuk dapat lulus dari program Pelatihan
Asisten Kebun (PAK) 44 Training Centre Minamas, Minamas Plantation.

Sungai Pinang Estate, 7 Maret 2018


Diketahui Oleh,

Zulham Ramadhan Robert M. Sihombing


Pjs. Manager L&D Est Manager Sungai Pinang

Nilai (1-5) Nilai (1-5)


iv

KATA PENGANTAR
v

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan paper mayor On
the Job Training (OJT) dengan judul “Implementasi K3, Penyelesaian Audit
Finding, Dan Pemenuhan Sertifikasi Unit Kebun“ dengan tepat waktu dan
baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah membantu, memberikan motivasi, doa dan bimbingan dalam
penyusunan paper ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih pada:
1. Management Minamas yang telah memberikan kesempatan kepada saya
sebagai trainee PAK 44.
2. Bapak Robert M. Sihombing sebagai Estate Manager Sungai Pinang Estate.
3. Bapak Prianto Simanjuntak sebagai Pjs. Senior Asisten Sungai Pinang
Estate, Sekaligus Pembimbing.
4. Bapak Elfian Sebagai Kasie Sungai Pinang Estate
5. Bapak Aryanto Iskandar (Asisten Divisi II) dan Bapak Rakimin (Asisten
Divisi III), atas bimbingan dan arahan serta ilmu yang telah diberikan.
6. Bapak Zulham Ramadhan Sebagai Ketua Koordinator Tc Minamas, Bapak
Riyanto Arie Trisna Sebagai Asisten Fasilitator Pabrik, dan Bapak Eka
Gustanto Sebagai Asisten Fasilitator Agronomy.
7. Bapak Mansur Purba dan Ibu Majidah (Ayah dan Ibu Tercinta).
8. Seluruh karyawan Div I, II, II, karyawan Gudang dan Traksi, serta kantor besar
Sungai Pinang Estate.
9. Rekan sesama trainee PAK (Pelatihan Asisten Kebun) Angkatan 44
Akhir kata, penulis berharap semoga paper ini dapat diterima dengan baik
dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi penulis
sendiri.

Sungai Pinang Estate, 7 Maret 2018

Aulia Rahman Purba


vi
vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii


DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN 3
1.3 MANFAAT 4
1.4 WAKTU PELAKSANAAN 4
BAB II 5
TINJAUAN UMUM KEBUN 5
2.1 PROFIL UMUM KEBUN 5
2.2 KONDISI GEOGRAFIS 5
2.3 KONDISI DEMOGRAFIS 7
2.4 KONDISI INFRASTRUKTUR 9
BAB III 11
LANDASAN TEORI 11
3.1 AUDIT FINDING 11
3.2 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 14
3.3 PEMENUHAN SERTIFIKASI 18
BAB IV 24
PEMBAHASAN 24
viii

4.1 PENYELESAIAN AUDIT FINDING 24


4.2 IMPLEMENTASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3) 27
4.3 PEMENUHAN SERTIFIKASI 29
BAB V 32
PENUTUP 32
5.1 KESIMPULAN 32
5.2 SARAN 32

DAFTAR TABEL

TABEL 1 AREA STATEMENT 6


TABEL 2 RICIAN INVENTARIS BANGUNAN SPE 10
TABEL 3 PERINGKAT PENILAIAN PROPER 24
TABEL 4 TEMUAN AUDIT FINDING 26
TABEL 5 CHECKLIST PENCAPAIAN INDIKATOR RSPO 30

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 PETA AREAL STATEMENT SUNGAI PINANG ESTATE 6


GAMBAR 2 STRUKTUR ORGANISASI SUNGAI PINANG ESTATE 8
GAMBAR 3 STRUKTUR P2K3 SUNGAI PINANG ESTATE 16
GAMBAR 4 PENARAPAN EDS DI GUDANG SENTRAL 29
GAMBAR 5 SERTIFIKAT PROPER PT BSC 31
ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkebunan kelapa sawit dikenal sebagai industri yang berkontribusi besar


dalam menyerap tenaga kerja dan menghasilkan devisa bagi Indonesia melalui
ekspor crude palm oil (CPO) nya. Besarnya perhatian pihak usaha baik dari
pemerintah, swasta, maupun usaha rakyat terhadap kelapa sawit bisa dilihat dari
luas area perkebunan kelapa sawit yang semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini
dapat dilihat dari laju pertumbuhan luas area perkebunan kelapa sawit di
Indonesia selama tahun 2004 hingga 2014 yaitu sebesar 7.67%. Apabila
dikelompokkan berdasarkan status kepengusahannya, perkebunan kelapa sawit di
Indonesia paling banyak dimiliki oleh pihak swasta. Berdasarkan data yang
didapat dari ditjenbun.pertanian.go.id, hingga tahun 2014 area perkebunan kelapa
sawit milik negara adalah seluas 748,272 Ha, sedangkan perkebunan kelapa sawit
milik rakyat adalah seluas 4,551,854 Ha, dan pihak swasta memiliki 5,656,105 Ha
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Salah satu perusahaan kelapa sawit milik swasta di Indonesia adalah
Minamas. Minamas merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit penghasil
crude palm oil (CPO) melalui produksi TBS-nya. Hingga tahun 2016 Minamas
telah memiliki total luas lahan sebesar 282.045 Ha yang tersebar di lebih dari
delapan provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Sumatera Selatan.
Minamas memiliki sembilan estate di provinsi Sematera Selatan, salah satunya
adalah PT Bina Sains Cemerlang – Sungai Pinang Estate.
Sebagai sebuah organisasi yang berbasis profit oriented (mencari
keuntungan), tentunya Sungai Pinang Estate membutuhkan acuan dalam berbagai
praktek operasionalnya yang nantinya diharapkan dapat memandu aktivitas kebun
agar berjalan secara efektif dan efesian sehingga prinsip “memaksimalkan
keuntungan dengan sumberdaya yang ada” dapat tercapai. Selain aturan yang
2

