Oleh:
Aulia Rahman Purba
1170144.1.003
MINAMAS PLANTATION
TRAINING CENTRE MINAMAS
KALIMANTAN
2018
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima sebagai salah satu syarat untuk dapat lulus dari program Pelatihan
Asisten Kebun (PAK) 44 Training Centre Minamas, Minamas Plantation.
KATA PENGANTAR
v
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan paper mayor On
the Job Training (OJT) dengan judul “Implementasi K3, Penyelesaian Audit
Finding, Dan Pemenuhan Sertifikasi Unit Kebun“ dengan tepat waktu dan
baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah membantu, memberikan motivasi, doa dan bimbingan dalam
penyusunan paper ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih pada:
1. Management Minamas yang telah memberikan kesempatan kepada saya
sebagai trainee PAK 44.
2. Bapak Robert M. Sihombing sebagai Estate Manager Sungai Pinang Estate.
3. Bapak Prianto Simanjuntak sebagai Pjs. Senior Asisten Sungai Pinang
Estate, Sekaligus Pembimbing.
4. Bapak Elfian Sebagai Kasie Sungai Pinang Estate
5. Bapak Aryanto Iskandar (Asisten Divisi II) dan Bapak Rakimin (Asisten
Divisi III), atas bimbingan dan arahan serta ilmu yang telah diberikan.
6. Bapak Zulham Ramadhan Sebagai Ketua Koordinator Tc Minamas, Bapak
Riyanto Arie Trisna Sebagai Asisten Fasilitator Pabrik, dan Bapak Eka
Gustanto Sebagai Asisten Fasilitator Agronomy.
7. Bapak Mansur Purba dan Ibu Majidah (Ayah dan Ibu Tercinta).
8. Seluruh karyawan Div I, II, II, karyawan Gudang dan Traksi, serta kantor besar
Sungai Pinang Estate.
9. Rekan sesama trainee PAK (Pelatihan Asisten Kebun) Angkatan 44
Akhir kata, penulis berharap semoga paper ini dapat diterima dengan baik
dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi penulis
sendiri.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
dibuat sendiri, perusahaan juga perlu menerapkan sejumlah aturan baku yang
diwajibkan oleh pemerintah atau pihak ketiga lainnya, terlebih dengan semakin
maraknya isu negatif seperti lingkungan dan keselamatan kerja tentang
perkebunan kelapa sawit, membuat perusahaan harus mau mengikuti berbagai
persyaratan dan aturan yang ditetapkan tersebut agar tetap dapat bersaing di bisnis
ini, karna saat ini. Namun pada hakikatnya, dibanding hanya bertujuan untuk
mengikuti aturan semata, perusahaan memang sudah seharusnya menjalankan
sebuah prinsip manajemen yang baik dan benar dalam mencapai tujuannya. Willy
Susilo (2002), menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen yang baik dan benar
tersebut tercakup dalam dimensi PQCDSME – Productivity (produktivitas) –
Quality (mutu) – Cost (biaya) – Delivery (waktu penyampaian) – Safety
(keselamatan) – Morale (etos kerja) – Enviroment (lingkungan).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prinsip safety
(keselamatan) adalah dengan menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). K3 bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun semua
pihak di perusahaan, sehingga dibutuhkan komitmen yang kuat dari pihak
manajemen. Selain itu, banyak juga literature dan penelitian yang menunjukkan
adanya hubungan positif antara kinerja karyawan dengan K3. Simanjuntak (2011)
mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah
dukungan organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
Berdasarkan pernyataan Willy Susilo (2002), dimensi environment
(lingkungan) juga menjadi salah satu prinsip manajemen yang harus diterapkan di
perusahaan. Salah satu bukti kepedulian perusahaan terhadap lingkungan akan
tercermin dari beberapa sertifikasi dengan pihak ketiga yang dilakukan
perusahaan, misalnya sertifikasi International Sustainable Palm Oil (ISPO),
Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), dan lainnya yang berkaitan dengan
lingkungan. Selain itu, sertifikasi tentunya dilakukan perusahaan demi memenuhi
tuntutan dalam perbaikan mutu dan kualitas produk yang dihasilkan.