dibuat sendiri, perusahaan juga perlu menerapkan sejumlah aturan baku yang
diwajibkan oleh pemerintah atau pihak ketiga lainnya, terlebih dengan semakin
maraknya isu negatif seperti lingkungan dan keselamatan kerja tentang
perkebunan kelapa sawit, membuat perusahaan harus mau mengikuti berbagai
persyaratan dan aturan yang ditetapkan tersebut agar tetap dapat bersaing di bisnis
ini, karna saat ini. Namun pada hakikatnya, dibanding hanya bertujuan untuk
mengikuti aturan semata, perusahaan memang sudah seharusnya menjalankan
sebuah prinsip manajemen yang baik dan benar dalam mencapai tujuannya. Willy
Susilo (2002), menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen yang baik dan benar
tersebut tercakup dalam dimensi PQCDSME – Productivity (produktivitas) –
Quality (mutu) – Cost (biaya) – Delivery (waktu penyampaian) – Safety
(keselamatan) – Morale (etos kerja) – Enviroment (lingkungan).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prinsip safety
(keselamatan) adalah dengan menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). K3 bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun semua
pihak di perusahaan, sehingga dibutuhkan komitmen yang kuat dari pihak
manajemen. Selain itu, banyak juga literature dan penelitian yang menunjukkan
adanya hubungan positif antara kinerja karyawan dengan K3. Simanjuntak (2011)
mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah
dukungan organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
Berdasarkan pernyataan Willy Susilo (2002), dimensi environment
(lingkungan) juga menjadi salah satu prinsip manajemen yang harus diterapkan di
perusahaan. Salah satu bukti kepedulian perusahaan terhadap lingkungan akan
tercermin dari beberapa sertifikasi dengan pihak ketiga yang dilakukan
perusahaan, misalnya sertifikasi International Sustainable Palm Oil (ISPO),
Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), dan lainnya yang berkaitan dengan
lingkungan. Selain itu, sertifikasi tentunya dilakukan perusahaan demi memenuhi
tuntutan dalam perbaikan mutu dan kualitas produk yang dihasilkan.
Apabila sebuah perusahaan memiliki serangkaian standar maupun aturan,
tentunya aturan tersebut perlu di evaluasi dan dikaji kembali implementasinya
untuk melihat sejauh mana aturan tersebut diterapkan dan berjalan sesuai tujuan,
3

hal ini bisa disebut dengan proses pengauditan. Audit manajemen sendiri dapat
diartikan sebagai serangkaian proses pemeriksaan atau penginvestigasian atas
semua kegiatan manajemen dari tingkatan yang paling tinggi hingga tingkatan
yang paling rendah dalam suatu perusahan untuk memastikan apakah semua
aktivitas organisasi telah dilakukan sesuai dengan aturan dan prinsip yang
ditetapkan secara efektif dan efisien.
Di Sungai Pinang Estate, proses pengauditan dilakukan oleh berbagai pihak
pada setiap periodenya masing-masing, pada laporan ini akan dibahas apa saja
pengauditan yang dilaksanakan di Sungai Pinang Estate dan bagaimana proses
penyelesaiannya untuk setiap temuan yang didapatkan auditor. Laporan juga
membahas mengenai bagaimana penerapan sistem K3 dan pelaksanaan program
sertifikasi di Sungai Pinang Estate, selain itu pada laporan ini juga akan
diidentifikasi standar apa saja yang belum atau tidak terpenuhi, yang berpotensi
atau telah mengakibatkan suatu permasalahan di Sungai Pinang Estate, kemudian
berdasarkan hal tersebut, penulis akan berusaha menemukan solusi perbaikan
untuk permasalahan tersebut.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari penulisan laporan akhir on the job training ini adalah:
1. Sebagai salah satu syarat mengikuti evaluasi akhir pelatihan Asisten
Kebun.
2. Memahami implementasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di kebun.
3. Memahami penyelesaian audit finding di unit kebun.
4. Memahami pemenuhan berbagai persyaratan sertifikasi yang ada di unit
kebun.
5. Menganalisis berbagai kesenjangan yang terjadi antara standar yang
berlaku dengan pelaksanaan aktual dan menemukan masalah yang
ditimbulkan atau potensi masalah dari kesenjangan tersebut.
6. Menemukan rekomendasi perbaikan (improvement) untuk berbagai
permasalahan yang ditemukan.
4

1.3 MANFAAT

Manfaat penulisan merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Bagi


perusahaan, penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan untuk memperoleh solusi bagi permasalahan yang mungkin saja terjadi
ataupun yang telah terjadi akibat kesenjangan yang terdapat antara pelaksanaan
berbagai aturan yang berlaku. Bagi penulis, laporan ini diharapkan dapat menjadi
bekal teknis dan non teknis dalam memahami implementasi K3, penyelesaian
audit finding dan pemenuhan sertifikasi unit kebun saat menjadi seorang Asisten
Manager kebun disalah satu perkebunan kelapa sawit Minamas. Bagi pembaca
dan pihak lain, laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi dan tambahan ilmu
pengetahuan terkait tema K3, audit finding dan sertifikasi.

1.4 WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan OJT (on the job training) ini dimulai dari 11 Desember
2017 sampai dengan 10 Maret 2018 di PT Bina Sains Cemerlang, Sungai Pinang
Estate, Minamas Plantation, Provinsi Sumatera Selatan.
5

BAB II

TINJAUAN UMUM KEBUN

2.1 PROFIL UMUM KEBUN

Sungai Pinang Estate yang tergabung di PT Bina Sains Cemerlang


merupakan bagian dari PT Minamas Plantation. Sungai pinang Estate terletak di
Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, provinsi
Sumatera Selatan. PT. Bina Sains Cemerlang mulai dibangun secara bertahap
sejak tahun 1996 dengan luas wilayah kerja meliputi total areal seluas 6,513 Ha
(termasuk sarana dan prasara); yang terdiri dari :
 Kebun Sungai Pinang & PKS :
3.349,8 Ha
 Kebun Bukit Pinang : 3.613,2 Ha
 PKS Sungai Pinang dengan kapasitas olah TBS : 30
MT/Jam

2.2 KONDISI GEOGRAFIS

Area Statement

Sungai Pinang Estate memiliki luas total area 3.515,15 Ha, dengan luas area
yang tanam sejumlah 3.187,59 Ha, sedangkan luas area lainnya adalah 327,56 Ha.
Luas Areal Tanaman menghasilkan (TM) adalah 2.277,54 ha dan luas areal
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sejumlah 910,05. Tabel area statement dan
peta area statement Sungai Pinang Estate disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1.
6

Luas Areal diusahakan Total


I II III
TM 2.277,54 531,72 633,62 1.109,00
TBM 910,05 448,16 461,89 -
Pabrik 14,78 14,78 - -
Road 91,00 28,08 32,67 30,25
Building 40,88 23,32 10,73 6,83
Cemetery 0,38 0,38
HCV/Buffer Zone 30,29 3,20 15,45 11,64
Nursery 18,45 - 18,45 -
Okupasi 74,42 - 3,39 71,03
Inclave 57,36 - 57,36 -
Total Areal 3.515,15 1.049,64 1.233,56 1.228,75

Tabel 1 Area statement


7

Gambar 1 Peta Areal Statement Sungai Pinang Estate


Sungai Pinang Estate berbatasan dengan :
- Utara : Berbatasan dengan Bukit Pinang Estate (Div I), dan Desa Sungai
Pinang
- Selatan : Berbatasan PT Lonsum
- Timur : Berbatasan dengan Bukit Pinang Estate (Div II & III)
- Barat : Berbatasan dengan PT lonsum dan Desa Anyar

2.3 KONDISI DEMOGRAFIS

Struktur Organisasi Kebun

Sungai Pinang Estate dipimpin oleh Bapak Robert M. Sihombing sebagai


Estate Manager. Sungai Pinang Estate memiliki seorang PJS Senior asisten, dua
orang Asisten Divisi, Seorang Asisten Nursery dan seorang Kasie. Berikut ini
struktur organisasi Sungai Pinang Estate tahun 2018.

Jumlah Tenaga Kerja dan Tanggungan


Hingga Maret 2018, total seluruh karyawan SKU Sungai Pinang Estate
berjumlah 386 orang, terdiri atas 301 tenaga kerja SKU harian dan 87 orang
tenaga SKU bulanan. Karyawan tersebut dibagi kedalam lima bagian divisi, yaitu
Karyawan divisi I, divisi II, divisi III, dan traksi serta karyawan kantor besar.
Rincian proporsi jumlah karyawan untuk setiap divisi dapat dilihat pada Gambar
2.
8

Gambar 2 Struktur Organisasi Sungai Pinang Estate

Kondisi Keamanan

Kondisi keamanan Sungai Pinang Estate cukup aman dengan


ditempatkannya tenaga keamanan di area perumahan karyawan dan kantor besar,
sertadi areal TM. Kemanan di Areal perumahan dijaga oleh tim security (satpam)
baik berjaga di pos utama, maupun di depan perumahan staff. Kemanan di
perumahan karyawan dijaga oleh adanya centeng. Keamanan infrasttruktur
lainnya seperti gedung sekolah dan klinik dijaga juga oleh centeng (tim
keamanan). Sungai pinang estate memiliki pengamanan koramil, polisi dan tim
marinir sebagai pengamanan utama kebun, menyusul adanya tindak pencurian
buah. Untuk memaksimalkan pengamanan, Sungai pinang estate juga
mengadakan patroli keliling setiap hari sesuai jadwal oleh tim security yang
bertugas.
9

Kondisi Sosial
Karyawan Sungai Pinang Estate didominasi oleh penduduk local, baik suku
asli Musi Rawas, atau suku jawa yang telah menetap lama di sekitar desa Sungai
Pinang. Sungai Pinang Estate memfasilitasi karyawan dengan berbagai sarana dan
prasarana pendukung yang sangat baik seperti masjid, klinik sentral, perumahan
CHC, tempat penitipan anak (TPA), taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan lapangan olahraga. Sungai Pinang
Estate Belum menyediakan koperasi bagi karyawan dikarenakan jarak yang
mudah dijangkau via jalan akses yang mudah untuk menuju Kota Kecamatan
Terdekat, sehingga lebih memudahkan karyawan dalam berbelanja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Kondisi Kesehatan
Secara umum kondisi kesehatan karyawan Sungai Pinang Estate terkontrol
dengan adanya klinik sentral PT Bina Sains Cemerlang yang bertempat di Sungai
Pinang Estate, yang mempunyai satu orang Dokter Umum, dua orang Bidan dan
lima orang perawat. Bagi karyawan yang membutuhkan penanganan medis lebih
lanjut, akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat, yaitu Rumah Sakit Umum dan
swasta di Kabupaten Lubuk Linggau. Sungai Pinang Estate juga selalu cepat
tanggap dalam melakukan pencegahan wabah penyakit, beberapa upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi kepada setiap karyawan, serta
pengecekan kesehatan (screening) bagi seluruh karyawan setiap satu tahun sekali,
dan dua kali setahun bagi karyawan dengan pekerjaan beresiko tinggi (semprot,
pupuk).

2.4 KONDISI INFRASTRUKTUR

Sungai Pinang Estate merupakan salah satu unit usaha yang telah
menetapkan sistem CHC (Central House Complex). Artinya mayoritas
10

infrastruktur kebun khususnya perumahan karyawan berada dalam satu wilayah.


Berbagai infrastruktur tersebut sebagian berada di blok D16 dan d17, field G013.
Di Areal CHC teradapat perumahan karyawan dan supervisi, Perumahan Staff,
Kantor besar, Klinik Central, dan Sekolah (SMP), selain itu di blok ini juga
terdapat waduk yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air perumahan
karyawan apabila terjadi musim kemarau.

NO NAMA JENIS BARANG SATUAN JUMLAH NO AKTIVA PEROLEHAN KETERANGAN

1 RUMAH MANAGER UNIT 1 E.M BPE 1998 KONDISI BAIK


2 RUMAH STAF UNIT 5 E.U 1996/98/2000 KONDISI BAIK
3 JOGLO/LAPANGAN TENIS UNIT 1 E.U 1998 KONDISI BAIK
4 RUMAH G.2 UNIT 80 PONDOK I 1995/1996 KONDISI BAIK
5 RUMAH G.2 UNIT 86 PONDOK II 1996/97/98/00 KONDISI BAIK
6 RUMAH G.2 UNIT 20 PONDOK III 1996/2005 KONDISI BAIK
7 KEDAI RANSUM UNIT 1 PONDOK I 1998 KONDISI BAIK
8 BALAI KARYAWAN UNIT 1 PONDOK I 1998 KONDISI BAIK
9 GEDUNG SEKOLAH SMP UNIT 3 PONDOK I 2001 KONDISI BAIK
10 GEDUNG SEKOLAH SD LKL 9 PONDOK I 1998/1999 KONDISI BAIK
11 PENITIPAN BAYI UNIT 1 PONDOK I 1998 KONDISI BAIK
12 RUMAH G.I UNIT 6 PDK I,II,III 2005 KONDISI BAIK
13 KANTOR DIVISI 2 DIVISI UNIT 1 PONDOK I 1998 KONDISI BAIK
14 MASJID UNIT 1 PONDOK I 1997 KONDISI BAIK
15 WADUK AIR UNIT 1 PONDOK 1996 KONDISI BAIK
16 MASJID SEMI PERMANEN UNIT 1 PONDOK III 2001 KONDISI BAIK
17 SUMUR BOR + INS AIR UNIT 1 PONDOK II 2001 KONDISI BAIK
18 GUDANG SENTRAL UNIT 1 E.U 2005 KONDISI BAIK
19 GUDANG PUPUK UNIT 1 E.U 2005 KONDISI BAIK
20 BENGKEL / WORKSHOP UNIT 1 E.U 2007 KONDISI BAIK
21 KLINIK SENTRAL UNIT 1 E.U 2007 KONDISI BAIK
22 MASJID E.U UNIT 1 E.U 2007 KONDISI BAIK

Tabel 2 Rician Inventaris bangunan SPE


11

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 AUDIT FINDING

Pada dasarnya audit merupakan aktivitas pemeriksaan dan pengevaluasian


terhadap berbagai kegiatan operasional perusahaan sebagai bentuk
pertanggungjawaban terhadap pihak lain yang membutuhkan informasi tersebut,
jika yang membutuhkan dan menjalankan adalah pihak internal artinya audit
tersebut dikategorikan sebagai audit internal, jika dibutuhkan dan dijalankan oleh
pihak ketiga artinya audit tersebut termasuk kategori eksternal. Pelaksanaan audit
dirancang untuk menemukan penyebab dari kelemahan-kelemahan yang terjadi
pada suatu pelaksanaan kegiatan operasional, kemudian menganalisa akibat yang
mungkin dapat ditimbulkan dan menentukan tindakan korektif agar tercapai
perbaikan dalam pengelolaan dimasa mendatang.
Salah satu tujuan utama pelaksanaan audit adalah untuk menemukan suatu
penyimpangan atau suatu kecurangan (fraud). Penyimpangan merupakan suatu
sikap atau tindakan diluar aturan yang berlaku, sedangkan fraud merupakan
perbuatan melawan hukum yang dilakukan orang dalam atau luar organisasi untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok yang dapat merugikan pihak lain
atau organisasi. Praktek fraud dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya
penyimpangan atas asset, korupsi, dan lainnya. Biasanya seseorang melakukan
tindakan fraud berdasarkan beberapa jenis motif yang dikenal dengan GONE
Theory yaitu:

1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (hukuman pada pelaku yang dinilai rendah menyebabkan efek tidak
jera)
Terdapat empat pilar yang dapat ditegakkan dalam memerangi fraud, diantaranya:
12

1. Pencegahan
2. Pendeteksian
3. Investigasi
4. Penjatuhan sanksi
Adapun beberapa jenis audit yang dilakukan di Minamas adalah sebagai berikut.

Audit Internal

Departemen audit adalah bagian integral dari organisasi perusahaaan dan


fungsinya diatur menurut kebijakan manajemen. Minamas sendiri memiliki
sebuah departemen yang menjalankan fungsinya sebagai auditor internal, yaitu
Group Corporate Assurance Departement (GCAD). GCAD berfungsi untuk
menjalankan penilaian objektif yang sistematis terhadap berbagai aktifitas dalam
organisasi untuk memastikan informasi keuangan dan operasional dibuat secara
akurat dan handal. GCAD juga menjalankan fungsi Consulting dengan
memberikan perbaikan bagi perusahaan terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan. Adapun peran audit internal adalah:
1. Menjamin operasional sesuai keinginan manajemen
2. Menanamkan wawasan atas peranan dan tanggung jawab auditor kepada
semua level manajemen.
3. Memberikan penilaian atas kinerja yang dicapai dari objek yang diaudit
Adapun prinsip kerja yang diharapkan GCAD untuk diterapkan oleh setiap pihak
jajaran manajemen adalah:
1. Efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional
2. Laporan finansial yang memadai, handal, dan dapat dipercaya
3. Perlindungan asset
4. Kepatuhan
Dalam menjalankan tugasnya, GCAD juga memiliki kode etik yang harus
senantiasa dipatuhi, yaitu:
1. Integrity
2. Objectivity
3. Confidentiality
13

4. Compentency
Adapun jenis audit yang dilakukan oleh GCAD adalah:
1. Audit rutin (control & compliance), dilakukan satu tahun sekali
2. Control self assessment (CSA), evaluasi yang dilakukan oleh unit sendiri
secara objektif
3. Special riview, riview terhadap audit subjek tertentu yang berpotensi
resiko tinggi
4. Surprise audit, audit yang dilakukan secara dadakan atau tanpa
pemberitahuan
5. Audit investigasi, audit yang dilakukan terkait suatu penyimpangan atau
fraud
6. Preriview/QAR, audit internal untuk operasional GCAD yang dilakukan
setiap tiga tahun sekali
Selain audit internal yang dilakukan GCAD, terdapat juga beberapa jenis
pemeriksaan atau penilaian yang dilakukan oleh berbagai pihak di Minamas
terkait bidangnya, seperti Departement Accounting yang melakukan pemeriksan
dan pemeringkatan terhadap penilaian administrasi accounting masing-masing
unit usaha, pemeriksaan ini dilakukan secara sistem dan hasilnya akan
diumumkan setiap tiga bulan sekali.

Audit Eksternal
Audit eksternal merupakan pemeriksaan berkala terhadap pembukuan atau
laporan keuangan dan catatan lain yang dilakukan pihak ketiga secara independen,
untuk memastikan akvtivitas operasional dilaksanakan sesuai SOP dan juga
memberikan sebuah pandangan tentang suatu kewajaran atas sesuatu yang dinilai
menyimpang. Tujuan dilakukan audit eksternal adalah:
1. Mengetahui apakah laporan keuangan tahunan perusahaan telah
menyajikan kondisi finansial yang riil atau tidak.
2. Memastikan dana milik perusahaan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan
yang disepakati dan dimuat dalam konstitusi.
14

Audit eksternal perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan demi


mendapatkan kredibilitas pihak lain. Audit eksternal biasanya dilakukan untuk
memenuhi persyaratan hukum. Di Indonesia sendiri, perusahaan yang sudah
terdaftar sebagai Perusahaan Kena Pajak (PKP), wajib untuk melakukan audit
eksternal. Pihak yang berhak melakukan audit ini adalah auditor eksternal atau
audit yang berasal dari pihak ketiga. Dalam hal ini, Minamas bekerja sama dengan
salah satu perusahaan publik yang menyediakan jasa audit, yaitu PwC (Price
Waterhouse Coopers). Audit eksternal ini dilakukan setiap satu tahun sekali di
Minamas, tepatnya diakhir periode financial year (Juni – Juli), sehingga biasanya
audit eksternal ini akan dilaksanakan pada bulan Juli.

3.2 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Pengertian
Secara etimologis, K3 merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar
tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman
dan efisien. Secara filosofi, K3 merupakan suatu konsep berfikir dan upaya nyata
untuk menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta
hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera. Yuli
(2006) mengatakan bahwa K3 adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi
kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan
pelatihan, pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan
dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku dari pemerintah atau
perusahaan.

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)


Indonesia memiliki beberapa peraturan yang mengatur permasalahan K3,
seperti Undang-undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan
15

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Minamas sendiri juga
telah menerapkan berbagai aturan serta SOP yang mengatur sistem K3 di setiap
unit usaha. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin pelaksanaan sistem
K3 di unit usaha adalah dengan membentuk struktur Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Di Indonesia, keberadaan struktur
P2K3 juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER.04/MEN/1987 tentang P2K3 serta satu cara penunjukkan ahli keselamatan
kerja. Struktur P2K3 Sungai Pinang Estate terbaru disahkan pada tanggal 17
Januari 2018 dan tercantum dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Selatan No.
011/KPTS/NAKERTRANS/2018.
P2K3 memiliki tugas untuk memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah K3
dengan cara:
1. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di tempat kerja
2. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan K3, termasuk kebakaran atau peledakan serta cara
penanggulangannya
b. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
c. Alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya
3. Membantu pengusaha dalam:
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternative terbaik
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3
d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan
16

e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian dibidang keselamatan


kerja
f. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi tenaga kerja
g. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
h. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
i. Mengembangkan laboraturium K3, melakukan pemeriksaan
laboraturium dan melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
j. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, hygiene
perusahaan, dan kesehatan kerja
4. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomic dan gizi tenaga kerja

Gambar 3 Struktur P2K3 Sungai Pinang Estate


17

Kepedulian dan kesadaran terhadap lingkungan merupakan suatu hal


pokokyang dapat menjadi dasar yang kuat bagi penerapan sistem K3. Lingkungan
yang sehat tentunya akan memberikan efek yang baik terhadap kesehatan orang-
orang yang ada disekitarnya. Selain itu, seseorang yang memiliki kesadaran
terhadap lingkungannya akan memahami potensi bahaya yang akan berdampak
pada dirinya, sehingga ia akan mematuhi berbagai aturan yang telah dirumuskan.
Dengan demikian tingkat keselamatan seseorang dalam bekerja akan semakin
tinggi. Singkat kata, lingkungan yang baik akan melahirkan kesehatan yang baik
pula bagi setiap orang sehingga keselamatan dalam bekerja dapat tercapai. Namun
demikian, dibutuhkan kesadaran dan komitmen dari semua pihak, baik pekerja
maupun perusahaan dalam pelaksanaan sistem K3 ini agar hal yang baik tersebut
dapat tercapai. Karena seperti yang diketahui, sebuah kecelakaan kerja merupakan
suatu hal yang tidak diinginkan dan juga merugikan bagi semua pihak. Terlebih
dengan apa yang disebut dengan “Gunung Es Kerugian” menjadikan kecelakaan
kerja sebagai mimpi buruk yang sangat tidak diharapkan oleh setiap perusahaan.

Sistem Pelaporan Kecelakaan Kerja

Laporan monitoring kecelakaan kerja maksimal dikirim ke PSQM pada


tanggal 5 setiap bulannya yang tercakup dalam ESH Report. Selain laporan
kecelakaan kerja, ESH Report juga mencakup laporan jam kerja, data
environment, dan HCV. Jenis kecelakaan kerja di Minamas dikelompokkan
berdasarkan 11 kategori:
1. Kecelakaan Fatal (Fatal Accident)
2. Kecelakaan yang mengakibatkan cacad seumur hidup (Permanent
disability)
3. Kecelakaan yang mendapat Surat Istirahat dari dokter lebih 5 hari
(Medical certificate - MC)
4. Kecelakaan yang mendapat surat istirahat dokter 1 - 4 hari (MC < 4 days)
5. Kecelakaan yang mendapat rawat inap (opname) di Rumah sakit,
Puskesmas, Klinik
18

6. Kecelakaan yang mendapat pertolongan pertama tanpa surat istirahat


dokter (First Aid witout MC)
7. Kecelakaan yang berbahaya tetapi tidak menimbulkan korban (Dangerous
Occurrence)
8. Kecelakaan yang berakibat kerusakan asset perusahaan > Rp. 15.000.000,-
(More than RM 5.000)
9. Kecelakaan mengakibatkan kerusakan lingkungan (air, udara, tanah)
10. Kecelakaan terjadi namun terhindar (Near Miss)
11. Kecelakaan bukan karena pekerjaan (Non Occupational Accident)

Kategori kelas 1 sampai dengan 4 dapat menyebabkan kehilangan hari kerja,


sedangkan kelas 5 sampai dengan 11 tidak menyebabkan kehilangan hari kerja.
Kecelakaan yang terjadi untuk kategori kelas 1, 2, 8,9,11 harus dilaporkan
maksimal 6 jam setelah terjadi kecelakaan. Unit usaha juga harus menyertakan
form “Pemberitahuan Segera Mengenai Kecelakaan Kerja” yang akan dilaporkan
ke setiap jajaran manajemen (HPUI, HPO, CEO, GM HRM, dan PSQM).
Sedangkan kecelakaan kategori kelas lainnya dilaporkan setiap awal bulan serta
diinvestigasi oleh unit.

3.3 PEMENUHAN SERTIFIKASI

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan sub-sektor


perkebunan di Indonesia. Produktivitas perkebunan kelapa sawit juga jauh lebih
besar dibanding dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti bunga
matahari, kedelei, dan lainnya. Pembangunan perkebunan kelapa sawit juga
merupakan pembangunan yang menganut prinsip zero waste, karena selain
banyaknya produk bermanfaat yang dapat dihasilkan dari dari kelapa sawit,
limbah yang dihasilkan dari kelapa sawitpun, baik limbah cair maupun limbah
padat, dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, misalnya untuk pakan
ternak, pupuk, maupun sumber energi. Namun demikian perkembangan
perkebunan kelapa sawit juga tidak terlepas dari isu-isu negatif, diantaranya:
19

1. Menyebabkan deforestasi atau kerusakan hutan


2. Rusaknya keanekaragaman hayati
3. Meningkatnya C02 akibat pembukaan lahan dengan cara membakar
4. Lingkungan menjadi rusak akibat pemanfaatan lahan gambut yang
tidak terkendali
5. Menciptakan konflik social

Berbagai isu tersebut, apabila tidak diantisipasi dengan baik, maka dapat
menjadi hambatan dan mengganggu perkembangan perkebunan kelapa sawit
dimasa depan. Salah satu hambatan yang muncul dengan adanya isu-isu tersebut
adalah terjadinya blokade terhadap ekspor CPO. Blockade tersebut tentunya
berpengaruh negatif terhadap kelangsungan bisnis produsen. Untuk mencegah hal
tersebut terjadi, diperlukan adanya upaya dari produsen untuk meyakinkan
konsumennya maupun para pemerhati lingkungan bahwa praktek perkebunan
kelapa sawit yang dilakukan telah menerapkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk
menjamin bahwa hal tersebut telah dilaksanakan adalah dengan melakukan
sertifikasi dengan berbagai pihak yang telah memiliki lisensi untuk melakukan hal
tersebut. Berikut adalah beberapa jenis sertifikasi yang dapat dilakukan oleh pihak
produsen.

RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil)


RSPO merupakan salah satu sistem sertifikasi yang dilakukan produsen
kelapa sawit untuk mendapatkan pernyataan pengelolaan lingkungan yang baik
dan bertanggung jawab dari badan penyelenggara yang bersangkutan. Pelaksanaan
sertifikasi RSPO dilakukan untuk memastikan bahwa suatu perkebunan telah
menerapkan budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan dan produk CPO dan
turunannya dapat dikategorikan sebagai Green Product. Berbeda dengan ISPO,
RSPO bukanlah suatu sertifikasi yang wajib diterapkan oleh sebuah perusahaan,
namun lebih bersifat sukarela (Voluntary), yang diaplikasikan semata-mata hanya
karena kepentingan pasar/konsumen atau stakeholder lainnya yang meminta.
20

Untuk tahun 2008, RSPO memiliki 8 Prinsip, 39 Kriteria, dan 139


Indikator dalam penilaiannya, namun pada tahun 2013 terdapat pembaharuan
P&C sehingga berubah menjadi 8 Indikator, 43 Kriteria, dan 138 Indikator.
Adapun 8 prinsip dalam penilain RSPO adalah sebagai berikut:
1. Komitmen terhadap transparansi
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang relevan
3. Komitmen terhadap viabilitas keuangan dan ekonomis jangka panjang
4. Penggunaan praktik-praktik terbaik oleh pengusaha perkebunan dan pabrik
minyak sawit
5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya dan
keanekaragaman hayati
6. Pertimbangan bertanggung jawab atas pekerja serta individu dan
komunitas yang terpengaruh oleh kegiatan pengusaha perkebunan dan
pabrik minyak sawit
7. Pengembangan penanaman baru yang bertanggung jawab
8. Komitmen terhadap perbaikan terus menerus dalam area-area kegiatan
utama.
Sebelum pelaksanaan penilaian oleh auditor RSPO, maka sebelumnya unit
usaha atau auditee akan melaksakan kegiatan yang dinamankan Pre-Audit atau
audit internal, kegiatan ini dilakukan untuk mengecek kesiapan unit usaha dalam
melaksanakan sertifikasi. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk menentukan
tindakan koreksi yang dibutuhkan untuk hal-hal yang perlu diperbaiki maupun
terhadap persyaratan administrasi yang belum terpenuhi. Adapun kerangka kerja
untuk persiapan sertifikasi RSPO adalah:
Langkah 1 : Pembentukan Tim/Organisasi Kerja Sertifikasi RSPO
Langkah 2 : Pre-Assessment dengan checklist P&C RSPO
Langkah 3 : Gap Analysis
Langkah 4 : Tindakan perbaikan sesuai hasil Gap audit. Perbaikan
mencakup dokumentasi (SOP, FORM, rekaman/rekoding
monitoring) dan kondisi lapangan sesuai persyaratan P&C
RSPO
21

Langkah 5 : Monitoring (Self Assessment/Internal Audit)


Langkah 6 : Corrective Action dan Continious Improvement

ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil)


ISPO merupakan acuan pengembangan kelapa sawit berkelanjutan
Indonesia yang merupakan rangkuman dari seluruh peraturan perundangan yang
terkait dengan kelapa sawit yang berlaku di Indonesia, sehingga ketentuan ISPO
merupakan ketentuan yang wajib dipatuhi oleh pelaku usaha perkebunan di
Indonesia. Kewajiban untuk melaksanakan sertifikasi ISPO ini diatur dalam
Peraturan Menteri Pertanian No.19/Permentan/OT.140/3/2011, tanggal 29 Maret
2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa sawit Berkelanjutan Indonesia
(Indonesian Sustainable Palm Oil). Penerapan ISPO merupakan bukti kepatuhan
pelaku usaha perkebunan dalam melakukan usaha sesuai peraturan perundangan
yang berlaku di Indonesia dan menerapkan perkebunan kelapa sawit
berkelanjutan. Penerapan ISPO juga membuktikan bahwa produsen telah
menghasilkan minyak sawit berkelanjutan yang dalam prakteknya telah
memperhatikan pelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup.
Adapun tujuan dari penerapan ISPO adalah:
a. Meningkatkan kepatuhan pelaku usaha perkebunan dalam menerapkan
peraturan perundangan yang berlaku;
b. Melindungi dan mempromosikan minyak sawit berkelanjutan Indonesia
agar dapat diterima pasar internasional; dan
c. Mendukung komitmen Indonesia dalam pelestarian sumber daya alam dan
fungsi lingkungan hidup.
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 11 tahun 2015, ISPO memiliki 7
Prinsip, 48 Kriteria, dan 133 Indikator dalam penilaiannya. Adapun prinsip-
prinsip tersebut adalah
1. Legalitas usaha perkebunan
2. Manajemen perkebunan
3. Pelindungan terhadap pemanfaatan hutan alam primer dan lahan gambut
22

4. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan


5. Tanggung jawab terhadap pekerja
6. Tanggung jawab sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
7. Peningkatan usaha secara berkelanjutan

PROPER
Proper merupakan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 6 tahun 2013. Penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup ini merupakan suatu instrument kebijakan alternative untuk meningkatkan
tingkat penaatan perusahaan dan mengurangi tingkat pencemaran perusahaan
melalui penyebaran tingkat kinerja penaatan perusahaan secara nasional. Proper
merupakan inisiatif yang dilakukan pemerintah untuk menunjuk perusahaan agar
ikut dalam penilaian Proper. Namun secara garis besar proper bukanlah suatu
pengganti instrumen penegakan hukum lingkungan tapi merupakan pelengkap
dalam dalam memenuhi penegakan hukum lingkungan.

Tahapan Pelaksanaan Proper


1. Persiapan
a. Penyusunan jadwal verifikasi dan pembagian tim
b. Surat pemberitahuan verifikasi
c. Penelaahan BA dan report minimal 2 tahun sebelumnya
d. Analisa laporan kinerja perusahaan dan kasus lingkungan
e. Penyusunan rencana kerja verifikasi lapangan
f. Penyiapan form pengawasan (izin, PPA, PPU, PLB3, KKL)
g. Penyiapan peralatan (GPS, kamera, laptop, dll)
h. Pengurusan akomodasi dan transportasi
2. Verifikasi lapangan
a. Pelaksanaan pertemuan pendahuluan
b. Pemeriksaan dokumen amdal/UKL-UPL, perizinan, dll
23

c. Pemeriksaan sumber pencemaran (air, udara, LB3, KKL)


d. Pengambilan sampel air limbah
e. Pelaksanaan pertemuan penyusunan berita acara pengawasan
f. Penandatanganan berita acara pengawasan dan pengambilan sampel
3. Pasca verifikasi
a. Telaah hasil berita acara pengawasan
b. Evaluasi form pengawasan dan berita acara
c. Penyusunan report sementara hasil pengawasan
d. Supervisi
e. Penyusunanan report sementara hasil supervise
f. Pemeringkatan sementara hasil supervises
g. Pemberitahuan peringkat sementara
h. Masa sanggah
i. Evaluasi sanggah provinsi
j. Evaluasi sanggah KLH
k. Pemeringkatan sementara tahap akhir

Peringkat Penilaian Proper


Adapun peringkat yang terdapat dalam penilaian Proper adalah:

No Warna Penjelasan
1. Emas Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang di
persyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (reduce, reuse,
recycle), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang
berkesinambungan, serta melakukan upay-upaya yang berguna
bagi kepentingan masyarakat dalam jangka panjang
2. Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan
lingkungan, mempunyai hubungan baik dengan masyarakat,
termasuk melakukan upaya 3R
3. Biru Telah melakukan pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. Merah Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, tetapi baru
sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
5. Hitam Blelum melakukan upaya pengelolaan lingkungan, berarti
24

secara sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan


sebagaimana yang dipersyaratkan, serta berpotensi mencemari
lingkungan
Tabel 3 Peringkat penilaian Proper

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PENYELESAIAN AUDIT FINDING

Audit Internal GCAD


Pelaksanaan audit oleh department GCAD biasanya dilakukan satu tahun
sekali, Pada tahun 2017 lalu, pelaksanaan audit oleh GCAD dilakukan pada bulan
Oktober. Adapun hasil dari pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
No Temuan Tindakan Perbaikan Progress
1. Restan TBS Estate  Infrastruktur jalan ditingkatkan Selesai
cukup tinggi dengan pembatuan
 Kendaraan yang rusak diperbaiki,
stock sparepart kendaraan yg rusak
disiapkan di gudang
 Melakukan preventive maintenance
kendaraan
2. Beberapa EVIT di SPE  EVIT yang fisiknya rusak dan biaya Selesai
tidak terdapat historis untuk memperbaikinya sangat mahal
pemakaian di SAP dan sudah berumur di atas 10 tahun
selama periode Juli akan diusulkan di putihkan dan
2016 s.d. September setelah di putihkan akan berkoordinasi
2017 dengan IT agar di non aktifkan dari
sistem SAP
 Tippping trailer baru dibuatkan EVIT
Code-nya
 Melakukan penginputan prestasi kerja
EVIT kontraktor di sistem checkrool
SAP oleh kerani
 EVIT yang rusak dan terecord
biayanya tahun 2017/2018 akan
dikoreksi
 Melakukan Kontrol Inventarisir dan
25

Pencatatan biaya EVIT secara berkala


3. Berat Janjang rata-rata  Kerani divisi melaporkan hasil kerja Selesai
(BJR) per blok output panen dan bjr di lingkaran pagi
berfluktuasi Tajam setiap hari
(tidak wajar)  Buku monitoring buah diperiksa setiap
hari oleh kerani divisi dan asisten
sebagai control laporan
4. Pelaporan Pengurangan  Akan dikeluarkan total untuk water Selesai
Luasan Areal Planted bodies dan jalan di areal TBM dibulan
TBM (Land Claim, Desember 2017
Buffer zone,Water
Bodies dan Jalan)
masih berdasarkan
perhitungan audit
5. Alokasi Pekerjaan di  Mandor diwajibkan mengisi bkm pada Selesai
Checkroll tidak sama sore hari, sehingga bkm tersebut bisa
dengan aktualnya dikoreksi oleh asisten divisi sebelum
dilakukan pengimputan data di SAP,
dan asisten akan melakukan evaluasi
pengimputan setiap minggu bersama
supervisi mandor di kantor divisi
untuk antisipasi terulangnya kejadian
diatas
6. Pemakaian Bahan tidak  Nomor Kode Barang (NKB) akan di Selesai
sesuai dengan jenis update oleh pihak gudang dan
pekerjaannya pada dibagikan ke Krani Divisi, serta
laporan worker daily pembuatan Bon Barang harus
out put dan penggunaan disertakan NKB dengan jelas.
bahan di nursery tidak
pernah di input ke SAP
7. Realisasi Pruning areal  Telah membentuk tim khusus 5 Selesai
tanaman menghasilkan orang / divisi mulai bulan Nopember
under program 2017
 Melakukan tunas pokok pada sore hari
(diluar jam dinas).
 Terus melakukan pencarian untuk
menambah tenaga kerja baik tenaga
kontrak ataupun PKWT
8. Penyelesaian seksi  Peningkatan out panen atau Selesai
panen panjang (>1 hari) peningkatan Ha cover
dipengaruhi beberapa  Tetap melakukan panen pada hari
factor libur/kontanan
 Mengangkat tenaga panen PKWT 11
orang dan penambahan tenaga kontrak
5 orang.
 Terus melakukan pencarian untuk
26

menambah tenaga kerja baik tenaga


kontrak ataupun PKWT
9. Kualitas Pengiram TBS  Pembinaan terus dilakukan terutama Selesai
ke Pabrik belum terjaga kepada tenaga panen baru.
sesuai standar  Penerapan monitoring kualitas buah
yang wajib di laksanakan oleh mandor
1 dan asst setiap hari
 Inspeksi langsung mandor panen ,
mandor I dan Asistant setiap hari dan
dilakukan penerapan denda
dilapangan.
10. Hasil Produksi di 4  Untuk laporan pusingan panen telah Selesai
field tidak ada padahal dibuat sesuai dengan actual
dilaporan pusingan ada  Batas field sudah di buat tanda yang
aktifitas panen jelas untuk memudahkan administrasi
dengan menggunakan patok blok
 Memastikan antara pusingan panen
dan pelaporan harus sama dilakukan
rutin setiap hari
Tabel 4 Temuan Audit Finding

Berdasarkan tabel temuan audit finding dapat diketahui bahwa semua hal
yang menjadi temuan telah diselesaikan. Penyelesaian terhadap temuan tersebut
dilakukan hingga bulan Maret 2018.

Audit Eksternal PwC


Pelaksanaan audit eksternal oleh PwC di Sungai Pinang Estate
dilaksanakan bakhir-akhir ini, tepatnya pada tanggal 3-4 Juli 2017. Sebelum
melaksanakan proses pengauditan, pihak PwC akan memberikan pemberitahuan
kedatangan dan meminta unit usaha untuk mempersiapkan beberapa data yang
dibutuhkan. Data tersebut biasanya berkaitan dengan persediaan di gudang. Audit
eksternal PwC dilaksanakan dengan melakukan stock opname di gudanng seperti,
sparepart, pupuk, chemical, ataupun obat-obatan. Material sampel tersebut akan
dihitung bersama sama antara pihak unit usaha dan pihak auditor dan disesuaikan
jumlahnya dengan yang tercatat di SAP pada tanggal yang diminta, apabila
27

terdapat perbedaan, maka akan ditelusuri penyebab terjadinya selisih. Kemudian


dilampirkan dalam report yang dibuat oleh auditor. Ruang lingkup atas cek fisik
persediaan dilakukan oleh perusahaan adalah 100%. Tidak ada pergerakan
persediaan, baikmasuk ataupun keluar dan produksi selama cek fisik persediaan
dilakukan. Hasil perhitungan persediaan fisik (hasil opname) adalah persediaan pr
tanggal 30 juni 2017.

4.2 IMPLEMENTASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Penerapan K3 di Sungai Pinang Estate tidak terlepas dari usaha pihak-


pihak terkait yang mengupayakan agar sistem K3 berjalan dengan efektif. Salah
satu upaya pencegahan dalam hal K3 yang dilakukan oleh anggota P2K3 adalah
dengan melaksanakan rapat P2K3. Rapat ini dilakukan satu bulan sekali dan
notulensi hasil rapat dilaporkan pértiga bulan sekali ke Disnakertrans Musi
Rawas, sekaligus dengan monitoring bulanan laporan kecelakaan kerja. Beberapa
hal yang dibahas dalam rapat P2K3 adalah:
1. Program K3 di perumahan
- Menjaga kebersihan perumahan dan parit
konkrit
- Membuang sampah pada tempatnya
- Tidak melakukan pembakaran terbuka
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan di gudang
- Menjaga kerapian dan kebersihan gudang
- Update MSDS
- Menerapkan sistem 5S
- Memahami HIRAC (Hazard Identificatin
Risk Assassement Control) di gudang
- Senantiasa menggunakan APD
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan di Klinik central
- Menjaga kebersihan, kerapian dan
kenyamanan
28

- Membuang limbah B3 medis pada


tempatnya
- Mengecek masa pakai obat-obatan
(expired)
- Memahami HIRAC klinik
Terkait dengan kebersihan, diperumahan karyawan Sungai Pinang Estate
terdapat sebuah program yang dinamakan dengan Jumat Bersih. Jumat Bersih
merupakan suatu kegiatan pembersihan lingkungan perumahan secara serentak
oleh semua karyawan. Hari Jumat dipilih karena Jumat merupakan hari kerja
terpendek karyawan. Namun hingga saat ini program tersebut sudah jarang
dilakukan. Untuk itu diperlukan sosialisasi ulang agar program tersebut dapat
berjalan secara konsisten. Selain itu, diperlukan pembaharuan dalam program
tersebut, misalnya:

Perlombaan kebersihan antar lorong


Sistema perlombaan dapat dilakukan untuk memicu kesadaran karyawan
dalam membersihkan lingkungannya. Selain itu, dengan sistem penilaian
yang dilakukan perlorong, akan memicu kreatifitas karyawan untuk
bergotong royong dan bekerja sama dalam membentuk lingkungan yang
bersih dan asri.

Terkait pengecekan masa pakai obat-obatan, pembuatan Expired Date


Stock (EDS) merupakan suatu alat monitoring yang efektif untuk dilakukan.
Dengan begitu, potensi terjadinya expired terhadap obat-obatan tersebut juga
menjadi tinggi dan akhirnya menjadi dead stock. Untuk itu pembuatan EDS
diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk mecegah hal itu terjadi, namun di
Gudang Sentral SPE masih belum maksimal, EDS masih belum berupa card yang
dapat dimonitor dengan mudah, ESD masih berupa catatan di tubuh obat-obatan,
sehingga sulit dalam monitoring.
29

Gambar 4 Penarapan EDS di Gudang Sentral

4.3 PEMENUHAN SERTIFIKASI

RSPO & ISPO


Semua lembaga sertifikasi (Pihak ketiga yang netral) yang akan melakukan
sertifikasi melalui cara audit pihak ketiga, harus mendapatkan pengakuan dari
Komisi ISPO dan Telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)
untuk ruang lingkup Sistem Manajemen Mutu International Standard
Organization (ISO 9001) dan Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001).
Dalam hal ini, Minamas menunjuk auditor dari PT Mutu Agung Lestari untuk
melaksanakan kegiatan sertifikasi ISPO beserta RSPO.
Penilaian dan berbagai ketentuan yang terdapat dalam ISPO, mengacu pada
peraturan nasional/regional/local. Dalam penilaian ISPO, semua indicator harus
terpenuhi dan terdapat cacatan legalitasnya, sehingga hanya terdapat satu kategori
temuan, yaitu keidaksesuaian. Jangka waktu untuk penyelesaian ketidaksesuaian
30

pada surveillance adalah maksimal 3 bulan. Berbeda dengan ISPO, dalam RSPO
terdpat tiga jenis temuan yaitu Mayor, Minor, dan Opportunity for Improvement
(OFI).
Pada tanggal 7-11 Agustus tahun 2017, tepatnya tanggal hingga telah
dilaksanakan kegiatan Re-sertifikasi RSPO PT Bina Sains Cemerlang Berikut
adalah rincian untuk pelaksanaan kegiatan tersebut:
Tanggal Kegiatan : 7-11 Agustus 2017
Kegiatan : Kajian dokumen & visit lapangan
Ruang Lingkup : Prinsip dan Kriteria RSPO
Tim auditor Internal : 1. Rinno Ferryno (PSQM Dept)
2. Panahatan Sitorus (PSQM Dept)
Berikut rekapan hasil pemenuhan kelengkapan data PT BSC per masing-
masing prinsip RSPO

PRINSIP PR CR IN Pencapaian Team


Komitmen terhadap Transparansi 1 3 4 2 37,5% Legal
Legalitas 2 3 14 9 64,3% Legal
Ekonomi dan Keuangan 3 1 2 2 100,0% Best Practices
Praktek Pengolahan Terbaik 4 8 41 23 54,9% Best Practices
Lingkungan 5 6 17 10 58,8% Lingkungan
Sosial 6 13 36 20 55,6% Sosial
Pembukaan Lahan Baru 7 8 23 23 100,0% NA
Perbaikan Berkelanjutan 8 1 1 1 100,0% All
Total 8 43 138 89 64,5%
Tabel 5 Checklist pencapaian indikator RSPO
Dari hasil Re-sertifikasi ASA 1.1 RSPO didapatkan NC Minor, yaitu
Acuan Standar & Persyaratan 2.2.2 : Bukti batas areal yang legal ditunjukkan
dengan tanda batas yang jelas dan dipelihara. Status Temuan tersebut belum
terpenuhi karena belum ada nya buku titik koordinat.

Sertifikasi ISPO PT Bina Sains Cemerlang mendapat sertifikasi pada


tanggal 04 Agustus 2017, Sedangkan untuk Re – sertifikasi ISPO baru diadakan
pada bulan Mei 2018 mendatang.
31

PROPER
Di PT BSC, penilaian Proper biasanya dilakukan satu tahun sekali dan
koordinir oleh Sungai Pinang Factory. Sehingga terkadang setiap estate kurang
memahami proses penilaian Proper yang dilakukan Kementrian Lingkungan
Hidup ini, karena penilaian dilakukan secara keseluruhan PT BSC bukan dinilai
per unit usaha seperti sertifikasi dan penilaian RSPO atau ISPO. Untuk beberapa
tahun belakangan ini, peringkat yang diperoleh PT BSC dalam penilaian Proper
adalah Peringkat Biru, yang artinya PT GPI telah melakukan pengelolaan
lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berikut ini
adalah salah satu foto piagam sertifikasi Proper untuk PT BSC.

Gambar 5 Sertifikat Proper PT BSC


32

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan:


1. Implementasi sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Sungai Pinang
Estate telah dilakukan secara optimal, hal ini dapat dilihat dari keberadaan
berbagai panitia atau keanggotan dam sistem K3 juga turut membantu
Sungai Pinang Estate dalam memaksimalkan implementasi K3
2. Berbagai temuan yang berasal dari pelaksanaan berbagai pengauditan telah
diselesaikan dengan baik
3. Berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam berbagai pelaksanaan
sertifikasi telah dipenuhi oleh Sungai Pinang Estate, meskipun masih
terdapat beberapa yang belum lengkap sehingga menjadi temuan saat
pelaksanaan RSPO dan ISPO, namun temuan tersebut telah ditindaklanjuti
dan diharapkan tidak terulang.
4. Beberapa usulan perbaikan yang diajukan dalam laporan ini adalah:
- Pembuatan Expired Date Stock (EDS)
- Pembuatan papan monitoring jatuh tempo surat kendaraan dan SIO
- Peng-update-an sistem 5S di gudang
- Pelaksanaan sistem bank sampah ataupun lombah kebersihan per lorong
diperumahan karyawan

5.2 SARAN

Diharapkan usulan perbaikan yang diajukan dapat diimplementasikan dan


memberikan manfaat dalam pelaksanaan operasional di Sungai Pinang Estate.

Anda mungkin juga menyukai