Apabila sebuah perusahaan memiliki serangkaian standar maupun aturan,
tentunya aturan tersebut perlu di evaluasi dan dikaji kembali implementasinya
untuk melihat sejauh mana aturan tersebut diterapkan dan berjalan sesuai tujuan,
3
hal ini bisa disebut dengan proses pengauditan. Audit manajemen sendiri dapat
diartikan sebagai serangkaian proses pemeriksaan atau penginvestigasian atas
semua kegiatan manajemen dari tingkatan yang paling tinggi hingga tingkatan
yang paling rendah dalam suatu perusahan untuk memastikan apakah semua
aktivitas organisasi telah dilakukan sesuai dengan aturan dan prinsip yang
ditetapkan secara efektif dan efisien.
Di Sungai Pinang Estate, proses pengauditan dilakukan oleh berbagai pihak
pada setiap periodenya masing-masing, pada laporan ini akan dibahas apa saja
pengauditan yang dilaksanakan di Sungai Pinang Estate dan bagaimana proses
penyelesaiannya untuk setiap temuan yang didapatkan auditor. Laporan juga
membahas mengenai bagaimana penerapan sistem K3 dan pelaksanaan program
sertifikasi di Sungai Pinang Estate, selain itu pada laporan ini juga akan
diidentifikasi standar apa saja yang belum atau tidak terpenuhi, yang berpotensi
atau telah mengakibatkan suatu permasalahan di Sungai Pinang Estate, kemudian
berdasarkan hal tersebut, penulis akan berusaha menemukan solusi perbaikan
untuk permasalahan tersebut.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan laporan akhir on the job training ini adalah:
1. Sebagai salah satu syarat mengikuti evaluasi akhir pelatihan Asisten
Kebun.
2. Memahami implementasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di kebun.
3. Memahami penyelesaian audit finding di unit kebun.
4. Memahami pemenuhan berbagai persyaratan sertifikasi yang ada di unit
kebun.
5. Menganalisis berbagai kesenjangan yang terjadi antara standar yang
berlaku dengan pelaksanaan aktual dan menemukan masalah yang
ditimbulkan atau potensi masalah dari kesenjangan tersebut.
6. Menemukan rekomendasi perbaikan (improvement) untuk berbagai
permasalahan yang ditemukan.
4
1.3 MANFAAT
Waktu pelaksanaan OJT (on the job training) ini dimulai dari 11 Desember
2017 sampai dengan 10 Maret 2018 di PT Bina Sains Cemerlang, Sungai Pinang
Estate, Minamas Plantation, Provinsi Sumatera Selatan.
5
BAB II
Area Statement
Sungai Pinang Estate memiliki luas total area 3.515,15 Ha, dengan luas area
yang tanam sejumlah 3.187,59 Ha, sedangkan luas area lainnya adalah 327,56 Ha.
Luas Areal Tanaman menghasilkan (TM) adalah 2.277,54 ha dan luas areal
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sejumlah 910,05. Tabel area statement dan
peta area statement Sungai Pinang Estate disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1.
6
Kondisi Keamanan
Kondisi Sosial
Karyawan Sungai Pinang Estate didominasi oleh penduduk local, baik suku
asli Musi Rawas, atau suku jawa yang telah menetap lama di sekitar desa Sungai
Pinang. Sungai Pinang Estate memfasilitasi karyawan dengan berbagai sarana dan
prasarana pendukung yang sangat baik seperti masjid, klinik sentral, perumahan
CHC, tempat penitipan anak (TPA), taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan lapangan olahraga. Sungai Pinang
Estate Belum menyediakan koperasi bagi karyawan dikarenakan jarak yang
mudah dijangkau via jalan akses yang mudah untuk menuju Kota Kecamatan
Terdekat, sehingga lebih memudahkan karyawan dalam berbelanja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Kondisi Kesehatan
Secara umum kondisi kesehatan karyawan Sungai Pinang Estate terkontrol
dengan adanya klinik sentral PT Bina Sains Cemerlang yang bertempat di Sungai
Pinang Estate, yang mempunyai satu orang Dokter Umum, dua orang Bidan dan
lima orang perawat. Bagi karyawan yang membutuhkan penanganan medis lebih
lanjut, akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat, yaitu Rumah Sakit Umum dan
swasta di Kabupaten Lubuk Linggau. Sungai Pinang Estate juga selalu cepat
tanggap dalam melakukan pencegahan wabah penyakit, beberapa upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi kepada setiap karyawan, serta
pengecekan kesehatan (screening) bagi seluruh karyawan setiap satu tahun sekali,
dan dua kali setahun bagi karyawan dengan pekerjaan beresiko tinggi (semprot,
pupuk).
Sungai Pinang Estate merupakan salah satu unit usaha yang telah
menetapkan sistem CHC (Central House Complex). Artinya mayoritas
10
BAB III
LANDASAN TEORI
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (hukuman pada pelaku yang dinilai rendah menyebabkan efek tidak
jera)
Terdapat empat pilar yang dapat ditegakkan dalam memerangi fraud, diantaranya:
12
1. Pencegahan
2. Pendeteksian
3. Investigasi
4. Penjatuhan sanksi
Adapun beberapa jenis audit yang dilakukan di Minamas adalah sebagai berikut.
Audit Internal
4. Compentency
Adapun jenis audit yang dilakukan oleh GCAD adalah:
1. Audit rutin (control & compliance), dilakukan satu tahun sekali
2. Control self assessment (CSA), evaluasi yang dilakukan oleh unit sendiri
secara objektif
3. Special riview, riview terhadap audit subjek tertentu yang berpotensi
resiko tinggi
4. Surprise audit, audit yang dilakukan secara dadakan atau tanpa
pemberitahuan
5. Audit investigasi, audit yang dilakukan terkait suatu penyimpangan atau
fraud
6. Preriview/QAR, audit internal untuk operasional GCAD yang dilakukan
setiap tiga tahun sekali
Selain audit internal yang dilakukan GCAD, terdapat juga beberapa jenis
pemeriksaan atau penilaian yang dilakukan oleh berbagai pihak di Minamas
terkait bidangnya, seperti Departement Accounting yang melakukan pemeriksan
dan pemeringkatan terhadap penilaian administrasi accounting masing-masing
unit usaha, pemeriksaan ini dilakukan secara sistem dan hasilnya akan
diumumkan setiap tiga bulan sekali.
Audit Eksternal
Audit eksternal merupakan pemeriksaan berkala terhadap pembukuan atau
laporan keuangan dan catatan lain yang dilakukan pihak ketiga secara independen,
untuk memastikan akvtivitas operasional dilaksanakan sesuai SOP dan juga
memberikan sebuah pandangan tentang suatu kewajaran atas sesuatu yang dinilai
menyimpang. Tujuan dilakukan audit eksternal adalah:
1. Mengetahui apakah laporan keuangan tahunan perusahaan telah
menyajikan kondisi finansial yang riil atau tidak.
2. Memastikan dana milik perusahaan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan
yang disepakati dan dimuat dalam konstitusi.
14
Pengertian
Secara etimologis, K3 merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar
tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman
dan efisien. Secara filosofi, K3 merupakan suatu konsep berfikir dan upaya nyata
untuk menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta
hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera. Yuli
(2006) mengatakan bahwa K3 adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi
kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan
pelatihan, pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan
dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku dari pemerintah atau
perusahaan.
Berbagai isu tersebut, apabila tidak diantisipasi dengan baik, maka dapat
menjadi hambatan dan mengganggu perkembangan perkebunan kelapa sawit
dimasa depan. Salah satu hambatan yang muncul dengan adanya isu-isu tersebut
adalah terjadinya blokade terhadap ekspor CPO. Blockade tersebut tentunya
berpengaruh negatif terhadap kelangsungan bisnis produsen. Untuk mencegah hal
tersebut terjadi, diperlukan adanya upaya dari produsen untuk meyakinkan
konsumennya maupun para pemerhati lingkungan bahwa praktek perkebunan
kelapa sawit yang dilakukan telah menerapkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk
menjamin bahwa hal tersebut telah dilaksanakan adalah dengan melakukan
sertifikasi dengan berbagai pihak yang telah memiliki lisensi untuk melakukan hal
tersebut. Berikut adalah beberapa jenis sertifikasi yang dapat dilakukan oleh pihak
produsen.
PROPER
Proper merupakan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 6 tahun 2013. Penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup ini merupakan suatu instrument kebijakan alternative untuk meningkatkan
tingkat penaatan perusahaan dan mengurangi tingkat pencemaran perusahaan
melalui penyebaran tingkat kinerja penaatan perusahaan secara nasional. Proper
merupakan inisiatif yang dilakukan pemerintah untuk menunjuk perusahaan agar
ikut dalam penilaian Proper. Namun secara garis besar proper bukanlah suatu
pengganti instrumen penegakan hukum lingkungan tapi merupakan pelengkap
dalam dalam memenuhi penegakan hukum lingkungan.
No Warna Penjelasan
1. Emas Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang di
persyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (reduce, reuse,
recycle), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang
berkesinambungan, serta melakukan upay-upaya yang berguna
bagi kepentingan masyarakat dalam jangka panjang
2. Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan
lingkungan, mempunyai hubungan baik dengan masyarakat,
termasuk melakukan upaya 3R
3. Biru Telah melakukan pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. Merah Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, tetapi baru
sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
5. Hitam Blelum melakukan upaya pengelolaan lingkungan, berarti
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel temuan audit finding dapat diketahui bahwa semua hal
yang menjadi temuan telah diselesaikan. Penyelesaian terhadap temuan tersebut
dilakukan hingga bulan Maret 2018.
pada surveillance adalah maksimal 3 bulan. Berbeda dengan ISPO, dalam RSPO
terdpat tiga jenis temuan yaitu Mayor, Minor, dan Opportunity for Improvement
(OFI).
Pada tanggal 7-11 Agustus tahun 2017, tepatnya tanggal hingga telah
dilaksanakan kegiatan Re-sertifikasi RSPO PT Bina Sains Cemerlang Berikut
adalah rincian untuk pelaksanaan kegiatan tersebut:
Tanggal Kegiatan : 7-11 Agustus 2017
Kegiatan : Kajian dokumen & visit lapangan
Ruang Lingkup : Prinsip dan Kriteria RSPO
Tim auditor Internal : 1. Rinno Ferryno (PSQM Dept)
2. Panahatan Sitorus (PSQM Dept)
Berikut rekapan hasil pemenuhan kelengkapan data PT BSC per masing-
masing prinsip RSPO
PROPER
Di PT BSC, penilaian Proper biasanya dilakukan satu tahun sekali dan
koordinir oleh Sungai Pinang Factory. Sehingga terkadang setiap estate kurang
memahami proses penilaian Proper yang dilakukan Kementrian Lingkungan
Hidup ini, karena penilaian dilakukan secara keseluruhan PT BSC bukan dinilai
per unit usaha seperti sertifikasi dan penilaian RSPO atau ISPO. Untuk beberapa
tahun belakangan ini, peringkat yang diperoleh PT BSC dalam penilaian Proper
adalah Peringkat Biru, yang artinya PT GPI telah melakukan pengelolaan
lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berikut ini
adalah salah satu foto piagam sertifikasi Proper untuk PT BSC.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN