Anda di halaman 1dari 165

READ Indonesia | i

PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

ii | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Panduan Perencanaan
Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat

READ Indonesia | iii


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

iv | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Panduan Perencanaan
Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat

READ Indonesia | v
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PANDUAN PERENCANAAN
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Langkah-Langkah dalam Menyusun Cetak Biru (Blue Print) dan Rencana Induk
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat untuk
Perusahaan Mineral dan Batubara

PENULIS : Wahjudin Sumpeno

COVER & LAYOUT : Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, Maret 2019

Diterbitkan oleh:
READ Indonesia
Jl. Kenari No. 47, Sukabumi 43114
Email: wahjudin.sumpeno@gmail.com
Telp: 081382233066

vi | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAFTAR
ISTILAH

AMDAL : Analisis mengenai Dampak Lingkungan


BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPMD : Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
Comdev : Community Development
CSR : Corporate Social Responsibility
DED : Detailed Engineering Design
DOK : Dana Operasional Kegiatan
FS : Feasibility Study
Juklak : Petunjuk Pelaksanaan
Juknis : Petunjuk Teknis
KPS : Kemitraan Pemerintah Swasta
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
SDGs : Sustainable Development Goals
Monev : Monitoring dan Evaluasi
MoU : Memorandum of Understanding
MP : Manajemen Plan
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PBL : Program Bina Lingkungan
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PPM : Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
PT : Perseroan Terbatas
QA : Quality Assurance
RAB : Rencana Anggaran Biaya

READ Indonesia | vii


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Renstra : Rencana Strategis


Renja : Rencana Kerja
RI PPM : Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RKAB : Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya
RPT : Rencana Paska Tambang
RR : Rencana Reklamasi
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham
SDA : Sumberdaya Alam
SDGs : Sustainable Development Goals
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
Tbk. : Terbuka

viii | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

KATA
PENGANTAR

P
engembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) merupakan paya dalam
rangka mendorong peningkatan perekonomian, pendidikan, sosial budaya,
kesehatan, dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang, baik secara
individual maupun kolektif agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar tambang menjadi
lebih baik dan mandiri. Kebijakan tersebut dirasakan dapat menjadi solusi konkrit untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah terdampak operasi
perusahaan. Hal ini penting dilakukan perusahaan untuk mendorong penguatan
kelembagaan dan kemandirian masyarakat. Kegiatan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk memperkuat meningkatkan kontribusinya
dalam perekonomian, baik dalam penganggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan
kerja, maupun dalam peningkatan nilai tambah perekonomian yang menyokong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Buku Panduan perencanaan PPM dimaksudkan untuk memandu perusahaan dan
pemangku kepentingan terkait dalam memfasilitasi proses penyusunan dokumen
rencana induk dan rencana kerja tahunan yang mengacu pada Keputusan Menteri ESDM
Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk menyusun sebuah
panduan teknis operasional yang dapat membantu perusahaan dan pemangku
kepentingan lain dalam menyusun rencana pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat yang selaras dengan kebijakan pemerintah dan sesuai kebutuhan serta
kondisi lokal dimana perusahaan beroperasi.
Dalam penyusunan buku panduan ini, penulis telah bekerjasama dengan dunia
usaha dan lembaga swadaya untuk melakukan uji coba penerapan model perencanaan
sesuai core business dan komitmen masing-masing untuk mengembangkan program
sosial dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai tambahan dari panduan ini, ada beberapa

READ Indonesia | ix
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

contoh penerapan PPM bidang pendidikan dan kesehatan yang telah dilakukan
perusahaan, yang mungkin dapat dijadikan acuan untuk dipelajari lebih lanjut dalam
mengembangkan sebuah perencanaan PPM bidang pertambangan di perusahaan
masing-masing.
Kepada perusahaan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam
menerapkan gagasan perecanaan dan rekan-rekan yang telah membantu hingga buku
ini diterbitkan, disampaikan terima kasih, semoga upaya ini menjadi salah satu kontribusi
kita untuk mendorong kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan swasta serta
sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Jakarta, Maret 2019

Wahjudin Sumpeno

x | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAFTAR
ISI

DAFTAR ISI vii


KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran 1
B. Maksud dan Tujuan 3
C. Manfaat Panduan 3
D. Dasar Hukum 3
E. Sistematika Penulisan 5
F. Beberapa Istilah 7

BAB 2 PEMAHAMAN DASAR PERENCANAAN


A. Pengertian Perencanaan 9
B. Fungsi Perencanaan 10
C. Manfaat Perencanaan 11
D. Prinsip-Prinsip Perencanaan 12
E. Arah Perencanaan 13
F. Rencana Induk (Master Plan) 13

BAB 3 CETAK BIRU (BLUE PRINT) PENGEMBANGAN DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Pengertian 17
B. Ruang Lingkup 17
C. Kedudukan 18
D. Pemangku Kepentingan 19
E. Periode Perencanaan 19

READ Indonesia | xi
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

F. Evaluasi Cetak Biru (Blue Print) PPM 20


G. Pembentukan Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM 20
H. Tahapan Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM 21
I. Fasilitasi Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM 23
J. Struktur (Outline) Cetak Biru (Blue Print) PPM 24

BAB 4 RENCANA INDUK PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
A. Pengertian 27
B. Ruang Lingkup 27
C. Kedudukan 28
D. Periode Perencanaan 29
E. Rencana Pembiayaan 30
F. Proses Perencanaan 30
G. Evaluasi Rencana Induk PPM 36
H. Struktur (Outline) Dokumen Rencana Induk PPM 36

BAB 5 PEMETAAN SOSIAL


A. Pengertian 39
B. Maksud dan Tujuan 40
C. Hasil yang Diharapkan 40
D. Objek Pemetaan Sosial 40
E. Fokus Pemetaan Sosial 41
F. Pendekatan 43
G. Analisis Data 46
H. Tata Cara Pelaksanaan Pemetaan Sosial 46

BAB 6 KAJIAN PROFIL WILAYAH


A. Pengertian 53
B. Maksud dan Tujuan 54
C. Hasil yang Diharapkan 54
D. Manfaat 55
E. Ruang Lingkup 55
F. Pendekatan 56
G. Batasan Wilayah 56
H. Tata Cara Penyusunan Profil Wilayah 57

BAB 7 KONSULTASI PEMANGKU KEPENTINGAN


A. Pengertian 87
B. Tujuan 88
C. Manfaat 88
D. Prinsip-Prinsip 89
E. Materi Konsultasi 90
F. Standar Pengaturan 91

xii | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

G. Identifikasi Pemangku Kepentingan 92


H. Komunikasi dengan Pemangku Kepentingan 93
I. Metode dan Tingkat Pelibatan 94
J. Pelibatan Pemangku Kepentingan 95
K. Tata Cara Konsultasi Pemangku Kepentingan 96

BAB 8 PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGIS


A. Pengertian 99
B. Tujuan 100
C. Manfaat 100
D. Pendekatan 100
E. Program Strategis dan Investasi Sosial 101
F. Tata Cara Perumusan Program Strategis 102

BAB 9 PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT TAHUNAN
A. Pengertian 117
B. Ruang Lingkup 117
C. Pembiayaan 118
D. Pelaksanaan 118
E. Pelaporan 119
F. Tata Cara Perumusan Program PPM Tahunan 120

BAB 10 KRITERIA KEBERHASILAN


A. Pengertian 125
B. Karakteristik 126
C. Pendekatan 127
D. Kerangka Kerja Logis (Logical Framework) 127
E. Tata Cara Penentuan Kriteria Keberhasilan 136

DAFTAR PUSTAKA 147

READ Indonesia | xiii


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

xiv | READ Indonesia


1
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
Program PPM merupakan salah satu upaya serius dari pemerintah untuk menjabarkan
secara lebih luar konsep corporate social responsibility (CSR) di dunia tambang, dengan
tujuan untuk lebih mendorong perekonomian, pendidikan, sosial budaya, kesehatan, dan
lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang, baik secara individual maupun
secara kolektif, agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar tambang menjadi lebih baik
dan mandiri.
PPM merupakan bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap
lingkungan disekitarnya. Kegiatan ini dilakukan di berbagai bidang, mulai dari
pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan bahkan sosial budaya. Konsep PPM sebagai
salh satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan sudah mulai dikenal semenjak tahun
1970an, namun mulai berkembang pesat di Indonesia sejak tahun 2000. Di Indonesia
kegiatan ini dilaksanakan dalam berbagai pendekatan antara lain seperti pemberian amal
perusahaan (corporate giving/charity), kedermawanan perusahaan (corporate
philanthropy), relasi kemasyarakatan perusahaan (corporate community/publicrelation),
dan pengembangan masyarakat (community development).
Kegiatan community development atau dikenal juga dengan ComDev merupakan
bentuk pelaksanaan tanggungjawab sosia perusahaan yang paling banyak dilakukan
oleh perusahaan di Indonesia saat ini bahkan ComDev sudah diidentikkan dengan CSR.
Sebenarnya CSR bukanlah semata-mata commununity development (Ambadar,2008).
Kegiatan community development (ComDev) ini dalam beberapa aspek sebenarnya
masih diwarnai oleh konsep filantropi yang lebih bersifat doing good to look good dan

READ Indonesia | 1
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

bersifat ad hoc. Dalam perkembangannya cara ad hoc sudah mulai ditinggalkan oleh
sebagian besar perusahaan. Sebagian mulai menyadari bahwa ujung tombak inovasi dan
mendapatkan manfaat dari kegiatan sosial perusahaan dengan berpartisipasi dalam
menanggulangi permasalahan sosial dan lingkungan sebagai kegiatan yang
diintegrasikan sejak awal kedalam bisnis perusahaan
Beberapa perusahaan sudah mulai merintis kegiatan sosial dan lingkungan sebagai
bagian dari kinerja perusahaan dengan mengungkapkannya dalam berbagai cara, baik
melalui pelaporan khusus dan terpisah, maupun menjadi bagian dari laporan tahunan.
Memperhatikan hal tersebut, maka penyampaian kinerja perusahaan terkait
tangungjawab sosialnya secara sederhana, informatif dan mudah dimengerti kepada
publik sangat dibutuhkan.
Hal terpenting lainnya, agar masyarakat disekitar operasi perasi perusahaan dapat
merasakan hasil dan dampaknya dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka
perusahaan perlu memiliki kerangka acuan kerja dalam bentuk rencana strategis
pengelolaan sosial melalui penguatan peran pemerintah, swasta dan masyarakat secara
terpadu dengan menjaga prinsip sustainability (keberlanjutan).
Merespon permasalahan tersebut, Kementerian ESDM mengeluarkan kebijakan
bagi perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan mineral dan batubara untuk
melakukan peran sosial perusahaan berupa kegiatan pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat. Kebijakan tersebut didasaekan kepentingan yang lebih strategis agar
investasi sosial yang diwujudkan dengan menerapkan kepatuhan terhadap regulasi juga
diikuti penyelarasan dengan program pembangunan lain yang dilakukan oleh
pemerintah dan lembaga lainnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 41 Tahun 2016 tentang
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara, maka setiap Badan Usaha Pertambangan diwajibkan untuk
menyusun dan memiliki Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
(PPM).
Peraturan ini, kemudian diperjelas secara lebih operasional melalui Keputusan
Menteri ESDM Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kepmen ini memuat dua point utama,
yaitu Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) dan Pedoman Penyusunan Rencana
Induk PPM. Dengan keluarnya pedoman ini, diharapkan tidak ada lagi perusahaan
pertambangan yang asal-asalan dalam penyusunannya. Sehingga program PPM yang
dijalankan bisa lebih terukur, terarah, tepat guna dan tepat sasaran.
Pedoman ini bertujuan memberikan panduan bagi perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, sekaligus
memberi informasi tentang alternatif program dan kegiatan yang adptif dan aplikatif
yang dapat dipilih oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan core
competence perusahaan masing-masing.
Keberadaan peraturan ini diharapkan dapat mendorong perusahaan lebih efektif
dan efisien dalam melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Agar

2 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

komitmen tersebut lebih mudah diterapkan di lapangan, diperlukan sebuah panduan


pelaksanaan yang menjabarkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan
PPM secara terintegrasi dan berkelanjutan.

B. Maksud dan Tujuan


Panduan Perencanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dimaksudkan
menyediakan panduan teknis bagi perusahaan dan pemangku kepentingan dalam
menyusun perencanaan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana
diatur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Secara khusus tujuan penyusunan panduan ini, yaitu:
1. Memberikan pemahaman tentang konsep dasar rencana pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat;
2. Memberikan acuan teknis mengenai tahapan penyusunan rencana pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat;
3. Meningkatkan kualitas perencanaan pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal;

C. Manfaat Panduan
Panduan Perencanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat ini diharapkan
memberikan manfaat bagi:
1. Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM sebagai salah satu
rujukan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pembinaan kepada daerah
melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan Rencana Induk PPM;
2. Satuan kerja atau organisasi perangkat daerah sebagai acuan teknis operasional
untuk mengarahkan dan melakukan pembinaaan dan monitoring terhadap
pelaksanaan proses dan pencapaian hasil dari Rencana Induk PPM yang telah
disusun;
3. Perusahaan atau Badan Usaha Pertambangan sebagai acuan teknis pelaksanaan
penyusunan rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat;
4. Tenaga ahli, konsultan, profesional dan lembaga lain sebagai acuan dalam
memberikan pendampingan kepada perusahaan atau masyarakat dalam
menyusun rencana kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

D. Dasar Hukum
Dasar hukum sebagai landasan dalam Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
(PPM), sebagai berikut:

READ Indonesia | 3
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
2. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4756);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua
atasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 77 Tahun 2014 tentang perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 263,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5141);
7. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
132);
8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);
9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 41 Tahun 2016 tentang
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Kegiatan Usaha Pertambang-
an Mineral dan Batubara, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1879);
10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang
Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 595);

4 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

11. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Nomor 1824 K/30/
MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat.

E. Sistematika Penulisan
Ruang lingkup pembahasan buku panduan perencanan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat meliputi:

Urutan Sistematika Panduan Penjelasan


BAB 1 Pendahuluan Bagian ini menjelaskan mengenai latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran,
manfaat panduan, dasar hukum,
sistematika penilisan dari pengertian.
BAB 2 Pemahaman Dasar Perencanaan Bagian ini membahas tentang pengetian
perencanaan, arah perencanaan, rencana
induk (master plan), Rencana Induk PPM
(Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat).
BAB 3 Cetak Biru (Blue Print) Bagian ini menguraikan tentang
Pengembangan dan pengertian, ruang Lingkup, kedudukan
Pemberdayaan Masyarakat Cetak Biru (Blue Print) PPM. Bagiaman
pelibatan pemangku kepentingan, eriode
Perencanaan, Evaluasi, pembentukan Tim
Penyusun, tahapan dan fasilitasi
Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM
di tingkat Provinsi. Termasuk panduan
penulisan dalam sebut struktur (Outline)
Cetak Biru (Blue Print) PPM
BAB 4 Rencana Induk Pengembangan Bagian ini menjelaskan tentang
dan Pemberdayaan Masyarakat pengertian, ruang lingkup, kedudukan,
periode, pembiayaan, dan proses
perencanaan Rencana Induk PPM.
Dsamping itu dijelaskan juga bagaimana
melakukan evaluasi dan menyusun
dokuen sesuai dengan struktur (Outline)
Dokumen Rencana Induk PPM yang telah
dtetapkan
BAB 5 Pemetaan Sosial Bagian ini membahas pengertian, tujuan,,
hasil dan bagaimana melakukan
pemetaan sosial (social mapping) dalam

READ Indonesia | 5
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

rangka input penyusunan Rencana Induk


PPM
BAB 6 Kajian Profil Wilayah Bagian ini secara khusus menjelaskan
tentang pengertian, maksud dan tujuan,
hasil. Manfaat, ruang Lingkup, dan
pendekatan serta tata cara penyusunan
profil wilayah.
BAB 7 Konsultasi Pemangku Bagian ini menjelaskan
Kepentingan pengertian,tujuan, manfaat, prinsip-rinsip
dan materi konsultasi pemangku
kepenitngan. Termasuk standar
pengaturan, identifikasi pemangku
kepentingan, dan bagaimana perusahaan
memfasilitasi konsultasi pemangku
kepentingan dalam penyusunan Rencana
Induk PPM.
BAB 8 Pengembangan Program Bagian ini menjelaskan pengertian,
Strategis tujuan, manfaat, dan pendekatan dalam
merumuskan program strategis dan
Investasi Sosial yang akan menjadi
bagianpenting dari Rencana Induk PPM.
BAB 9 Program Pengembangan dan Bagian ini membahas pengertian, ruang
Pemberdayaan Masyarakat lingkup, pembiayaan, pelaksanaan,
Tahunan pelaporan serta bagaiman merumuskan
program utama PPM Tahunan
berdasarkan program strategis yang
telah dirumuskan.
BAB 10 Kriteria Keberhasilan Bagian ini menjelaskan pengertian,
karakteristik, pendekatan, dan kerangka
kerja Logis (Logical Framework) serta.
tata cara penentuan kriteria keberhasilan

F. Beberapa Istilah
Dalam buku panduan Perencanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
terdapat beberapa istilah yang digunakan:
1. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta pascatambang.
2. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat PPM
adalah upaya dalam rangka mendorong peningkatan perekonomian, pendidikan,
sosial budaya, kesehatan, dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang,

6 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

baik secara individual maupun kolektif agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar
tambang menjadi lebih baik dan mandiri.
3. Cetak Biru (Blue Print) PPM adalah dokumen yang berisi perencanaan strategis
pembangunan terpadu yang memuat arah kebijakan PPM di wilayah Provinsi.
4. Rencana Induk PPM adalah dokumen yang memuat rencana program PPM yang
disusun berdasarkan Cetak Biru (Blue Print) PPM.
5. Program PPM Tahunan adalah rencana pelaksanaan program PPM tahun berjalan
sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran biaya yang telah disetujui sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Badan Usaha Pertambangan adalah pemegang Izin Usaha Pertambangan dan
pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus.
7. Masyarakat Sekitar Tambang adalah individu atau kolektif yang terkena dampak
langsung kegiatan Usaha Pertambangan atau berada di sekitar area kegiatan
Usaha Pertambangan berdasarkan dokumen lingkungan yang telah disetujui sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan nasihat, saran, dan
kesimpulan yang sebaik-baiknya terkait Rencana Induk PPM atau Program PPM
Tahunan.
9. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya adalah suatu dokumen mengenai rencana kerja
dan anggaran biaya dari Badan Usaha Pertambangan untuk 1 (satu) tahun ke
depan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Kontrak Karya yang selanjutnya disingkat KK adalah perjanjian antara pemerintah
Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka
penanaman modal asing untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan mineral.
11. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang selanjutnya disebut
PKP2B adalah perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan
perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha
pertambangan batubara.
12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan mineral dan batubara.
13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang mempunyai tugas menyelenggara-
kan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian,
dan pengawasan kegiatan mineral dan batubara.
14. Visi adalah rumusan umum berupa gambaran mental berkaitan keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan.
15. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya yang akan dilaksanakan oleh seluruh
perangkat organisasi untuk mewujudkan visi.

READ Indonesia | 7
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

16. Strategi adalah langkah-langkah yang akan ditempuh oleh seluruh perangkat
organisasi yang berisi program indikatif untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan
yang telah ditetapkan.
17. Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah di
tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan untuk
mencapai tujuan pembangunan.
18. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.
19. Kinerja adalah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai secara terukur baik kuantitas maupun kualitas berkaitan dengan
penggunaan anggaran.
20. Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif
untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang
menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.
21. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
22. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.

8 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2
PEMAHAMAN DASAR
PERENCANAAN

A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai tujuan
yang diinginkan secara tepat; terarah dan efisien sesuai dengan sumberdaya yang
tersedia. Dengan demikian, secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau
teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai
dengan kondisi negara atau daerah bersangkutan. Sedangkan ujuan pembangunan pada
umumnya adalah untuk mendorong proses pembangunan secara lebih cepat guna
mewujudkan masyarakat yang maju, makmur dan sejahtera.
Arthur W. Lewis (1965) mendifinsisikan perencanaan adalah suatu kumpulan
kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta
untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia secara lebih produktif. Sedangkan
rangsangan tersebut diberikan dalam bentuk insentif-insentif ekonomi baik secara mikro
maupun makro yang dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara lebih produktif
sehingga proses pembangunan akan menjadi lebih meningkat.
M. L. Jhingan (1984) seorang ahli perencanaan dari India mendefinisikan
perencanaan merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja
oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapal suatu sasaran dan tujuan
tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.
Osborne dan Gaebler (1992) melihat perencanaan strategis sebagai suatu proses
untuk menguji situasi sebuah organisasi atau komunitas pada saat ini dan

READ Indonesia | 9
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

memproyeksikan ke masa depan, merumuskan tujuan, mengembangkan strategi untuk


mencapai tujuan tersebut, dan mengukur hasilnya, serta lebih meningkatkan sejumlah
tahapan yang mendasar.
Morrisey (1997) mengemukakan bahwa perencanaan merupakan suatu proses
berkelanjutan yang digambarkan dalam suatu garis sinambung (kontinum). Dalam
hubungannya dengan perencanaan strategis, garis kontinum tersebut merupakan
hubungan antara dua hal ekstrem yaitu analisis dan intuisi. Berkaitan dengan hal ini,
proses perencanaan strategis dibagi dalam tiga fase, yaitu (a) fase pemikiran strategis
yang mengarah pada prespektif; (b) fase perencanaan jangka panjang yang mengarah
pada posisi; (c) fase perencanaan taktis yang mengarah pada performa atau kinerja.
Perencanaan pembangunan di Indonesia menurut Undang-undang No. 25 Tahun
2004 mendefinisikan perencanaan pembangunan sebagai berikut “Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasiona] (SPPN) adalah suatu kesatuan tata-cara perencanaan
pembangunan untuk men ghasilkan rencana -rencana pembangunan jangka panjang,
jangka menengah dan tahunan, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah”.
Secara umum, perencanaan dapat dilihat dari tingkatannya yaitu: Pertama, Rencana
Induk (Masterplan) merupakan perencanaan yang menitikberatkan pada uraian kebijakan
organisasi. Rencana induk mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang
lingkup yang luas. Kedua, Rencana Operasional (operational planning) adalah
perencanaan yang lebih menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam
melaksanakan suatu program. Ketiga Rencana Harian (day to day planning) adalah
perencanaan harian yang bersifat rutin.

B. Fungsi Perencanaan
Perencanaan berfungsi sebagai panduan bagi masyarakat atau pemangku kepentingan
terkait dalam merumuskan visi, misi, tujuan, strategi dan program secara partisipatif.
Secara rinci fungsi perencanaan sebagai berikut;
1. Mengakomodasikan aspirasi pemangku kepentingan (pemerintah dan non-
pemerintah) ke dalam kebijakan organisasi;
2. Panduan kerangka keterpaduan bagi kebutuhan kelompok sasaran, kebijakan
pemerintah, dan kepentingan perusahaan sebagai proses bisnis. Dalam konteks ini
akan menjadi dasar bagi perumusan program investasi, pengembangan institusi
dan pembiayaan;
3. Kajian isu-isu strategis, yang digali dari berbagai sumber atau pemanfaatan media
baik formal maupun nonformal. Dimana isu-isu tersebut menjadi bagian dari upaya
mewujudkan visi dan misi organisasi. Isu strategis menjadi landasan dalam
menentukan dan merumuskan strategi dan kebijakan organisasi ke depan.

10 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

4. Membangun skenario perubahan organisasi. Kajian ini bermanfaat untuk


menggambarkan skenario pembangunan desa dalam 5-10 tahun ke depan (jangka
menengah). Skenario ini akan memberikan arahan bagi program yang dirumuskan.

C. Manfaat Perencanaan
Perencanaan dalam program pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh
organisasi pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga sosial lain mutlak
dibutuhkan dan disusun secara jelas. Bahkan, pada unit-unit kerja yang lebih kecil
perencanaan harus dilakukan untuk mendukung keberlanjutan program, penguatan tim,
optimalisasi sumber daya dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Pengalaman para praktisi lapangan dalam mengembangkan program pengentasan
kemiskinan menunjukkan perlunya suatu perencanaan yang terpadu melibatkan
sebanyak mungkin stakeholders untuk mengidentifikasi masalah, menetapkan alternatif
pemecahan masalah serta menentukan peran dan kontribusi apa yang akan diberikan
oleh setiap pelaku yang terlibat. Pemerintah dan LSM tidak mungkin merancang program
hanya melihat dari kacamatanya sendiri tentang aspek pentingnya kelompok sasaran
tanpa menggali lebih dalam siapa saja yang harus terlibat dan bagaimana keputusan itu
ditetapkan.
Terkadang karena keterbatasan biaya, beberapa kalangan LSM atau lembaga
lainnya membuat perencanaan terbatas pada tingkat desa atau kelompok pemanfaat
langsung. Orientasi perencanaan lebih terfokus pada pengembangan sektor ekonomi
dibanding non ekonomi. Kurangnya pemahaman tentang pendekatan tata ruang,
wilayah pengembangan dan tantangan sosial ke depan mengakibatkan hasil yang
dicapai tidak optimal dan tidak berkesinambungan. Seharusnya para pelaksana dan
pengambil kebijakan perlu mempertimbangkan fungsi yang lebih luas dengan
memperhitungkan interaksi sosial, pasar dan hubungan antardesa dalam satu daerah
(kabupaten atau kota). Persoalan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan tidak
dipahami sebagai persoalan lokal saja tetapi mencakup kondisi ekonomi dan politik
nasional, regional dan global. Persoalan ini hanya dapat dijawab melalui perencanaan
pembangunan yang baik dan terpadu serta ketepatan dalam pelaksanaan di lapangan.

Tabel 2.1: Perbandingan Program melalui Perencanaan dan Tanpa Perencanaan

Program Melalui Perencanaan Program Tanpa Perencanaan


 Optimalisasi alokasi sumber daya lokal  Pemborosan sumber daya lokal
 Kayakinan akan hasil yang akan dicapai  Tanpa keyakinan hasil yang akan dicapai
 Kesamaan visi  Tidak memiliki visi yang jelas
 Kepemilikan dan peranserta  Tanpa keikutsertaan dan peranserta
 Koordinasi dan sinergisitas stakeholders stakeholders
 Rujukan evaluasi kegiatan  Bergerak secara independen dan
 Pembanding posisi eksternal terpisah

READ Indonesia | 11
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Program Melalui Perencanaan Program Tanpa Perencanaan


 Tanpa panduan pengawasan dan
evaluasi
 Terfokus pada kebutuhan internal

Sumber: Perencanaan Desa Terpadu Wahjudin Sumpeno (2011)

D. Prinsip-Prinsip Perencanaan
Kerangka konseptual yang menjadi panduan dalam perencanaan terpadu dibangun atas
dasar lima prinsip yaitu;
1. Menyeluruh (comprehensive), yaitu suatu kerangka analisis yang memandang
perencanaan pembangunan sebagai keseluruhan aspek kehidupan yang
berdampak pada perubahan. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan
dinamis yang melibatkan berbagai sumber daya dan tingkatan (structures) dalam
masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Kesalingtergantungan (interdependency), bahwa pembangunan merupakan proses
membangun hubungan atau interaksi antara masyarakat, peran dan kegiatan
secara alamiah. Satu kegiatan atau sektor akan berpengaruh terhadap sektor
lainnya. Perencanaan pembangunan merupakan alat untuk memperkuat jalinan-
keterkaitan antarsektor, kelembagaan dan masyarakat dalam mencapai tujuan dan
perubahan.
3. Keberlanjutan (sustainable). Perencanaan harus diletakkan dalam kerangka
pembangunan jangka panjang. Pembangunan adalah ‘perubahan itu sendiri’, yang
berdampak positif dalam mengangkat derajat kehidupan masyarakat dari generasi
ke generasi berikutnya. Rencana pembangunan harus mempertimbangkan aspek
metodologis, nilai-nilai manusia, kelestarian lingkungan hidup dan peningkatan
kapasitas kelembagaan.
4. Strategis (strategic). Perencanaan pembangunan membutuhkan pandangan yang
komprehensif, program aksi yang spesifik untuk merespon hal-hal yang bersifat
strategis. Perencanaan pembangunan tidak hanya merespon hal-hal yang bersifat
kekinian tetapi melihat dalam kerangka pengembangan yang luas dan global.
Perencanaan strategis akan memandu masyarakat untuk menetapkan visi, misi dan
pendekatan yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan, mengantisipasi
perubahan serta upaya mencapai harapan melalui identifikasi, penetapan sasaran,
lokasi, waktu dan bagaimana kegiatan dilaksanakan secara terprogram.
5. Tersedianya infrastruktur (infrastructure) yang memadai mencakup, ruang sosial,
mekanisme organisasi, nilai-nilai, kelembagaan dan kapital sosial yang dapat
menopang kebutuhan pembangunan. Infrastruktur merupakan landasan bagi
masyarakat dalam mendorong transformasi nilai dan institusionalisasi proses
perubahan dan pembelajaran masyarakat. Pembangunan membutuhkan
dukungan agar terjadi proses perubahan dalam upaya mencapai visi, misi dan
tujuan.

12 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

E. Arah Perencanaan
Penyusunan rencana induk bagi perusahaan mendasarkan pada beberapa teori
diantaranya manajemen strategik, pengembangan wilayah (Regional Development),
pengembangan masyarakat (community development). Namun, tidak semua persoalan
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang menjadi bagian dari tanggung-
jawab sosial perusahaan mampu dipahami dari perspektif manajemen strategik saja.
Beberapa literatur manajemen strategik di perusahaan telah mengidentifikasi model
perencanaan bagi pengembangan program sosialnya.
Pengembangan dan implementasi rencana pengelolan sosial perlu membedakan
antara tujuan strategis untuk tingkat korporasi dan tingkat fungsional khususnya dalam
aspek layanan publik. Perbedaan tingkat tujuan strategis akan mempermudah dalam
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang ada di perusahaan yang berorientasi
keuntungan kemungkinan berbeda dengan konteks perusahaan yang memiliki
komitmen terhadap lingkungan, investasi sosial dan partisipasi masyarakat.
Dalam menentukan unsur-unsur perencanaan pengembangan suatu wilayah, maka
arah kebijakan dan unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai berikut;
1. Analisis kependudukan, untuk mengetahui struktur penduduk, sebaran penduduk,
ciri dan faktor yang mempengaruhi faktor pergerakan atau migrasi, dan
produktivitas penduduk.
2. Analisis sosial budaya, untuk memahami faktor-faktor pembentukan pola dan
pandangan hidup serta adat istiadat masyarakat.
3. Analisis ekonomi, untuk mengetahui kondisi perkembangan ekonomi meliputi
usaha, kesempatan kerja, tingkat produksi, sektor unggulan dan pasar. Disamping
itu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kegiatan ekonomi, sebaran kegiatan ekonomi serta keterkaitan kegiatan produksi
intra dan antardaerah.
4. Analisis potensi sumber daya alam, untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan
penggunaan sumber daya alam (mineral, air, hutan, tanah, dll) serta kemungkinan
pengembangannya.
5. Analisis potensi sumber daya buatan, untuk mengetahui tingkat ketersediaan,
tingkat pelayanan, sebaran dari prasarana yang ada, dan hal lain yang berkaitan
dengan teknologi serta biaya pembangunan prasarana spesifik sesuai dengan
kondisi geografis wilayah itu.
6. Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang, untuk mengetahui sifat keterkaitan
kegiatan produksi, sosial, pemukiman dalam wilayah, hirarki keterkaitannya serta
karakteristik khusus dikaitkan dengan kondisi geografis wilayah.

F. Rencana Induk (Master Plan)


Rencana induk merupakan dokumen kebijakan organisasi/lembaga/pihak penentu
(Pemilik, Penyandang Dana ataupun Pengelola) yang berisi rencana, tahapan atau

READ Indonesia | 13
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan,
target dan sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Jenis rencana induk (master plan) terdiri dari:
1. Rencana induk komprehensif;
2. Rencana induk untuk kawasan kecil;
3. Rencana induk fungsional;
4. Rencana induk strategis, dan
5. Rencana induk ringkas.
Rencana Induk komprehensif biasanya diterapkan pada perencanaan komplek
bangunan atau kota baru secara fisik. Dibandingkan dengan perencanaan komprehensif
yang dilakukan secara multi-disiplin, maka perencanaan induk umumnya dilakukan
secara satu disiplin, yaitu arsitektur. Keduanya, perencanaan induk dan perencanaan
komprehensif, mempunyai kesamaan dalam sifat produk akhir rencana yang jelas, rinci,
end-state, tidak fleksibel—seakan masa depan sangat pasti. Rencana induk komprehensif
memiliki tiga karakteristik pokok:
(1) Mencakup berbagai unsur rencana induk;
(2) Meliputi kawasan yang luas, seluruh provinsi atau seluruh kabupaten/kota, dan
(3) Dengan rentang waktu yang panjang (biasanya 10 sampai 20 tahun ke depan).
Kelemahan rencana induk komprehensif diantaranya:
(1) Memerlukan waktu yang lama, mahal, dan memerlukan berbagai macam data dan
informasi yang harus dinalisis,
(2) Proses partisipasi publik dapat mengambil waktu yang lama untuk menyelesaikan
dan mungkin sulit mengaturnya,
(3) Sulit untuk menjamin komitmen dan partisipasi yang terus menerus untuk proyek
jangka panjang, dll.
Rencana induk untuk kawasan kecil merupakan jenis perencanaan untuk
membantu dalam menentukan jenis kawasan tertentu berdasarkan pembagian
administrasi, ekonomi dan sumber daya alam, dan budaya. Karakteristik rencana induk
ini ditujukan untuk kawasan yang luasannya lebih kecil dari kabupaten/kota, seperti
kecamatan atau desa. Rencana induk disusun untuk jangka waktu menengah (biasanya
5 sampai 10 tahun), dan mencakup beberapa topik.
Rencana induk untuk kawasan kecil dapat dilakukan apabila:
(1) Rencana untuk kawasan yang lebih besar (kabupaten/kota) tidak tersedia atau
kurang layak;
(2) Belum tersediannya rencana untuk pengembangan kawasan dengan tujuan
tertentu;

14 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(3) Ada kepemimpinan lokal dan dukungan untuk perencanaan dalam setiap wilayah
geografis;
(4) Komunitas Anda sangat terfragmentasi (terbagi baik secara fisik dan sosial), dan
(5) Kawasan tertentu area tertentu berubah lebih cepat daripada yang lain.
Rencana induk fungsional merupakan jenis perencanaan yang dikembangkan
untuk menjabarkan secara rinci kebutuhan satu unsur atau bagian dari sebuah rencana
komprehensif. Biasanya rencana fungsional dibuat untuk kebutuhan sektoral misalnya
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pertanian. Karakteristik rencana induk fungsional
ditunjukan hanya untuk satu unsur atau bagian dari rencana induk komprehensif pada
suatu waktu, meliputi sebagian atau seluruh masyarakat, rencana jangka pendek maupun
jangka panjang, dan menjadi bagian tersendiri maupun bagian dari rencana induk
kawasan yang lebih besar.
Kelemahan rencana induk fungsional diantaranya:
(1) Proses yang lambat dan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya;
(2) Tidak dapat merespon perubahan, permasalahan atau isu yang konsisten terjadi
pada masyarakat dan atau kebutuhan masyarakat luas;
(3) Hanya memfokuskan pada masalah atau topik khusus.
Rencana induk strategis atau biasa disebut rencana strategis organisasi biasanya di
bentuk dari visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan yang berorientasi pada
apa yang hendak di capai dalam kurun waktu tertentu sehubungan dengan tugas pokok
dan fungsi (Tupoksi) Intansi/Lembaga, disusun dengan mempertimbangkan
perkembangan lingkungan strategik. Rencana ini merupakan produk atau dokumen
perencanaan yang menjadi acuan bagi lembaga, organisasi, perusahaan, dinas, badan
atau unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Karakteristik rencana induk strategis fokus pada masalah yang sangat penting yang
terjadi pada masyarakat, rencana jangka pendek (2-5 tahun) atau jangka panjang (10-20
tahun), dan rencana meliputi seluruh kawasan kabupaten/kota maupun provinsi bahkan
negara. Kelemahan rencana induk strategis adalah bukan merupakan rencana
komprehensif yang sesungguhnya karena hanya memfokuskan pada suatu masalah,
sektoral atau bidang pengembangan saja.
Rencana induk ringkas merupakan rencana sederhana yang menggambarkan
permasalahan atau isu-isu pokok dan penting untuk dilaksanakan oleh organisasi atau
masyarakat. Karakteristik rencana induk ringkat diantaranya: (1) memuat hanya dua
bagian yang sangat diperlukan saja, (2) mencakup seluruh kawasan, dan (3) berupa
rencana jangka menengah (5-10 tahun).
Berbeda dengan rencana induk startegis tang tidak komprehensif. Sedangkan
kelebihan dari rencana induk ringkas diantaranya:
(1) Relatif sangat mudah dibuat dan tidak berbiaya mahal;

READ Indonesia | 15
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(2) Tidak perlu menyusun seluruh bagian seperti yang terdapat dalam Rencana Induk
Komprehensif;
(3) Perecanaan bersifat jangka pendek atau menengah;
(4) Dapat dilaksanakan oleh masyarakat bersama lembaga pemerintah yang
menangani perencanaan
(5) Dapat dilakukan pemutakhiran.
Berdasarkan penjelasan tersebut, perbedaan masing-masing rencana induk dapat
diuraikan sebagai berikut:

Tabel 2.2: Perbedaan Jenis Rencana Induk

Aspek Rencana Induk


Komprehensif Kawasan Fungsional Strategis Ringkas
Kecil
Karakeristik Komprehensif, Fokus pada Fokus pada Fokus Fokus
ambisius, luas, kawasan kecil 1 atau 2 pada isu pada satu
umum topik spesifik strategis topik
Rentang Jangka panjang Jangka Jangka Jangka Jangka
Waktu (10-20 tahun) menengah (5- menengah pendek (2- pendek
10 tahun) (5-10 tahun) 4 thn) sampai
sampai jangka
Jangka menengah
panjang
Biaya Tinggi Rendah ke Rendah ke Menengah Rendah
Menengah Menengah
Waktu yang Lama (1 – 2 Singkat (3-6 Singkat (3-6 Singkat (3- Singkat (3-
diperlukan tahun) bulan) bulan) 6 bulan) 6 bulan)
Singkat Singkat Singkat Singkat Singkat
Sumber: Budi Harsono (2012)

16 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

3
CETAK BIRU (BLUE PRINT)
PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Pengertian
Cetak Biru (Blue Print) PPM adalah dokumen yang berisi perencanaan strategis
pembangunan terpadu yang memuat arah kebijakan PPM di wilayah Provinsi. Gubernur
menyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM secara transparan, responsif, efisien, efektif,
akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, berwawasan lingkungan serta sesuai dengan
norma dan budaya kearifan lokal.
Cetak Biru (Blue Print) PPM merupakan kerangka atau arah kebijakan yang
ditetapkan oleh gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dari Direktur Jenderal.
Cetak Biru (Blue Print) PPM dapat dievaluasi dan diubah 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun.
Perubahan Cetak Biru (Blue Print) PPM ditetapkan setelah mendapatkan pertimbangan
Direktur Jenderal.

B. Ruang Lingkup
Cetak Biru (Blue Print) PPM paling sedikit memuat:
1. Peningkatan indeks pembangunan manusia provinsi dan/atau kabupaten/kota
setempat;
2. Pembangunan ekonomi masyarakat sekitar tambang sampai dengan pelaksanaan
kegiatan pasca tambang;
3. Pengembangan sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar
Tambang yang berkelanjutan;

READ Indonesia | 17
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

4. Pengembangan kelembagaan komunitas masyarakat dalam menunjang


kemandirian PPM; dan
5. Pembangunan infrastruktur yang menunjang PPM.
Peningkatan indeks pembangunan manusia provinsi dan/atau kabupaten/kota
setempat mengacu pada indeks pembangunan manusia hasil penelitian dan data
statistik yang dimiliki oleh provinsi dan/atau kabupaten/kota setempat.
Pembangunan ekonomi masyarakat sekitar tambang sampai dengan pelaksanaan
kegiatan pasca tambang mengacu pada tingkat pendapatan riil atau pekerjaan
masyarakat setempat berdasarkan produk domestik regional bruto sebelum adanya
kegiatan Usaha Pertambangan.
Pengembangan sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar
tambang yang berkelanjutan mengacu pada kearifan lokal yang paling sedikit terdiri atas:
(a) adat istiadat; (b) keagamaan; (c) olahraga dan seni; dan/atau (d) partisipasi dalam
pengelolaan lingkungan.

C. Kedudukan
Cetak Biru (Blue Print) PPM menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi dalam memberikan
arah kebijakan bagi perusahaan atau Badan Usaha Pertambangan pemegang IUP atau
IUPK dalam melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
sekitar tambang. Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM mengacu pada kebijakan
nasional yang tertuang dalam RPJMN, kebijakan daerah yang tertuang dalam RPJM
Provinsi dan prinsip pengembangan wilayah yang dituangkan dalam RTRW serta
perundang-undangan yang berlaku.
Kedudukan Cetak Biru (Blue Print) PPM berada dibawah kebijakan spasial di
masing-masing daerah baik pada skala Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Kedudukan-
nya sebagai acuan kebijakan sekaligus petunjuk teknis dalam penyusunan strategi PPM
di wilayah pembangunan atau kawasan usaha pertambangan.
Secara tidak langsung Cetak Biru (Blue Print) PPM akan berpengaruh juga terhadap
rencana program investasi sosial, ekonomi dan infrastruktur di daerah. Oleh karena itu,
penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM harus membangun keselarasan dengan
mempertimbangkan dokumen perencanaan lain, sehingga tidak terjadi tumpang tindih
kewenangan antara pemerintah dan pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha
pertambangan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Keselarasan kebijakan yang tertuang dalam Cetak Biru (Blue Print) PPM diharapkan
mampu mendorong optimalisasi sumber daya dan keuangan juga dapat menjadi sarana
(tools) untuk memperkuat kelembagaan dan kerjasama lintas sektor dan wilayah melalui
penguatan masyarakat di sekitar tambang. Gambar berikut menjelaskan kedudukan
Cetak Biru (Blue Print) dengan kebijakan dan rencana pembangunan lainnya.

18 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Gambar 3.1 Kedudukan Cetak Biru (Blue Print) PPM

D. Pemangku Kepentingan
Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM dilakukan dengan:
1. Melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemegang IUP/IUPK, akademisi, dan
masyarakat;
2. Mempertimbangkan hasil Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
(Musrembang);
3. Mempertimbangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional
dan Daerah, Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Nasional dan Daerah.

A. Periode Perencanaan

Cetak Biru (Blue Print) PPM sebagai dokumen perencanaan jangka panjang agar
direncanakan untuk periode perencanaan 20 tahun, dihitung dengan mempertimbang-
kan penetapan oleh kepala daerah sesuai dengan kewenangannya. Periode perencanaan
dalam penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM ini dibagi menjadi tiga tahap sesuai urutan
prioritas, yaitu:
1. Perencanaan PPM Jangka Pendek atau tahap mendesak dilaksanakan dalam satu
sampai dua tahun anggaran, dengan memprioritaskan pada hal-hal yang
mendesak untuk dilaksanakan.

READ Indonesia | 19
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2. Perencanaan Jangka Menengah menengah mencakup tahapan program PPM


selama 5 tahun setelah dilaksanakan program PPM jangka pendek.
3. Perencanaan Jangka Panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan pencapaian
goals dan cakupan program PPM untuk 20 tahun yang akan datang.

B. Evaluasi Cetak Biru (Blue Print) PPM

Cetak Biru (Blue Print) PPM harus dievaluasi setiap 5 tahun untuk disesuaikan dengan
perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan kebijakan dan rencana
pembangunan di tingkat pusat dan daerah baik dari sektor pertambangan dan sektor
terkait lainnya (misalnya pendidikan, kesehatan, pertanian, infrastruktur, dll), strategi
bidang lingkungan (Local Environment Strategy) serta tata ruang wilayah, ataupun
kebijakan lainnya.
Pemerintah Provinsi dapat melakukan evaluasi Cetak Biru (Blue Print) PPM dan
diubah 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun. Perubahan atas dokumen Cetak Biru (Blue Print)
PPM perlu mendapatkan pertimbangan Direktur Jenderal sebelum ditetapkan dan
disosialisasikan kepada pemangku kepentingan terkait khusunya dunia usaha untuk
menyesuaikannya.

C. Pembentukan Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM


Penjelasan berikut sebagai alternatif yang dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi
terutama dinas terkait dalam memfasilitasi proses penyusunan dokumen Cetak Biru (Blue
Print) PPM. Secara teknis masing-masing daerah tentunya memiliki nomenklatur dan
kebijakan yang berbeda dalam mendorong Cetak Biru (Blue Print) PPM ini. Namun
demikian perlu dipahami bahwa Cetak Biru (Blue Print) PPM merupakan dokumen resmi
berisi kebijakan pemerintah tentunya dalam penyusunannya mengikuti ketentuan umum
yang telah ditetapkan dalam mekanisme perencanaan pembangunan.
Berikut diuraikan tata cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
memfasilitasi pembentukan Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM. Susunan
keanggotaan tim penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah (Gubernur) ini sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. Ketua Tim. Disarankan dipilih dari Dinas/OPD yang memiliki kewenangan dalam
penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM.
2. Sekretaris Tim.
3. Kelompok Kerja. Susunan kelompok kerja sebagai tim teknis disesuaikan dengan
kebutuhan, yang diketuai oleh kepala unit kerja dengan anggota pejabat/staf
BAPPEDA dan OPD terkait dan unsur non pemerintah termasuk perusahaan atau
Badan Usaha Pertambangan yang dinilai berkomitmen dan kompeten dalam
mendorong pelaksanaan PPM.

20 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

4. Tenaga Ahli. Tenaga ahli yang diperlukan untuk penyusunan Cetak Biru (Blue Print)
PPM antara lain tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup kegiatan
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan bidang keahliannya
seperti, perencanaan wilayah, sosial, ekonomi pembangunan, hukum, budaya dan
infrastruktur.
Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM diharapkan melakukan kegiatan
sosialisasi dan persiapan teknis dalam rangka menyamakan pemahaman tentang konsep
Cetak Biru (Blue Print) PPM kepada pemangku kepentingan terkait. Keluaran yang
diharapkan dari kegiatan ini diantaranya:
1. Terbentuknya Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM (melalui SK Gubernur);
2. Disepakatinya konsep dan paradigma dalam penyusunan Cetak Biru (Blue Print)
PPM Provinsi;
3. Disepakatinya cakupan perencanaan yang akan disusun dan menjadi dokumen
tidak terpisahkan dari Cetak Biru (Blue Print) PPM (Outline Plan);
4. Disepakatinya proses penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM dan tugas-tugas tim
penyusun;
5. Dituliskannya input/masukan untuk Cetak Biru (Blue Print) PPM;
6. Finalisasi dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM untuk dikonsultasikan kepada
Diektorat Jenderal sebelum ditetapkan oleh Gubernur
Pembentukan tim penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM dimulai dari penyiapan
rancangan Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pembentukan tim penyusun Cetak
Biru (Blue Print) PPM provinsi. Susunan keanggotaan tim berasal dari pejabat dan staf
OPD bersangkutan yang memiliki kemampuan dan kompetensi di bidang perencanaan
dan penganggaran.
Anggota tim penyusun yang dilibatkan harus siap bertugas secara penuh dalam
menyiapkan dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM. Dengan demikian perlu dipilih orang-
orang yang mempunyai kesiapan waktu dan kemampuan teknis yang cukup. Sedapat
mungkin anggota tim menguasai substansi fungsi dan tugasnya. Tim penyusun terdiri
atas perwakilan dari setiap unit kerja (bagian/bidang/subdin/ atau sebutan lain) yang ada
di masing-masing OPD terkait dan dapat melibatkan tenaga ahli (profesional) sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan.
Tim penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM dipersiapkan oleh Kepala OPD dan
diusulkan kepada kepala daerah untuk ditetapkan dengan surat keputusan kepala daerah
(Gubernur).

D. Tahapan Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM


Secara teknis proses penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM terdiri dari: (1) Tahap
Pengumpulan Data; (2) Analsisi Kondisi Daerah Rencana; (3) Analisis Data Eksisting
Sistem Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat; (4) Identifikasi Permasalahan

READ Indonesia | 21
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Masyarakat Sekitar Tambang; (5) Perumusan Kebijakan dan Strategi PPM; (6) Roadmap
dan Prioritas Kebijakan/Program PPM. Proses penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM
dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 3.2 Proses Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM

22 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

E. Fasilitasi Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM


Setelah terbentuk Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM, langkah pertama melakukan
sosialisasi kepada pemangku kepentingan baik pemerintah, dinas/unit kerja terkait,
perguruan tinggi, LSM, dan Badan Usaha Pertambangan untuk membangunan
kesepahaman tentang pentingnya Cetak Biru (Blue Print) PPM.
Kesepahaman dan kesamaan persepsi dapat ditumbuhkan dengan cara Ketua Tim
Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM menyampaikan kepada seluruh pemangku
kepentingan tentang konsep dan paradigma sistem pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat di sektor tambang. Fasilitasi pertemuan diagendakan untuk membahas isu-
isu berikut:
1. Latar belakang, tujuan, dan manfaat penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM. Ketua
Tim memaparkan bagian ini dengan menekankan pada:
a. Konsep Cetak Biru (Blue Print) PPM sebagai dokumen yang memuat data dasar
(baseline) mengenai sistem pengembangan dan pemberdayaan serta kondisi
masyarakat disekitar tambang saat ini.
b. Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM di tingkat Provinsi merupakan tahapan
penting dalam memberikan arah kebijakan bagi Badan Usaha Pertambangan
dalam menyusun perencanaan dan program PPM.
c. Maksud dan tujuan penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM. Pemaparan ini
menjadi input untuk penulisan dokumen (Bab I: Pendahuluan).
2. Posisi atau dasar hukum Cetak Biru (Blue Print) PPM. Lakukan diskusi kemudian
sepakati dasar hukum dan posisinya diantara dokumen-dokumen perencanaan
strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota seperti RPJMN, RPJM Provinsi, dan RTRW;
3. Pahami rincian outline Cetak Biru (Blue Print) PPM serta metode yang akan
digunakan. Tuliskan hasil diskusi dalam narasi sebagai input untuk penulisan “Bab
I: Pendahuluan”;
4. Susun profil kondisi wilayah dan sasaran perencanaan Cetak Biru (Blue Print) PPM
dengan menganalisis:
a. Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
b. Laporan hasil evaluasi terhadap capaian Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana dan Strategi Organisasi Perangkat
Daerah (Renstra OPD).
c. Hasil diskusi ini menjadi input untuk penulisan “Bab II: Cetak Biru (Blue Print)
PPM Sekitar Pertambangan Mineral dan Batubara”.
5. Susun dan sepakati rencana kerja Tim. Konsultan perlu menyusun dan menyepakati
Rencana Kerja terkait Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM. Rencana kerja ini
sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Jadwal Kegiatan Terperinci

READ Indonesia | 23
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

b. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab (OPD/Perorangan/Tenaga Ahli)


Rencana kerja yang telah disepakati harus ditandatangani oleh Ketua Tim.
Selanjutnya didistribusikan untuk menjadi pegangan seluruh pemangku kepentingan,
selama proses penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM.
Disamping itu, pembuatan Cetak Biru (Blue Print) PPM secara rinci dan mendalam
dapat dilakukan oleh Tenaga Ahli (eksternal) juga didampingi oleh Tim Teknis yang
ditunjuk oleh Pemerintah Daerah atau dinas terkait.

G. Struktur (Outline) Dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM


Struktur (outline) penulisan dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM mengacu pada
Lampiran I Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor: 1824 K/30/MEM/2018 dengan format sebagai berikut:

Format Dokumen Cetak Biru (Blue Print) Pembangunan dan


Pemberdayaan Masyarakat

Format Keterangan
Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN Berisikan tentang gambaran umum mengenai
1.1. Latar Belakang profil perusahaan, dengan melampirkan struktur
1.2. Maksud dan Tujuan organisasi (head office dan site) mulai dari
1.3. Dasar Hukum managemen sampai bawah.
BAB II CETAK BIRU (BLUE PRINT) PPM
SEKITAR PERTAMBANGAN MINERAL
DAN BATUBARA
3.1. Visi dan Misi PPM Provinsi
3.1.1. Visi PPM Provinsi
3.1.2. Misi PPM Provinsi
3.2. Kondisi Saat Ini
3.2.1. Indeks pembangunan
manusia Provinsi dan /atau
kabupaten/kota setempat
3.2.2. Ekonomi masyarakat sekitar
tambang
3.2.3. Sosial budaya dan
lingkungan kehidupan
masyarakat sekitar tambang

24 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Format Keterangan
3.2.4. Kelembagaan komunitas
masyarakat sekitar tambang
3.2.5. Infrastruktur sekitar tambang
3.3. Cetak Biru (Blue Print) PPM Cetak Biru (Blue Print) PPM berisi Goals
pemerintah provinsi untuk program-program
PPM yang dibuat oleh Badan Usaha
Pertambangan termasuk di dalamnya rencana
kerja dan penanggung jawab kegiatan yang
disinkronkan dengan dokumen Rencana
Pascatambang (RPT) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
3.3.1. Peningkatan Indeks Data yang dimiliki oleh provinsi dan/atau
pembangunan manusia kabupaten/ kota setempat (BPS Provinsi
Provinsi dan /atau dan/atau BAPPEDA)
kabupaten/kota setempat
3.3.2. Pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi masyarakat sekitar
masyarakat sekitar tambang tambang sampai dengan pelaksanaan kegiatan
sampai dengan pelaksanaan pascatambang berdasarkan produk domestic
kegiatan pascatambang regional bruto sebelum adanya kegiatan usaha
pertambangan.
3.3.3. Pengembangan Sosial Program ini mengacu pada kearifan lokal yang
budaya dan lingkungan sekurang-kurangnya terdiri atas adat istiadat,
kehidupan masyarakat sekitar keagamaan, olahraga dan seni, dan/atau
tambang yang berkelanjutan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan
3.3.4. Kelembagaan komunitas Bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
masyarakat dalam pertanian, peternakan dan perikanan.
menunjang kemandirian PPM
3.3.5. Pembangunan infrastruktur Sarana prasarana pendidikan, keagamaan,
yang menunjang PPM kesehatan, pertanian dan peternakan,
pemberdayaan ekonomi, umum lain
BAB III KESIMPULAN

READ Indonesia | 25
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

26 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

4
RENCANA INDUK
PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Pengertian
Rencana Induk PPM merupakan bagian penting dari strategi perusahaan atau Badan
Usaha Pertambangan dalam mengelola berbagai isu terkait kondisi sosial masyarakat
disekitar wilayah operasi dengan menerapkan prinsip keberlanjutan.
Rencana Induk PPM dalam penyusunannya merujuk kepada Cetak Biru (Blue Print)
yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Namun
karena belum semua daerah mempunyai Cetak Biru, maka setidaknya Rencana Induk
PPM yang disusun bisa merujuk kepada dokumen RPJM, RPJP dan RTRW Daerah
(kabpaten/kota) serta hasil konsultasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Badan Usaha Pertambangan wajib menyusun Rencana Induk PPM yang dilakukan
bersamaan dengan penyusunan studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

B. Ruang Lingkup
Secara umum, Rencana Induk PPM sekurang-kurang memuat:
1. Program pada tahap kegiatan operasi produksi termasuk pascatambang;
2. Waktu pelaksanaan program; dan
3. Rencana pembiayaan.
Dalam Rencana Induk PPM terdapat pembahasan terkait tujuh program utama
yang harus dirumuskan oleh perusahaan, yaitu:

READ Indonesia | 27
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Program bidang pendidikan;


2. Program bidang kesehatan;
3. Program bidang peningkatan pendapatan riil atau pekerjaan;
4. Program bidang kemandirian ekonomi;
5. Program bidang sosial budaya;
6. Program bidang lingkungan, dan
7. Program bidang Infrastruktur.

Gambar 4.2 Tujuh Bidang Pengembangan dan


Pemberdayaan Masyarakat

C. Kedudukan
Penyusunan Rencana Induk PPM mengacu pada Cetak Biru (Blue Print) yang diterbitkan
oleh Pemerintah Provinsi, dimana Cetak Biru tersebut telah mempertimbangkan kajian
terkait pengembangan wilayah; RPJMN, RPJM Provinsi, dan RUTRW/K, termasuk
perundang-undangan yang berlaku. Kedudukan Cetak Biru (Blue Print) PPM berada
dibawah kebijakan spasial di masing-masing daerah baik pada skala Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Demikian demikian, Rencana Induk PPM yang dikembangkan oleh

28 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

masing-masing perusahaan tentunya merujuk pada produk perencanaan dan aturan


perundang-undang di atasnya.
Kedudukan Rencana Induk dalam sistem penyelenggaraan PPM sebagai kerangka
acuan bagi perusahaan atau badan usaha pertambangan dalam menterjemahkan
kebijakan dan strategi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui Cetak Biru (Blue Print) PPM.
Rencana Induk PPM sebagai alat manajemen dan panduan teknis operasional bagi
pelaksana di lingkungan perusahaan atau Badan Usaha Pertambangan dalam
menyelenggarakan program/kegiatan PPM berdasarkan masukan dari pemangku
kepentingan dan kebutuhan masyarakat sekitar tambang;
Ditinjau dari pengembangan wilayah Rencana Induk PPM juga mengindikasikan
dukungan perusahaan terhadap pembangunan kawasan dan rencana program investasi
lain yang masuk di wilayah operasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakay di
sekitar tambang.

Gambar 4.1 Kedudukan Rencana Induk PPM

D. Periode Perencanaan
Program yang disusun diselaraskan dengan fase operasional tambang mulai dari fase
operasi produksi sampai hingga fase penutupan tambang. Periode perencanaan untuk
sebuah Rencana Induk PPM dapat disusun dalam jangka panjang selama 20 tahun
kedepan atau hingga fase penutupan tambang. Target utamanya agar Badan Usaha

READ Indonesia | 29
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pertambangan memiliki rentang waktu kendali terhadap tanggung jawab sosialnya


hingga terwujud kemandirian masyarakat dan pelestarian kegiatan. Oleh karena itu,
penting bagi perusahaan untuk membuat peta jalan (Roadmap) yang dapat membantu
pencapain target sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Untuk memudah-
kan penentuan Roadmap PPM, perusahaan dapat difomulasikan berdasarkan sistematika
tahapan perubahan dan Rencana Penutupan Tambang.
Dalam merumuskan prioritas program PPM harus didasarkan pada hasil pemetaan
sosial (social mapping). Pemetaan Sosial menjadi wajib dilakukan untuk mendapatkan
gambaran awal kondisi masyarakat sekitar tambang sebelum aktivitas tambang dimulai.
Pemetaan sosial yang dilakukan minimalnya bisa memberikan gambaran utuh tentang
kondisi kesehatan dan pendidikan, kondisi sosial budaya dan lingkungan kehidupan
masyarakat, kondisi infrastruktur, kondisi kemandirian ekonomi dan kelembagaan
komunitas masyarakat dalam menunjang kemandirian ekonomi.

E. Rencana Pembiayaan
Rencana Induk PPM didalamnya memuat besaran biaya yang dianggarkan oleh Badan
Usaha Pertambangan untuk mendukung pelaksanaan program yang ditetapkan. Khusus
untuk penentuan besaran biaya yang dianggarkan dapat disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing perusahaan. Sampai saat ini belum ada aturan yang
menetapkan berapa besaran biaya yang harus disisihkan oleh perusahaan swasta untuk
program PPM. Berbeda dengan perusahaan plat merah (BUMN) yang dalam Peraturan
Menteri Negara BUMN No. 4 Tahun 2007 dipatok untuk menyisihkan 2 persen dari
labanya untuk membiayai kegiatan CSR (PKBL).

F. Proses Perencanaan
Melalui pendekatan keterpaduan, sistem PPM harus diawali dengan kajian kebutuhan
dan proses perencanaan yang memadai. Hal ini untuk menjamin program yang
dihasilkan benar-benar berdampak terhadap kesejahteraan dan perubahan masyarakat.
Perencanaan dibuat tidak dalam konteks ketersediaan anggaran dan pemenuhan
regulasi saja, lebih dari itu perusahaan dapat menjadi sebagai upaya membangun
reputasi dan keberlanjutan. Perencanaan dimulai dengan pendekatan strategis yang
mengerucut menjadi lebih operasional dan praktis.
Rencana Induk PPM disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Visi, Misi dan Kebijakan Perusahaan;
(2) Pemetaan Sosial (Social Mapping);
(3) Proses Bisnis dan Analisa Dampak;
(4) Konsultasi Pemangku Kepentingan;
(5) Komplemen dengan Program Pemerintah;
(6) Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan

30 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(7) Program dan Kegiatan

1. Visi, Misi dan Kebijakan Perusahaan


Pada umum badan usaha pertambangkan telah memiliki visi, misi dan kebijakan sebagai
dasar pelaksanaan PPM melalui kerangka fikir dan bertindak secara strategis dan
sistematis. Pada tahapan ini, perusahaan mengupayakan pengintegrasian atau
mengarusutamakan PPM ke dalam budaya dan strategi bisnis perusahaan. Pendekatan
pengelolaan PPM tidak akan lagi bersifat ad hoc dan parsial, namun akan menyatu dan
selaras dengan strategi bisnis perusahaan secara keseluruhan.
Visi, misi dan kebijakan perusahan akan menjadi landasan dalam menentukan arah
pelaksanaan PPM. Hal ini penting bagi perusahaan dalam membangun tatakelola yang
akan dijadikan dasar operasional bagi pengelola atau pelaksana dalam merealisasikan-
nya. Perusahaan dapat merumuskan visi, misi dan kebijakan baru tentang PPM
berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya. Perusahaan dapat menggali visi, misi dan
kebijakan PPM dari berbagai visi, misi atau kebijakan yang telah dimilikinya, diantaranya:
(1) Visi, misi, dan kebijakan bisnis perusahaan;
(2) Visi, misi, dan kebijakan Quality, Health, Safety and Environment (QHSE);
(3) Visi, misi, dan kebijakan perusahaan terkait PPM;
Visi, misi dan kebijakan PPM biasanya menyebutkan aspek pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang secara eksplisit maupun implisit. Salah
satu tujuan dari adanya Visi, misi, dan kebijakan perlu disampaikan dan dipahami oleh
seluruh karyawan dan manajemen perusahaan. Oleh karena itu, bila visi, misi dan
kebijakan PPM hanya tertuang secara implisit, maka perlu dibuatkan tafsir atau
penjelasan, sehingga seluruh karyawan dan manajemen menengah hingga puncak akan
memiliki pemahaman yang sama. Visi bersama (shared vision) akan mampu mensinergi-
kan dan menyelaraskan arah gerak segenap komponen perusahaan (manajemen dan
karyawan) dalam penerapan PPM.

2. Pemetaan Sosial (Social Mapping)


Dalam kegiatan penyusunan Rencana Induk PPM, pemetaan sosial adalah suatu kegiatan
awal yang dilakukan untuk menemukenali tentang kondisi sosial budaya masyarakat
pada wilayah tertentu yang akan dijadikan sebagai wilayah sasaran program PPM.
Pemetaan sosial sebagai proses identifkasi karakteristik masyarakat melalui
pengumpulan data dan informasi baik primer maupun sekunder mengenai kondisi
masyarakat dalam satu wilayah tertentu.
PPM merupakan suatu instrumen yang digunakan Badan Usaha Pertambangan
dalam mengelola dampak dari operasi yang dilakukan memerlukan informasi dari
masyarakat terdampak mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta
analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang
masyarakat sekitar tambang, perusahaan akan mengalami hambatan dalam menerapkan

READ Indonesia | 31
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

nilai, sikap dan tradisi maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan
perubahan.
Pemetaan sosial merupakan langkah awal dalam menemukenali kondisi
masyarakat sekitar tambang sebagai bahan kajian dalam mengidentifikasi masalah,
merumuskan isu-isu strategis dan pola perubahan yang diperlukan ke depan termasuk
keberlanjutan paska tambang. Dalam rentang waktu tertentu setiap individu dan
kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan
dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan
menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
Prinsip utama bagi perusahaan ketika akan melakukan pemetaan sosial bahwa
kegiatan ini diharapkan dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu
wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu
keputusan terbaik dalam membangun kemandirian masyarakat dan keberlanjutan.
Secara khusus pembahasan tentang pemetaan sosial dapat dipelajari pada Bab 5 buku
ini.

3. Proses Bisnis dan Analisis Dampak


Proses bisnis adalah kumpulan kegiatan bisnis yang saling terkait atau berinteraksi yang
mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Ada tiga komponen utama, yaitu
input, proses, dan output. Setiap perusahaan memiliki beragam proses bisnis dengan
jumlah dan tingkat kerumitannya. Setiap proses busnis betapun kecil atau besar,
sederhana atau kompleks, setiap proses bisnis akan selalu berhubungan dengan kondisi
sosial dan lingkungan sekitarnya. Interaksi ini menimbulkan berbagai perubahan
terhadap lingkungan, yang dikenal dengan istilah dampak. Dengan demikian, setiap
proses bisnis perusahaan akan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan,
baik positif maupun negatif.
Dalam upaya mengenal lebih dalam berbagai dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan, maka perusahaan perlu memetakan seluruh proses bisnis yang ada. Peta
proses bisnis dapat menjadi masukan bagi proses identifikasi dampak. Proses identifikasi
dampak yang dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi seluruh kegiatan perusahaan;
(2) Mengidentifikasi seluruh input pada setiap kegiatan;
(3) Mengidentifikasi seluruh output pada setiap kegiatan;
(4) Mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan oleh input;
(5) Mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan oleh output;
(6) Membuat daftar seluruh dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan;
(7) Menentukan pemangku kepentingan yang terkena atau terpengaruh oleh dampak
perusahaan;

32 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(8) Jika diperlukan, perusahaan atau Badan Usaha Pertambangan dapat membuat
urutan prioritas tingkat besarnya dampak tersebut.
Pada saat yang sama, perusahaan dapat memperluas rentang pengaruh atas
dampak yang ditimbulkannya. Umumnya perusahaan membatasi lingkup analisis
dampak hanya pada proses produksi atau jasa. Rentang pengaruh dapat diperluas
sampai mencakup seluruh rantai nilai (value chain) perusahaan, mulai dari pengadaan
bahan baku, pengangkutan bahan baku, proses produksi, pengelolaan limbah, distribusi
produk atau jasa perusahaan, sampai penggunaan produk atau jasa perusahaan.
Semakin luas lingkup analisis, akan semakin tinggi tanggung jawab perusahaan terhadap
dampak yang ditimbulkannya.
Berdasarkan luasan, dampak juga dapat dianalisis berdasarkan lingkup lokal,
nasional, regional, atau global. Selain menggunakan proses di atas, untuk melakukan
analisis dampak, perusahaan dapat menggunakan berbagai kajian yang dilakukan terkait
dengan lingkungan, misalnya:
(1) Environmental Base Assessment (EBA);
(2) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);
(3) Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL);
(4) Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup dan Dokumen Pengelolaan Lingkungan
Hidup (DELH dan DPLH);
(5) dan kajian lingkungan lainnya.

4. Konsultasi Pemangku Kepentingan


ISO 26000 mendefinisikan pelibatan pemangku kepentingan sebagai aktivitas yang
dilakukan untuk menciptakan peluang dialog antara perusahaan/organisasi dengan satu
atau lebih pemangku kepentingannya, yang bertujuan untuk menyediakan dasar bagi
pengambilan keputusan perusahaan yang didasarkan pada informasi (yang relevan).
Berdasarkan pengertian tersebut, salah satu kunci utama dari pelibatan adalah dialog,
yang merupakan proses komunikasi dua arah antara dua pihak atau lebih dalam
kesetaraan.
Pemangku kepentingan (stakeholders), adalah setiap orang atau kelompok yang
memiliki kepentingan (interest) terhadap akitivitas dan/atau kegiatan perusahaan,
menjadi subyek utama dalam penerapan PPM. Pemangku kepentingan dapat berasal dari
dalam (internal) perusahaan, maupun berada di luar perusahaan (eksternal). Para
pemangku kepentingan ini harus sejak awal dilibatkan pada keseluruhan proses
perencanaan dan penerapan PPM secara terintegrasi. Pengalaman berbagai perusahaan
telah membuktikan bahwa salah satu kunci utama keberhasilan program pemberdayaan
adalah pelibatan para pemangku kepentingan sejak awal.
Berdasarkan hal tersebut, Badan Usaha Pertambangan wajib melakukan
koonsultasi atas Rencana Induk PPM dengan Direktur Jenderal atas nama Menteri sesuai

READ Indonesia | 33
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

dengan kewenangannya, gubernur, serta melibatkan bupati/walikota setempat dan


Masyarakat Sekitar Tambang.
Khusus untuk masyarakat sekitar tambang dapat mengajukan usulan program
dalam Rencana Induk PPM melalui gubernur untuk diteruskan kepada Badan Usaha
Pertambangan.
Badan Usaha Pertambangan harus menyampaikan Rencana Induk PPM yang telah
mempertimbangkan hasil konsultasi dengan para pemangku kepentingan sebagai
bagian dari dokumen studi kelayakan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya sebagai persyaratan teknis dalam mengajukan
permohonan peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi atau Izin Usaha
Pertambangan Khusus Eksplorasi ke tahap Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
atau Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi.
Pada proses pelibatan pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Induk
PPM menghasilkan beberapa keluaran, diantaranya:
(a) Profil dan peta pelaku kepentingan (komunitas, kelompok, pemimpin, kekuatan,
konflik, pemerintah, swasta, kelompok rentan, dan-lain-lain);
(b) Kepentingan, perhatian, harapan, dan persepsi para pemangku kepentingan;
(c) Kesepakatan yang terbangun;
(d) Isu-isu utama, dan/atau;
(e) Usulan, rekomendasi, dan rencana tindak (action plan).

5. Komplemen dengan Program Pemerintah


Rencana Induk PPM tidak hanya menjabarkan kepentingan perusahaan atau masyarakat
sekitar tambang saja, tetapi menjadi bagian dari proses pembangunan atau
pengembangan wilayah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Agar memberikan nilai
tambah yang lebih tinggi, perusahaan dapat menyelaraskan program PPM dengan
program pembangunan pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota.
Penyelarasan akan membantu dalam menyelesaikan beberapa persoalan yang
dihadapi masyarakat secara komprehensif dan meningkatkan apresiasi pemerintah
terhadap perusahaan sekaligus sebuah manfaat berwujud (intangible) yang cukup
penting bagi perusahaan.
Manfaat lainnya adalah terbentuknya sinergi antar program sekaligus terhindarinya
tumpang tindih program pembangunan baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah
maupun program yang didorong oleh perusahaan untuk masyarakat di sekitar tambang.
Oleh karena itu, perusahaan dapat memfasilitasi keterlibatan pemerintah sejak awal
dalam mengkaji kebutuhan program PPM. Cara lain yang cukup efektif melakukan
koordinasi dan integrasi rencana program PPM baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses perencanaan pembangunan (Musrenbang) Kabupaten/Kota

34 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

dan/atau Musyawarah Desa. Misalnya, dalam memetakan kebutuhan, perusahaan


disarankan terlibat secara intensif dalam proses musyawarah perencanaan pembangun-
an pada lokasi atau kawasan yang berhubungan dengan wilayah operasi tambang
bersangkutan.
Rencana Induk PPM yang disusun Badan Usaha Pertambangan dapat menjadi
komplemen bagi beberapa program pemerintah diantaranya:
 Sustainable Development Goals (SDGs);
 Program pembangunan dari Pemerintah Pusat (misalnya program penang-
gulangan kemiskinan, Konvergensi Stunting dan lain-lain)
 Program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupate/Kota atau OPD terkait;
 Program pembangunan Desa dengan pendanaan Dana Desa, ADD dan alokasi
lainnya.

6. Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan


Tujuan dan Sasaran PPM dirumuskan dalam agar mempermudah perusahaan atau Badan
Usaha Pertambangan dapat memiliki indikator pencapaian rencana pada suatu waktu
tertentu (milestone). Tujuan merupakan keseluruhan maksud dan harapan yang hendak
dicapai dan konsisten dengan kebijakan perusahaan. Tujuan dapat bersifat umum dan
dapat memiliki rentang waktu yang cukup panjang, misalnya tujuan lima tahunan.
Tujuan PPM dijabarkan dalam berbagai sasaran lingkungan, yaitu persyaratan
kinerja kunci yang berlaku untuk perusahaan atau bagiannya terkait dengan kepentingan
pengembangan masyarakat sekitar tambang yang perlu ditetapkan dan dipenuhi untuk
mencapai tujuan tersebut. Sasaran lingkungan biasanya memiliki rentang waktu tidak
melebihi satu tahun. Sasaran dapat berupa sasaran tahunan, sasaran semester, atau
sasaran triwulan. Dama upaya mewujudkan kebijakan PPM, perusahaan dapat
menetapkan beberapa tujuan dan sasaran.
Tujuan dan sasaran umumnya ditetapkan berdasarkan kaidah SMART, yaitu:
 Specific (spesifik);
 Measurable (terukur);
 Achievable (dapat dicapai);
 Realistic (sesuai kebutuhan terutama dari sisi ketersediaan sumber daya
perusahaan), dan
 Timely (ada kerangka waktu pencapaiannya).

7. Program dan Kegiatan


Berdasarkan hirarki, Program PPM dirumuskan setelah tujuan dan sasaran ditetapkan.
Program PPM merupakan penjabaran langkah-langkah yang harus dilakukan agar
sasaran dapat dicapai. Komponen utama dari Program PPM umumnya mencakup hal-hal
berikut:

READ Indonesia | 35
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Kegiatan atau aktivitas yang perlu dilakukan;


2. Indikator pencapaian untuk setiap aktivitas dan indikator program secara
keseluruhan;
3. Penanggung jawab program dan penanggung jawab setiap aktivitas;
4. Kerangka waktu untuk setiap aktivitas maupun program secara keseluruhan.

Indikator PPM memberikan gambaran tentang ukuran yang mampu menunjuk-kan


tercapai atau tidaknya suatu tujuan, sasaran, atau pencapaian lainnya. Suatu indikator
harus dapat diverifikasi secara mudah dan berbiaya rendah. Indikator yang sulit
diverifikasi akan menyulitkan perusahaan dalam memantau kinerja dan mengevaluasi
tujuan, sasaran, dan program PPM.
Beberapa indikator kinerja PPM telah dijelaskan pada bab selanjutnya. Lembar kerja
tersebut dapat dijadikan contoh bagi perusahaan dalam merumuskan program PPM
Bidang Lingkungan.

H. Evaluasi Rencana Induk PPM


Rencana Induk PPM yang telah disusun oleh Badan Usaha Pertambangan wajib dievaluasi
dan/atau diubah dengan ketentuan:
1. Secara berkala 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun;
2. Apabila terjadi perubahan Cetak Biru (Blue Print) PPM yang memerlukan
penyesuaian atau perubahan Rencana Induk PPM; atau
3. Apabila terjadi perubahan dokumen studi kelayakan dan dokumen lingkungan.
Dalam menyusun perubahan Rencana Induk PPM, Badan Usaha Pertambangan
perlu melakukan kembali pemetaan sosial untuk mengukur dan memastikan perubahan
masing-masing bidang akibat dari intervensi program PPM yang telah dilakukan.

I. Struktur (Outline) Dokumen Rencana Induk PPM


Struktur (outline) penulisan dokumen Rencana Induk PPM mengacu pada Lampiran II
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 1824
K/30/MEM/2018 dengan format sebagi berikut:

Format Dokumen Rencana Induk Pengembangan dan


Pemberdayaan Masyarakat

Format Keterangan
Kata Pengantar
Intisari
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN

36 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Format Keterangan
a. Latar Belakang 1. Identitas pemegang IUP atau IUPK (nama
badan usaha/koperasi/perseroan, alamat
lengkap, penanggung jawab rencana atau
kegiatan);
2. Uraian singkat mengenai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan
dengan PPM;
3. Uraian singkat mengenai status perizinan
(nomor, tanggal diterbitkannya, masa
berlaku, status PMA/PMDN IUP atau IUPK).
b. Maksud dan Tujuan
c. Dasar Hukum
BAB II PROFIL WILAYAH Uraian singkat mengenai lokasi WIUP/WIUPK
(desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan
posisi geografi).
BAB III HASIL KONSULTASI DENGAN Uraian rinci mengenai konsultasi (nasihat, saran,
PEMANGKU KEPENTINGAN dan kesimpulan) dengan pihak yang
(STAKEHOLDERS) berkepentingan terkait Rencana Induk PPM.

BAB IV RENCANA INDUK PPM


a. Penerima manfaat berdasarkan lokasi 1. Ring 1: Wilayahnya terkena dampak
yang terkena dampak langsung (ring langsung dari kegiatan operasional
1, ring 2 dan ring 3 dapat disesuaikan pertambangan, merupakan lokasi dari
dengan dokumen lingkungan), keberadaan fasilitas utama perusahaan,
dimana masyarakat memiliki frekuensi
hubungan tinggi dengan perusahaan.
Lingkupnya adalah satu atau beberapa desa
yang wilayah atau area pencarian hidupnya
terkena dampak langsung dari kegiatan
perusahaan, baik yang bersifat dampak
lingkungan dan sosial berdasarkan studi
baseline (pendahuluan) dan Amdal (Analisa
mengenai dampak lingkungan);
2. Ring2: Wilayahnya terkena dampak
lingkungan langsung dari kegiatan
pertambangan, merupakan lokasi dari
keberadaan fasilitas utama perusahaan,
dimana masyarakat memiliki frekuensi
hubungan sedang dengan perusahaan.
Lingkupnya adalah satu atau beberapa
kecamatan yang wilayah atau area pencarian
hidupnya terkena dampak langsung dari
kegiatan perusahaan, baik yang bersifat
dampak lingkungan dan sosial berdasarkan
studi baseline (pendahuluan) dan Amdal
(analisis mengenai dampak lingkungan)
namun masih dalam lingkup administrasi

READ Indonesia | 37
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Format Keterangan
kabupaten yang sama dengan wilayah ring I;
dan
3. Ring 3: Wilayahnya terkena dampak
lingkungan langsung dari kegiatan
pertambangan, merupakan lokasi dari
keberadaan fasilitas utama perusahaan,
dimana masyarakat memiliki frekuensi
hubungan rendah dengan perusahaan.
Lingkupnya adalah satu atau beberapa
kabupaten yang area dimana terdapat
kelompok masyarakat yang terkena dampak
tidak langsung dari operasional perusahaan
dalam lingkup Provinsi yang sama dengan
wilayah ring I dan ring II atau lingkup
nasional.
b. Program pada tahap kegiatan operasi Format Rencana Induk disusun dengan tabel
produksi termasuk pascatambang sebagaimana terlampir dalam SK Menteri
tersebut.
c. Lokasi Kegiatan PPM
d. Waktu Pelaksanaan PPM Tahunan uraian mengenai rencana waktu pelaksanaan
dapat dibuatkan grand design sampai dengan
pascatambang (program PPM pada tahap
pascatambang disesuaikan dengan dokumen
Rencana Pascatambang yang telah disetujui oleh
Pemerintah). Program PPM tahunan yang belum
terlaksanakan pada akhir tahun berjalan, maka
program PPM dilanjutkan pada program PPM
tahun berikutnya.
e. Rencana Pembiayaan PPM 1. Pembiayaan PPM Tahunan berasal dari biaya
operasional Badan Usaha Pertambangan
yang tercantum pada RKAB;
2. Pembiayaan Program PPM Tahunan wajib
dikelola langsung oleh Badan Usaha
Pertambangan;
3. Dalam terdapat sisa pembiayaan program
PPM Tahunan pada akhir tahun berjalan, sisa
pembiayaan program PPM dapat digunakan
sebagai pembiayaan program PPM Tahun
berikutnya; dan
4. Pembiayaan Program PPM Tahunan dilarang
tumpang tindih dengan pembiayaan yang
berasal dari APBN atau APBD.
f. BAB V KRITERIA KEBERHASILAN Uraian mengenai kriteria keberhasilan yang akan
PPM dicapai dalam melaksanakan program PPM yang
meliputi standar keberhasilan pada setiap
programnya

38 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

5
PEMETAAN
SOSIAL (SOCIAL MAPPING)

A. Pengertian

Pemetaan Sosial (Social Mapping) adalah satu metode visual yang menunjukkan lokasi
relatif suatu komunitas atau kelompok yang dilakukan untuk menemukenali dan
mendalami kondisi sosial komunitas tersebut. Pemetaan sosial merupakan salah satu
cara untuk membuat gambar kondisi sosial ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi
pemukiman, sumber-sumber mata pencaharian, jalan, pelayanan kesehatan dan sarana-
sarana umum.
Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1)
didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own
communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan
sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geografi. Salah satu bentuk atau
hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik
masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak
terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya.
Hasil gambaran ini berupa peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan
keadaan masyarakat maupun lingkungan fisik, sehingga dapat digunakan untuk
menganalisa dan mendalami bersama masyarakat di sekitar tambang mengeal
kebutuhan dan memunculkan topik-topik dan tema-tema tertentu terkait PPM.
Pemetaan sosial sebagai salah satu alat analisis sosial (Ansos) disamping analisis lain
seperti spasial, dan sektoral untuk pembuatan profil wilayah merujuk pada Netting,

READ Indonesia | 39
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial disebut juga sebagai social profiling atau
pembuatan profil suatu masyarakat di sekitar tambang.

B. Maksud dan Tujuan

Pemetaan sosial dimaksudkan untuk mengenal lebih dalam tentang kondisi eksisting
wilayah terdampak operasi perusahaan atau lokasi sasaran baik sosial, ekonomi, budaya,
sarana prasarana, dan pola perubahan yang terjadi sebagai informasi dasar dalam
merumuskan kebijakan, strategi dan program strategis PPM. Secara khusus tujuan
pemetaan sosial yaitu:
1. Memberikan dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan dalam menemukenali
kondisi sosial masyarakat atau komunitas di sekitar tambang;
2. Menjadi acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan
perilaku pada masyarakat sasaran.
3. Membentuk opini perusahaan terhadap masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya;
4. Memberikan dasar informasi dan masukan dalam penyusunan Rencana Induk PPM
dan Rencana Kegiatan yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi;

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil atau output pemetaan sosial diantaranya:


a. Data Demografi: jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, mata
pencaharian, tingkat kelahiran dan kematian, migrasi dan penuaan;
b. Data Geografi: topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas
lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat;
c. Data psikografi: nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-
kebiasaan, adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada,
motif yang menggerakkan tindakan masyarakat, pengalaman masyarakat,
pandangan dan sikap perilaku terhadap intervensi dari luar, kekuatan sosial yang
paling berpengaruh, dll;
d. Pola komunikasi: media yang dikenal dan digunakan, bahasa, kemampuan baca
tulis, orang yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat memperoleh
informasi

D. Objek Pemetaan Sosial

Beberapa obyek yang dipetakan dalam kegiatan pemetaan sosial antara lain:
1. Letak geografis wilayah calon sasaran program;

40 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2. Sarana dan prasarana umum di wilayah sekitar tambang;


3. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian-usia-jenis kelamin-agama-
pendidikan;
4. Penyebaran atau konsentrasi masyarakat miskin kelompok sosial masyarakat serta
kegiatan yang dilakukan;
5. Hubungan sosial antar kelompok masyarakat (relasi sosial), jenis-jenis profesi atau
mata pencaharian masyarakat;
6. Penggolongan masyarakat berdasarkan status kepemilikan harta (kaya, menengah,
miskin);
7. Tanggapan masyarakat terhadap program-program yang dilaksanakan oleh
pemerintah atau non pemerintah;
8. Keterlibatan masyarakat dala pelaksanaan program baik dari pemerintah maupun
non pemerintah;
9. Penyelesaian permasalahan baik masalah sosial kemasyarakatan, ekonomi, budaya
serta proses pengambilan keputusan dalam masyarakat.

E. Fokus Pemetaan Sosial


Pemetaan sosial memerlukan pemahaman mengenai kerangka konseptualisasi
masyarakat yang dapat membantu dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat
antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa masyarakat memiliki
wilayah (luas-sempit), komposisi etnik (heterogen-homogen) dan status sosial-ekonomi
(kaya-miskin atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Dalam makalah ini,
kerangka untuk memahami masyarakat merujuk pada pandangan Netting, Kettner dan
McMurtry (1993:68-92).
Kerangka pemahaman masyarakat dan masalah sosial terdiri dari 4 fokus atau
variabel dan 9 tugas, sebagai berikut:
Focus A: Pengidentifikasian Populasi Sasaran
Tugas 1: Memahami karakteristik anggota populasi sasaran
 Apa yang diketahui mengenai sejarah populasi sasaran pada masyarakat ini?
 Berapa orang jumlah populasi sasaran dan bagaimana karakteristik mereka?
 Bagaimana orang-orang dalam populasi sasaran memandang kebutuhan-
kebutuhannya?
 Bagaimana orang-orang dalam populasi sasaran memandang masyarakat dan
kepekaannya dalam merespon kebutuhan-kebutuhan mereka?
Focus B: Penentuan Karakteristik Masyarakat
Tugas 2: Mengidentifikasi batas-batas masyarakat.

READ Indonesia | 41
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

 Apa batas wilayah geografis dimana intervensi terhadap populasi sasaran akan
dilaksanakan?
 Dimana anggota-anggota populasi sasaran berlokasi dalam batas wilayah
geografis?
 Apa hambatan fisik yang ada dalam populasi sasaran?
 Bagaimana kesesuaian batas-batas kewenangan program-program kesehatan dan
pelayanan kemanusiaan yang melayani populasi sasaran?
Tugas 3: Menggambarkan masalah-masalah sosial
 Apa permasalahan sosial utama yang mempengaruhi populasi sasaran pada
masyarakat ini?
 Adakah sub-sub kelompok dari populasi sasaran yang mengalami permasalahan
sosial utama?
 Data apa yang tersedia mengenai permasalahan sosial yang teridentifikasi dan
bagaimana data tersebut digunakan di dalam masyarakat?
 Siapa yang mengumpulkan data, dan apakah ini merupakan proses yang
berkelanjutan?
Tugas 4: Memahami nilai-nilai dominan
 Apa nilai-nilai budaya, tradisi, atau keyakinan-keyakinan yang penting bagi
populasi sasaran?
 Apa nilai-nilai dominan yang mempengaruhi populasi sasaran dalam masyarakat?
 Kelompok-kelompok dan individu-individu manakah yang menganut nilai-nilai
tersebut dan siapa yang menentangnya?
 Apa konflik-konflik nilai yang terjadi pada populasi sasaran?
Focus C: Pengakuan Perbedaan-Perbedaan
Tugas 5. Mengidentifikasi mekanisme-mekanisme penindasan yang tampak dan formal.
 Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat diantara anggota-amggota populasi
sasaran?
 Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat antara anggota populasi sasaran dengan
kelompok-kelompok lain dalam masyarakat?
 Bagaimana perbedaan-perbedaan populasi sasaran dipandang oleh masyarakat
yang lebih besar?
 Dalam cara apa populasi sasaran tertindas berkenaan dengan perbedaan-
perbedaan tersebut?
 Apa kekuatan-kekuatan populasi sasaran yang dapat diidentifikasi dan bagaimana
agar kekuatan-kekuatan tersebut mendukung pemberdayaan?
Tugas 6. Mengidentifikasi bukti-bukti diskriminasi

42 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

 Adakah hambatan-hambatan yang merintangi populasi sasaran dalam berintegrasi


dengan masyarakat secara penuh?
 Apa bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami oleh populasi sasaran dalam
masyarakat?
Focus D: Pengidentifikasian Struktur
Tugas 7. Memahami lokasi-lokasi kekuasaan.
 Apa sumber-sumber utama pendanaan (baik lokal maupun dari luar masyarakat)
bagi pelayanan kesehatan dan kemanusiaan yang dirancang bagi populasi sasaran
dalam masyarakat?
 Adakah pemimpin-pemimpin kuat dalam segmen pelayanan kesehatan dan
kemanusiaan yang melayani populasi sasaran?
 Apa tipe struktur kekuasaan yang mempengaruhi jaringan pemberian pelayanan
yang dirancang bagi populasi sasaran?
Tugas 8. Menentukan ketersediaan sumber.
 Apa lembaga dan kelompok masyarakat yang ada pada saat ini yang dipandang
sebagai pemberi pelayanan bagi populasi sasaran?
 Apa sumber utama pendanaan pelayanan bagi populasi sasaran?
 Apa sumber-sumber non-finansial yang diperlukan dan tersedia?
Tugas 9. Mengidentifikasi pola-pola pengawasan sumber dan pemberian pelayanan.
 Apa kelompok dan asosiasi yang mendukung dan memberikan bantuan terhadap
populasi sasaran?
 Bagaimana distribusi sumber bagi populasi sasaran dipengaruhi oleh interaksi di
dalam masyarakat?
 Bagaimana distribusi sumber bagi populasi sasaran dipengaruhi oleh kekuatan-
kekuatan masyarakat ekstra?

F. Pendekatan
Metode dan teknik pemetaan sosial yang dapat digunakan dalam mendukung informasi
penyusunan Rencana Induk PPM, meliputi: (1) survey formal, (2) penilaian cepat (rapid
appraisal) dan (3) metode partisipatoris (participatory method).

1. Survey Formal
Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel
orang atau rumahtangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang dapat dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relatif banyak pada
kelompok sasaran tertentu. Beberapa metode survey formal antara-lain:

READ Indonesia | 43
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Survey Rumah Tangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini


sering disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards
Measurement Survey (LSMS). Survey ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran,
komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, gizi, tabungan,
kegiatan pertanian dan sumber pendapatan lainnya.
2. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau
CWIQ). Metode ini dilakukan berupa survey rumah tangga yang meneliti
perubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap
pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini sebagai alat yang cepat dan effektif
untuk mengetahui rancangan kegiatan pelayanan bagi masyarakat miskin dan
kelompok rentan. Metode ini dapat digunakan sebagai alat pemantau keberhasilan
program PPM setiap tahun. Sebuah hasil awal dari survey ini umumnya dapat
diperoleh dalam waktu 30 hari.
3. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk
meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan
pengalaman atau aspirasi klien (penerima pelayanan). Metode yang sering disebut
sebagai service delivery survey ini mencakup penelitian mengenai hambatan-
hambatan yang dihadapi penerima pelayanan dalam memperoleh pelayanan
publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan, serta kepekaan petugas-
petugas pemerintah.
4. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering digunakan oleh
lembaga swadaya masyarakat. Mirip dengan Survey Kepuasan Klien, penelitian
difokuskan pada tingkat korupsi yang ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan
ini kemudian dipublikasikan secara luas dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan
wilayah geografis.
5. Laporan Statistik. Pemetaan sosial dapat memanfaatkan laporan statistik yang
dikeluarkan oleh lembaga resmi terutama pemerintah seperti Badan Pusat Statistik
(BPS). Laporan statistik mengenai permasalahan sosial seperti jumlah orang miskin,
desa tertinggal, status gizi, dan tingkat buta huruf.

2. Penilaian Cepat (Rapid Appraisal Methods)

Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi
mengenai pandangan dan masukan dari masyarakat di sekitar tambang dan pemangku
kepentingan lainnya mengenai kondisi geografis dan sosial-ekonomi. Metode penilaian
cepat meliputi:
1. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri
serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu
tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat
kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.

44 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat


melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latarbelakang.
Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk
diskusi, mencatat proses diskusi dan kemudian memberikan komentar mengenai
hasil pengamatannya.
3. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara
difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota
masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara melakukan wawancara
secara hati-hati berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan
sebelumnya.
4. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau
pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan
dapat berupa informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-
sumber yang tersedia, kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial,
dll.
5. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan
tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Pemilihan
responden dapat menggunakan teknik acak (random sampling) ataupun sampel
bertujuan (purposive sampling). Wawancara dilakukan pada lokasi-lokasi survey
yang terbatas seperti sekitar klinik, sekolah, balai desa.

3. Metode Partisipatoris

Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama


aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak
dirancang secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik
pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab
dengan responden. Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di
bawah ini cukup penting diketahui:
1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang
terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini
merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA
terfokus pada proses pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul
data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual
(penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan
sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf) berpartisipasi.
PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan
Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan
Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).

READ Indonesia | 45
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota
suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai
isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan
kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan.
Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan
suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.
3. Beneficiary Assessment. Mengidnetifikasi permasalahan sosial yang melibatkan
pendamping, tenaga ahli atau konsultasi secara sistematis dengan masyarakat di
sekitar tambang. Tujuan pendekatan ini untuk mengidentifikasi hambatan
partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-
masukan guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan
pembangunan.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation).
Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang
bekerjasama mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis
masalah, serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi.

G. Analisis Data
Analisis data hasil pemetaan sosial dilakukan untuk memperleh informasi secara utuh
dalam rangka pembuatan kesimpulan. Analisis data dilakukan melalui “triangulasi”
dengan cara check dan cross check atas informasi yang diterima untuk melihat persamaan
dan keselarasan, dan juga perbedaan. Hasil triangulasi kemudian dibuatkan rangkuman
secara deskriptif, dengan melihat persamaan dan perbedaan pendapat dan pandangan
yang ada di masyarakat.
Setelah deskripsi analisa disusun maka selanjutnya dilakukan pengambilan
kesimpulan dan rekomendasi (RKTL/Perumusan pendekatan, metode dan strategi
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

H. Tata Cara Pelaksanaan Pemetaan Sosial


Berikut ini diuraikan langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh perusahan atau Tim
Penyusun Rencana Induk PPM dalam memfasilitasi kegiatan pemetaan sosial;

Langkah 1: Persiapan dan Perencanaan


Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap pesiapan dan perencanaan
diantaranya:
(1) Menyusun disain dan pengorganisasian pelaksanaan pemetaan sosial di wilayah
yang menjadi fokus PPM termasuk pembentukan Tim;

46 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(2) Menyiapkan perangkat atau alat penelitian (instrumen) atau panduan pelaksanaan,
antara lain: panduan wawancara berstruktur, panduan observasi, penetapan
kelompok sasaran, baik tujuan maupun respondennya;
(3) Melakukan uji coba instrumen secara terbatas di lingkungan internal perusahan
atau Tim dan penyempurnaan instrument;
(4) Menyepakati jadwal pelaksanaan pemetaan sosial.

Langkah 2: Memilih Lokasi dan Kelompok Sasaran


(1) Menetapkan lokasi yang akan menjadi lokus pemetaan sosial. Penetapan lokasi
didasarkan pada dokumen penetapan wilayah terdampak operasi, khususnya
masyarakat sekitar tambang;
(2) Mengidentifikasi kelompok sasaran yang akan dilibatkan dalam proses pemetaan
sosial untuk mengungkapkan persepsi, kondisi, perubahan dan perbedaan sosial
dalam masyarakat. Komposisi kebutuhan sasaran akan akan sangat tergantung
pada tujuan dan kedalaman informasi yang diperlukan untuk kebutuhan
penyusunan Rencana Induk PPM. Misalnya, kelompok miskin dan rentan di sekitar
tambang yang dilakukan secara terpisah antara pria dan wanita. Hal ini berguna
untuk mendapatkan perspektif yang berbeda mengenai struktur sosial masyarakat
dan pentingnya berbagai sarana sosial.

Langkah 3: Melakukan Sosialisasi dan Penjelasan Kepada Pemangku Kepentingan


Sosialisasi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan pemetaan sosial. Meskipun
terlihat sepele dan ringan, namun proses sosialisasi sangat berpengaruh terhadap
kesuksesan kegiatan. Sehingga Tim harus sangat berhati-hati dalam proses sosialisasi,
mengingat kondisi masyarakat yang sangat heterogen, baik tingkat pendidikan, karakter,
daya terima dan pemahaman masyarakat. Tahapan sosialisasi diantaranya:
(1) Fasilitator atau pendamping memperkenalkan diri, seperti nama, asal, maksud dan
tujuan datang ke wilayah tersebut, kemudian melakukan sosialisasi tentang
lembaga, perusahaan dan program.
(2) Dalam sosialisasi, setidaknya fasilitator menginformasikan tentang profil
perusahaan seperti nama, alamat, visi dan misi perusahaan, bidang dan wilayah
kerja serta bisa juga prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan.
(3) Selain profil perusahaan, penting untuk disampaikan program PPM kaitannya
dengan rencana melakukan pemetaan sosial di wilayah operasi perusahaan seperti
nama program, tujuan program, konsep program, jangka waktu pelaksanaan,
sasaran dan target program.
(4) Menjelaskan peran tim dan masing-masing pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan pemetaan sosial;

READ Indonesia | 47
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(5) Bersama-sama membuat jadwal lapangan untuk melakukan survey atau


pendataan.

Langkah 4: Memproduksi Peta Sosial


Tahapan ini dari kegiatan pemetaan sosial adalah memproduksi peta sosial melalui
berbagai alat (tools) untuk memvisualkan kondisi masyarakat sekitar tambang dengan
cara yang mudah, sederhana dan cepat. Berikut beberapa teknik pemetaan sosial yang
dapat digunakan:
Tabel 5.1: Metode Pemetaan Sosial
No Metode Penjelasan
1. Penelusuran Sejarah (Vilage History) Pengertian: Teknik mengungkap kembali
sejarah masyarakat di suatu lokasi tertentu
berdasarkan penuturan masyarakat sendiri.
Disusun secara beruntun secara kronologis
dimulai peristiwa masa lampau sampai saat
ini.
Jenis informasi: Asal-usul desa, manusia,
sumber daya, lingkungan, keadaan ekonomi,
budidayanya, keadaaan sosial politik dan
kejadian penting masa lalu.
Tujuan:
 Memfasilitasi masyarakat agar dapat
mengungkapkan pemahamannya
tentang keadaan mereka di masa kini
dengan mengkaji peristiwa di desa
tersebut pada masa lalu.
 Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji
hubungan sebab akibat antara berbagai
kejadian dalam sejarah kehidupan
mereka.
2. Bagan Kecenderungan dan Perubahan Pengertian: Teknik yang menggambarkan
(Trend Analysis) perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta
kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu
(waktu dibatasi).
Jenis informasi: mengkaji jenis-jenis
perubahan keadaan masyarakat yang paling
menonjol dan paling berpengaruh terhadap
keadaan masa kini baik SDM, SDA, Sosial
budaya, politik, ekonomi, kawasan dan
perubahan ke depan
Tujuan:
 Memfasilitasi masyarakat mengenali
berbagai perubahan terpenting yang
terjadi di berbagai bidang kehidupannya,
serta mengkaji hubungan antar
perubahan tersebut.

48 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

No Metode Penjelasan
 Memfasilitasi masyarakat untuk
memperkirakan arah kecenderungan
dalam jangka panjang dengan cara
menggambar bagan.
3. Kalender Musim (Seasional Calendar) Pengertian: Teknik pengkajian kegiatan dan
keadaan yang terjadi berulang dalam suatu
kurun waktu tertentu (musiman) dalam
kehidupan masyarakat. Dituangkan ke dalam
'kalender' kegiatan atau keadaan, biasanya
dalam jarak waktu 1 tahun (12 bulan).
Jenis informasi: Pola kegiatan masyarakat
terutama pada kegiatan pertanian,
peternakan, perikanan dll.
Tujuan:
 Mengkaji keadaan dan pola kegiatan
masyarakat, sehingga diperoleh profil
kegiatan utama mereka sepanjang tahun.
 Mengkaji profil kegiatan masyarakat
berupa pola pemanfaatan waktu, yaitu
saat bekerja, saat sibuk dengan kegiatan
lain (sosial, agama, adat), dan saat
memiliki waktu luang
4. Peta Desa (Village Map) Pengertian: Teknik untuk mengkaji keadaan
ruang wilayah desa tersebut beserta
lingkungannya. Keadaan tersebut
digambarkan ke dalam peta atau sketsa desa.
Jenis informasi: Sarana prasarana, SDA,
akses desa, potensi usaha dan pemukiman.
Tujuan:
Memfasilitasi masyarakat untuk
mengungkapkan keadaan desa dan
lingkungannya sendiri, serta perubahan dari
sumberdaya yang tersedia, yaitu mengenai
sebab-sebab dan akibat-akibat dari
perubahan tersebut.

5. Penelusuran Lokasi (Transek) Pengertian: Teknik pengamatan langsung


lingkungan dan sumberdaya masyarakat,
dengan cara berjalan menelusuri wilayah
desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang
disepakati. Hasil pengamatan dituangkan ke
dalam bagan atau gambar irisan muka bumi
untuk didiskusikan lebih lanjut.
Jenis informasi: Kajian terhadap bentuk
topografi dan kondisi alam seperti vegetasi
pada setiap kemiringan lahan.
Tujuan: Memfasilitasi masyarakat agar
mendiskusikan keadaan sumberdaya-

READ Indonesia | 49
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

No Metode Penjelasan
sumberdaya dengan cara mengamati
langsung hal yang didiskusikan di lokasinya.
6. Sketsa Kebun (Farm Sketch) Pengertian: Teknik pengkajian berbagai
aspek pengelolaan kebun di wilayah tertentu.
Hasil kajian digambarkan dalam bentuk
sketsa atau peta kebun yang meperlihatkan
berbagai aspek pengelolaan kebun tersebut.
Jenis informasi: Fisik misalnya pola tanam,
luas lahan, jenis tanaman, tata letak
bangunan dan sarana prasarana. Nonfisik
misalnya pendaptan, pemasaran, tenaga
kerja, penyuluhan, teknologi dan status
kepemilikan.
Tujuan: Mengkaji keadaan dan pengelolaan
kebun, mengenai: (a) Keadaan berbagai
aspek kebun (misalnya, kesuburan tanahnya,
ketersediaan airnya, pola tanamnya,
teknologi pengelolaannya, dsb; (b) Masalah
yang terjadi penyebab dan akibatnya; (c) Cara
petani mencari jalan keluar.
7. Bagan Hubungan Kelembagaan Pengertian: Memfasilitasi kajian hubungan
(Diagram Venn) antara masyarakat dengan lembaga-lembaga
yang terdapat di lingkungannya. Hasil
pengkajian dalam diagram Venn menunjuk-
kan besarnya manfaat, pengaruh dan
dekatnya hubungan suatu lembaga dengan
masyarakat.
Jenis informasi: Kelompok dan lembaga
secara umum saling berhubungan dengan
masyarakat desa serta lembaga khusus.
Tujuan:
Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai
keberadaan, manfaat dan peranan berbagai
lembaga di desa, hubungan diantara
lembaga tersebut, serta keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.
8. Kajian Mata Pencaharian (Livelihood Pengertian: Teknik yang memfasilitasi
Analysis) diskusi mengenai berbagai aspek mata
pencaharian masyarakat yang dituangkan
dalam diagram.
Jenis informasi: jenis-jenis kegiatan atau
keterampilan masyarakat yang dapat/telah
menjadi sumber mata pencaharian, baik
pertanian maupun bukan pertanian, ataupun
bidang jasa.
Tujuan:
 Memfasilitasi diskusi masyarakat
mengenai berbagai aspek dari mata

50 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

No Metode Penjelasan
pencaharian masyarakat, baik yang
dilakukan di dalam desa maupun ke luar
desa.
 Mengenal perubahan jenis pekerjaan
yang berkembang di masyarakat akibat
dinamika pembangunan.

Sumber: Participatory Rutal Appraisal. Asep M. Samsudin (2015)

Langkah 5: Menganalisis Peta Sosial


Setelah peta sosial telah selesai dibuat, selanjutnya digunakan oleh perencana sebagai
dasar untuk melakukan wawancara semi-terstruktur pada topik yang menarik dan
memungkinkan analis lokal untuk melakukan diskusi mereka sendiri dan analisis. Diskusi
ini harus dicatat atau direkam. Ini mungkin berguna untuk memiliki daftar pertanyaan
kunci untuk memandu diskusi tentang sumber daya masyarakat. Pertanyaan kunci
mungkin termasuk contoh-contoh berikut:
 Apa batas-batas perkiraan masyarakat berkaitan dengan interaksi sosial dan
pelayanan sosial?
 Apa struktur sosial dan institusi yang ditemukan di masyarakat?
 Bagaimana bangunan umum berkembang?
 Yang membangun pusat komunitas?
 Siapa yang menggunakan pusat-pusat masyarakat?
 Apa kelompok agama dan di mana mereka tinggal?
 Bagaimana orang di masyarakat memutuskan tempat ibadah?
 Apa kelompok etnis dan di mana mereka tinggal?
 Berapa banyak rumah tangga di masyarakat dan di mana mereka berada?
 Yang rumah tangga dikepalai oleh perempuan dan di mana mereka berada?
 Bagaimana tanah didistribusikan untuk perumahan?
 Apakah jumlah rumah tangga tumbuh atau menyusut?
 Apakah tingkat ini menyebabkan masalah untuk rumah tangga tertentu atau untuk
masyarakat secara umum?
 Apa yang orang lakukan tentang imigran baru atau tumbuh rumah tangga?
 Bagaimana akses ke sumber daya ekonomi masyarakat, sosial dan politik berbeda
dengan rumah tangga atau kelompok sosial?
 Bagaimana mungkin dampak perubahan kebijakan yang diusulkan pada perbedaan
sosial akses ke sumber daya, mata pencaharian atau kesempatan lain dalam
masyarakat?

READ Indonesia | 51
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Analisis terhadap data hasil pemetaan secara simultan dapat melakukan verifikasi
terkiat validitas informasi yang terkumpul dengan menggunakan metode triangulasi
yakni dengan cara melakukan konfirmasi ulang atas informasi yang diterima untuk
melihat persamaan, perberdaan dan keselarasan. Hasil validasi ini, selanjutnya disusun ke
dalam suatu rangkuman berupa gambaran atau deskripsi temuan lapangan dengan
melihat persamaan dan perbedaan pendapat dan pandangan yang ada di masyarakat.

Langkah 6: Merumuskan Kesimpulan


Hasil analisis dari kegiatan pemetaan sosial berupa kebenaran yang bersifat tentatif,
sementara, bisa berubah jika ditemukan fakta atau data temuan yang baru. Dengan
demikian, kesimpulan yang dibangun dinamis, terus bergerak, memperbaharui diri, dikaji
ulang dan terus diperkuat dengan fakta-fakta pendukung. Hasil pemetaan sosial bukan
suatu yang mutlak, atau sejenis kebenaran tunggal. Ketentuan ini mengharuskan pelaku
analisis sosial tidak bersifat kaku atau berpikiran sempit, melainkan menjadi pihak yang
terus mencari, menggali dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, hasil analisis sosial perlu dilakukan secara berkala sebagai alat pemantauan
perkembangan profil wilayah perencanaan.

Langkah 7: Pelaporan
Hasil analisis dari kegiatan pemetaan sosial kemudian dilaporkan kepada manajemen
perusahaan dan pemangku kepentingan terkait sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam pengelolan program ke depan. Kegiatan pelaporan hasil
pemetasan sosial yang dilakukan oleh Tim meliputi:
(1) Penyusunan laporan hasil pemetaan sosial yang dilaksanakan;
(2) Menyampaikan laporan hasil pemetaan sosial kepada pemangku kepentingan
terkait untuk baik perusahaan, pemerintah, dan forum musyawarah;
(3) Mendokumentasikan hasil pelaksana pemetaan sosial sebagai bahan
pertimbangan dan alat pemantauan perkembangan program.
(4) Menindaklanjuti hasil temuan sebagai dasar penyusunan Rencana Induk PPM.

52 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

6
KAJIAN
PROFIL WILAYAH

A. Pengertian
Kajian profil wilayah merupakan pengenalan secara komprehensif terhadap kondisi
masyarakat dalam bidang utama PPM yaitu pendidikan, kesehatan, peningkatan
pendapatan riil atau pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan
Infrastruktur yang akan dijadikan informasi awal dalam memetakan isu strategis dan
prioritas program PPM. Profil wilayah merupakan Instrumen penting bagi perusahaan
dalam mengidentifikasi, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan informasi yang
digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan serta kebijakan PPM.
Perlu dipahami bahwa kajian profil wilayah sebagai bagian dari kajian sosial (social
mapping), khususnya berkaitan dengan identifikasi terhadap kebutuhan PPM yang
selaras dengan dinamika pembangunan sektoral di wilayah terdampak operasi. Kajian ini
biasa dilakukan sebagai input penysuunan rencana strategis lembaga layanan atau unit
kerja pemerintahan untuk mendeskripsikan situasi dan perkembangan layanan dan
dampaknya terhadap kepuasan pengguna layanan termasuk dalam penentuan isu-isu
strategis yang perlu masuk dalam perencanaan.
Demikian halnya, Badan Usaha Pertambangan menggunakan pendekatan berbasis
fakta (evidance based) agar Rencana Induk PPM yang dibuat benar-benar reliabel dan
valid sehingga informasi pokok yang diperoleh dapat dijadikan alat untuk pengambilan
keputusan. Hasil kajian profil wilayah berupa berupa deskripsi atau gambaran dasar yang
tentang kondisi bidang PPM di suatu wilayah perencanaan agar dapat membantu
perencana dalam menentukan tujuan, strategi, pola pengelolaan sumber daya dan
prioritas program PPM. Kajian profil wilayah mempertimbangkan keterkaitan dengan

READ Indonesia | 53
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

arah dan kebijakan pembangunan berdasarkan tingkat pengaruh atau dampak dari
beroperasinya perusahaaan.
Secara khusus bab ini menjelaskan bagaimana Tim Penyusun Rencana Induk PPM
melakukan kajian profil wilayah terdampak operasi yang masuk dalam katagori
pengelolaan sosial dan lingkungan yang dikenal dengan istilah Ring. Kajian lebih
difokuskan pada penelaahan kondisi dan perkembangan bidang utama PPM melalui
teknik pengumpulan data dan analisis dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu
kapasitas Tim dan sumber daya yang tersedia. Penggunaaan informasi pendukung
berupa hasil studi yang telah dilakukan di setiap sektor dapat membantu memetakan
kondisi dan situasi wilayah terdampak operasi perusahaan secara komprehensif.

B. Maksud dan Tujuan


Penyusunan profil wilayah dimaksudkan untuk memetakan kondisi sosial, ekonomi,
budaya dan asepk pelayanan publik lain yang berpengaruh terhadap aspek strategis
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.Secara khusus kajian proril wilayah
bertujuan:
1. Memberikan gambaran cepat dan praktis tentang kondisi masyarakat diwilayah
terdampak operasi;
2. Mengidentifikasi aspek-aspek penting dan kritis untuk segera ditangani;
3. Menilai status, posisi, dan kedudukan serta kinerja kelembagaan terhadap Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan pencapaian SDGs;
4. Memberikan gambaran aspek strategis terkait potensi yang dimiliki;
5. Memperkirakan prediksi jangka menengah atas berbagai aspek pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat.

C. Hasil yang Diharapkan


Hasil yang diharapkan dari kajian terhadap profil wilayah tambang diantaranya:
1. Gambaran umum wilayah perencanaan, identifikasi terhadap berbagai aspek yang
kritis dan strategis, kinerja perkembangan pelayanan publik, serta kecenderungan
di masa depan.
2. Tersedia gambaran status dan tingkat capaian kinerja sektoral di suatu wilayah
berdasarkan sasaran/target perencanaan periode sebelumnya, SPM, dan indikator
kinerja;
3. Gambaran potensi dan permasalahan PPM di wilayah terdampak operasi;
4. Gambaran potensi dan permasalahan aspek pengelolaan sumber daya dan
keuangan.

54 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

D. Manfaat
Manfaat dari kajian profil wilayah terdampak operasi sebagai berikut:
1. Alat pendukung perencanaan dalam menentukan pola perubahan masyarakat
yang diharapkan dan intervensi program dengan informasi yang lengkap termasuk
gambaran yang dapat membantu menentukan tataruang, sumber daya, faslisitas
publik, sistem operasi, dan pola pengendalian PPM agar berjalan secara efektif
mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
2. Memberikan gambaran komprehensif setiap bidang perencanaan PPM yang
berpengaruh terhadap kebutuhan pelayanan publik;
3. Panduan bagi perusahaan, pemerintah, pemerintah daerah atau dinas terkait
dalam memberikan informasi tentang bidang atau sektor pengembangan dan
hubungannya antarsektor, dikompilasi dan diintegrasikan, sebagai dasar progam;
4. Alat pengambilan keputusan bagi perusahaan dan pemangku kepentingan lain
dalam pelaksanaan PPM melalui informasi yang akurat, Update, kontekstual;
5. Memberikan informasi tentang kondisi geografis, demografis, potensi dan sumber
daya, peta transportasi, data spatial, pertumbuhan ekonomi dan kondisi
masyarakat sebagai peta tematik, seperti peta rawan konflik, kemiskinan,
kerentanan sosial, bencana alam, komposisi penduduk, dll.

E. Ruang Lingkup
Profil wilayah tentunya akan berkaitan dengan aspek sektoral atau pelayanan publik yang
perlu dikaji sebagai dasar penentukan prioritas program. Dalam mengkaji profil wilayah
dengan maksud mendeskripsikan lokus layanan sesuai dengan bidang PPM, salah satu
rujukannya yang dapat digunakan yaitu Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang
Pelayaan Publik yang menjelaskan lima hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan profil wilayah:
1. Bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang secara utama menjadi
kewajiban dan beban pemerintah/pemerintah daerah, namun dalam perjalanannya
memungkinkan pemerintah memiliki keterbatasan dalam memberikan layanan
publik yang berkualitas bagi masyarakat. Hal penting bagi perbaikan kualitas
pelayanan publik yang diatur dalam pasal 13 tentang kerja sama penyelenggara
dengan pihak lain (perusahaan) dalam pemberian dukungan pelayanan.
2. Pengakomodasian hak dan kewajiban dalam pelayanan (pasal 14).
3. Penekanan perlunya Standar Pelayanan (Pasal 22) dan Juga maklumat Pelayanan
(pasal 22).
4. Pentingnya Dukungan Sistim Informasi dalam Pelayanan (Pasal 23).
5. Perlunya peranserta Masyarakat (Pasal 39).

READ Indonesia | 55
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

F. Pendekatan
Penyusunan profil layanan ini dapat menggunakan pendekatan, metode dan alat analisis
tertentu tergantung tujuan, karakteristik dan cakupan analisis yang dilakukan. Jika
cakupan kegiatan PPM sederhana atau terbatas dalam wilayah kecil seperti dalam dua
atau tiga desa saja, maka cukup dengan melakukan pendekatan Rapid Rural Appraisal
(RRA/PRA). Namun jika wilayah terdampak luas, tiga atau empat kecamatan lebih bahkan
kabupaten, maka perlu dilakukan kajian wilayah secara mendalam dan komprehensif.
Pendekatan Rapid District Appraisal (RDA diharapkan dapat membantu perencana untuk
kasus yang cukup kompleks dan wilayah jangkauan terdampakknya cukup luas. Berikut
beberapa pendekatan yang digunakan dalam menyusun profil wilayah:
1. Perspektif Sektoral
 Kajian terhadap kondisi sosial, dan budaya masyarakat.
 Kajian terhadap kinerja pelayanan sektoral (pendidikan, kesehatan, ekonomi,
sosial budaya, lingkungan dan infrastruktur).
 Kajian terhadap permasalahan, potensi, peluang dan tantangan sektoral.
2. Perspektif Tata Ruang
 Pengorganisasian wilayah dan ruang, baik daratan, lautan, maupun udara.
 Wilayah, ruang dan lahan dan segala sesuatu yang berlangsung diatasnya.
 Kajian terhadap bentang alam dan bentang sosial (kawasan).
 Interaksi manusia dengan proses ekologis yang berada dalam wilayah dan
ruang.
3. Perspektif Lingkungan
 Hubungan antara manusia dengan lingkungan.
 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau (AMDAL) yang diatur pada PP No.
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Penataan
Ruang Wilayah Pembangunan
4. Perspektif Administrasi Kewilayahan
 Mendorong tatakelola kepemerintahan yang baik (Good Governance).
 Mendorong tatakelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

G. Batasan Wilayah
Wilayah yang menjadi sasaran PPM dibagi berdasarkan konsep Ring (Concept Ring) yang
melihat kedekatan lokasi dengan kegiatan operasional perusahaan. Meskpun, terdapat
batasan hingga radius tertertentu misalnya 5 km untuk Ring 1, namun pada dasarnya
batasan tersebut tidak bersifat kaku dan umumnya mengikuti wilayah administratif
(desa/kelurahan atau kecamatan). Secara umum kosep Ring diuraikan sebagai berikut

56 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Ring 1 Ring 2 Ring 3


Wilayahnya terkena dampak Wilayahnya terkena dampak Wilayahnya terkena dampak
langsung dari kegiatan lingkungan langsung dari lingkungan langsung dari
operasional pertambangan, kegiatan pertambangan, kegiatan pertambangan,
merupakan lokasi dari merupakan lokasi dari merupakan lokasi dari
keberadaan fasilitas utama keberadaan fasilitas utama keberadaan fasilitas utama
perusahaan, dimana perusahaan, dimana perusahaan, dimana
masyarakat memiliki masyarakat memiliki masyarakat memiliki
frekuensi hubungan tinggi frekuensi hubungan sedang frekuensi hubungan rendah
dengan perusahaan. dengan perusahaan. dengan perusahaan.
Lingkupnya adalah satu atau Lingkupnya adalah satu atau Lingkupnya adalah satu atau
beberapa desa yang wilayah beberapa kecamatan yang beberapa kabupaten yang
atau area pencarian hidupnya wilayah atau area pencarian area dimana terdapat
terkena dampak langsung hidupnya terkena dampak kelompok masyarakat yang
dari kegiatan perusahaan, langsung dari kegiatan terkena dampak tidak
baik yang bersifat dampak perusahaan, baik yang langsung dari operasional
lingkungan dan sosial bersifat dampak lingkungan perusahaan dalam lingkup
berdasarkan studi baseline dan sosial berdasarkan studi propinsi yang sama dengan
(pendahuluan) dan Amdal baseline (pendahuluan) dan wilayah ring I dan ring II atau
(Analisa mengenai dampak Amdal (analisis mengenai lingkup nasional.
lingkungan). dampak lingkungan) namun
masih dalam lingkup
administrasi kabupaten yang
sama dengan wilayah ring I.

Selain wilayah dalam Ring yag disebutkan di atas, terdapat beberapa wilayah yang karena
kondisi dan alasan tertentu perlu kontribusi dan kepedulian perusahaan. Misalnya
wilayah yang terkena dampak bencana alam dan bencana sosial sepeti konflik, atau
wilayah yang perlu pertimbangan layak untuk membangun citra atau reputasi
perusahaan.

H. Tata Cara Penyusunan Profil Wilayah


Langkah penting yang perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menyusun Rencana Induk
PPM dengan mengajak masyarakat sekitar tambang dan pemangku kepentingan lain
khususunya pemerindah daerah/OPD terkait PPM melakukan pengenalan terhadap
kondisi wilayah, sasaran pemanfaat, dan objek kegiatan yang akan dilakukan melalui
kajian profil wilayah sekitar tambang secara komprehensif.
Dalam penyusunan Rencana Induk PPM, profil wilayah hanya berupa deskripsi
singkat saja berupa gambaran umum geografis mulai dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten/kota yang masuk dalam wilayah operasi perusahaan. Meski demikian, profil
wilayah ini sebagai dasar pijakan dalam merumuskan kebijakan dan program strategis
yang dijalankan, sehingga perlu dikaji secara mendalam setiap komponen dengan
pendekatan yang lebih akademis-teknokratis. Hal ini penting agar, perusahaan memiliki
pijakan data dan informasi yang jelas, akurat dan realistis dalam menentukan program

READ Indonesia | 57
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PPM, bukan berdasarkan asumsi semata sehingga tidak salah dalam mengambil
keputusan.
Dalam bab ini secara khusus diberikan salah satu contoh bagaimana perencana
melakukan kajian profil wilayah dengan substansi pembahasan disesuaikan dengan
sektor atau bidang utama PPM. Berikut ini dijelaskan langkah-langkah penyusunan profil
wilayah yang dapat digunakan dalam melengkapi Rencana Induk PPM dengan
mengambil kasus bidang pendidikan.

Langkah 1 : Data Pendukung untuk Perencanaan PPM Bidang Pendidikan


1. Mengumpulkan informasi dan data pendukung profil wilayah dari berbagai sumber
dan hasil pemutakhiran informasi/data yang terkumpul. Gunakan data laporan
hasil kajian dari BPS atau OPD terkait yang berada diwilayah operasi perusahaan;
2. Berdasarkan data tersebut, identifikasikan pokok permasalahan, tema, tajuk, atau
isu kritis tentang; (a) data penduduk usia sekolah dan (b) indeks kemiskinan akan
menjadi gagasan pokok dalam perencanaan pendidikan yang tercermin dalam
data gambaran umum daerah;
3. Menggali informasi langsung dari lapangan bersama masyarakat melalui
wawancara, kunjungan dan observasi dengan mengumpulkan catatan, bahan dan
pandangan tentang layanan pendidikan yang selama ini diterima;
4. Lakukan perbandingan data berdasarkan usia (0-6 tahun dengan 7–12 tahun)
untuk mendeskripsikan proyeksi jumlah murid;
5. Identifikasikan data proyeksi jumlah murid tersebut menurut kecamatan atau desa.
Selanjutnya hasilnya dirangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 6.1: Proyeksi Jumlah Murid


Anak Usia &-12 Tahun Anak Usia Proyeksi
No Kecamatan Rasio
yang sedang Bersekolah 0 – 6 Tahun (+/-)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kecamatan A
Desa ....
Desa .....
2. Kecamatan B
Desa ....
Desa .....
3. Kecamatan C
Desa ....
Desa .....
dst.
TOTAL

58 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Catatan: Data perbandingan kelompok penduduk menurut usia 0-6 tahun dengan kelompok 7-
12 tahun untuk mengetahuai, apakah kelompok penduduk usia 0-6 lebih besar dari kelompok
usia 7-12; Proyeksi berdasarkan kecamatan untuk mengetahui rasio kelompok usia tersebut. Jika
kelompok penduduk usia 0-6 tahun lebih besar dari kelompok usia 7-12 tahun, maka kecamatan
tersebut diprediksi mengalami penambahan anak usia sekolah dalam 6 tahun mendatang. Tetapi
jika lebih kecil, maka diprediksi mengalami penurunan jumlah anak usia sekolah 7-12 tahun.

6. Kajilah data indeks kemiskinan dengan menggunakan panduan analisis yang


dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti BPS atau BKKBN dengan rumus sebagai
berikut:

Dimana, Jumlah KK Miskin = Jumlah K Pra Sejahtera + Jumlah KK Sejahtera 1

7. Hasil perhitungan diatas, disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 6.2: Indeks Kemiskinan di Desa


Jumlah Indeks
KK KK Jumlah
No Kecamatan KK Kemiskinan
Prasejahtera Sejahtera 1 KK
Miskin
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Desa A
2. Desa B
3. Desa C
dst.
TOTAL

8. Berdasarkan indeks kemiskinan di desa, lakukan perhitungan terhadap indeks


kemiskinan berdasarkan distribusi desa dengan menggunakan tabel sebagai
berikut:

Tabel 6.3: Distribusi Desa menurut Indeks Kemiskinan


%
No Kecamatan Jumlah Desa Catatan
(persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 10
2. 10 – 20
3. 21 – 30
4. 31 – 40
5. > 40

READ Indonesia | 59
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Catatan: Identifikasikan nama desa yang masuk dalam katagori miskin, termasuk desa di
kecamatan dalam katagori tertinggal dan khusus. Kelas interval terdiri atas 5 (lima) kelas dan nilai
rata-rata data berada pada kelas interval ketiga agar terlihat sebaran kelompok di atas rata-rata
seimbang dengan kelompok di bawah rata-rata.

9. Buatlah resume terhadap hasil analisis yang telah dilakukan dengan memberikan
catatan penting terhadap gambaran kondisi penduduk dan indeks kemiskinan
suatu daerah (desa/ kecamatan).

Langkah 2: Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini


10. Galilah informasi dari berbagai sumber tentang data jenjang pendidikan anak usia
dini (PAUD) yang termasuk katagori anak usia prasekolah sebagai persiapan untuk
memasuki jenjang pendidikan usia sekolah dasar (SD)
11. Lakukan pengukuran tingkat pelayanan yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan PAUD dengan menentukan jumlah lembaga
satuan pendidikan anak usia dini dalam rentang waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
Gunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.4: Jumlah Lembaga PAUD dalam 3 Tahun Terakhir


Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
No Satuan Pendidikan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5)
1. TK/RA
2. KB/TPA
Total

12. Gambarkan perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di wilayah


terdampak operasi perusahaan dalam tiga tahun terkahir dengan menggunakan
tabel sebagai berikut:

Tabel 6.5: APK PAUD menurut Jenis Satuan Pendidikan Tiga Tahun Terakhir
Tahun Tahun Tahun
No Kecamatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1. TK/RA
2. KB/TPA
Total

60 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

13. Berdasarkan data tersebut, gambarkan keadaan APK PAUD dengan menghitung
besaran menurut tingkat desa/kecamatan dengan menggunakan tabel sebagai
berikut:

Tabel 6.6: Distribusi APK PAUD di Tingkat Desa


%
No Kecamatan Jumlah Desa Catatan
(persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 10
2. 10 – 20
3. 21 – 30
4. 31 – 40
5. > 40

14. Identifikasi nama desa berdasarkan katagori APK PAUD untuk mengetahui apakah
gambaran tersebut ada kaitannya dengan tingkat kemiskinan masyarakat dengan
menggunakan tabel berikut:

Tabel 6.7: Daftar Desa dan APK PAUD menurut Indeks Kemiskinan
APK PAUD Indeks
No Kecamatan Jumlah Desa
< 20 Kemiskinan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kecamatan A Desa ....
Desa.....
2. Kecamatan B Desa ....
Desa ....
Total

15. Buatlah resume terhadap hasil analisis partisipasi masyarakat dalam mengikuti
jenjang PAUD dengan memberikan catatan penting terhadap gambaran indeks
kemiskinan suatu daerah (desa/kecamatan) kaitannya dengan partisipasi
masyarakat pada jenjang PAUD.

Langkah 3: Jenjang Pendidikan Dasar


16. Dalam langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kinerja
kabupaten/kota khususnya OPD pendidikan dalam memberikan layanan
pendidikan dasar dengan memberikan informasi tentang: (a) gambaran umum
sekolah dasar, (b) akses pendidikan, dan (c) mutu pendidikan.
17. Lakukan pengukuran tingkat pelayanan yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah dasar dengan menentukan jumlah

READ Indonesia | 61
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

lembaga satuan pendidikan dasar SD/MI dan Paket A dalam rentang waktu 3 (tiga)
tahun terakhir. Gunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.8: Jumlah Lembaga SD/MI dan Paket A dalam 3 Tahun Terakhir
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
No Satuan Pendidikan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5)
1. SD
2. MI
3. Paket A
Total

18. Gambarkan partisipasi pendidikan tingkat SD dengan menggunakan perhitungan


Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 tahun yang mengukur anak bersekolah tanpa
membedakan apakah mereka bersekolah di tingkat SD atau SMP; hal ini perlu
dipertimbangkan karena anak usia 11 – 12 tahun sebagian masih di SD, sedangkan
sebagian bersekolah di SMP. Perhitungan APM, APS dan APK menggunakan tabel
sebagai berikut;

Tabel 6.9: APK, APM dan APS Tingkat Sekolah Dasar Tiga Tahun Terakhir
Tahun Tahun Tahun
No Kecamatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1. APM
2. APS
3. APK

Catatan: Posisi APS berada diantara APM dan APK dimana, penggunaan APK untuk mengukur
partisipasi pendidikan tidak dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya, karena semua anak
yang ada di jenjang SD, yang berusia 7-12 tahun, ditambah anak yang berusia di bawah 7 tahun
maupun di atas 12 tahun juga ikut dihitung, sehingga angkanya lebih besar dari 100 persen.
Demikian juga dengan APM, saat ini cenderung menurun, karena banyak peserta didik kelas 1 SD
berusia 6 tahun atau bahkan lebih muda lagi. Karena itu, tidak dapat dihitung dalam APM.

19. Lakukan kajian akses terhadap layanan sekolah dasar untuk mengetahui sejauh-
mana pemerintah daerah memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan
pendidikan kepada semua anak dengan menggambarkan kesiapan masuk sekolah,
bersekolah dan melanjutkan kejenjang SMP.

62 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

20. Hitunglah rata-rata usia masuk SD kelas 1 (satu) dengan melihat berapa persen (%)
anak kelas 1 (satu) yang berusia kurang dari 7 tahun berdasarkan jenis kelamin.
Hasilnya dirangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 6.10: Usia Masuk SD berdasarkan Jenis Kelamin


Usia Masuk SD Kelas 1 (satu)
No Jenis Kelamin Total
≤ 6 tahun 7 Tahun ≥ 8 Tahun
(1) (2) (3) (4)
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Total

21. Selanjutnya hitunglah berapa persen (%) anak kelas 1 (satu) SD yang berasal dari
TK/RA berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 6.11: Latar Belakang Masuk SD Kelas 1 (Satu) berdasarkan Jenis Kelamin
Latar Belakang Masuk SD
No. Jenis Kelamin Total
TK/RA (%) Non TK/RA (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Total

22. Identifikasi anak usia sekolah yang tidak bersekolah yang mengakibatkan APS
rendah. Fokus kajian dilakukan terhadap desa yang mempunyai APS rendah
mencakup dua aspek; ketersediaan layanan (supply side) dan kemampuan
masyarakat untuk mengaksesnya (demand side). Identifikasi layanan pendidikan
pada jenjang SD/MI dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.12: Jumlah Siswa Per Sekolah S/MI


Jumlah Siswa %
No Jumlah Sekolah Catatan
Per Sekolah (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 90
2. 90 – 140
3. 141 – 190
4. 191 – 240
5. > 240
Total 100 %

READ Indonesia | 63
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

23. Berdasarkan tabel tersebut, identifikasi sekolah yang jumlah muridnya kecil sebagai
dasar pertimbangan kebijakan penggabungan (regrouping) atau tetap dipertahan-
kan. Sedangkan untuk mengenal kemampuan masyarakat dalam menyekolahkan
anaknya dapat dianalisis dengan menggunakan indeks kemiskinan desa atau
kecamatan khususnya pada desa atau kecamatan dengan APM rendah.
24. Dalam melihat perkembangan tingkat transisi atau Angka Melanjutkan (AM) pada
tingkat kabupaten selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat digunakan tabel berikut:

Tabel 6.13: Perkembangan AM Tingkat Kabupaten


Tahun Tahun Tahun
No Jenis Pendidikan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1. SD
2. MI
Total

25. Rendahnya AM disebabkan dua faktor yaitu ketersediaan layanan pendidikan pada
jenjang SMP/MTs dan faktor tingkat kemampuan masyarakat untuk mengakses
pendidikan pada jenjang SMP/MTs. Hal ini dapat diketahui dari tingkat partisipasi
siswa per kecamatan dalam melanjutkan ke jenjang SMP/MTs dengan mengguna-
kan tabel sebagai berikut:

Tabel: 6.14 Jumlah Siswa yang Melanjutkan Sekolah SMP/MTs Per Kecamatan
Jumlah Siswa Jumlah %
No Catatan
Per Sekolah Kecamatan (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 81
2. 81 – 85
3. 86 – 90
4. 91 – 95
5. > 95
Total 100 %

26. Identifikasi tingkat kemiskinan di kecamatan dengan AM rendah yang disajikan


dalam tabel berikut;

64 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.15: Daftar Kecamatan dengan AM Rendah


Tingkat Angka Melanjutkan
No Kecamatan Catatan
Kemiskinan (AM)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kecamatan A
2. Kecamatan B
3. Kecamatan C
4. dst.

27. Identifikasi ketersediaan layanan pendidikan pada jenjang SMP/MTs yang disajikan
dalam tabel berikut:

Tabel 6.16: Gambran Layanan Pendidikan Jenjang SMP/MTs di Kecamatan


Jumlah Rombel Jumlah Rombel Kelas
No Kecamatan Catatan
Kelas 6 SD/MI 1 SMP/MTs
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kecamatan A
2. Kecamatan B
3. Kecamatan C
dst.

28. Kajian terhadap mutu pendidikan dilakukan dengan mengukur angka mengulang
kelas (AMK), angka putus sekolah (APTS), input pendidikan bermutu dan mutu
lulusan.
29. Perkembangan tingkat mengulang kelas selama 3 (tiga) tahun terakhir dianalisis
sebagai berikut:

Tabel 6.17: Perkembangan AMK di tingkat Kabupaten


Usia Masuk SD Kelas 1 (satu)
No Jenis Sekolah Catatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
1. SD
2. MI
Total

30. Kecenderungan tingkat AMK digambarkan dalam tabel berikut:

READ Indonesia | 65
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.18: AMK menurut Tingkat Kelas dan Jenis Pendidikan


AMK menurut Jenis Pendidikan
No. Tingkat Kelas Total
SD MI
(1) (2) (3) (4)
1. Kelas 1
2. Kelas 2
3. Kelas 3
4. Kelas 4
5. Kelas 5
6. Kelas 6
Total

31. Lakukan penilaian terhadap tingkat keseriusan putus sekolah pada setiap sekolah
dengan menggunakan tabel berikut:

Tabel 6.19: AMK di Tingkat Sekolah


%
No AMK Jumlah Sekolah Catatan
(persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. > 4.0
2. 3.0 – 4.0
3. 2.0 – 3.0
4. 1.0 – 2.0
5. < 1.0
Total 100 %

32. Berdasarkan tabel di atas, identifikasikan sekolah dengan AMK tinggi meliputi
nama sekolah, lokasi, nama desa, nama kecamatan, nilai AMK dan kaitannya
dengan indeks kemiskinan desa atau kecamatan.

Tebel 6.20: Daftar Sekolah dengan AMK Tinggi


Tingkat Nama
No Kecamatan Desa AMK
Kemiskinan Sekolah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kecamatan A
2. Kecamatan B
3. Kecamatan C
dst.

33. Perkembangan tingkat putus sekolah (APTS) selama 3 (tiga) tahun terakhir
digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

66 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.21: Perkembangan APTS di Tingkat Kabupaten


APTS Tahun Ke
No Jenis Sekolah Catatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
1. SD
2. MI
Total

34. Selanjutnya lakukan analisis tingkat angkat putus sekolah menurut jenjang kelas
dan jenis pendidikan untuk mengetahui kecenderungan indeks peningkatan APTS
menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.22: APTS menurut Tingkat Kelas dan Jenis Pendidikan


APTS menurut Jenis Pendidikan
No. Tingkat Kelas Total
SD MI
(1) (2) (3) (4)
1. Kelas 1
2. Kelas 2
3. Kelas 3
4. Kelas 4
5. Kelas 5
6. Kelas 6
Total

35. Lakukan penilaian terhadap tingkat APTS pada setiap sekolah dengan
menggunakan tabel berikut:

Tabel 6.23: APTS Tingkat Sekolah


%
No APTS (%) Jumlah Sekolah Catatan
(persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. > 4.0
2. 3.0 – 4.0
3. 2.0 – 3.0
4. 1.0 – 2.0
5. < 1.0
Total 100 %

36. Berdasarkan tabel di atas, identifikasikan sekolah dengan APTS tinggi meliputi
nama sekolah, lokasi, nama desa, nama kecamatan, nilai AMK dan kaitannya
dengan indeks kemiskinan desa atau kecamatan.

READ Indonesia | 67
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.24: Daftar Sekolah dengan APTS Tinggi


Tingkat Nama
No Kecamatan Desa APTS
Kemiskinan Sekolah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Kecamatan A
2. Kecamatan B
3. Kecamatan C
dst.

37. Mutu input pendidikan terkait dengan kecukupan dan kelayakan sarana dan
prasarana belajar di sekolah. Kecukupan ruang kelas di setiap jenis pendidikan
selama 3 (tiga) tahun terakhir diukur dengan rasio ruang kelas terhadap
Rombongan Belajar (Rombel) pada tingkat kabupaten yang digambarkan sebagai
berikut:

Tabel 6.25: Perkembangan APTS di Tingkat Kabupaten


Rasio Ruang Kelas terhadap
No Jenis Sekolah Rombongan Belajar (Rombel) Catatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
1. SD
2. MI
Total

38. Sedangkan distribusi rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar dianalisis
dengan tabel berikut:

Tabel 6.26: Distribusi Rasio Ruang Kelas terhadap Rombongan Belajar


Rasio Ruang kelas terhadap %
No Jumlah Sekolah Catatan
Rombongan Belajar (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 0.4
2. 0.4 – 0.6
3. 0.6 – 0.8
4. 0.8 – 1.0
5. ≥ 1.0
Total 100 %
Catatan: Kondisi sekolah dengan jumlah ruang kelas yang berlebih menjadi tidak efisien, artinya
terdapat sejumlah ruang kelas yang tidak dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan belajar.
Namun di sisi lain kekurangan ruang kelas terlihat cukup tinggi, menunjukkan beberapa sekolah
masih menggunakan sistem double shift dan dianggap jam belajar menjadi tidak optimal

68 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

39. Mutu input pendidikan terkait kelayakan ruang kelas dapat dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota dengan menerapkan manajemen asset secara
konsisten hingga satuan pendidikan sekolah. Dalam mengenal kelayakan kelas
dapat diukur dari kondisi ruang kelas menurut jenis pendidikan yang dianalisis
dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.27: Distribusi Kondisi Ruang Kelas menurut Jenis Pendidikan


Rata-Rata Kondisi Ruang Kelas (%)
No Jenis Pendidikan Catatan
Jumlah Baik Rusak Ringat Rusak Berat
(1) (2) (3) (4) (5)
1. SD Rata-rata
Jumlah Sekolah
2. MI Rata-rata
Jumlah Sekolah
Total Rata-rata
Jumlah Sekolah

40. Selanjutnya, lakukan analisis terhadap kondisi ruang kelas yang mengalami rusak
berat sebagai prioritas dalam penanganan pembangunan pendidikan selain
keselamatan murid dan kenyamanan belajar.

Tabel 6.28: Distribusi Ruang Kelas yang Rusak Berat


Ruang Kelas yang Rusak Berat %
No Jumlah Sekolah Catatan
(%) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 20
2. 20 – 40
3. 40 – 60
4. 60 – 80
5. > 80
Total 100 %

41. Kecukupan guru kelas dalam setiap jenis pendidikan di tingkat kabupaten/kota
digambarkan dengan rasio guru kelas terhadap rombongan belajar dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir:

READ Indonesia | 69
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.29: Rasio Guru Kelas terhadap Rombongan Belajar


Rasio Guru Kelas terhadap Rombongan
No Jenis Sekolah Belajar (Rombel) Catatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
1. SD
2. MI
Total

42. Selanjutnya, lakukan analisis terhadap distribusi rasio guru kelas terhadap
rombongan belajar secara keseluruhan untuk tingkat kabupaten/kota yang
digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 6.30: Distribusi Ruang Kelas yang Rusak Berat


Rasio Guru Kelas terhadap %
No Jumlah Sekolah Catatan
Rombongan Belajar (%) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 0.5
2. 0.5 – 0.9
3. 0.9 – 1.1
4. 1.1 – 1.5
5. > 1.5
Total 100 %

43. Gambaran terkait kecukupan buku pelajaran pokok ditunjukkan dalam bentuk rasio
buku terhadap murid dengan menghitung perkembangan rasio buku selama 3
(tiga) tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 6.31: Perkembangan Rasio Buku terhadap Siswa


Rasio Buku terhadap Siswa
No Jenis Sekolah Catatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
1. SD
2. MI
Total

44. Lakukan analisis buku menurut mata pelajaran pokok SD/MI. Hal ini digunakan
untuk melihat buku mata pelajaran atau bidang studi yang masih kurang, cukup
bahkan kelebihan buku. Berikut tabel yang menggambarkan kecukupan bukau
menurut mata pelajaran pokok SD/MI;

70 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.32: Rasio Buku Mata Pelajaran Pokok terhadap Siswa


Rasio Mata Pelajaran terhadap Siswa
No Jenis Pendidikan Bahasa
PPKn Matematika IPA IPS Lainnya
Indonesia
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. SD
2. MI
Total

45. Lakukan penilaian terhadap tingkat kecukupan buku pelajaran berdasarkan rasio
buku siswa khusunya untuk katagori kurang, dengan menggunakan tabel berikut;

Tabel 6.33: Rasio Buku Pelajaran Tertentu terhadap Siswa Tingkat Sekolah
Rasio Kecukupan %
No Jumlah Sekolah Catatan
Buku (Rentangan) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 0.5
2. 0.5 – 0.9
3. 0.9 – 1.1
4. 1.1 – 1.5
5. > 1.5
Total 100 %

46. Berdasarkan tabel di atas, identifikasikan sekolah yang menunjukkan disparitas


dalam peluang untuk belajar di sekolah yang memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM) pendidikan. Tuliskan nama sekolah, lokasi, nama desa, nama
kecamatan, nilai AMK dan kaitannya dengan indeks kemiskinan desa atau
kecamatan.

Tabel 6.34: Daftar Sekolah dengan Kecukupan Buku Pelajaran Sangat Kurang
Tingkat Nama
No Kecamatan Desa Jenis Status Skor
Kemiskinan Sekolah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Kecamatan A
2. Kecamatan B
3. Kecamatan C
dst.

47. Mutu lulusan dapat dilihat dari dua aspek yaitu rata-rata nilai ujian sekolah (US)
dan tingkat kelulusan. Gambaran terkait tingkat rata-rata nilai ujian sekolah dengan

READ Indonesia | 71
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

menghitung perkembangan atau trend nilai ujian selama 3 (tiga) tahun terakhir di
tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.35: Perkembangan Nilai Ujian Sekolah


Rata-Rata Nilai Ujian Sekolah tahun ke Trend
No Jenis Sekolah
2009 2010 2011 (+/-)
(1) (2) (3) (4)
1. SD
2. MI
Total

48. Selain rata-rata ujian sekolah (US) seluruh mata pelajaran, lakukan analisis setiap
mata pelajaran dengan untuk melihat pelajaran yang memiliki kinerja rendah.
Analisis dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.36: Nilai Ujian Sekolah menurut Mata Pelajaran Pokok


Nilai Ujian Sekolah Mata Pelajaran
Jenis
No Bahasa Mate- Rata-
Pendidikan Agama PPKn IPA IPS
Indonesia matika Rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (&) (8) (9)
1. SD
2. MI
Total

49. Lakukan pengujian terhadap rata-rata nilai ujian sekolah dengan distribusi
prosentase setiap sekolah dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.37: Distribusi Rata-Rata Nilai Ujian Sekolah SD/MI


Rata-Rata Nilai Ujian %
No Jumlah Sekolah Catatan
Sekolah (US) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 6.0
2. 6.0 – 7.0
3. 7.0 – 8.0
4. 8.0 – 9.0
5. > 9.0
Total 100 %

50. Dari tabel di atas dapat ditelusuri sekolah mana saja yang memperoleh rata-rata
nilai ujian (US) < 6, serta dapat ditelusuri kaitannya dengan berbagai input
pendidikan, seperti digambarkan dalam tabel berikut:

72 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.38: Daftar Sekolah dengan Capaian Nilai Ujian Sekolah


Sangat Rendah dan Kualitas Layanannya

Rasio Guru Rasio Buku Indeks


No Sekolah Rata-Rata US terhadap terhadap Kerusakan
Rombel Siswa Ruang Kelas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

51. Disamping nilai rata-rata US, mutu pendidikan dapat juga dilihat dari tingkat
kelulusan yang ditunjukkan oleh tingkat proporsi kelulusan berdasarkan distribusi
sekolah.

Tabel 6.39: Distribusi Tingkat Kelulusan Ujian Sekolah SD


%
No Tingkat Kelulusan (%) Jumlah Sekolah Catatan
(persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 81
2. 81 – 85
3. 86 – 90
4. 91 – 95
5. > 95
Total 100 %

52. Lakukan identifikasi sekolah mana saja yang mempunyai tingkat kelulusan rendah
dengan menuliskan nama sekolah, lokasi, nama desa, nama kecamatan, indeks
kemiskinan dan tingkat kelulusan.

Tabel 6.40: Daftar Sekolah dengan Tingkat Kelulusan Rendah dan Indeks
Kemiskinan

Nma Tingkat Indeks


No Kecamatan Desa
Sekolah Kelulusan Kemiskinan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

READ Indonesia | 73
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

53. Disamping input pendidikan, analisis lebih lanjut menyangkut mutu pendidikan
dilakukan dengan melihat proses pendidikan untuk membantu mengidentifikasi
penyebab rendahnya kinerja kelulusan. Salah satu indikator yang dinilai, meliputi
tingkat kehadiran guru dan penilaian murid secara periodik.
54. Penilaian terhadap tingkat kehadiran guru di sekolah dapat dianalisis dengan
menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.41: Tingkat Kehadiran Guru di Sekolah


Tingkat Kehadiran Jumlah %
No Rentang Catatan
Guru (%) Sekolah (persen)
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
1. < 80 Sangat Rendah
2. 80 – 84 Rendah
3. 85 – 89 Agak Rendah
4. 90 – 94 Cukup Tinggi
5. > 95 Tinggi
Total 100

55. Selanjutnya untuk mengetahui penilaian murid secara periodik dapat dilakukan
berdasarkan SPM yang menuntut penilaian siswa dalam mencapai kompetensi
yang dipersyaratkan. SPM menuntut agar 90 persen dari siswa yang mengikuti uji
sampel mutu pendidikan standar nasional mencapai nilai ”memuaskan” dalam
mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung untuk kelas 3 (tiga) serta mata
pelajaran matematika, IPA dan IPS untuk kelas 5 (lima). Hal ini dilakukan pengujian
terhadap sampel siswa terhadap mutu pendidikan dengan menggunakan tabel
berikut;

Tabel 6.42: Hasil Uji Sampel Mutu Pendidikan


Hasil Memuaskan
Jumlah %
No Uji Sampel Mutu Rentang Catatan
Sekolah (persen)
Pendidikan (%)
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
1. < 70 Sangat Rendah
2. 70 – 80 Rendah
3. 81 – 90 Agak Rendah
4. > 90 Tinggi
Total 100 %

Langkah 4: Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)


56. Dalam langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kinerja
kabupaten/kota khususnya OPD pendidikan dalam memberikan layanan

74 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

pendidikan dasar khususnya jenjang SMP/MTs dengan memberikan informasi


tentang; (a) Peningkatan akses pendidikan, (b) pemerataan pendidikan, (c)
peningkatan mutu, (d) relevansi, dan dan (e) daya saing. Namun pada prinsipnya
penyiapan profil pendidikan jenjang penddikan SMP/MTs sama, seperti jenjang
pendidikan SD. Berikut panduan perbandingan antara profil Pendidikan Sekolah
Dasar dengan Pendidikan Menengah Pertama (formal).

Tabel 6.43: Perbedaan Profil Pendidikan Dasar dengan Pendidikan Menengah


Pertama
No Sekolah Dasar (SD/MI) Sekolah Menengah Pertama
(SMP/MTs)
1. Akses
a. APM a. APK
b. APTS (distribusi 6 kelas) b. APTS (distribusi 3 kelas)
c. AM c. -
2. Pemerataan
a. Rasio jumlah ruang kelas dan jumlah Sama
rombel
b. Rasio jumlah guru dengan jumlah kelas Sama
c. Rasio jumlah Buku dengan jumlah siswa sama
3. Peningkatan Mutu
a. Nilai Ujian Sekolah (US) Nilai UN
b. Presentase kelulusan Sama
c. Angka Mengulang Kelas Sama
4. Analisis Lanjutan
a. Input Pendidikan
 Tingkat pendidikan guru Sama
 Kelengkapan buku Sama
 Sarana dan prasarana Sama
b. Proses Pendidikan
 Pelaksanaan PTK Sama
 Partisipasi guru pada KKG Partisipasi guru pada MGMP
 Tingkat Kehadiran guru sama

Sumber: Buku Panduan Penyiapan Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (Renstra
OPD). Decentralized Basic Education 1 Management and Governance Draft Versi: 25 Januari 2008,
hal 36.

57. Proses yang sama juga dilakukan dalam menganalisis profil pendidikan menengah
pertama (SMP/MTs). Tabel diatas dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
proses pengkajiannya.

READ Indonesia | 75
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Langkah 5: Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/SMK)


58. Dalam langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kinerja
kabupaten/kota khususnya OPD pendidikan dalam memberikan layanan
pendidikan menengah khususnya jenjang SMA/MA/SMK dengan memberikan
informasi tentang; (a) Peningkatan akses pendidikan, (b) pemerataan pendidikan,
(c) peningkatan mutu, (d) relevansi, dan dan (e) daya saing. Analisis situasi pada
jenjang SMA hampir sama dengan SMP, hanya beberapa indikator perlu diuraikan
lebih rinci menurut jurusan/bidang keilmuan yang ada di SMA/MA/SMK,
Kebutuhan guru akan bervariasi sesuai dengan variasi jumlah rombongan belajar
pada masing-masing jurusan/bidang keilmuan;
59. Analisis AMK, APTS dan mutu lulusan perlu untuk dirinci lebih lanjut menurut
jurusan di SMA/MA yang digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 6.44: Indikator Berdasarkan Jurusan di SMA/MA


No Indikator Jrurusan
IPA IPS Bahasa Catatan
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
1. APK
2. APM
3. AMK
4. APS
5. Rasio Guru dengan Rombel
6. Rasio Buku dengan Siswa
7. Rasio Siswa dengan Rombel
8. Rata-Rata UN

60. Analisis situasi SMK lebih rumit karena jumlah bidang studi didasarkan pada
keahlian khusus dengan unit analisis lebih banyak. Analisis yang paling
memungkinkan dapat dilakukan pada tingkat kelompok bidang keahlian seperti
SMK Teknologi, SMK Bisnis, SMK Pariwisata. Seluruh indikator dianalisis menurut
kelompok keahlian tersebut.

Tabel 6.45: Indikator Berdasarkan Jurusan di SMK


Jrurusan
No Indikator
Teknologi Bisnis Pariwisaata Catatan
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
1. APK
2. APM
3. AMK
4. APS
5. Rasio Guru dengan Rombel
6. Rasio Buku dengan Siswa

76 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Jrurusan
No Indikator
Teknologi Bisnis Pariwisaata Catatan
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
7. Rasio Siswa dengan Rombel
8. Rata-Rata UN

Langkah 6: Pendidikan Luar Sekolah


61. Langkah penyusunan profil ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
kinerja kabupaten/kota, khususnya OPD pendidikan dalam memberikan layanan
pendidikan luar sekolah yang difokuskan pada aspek tentang; (a) akses pendidikan
keaksaraan, (b) pendidikan kesetaraan, dan (c) pendidikan keterampilan hidup;
62. Profil pendidikan keaksaraan dilakukan untuk mengetahui angka melek aksara
penduduk usia 15-44 tahun dengan melihat bagaimana perkembangan tingkat
buta aksara selama 3 (tiga) tahun terakhir di kabupaten/kota dengan mengguna-
kan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.46: Tingkat Buta Aksara Kabupaten/Kota berdasarkan Jenis Kelamin


Rata-Rata Nilai Ujian Sekolah tahun ke Trend
No Jenis Sekolah
2009 2010 2011 (+/-)
(1) (2) (3) (4)
1. Laki-laki
2. Perempuan
Total

63. Berdasarkan tabel di atas identifikasi desa yang berada pada posisi tingkat buta
aksara (ABA) tinggi dengan menggunakan tabel berikut;

Tabel 6.47: ABA pada Tingkat Desa


Jumlah %
No ABA (%) Catatan
Desa (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. > 9.0
2. 8.0 – 9.0
3. 7.0 – 8.0
4. 6.0 – 7.0
5. < 5.0
Total 100 %

64. Fokuskan pada desa yang prosentase ABA tinggi dengan menuliskan nama desa,
nama kecamatan, angka penyandang buta aksara dan indeks kemiskinan.

READ Indonesia | 77
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.48: Daftar Desa dengan ABA Tinggi menurut Lokasi dan Tingkat
Kemiskinan

Angka Pennyandang Indeks


No Desa Kecamatan
Buta Aksara (ABA) Kemiskinan
(1) (2) (3) (4) (5)

65. Selanjutnya lakukan analisis terhadap layanan penyelenggaraan pendidikan


keaksaraan. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan tutor keaksaraan.
Jumlah dan jenis layanan keaksaraan ini dapat dirinci menurut kecamatan yang
digambarkan dalam tabel sebagai berikut;

Tabel 6.49: Jenis Layanan Pendidikan Keaksaraan

Angka
Tutor
No Kecamatan Pennyandang Buta PKBM TBM
Keaksaraan
Aksara (ABA)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

66. Profil pendidikan kesetaraan dianalisis berdasarkan informasi dan data per-
kembangan jumlah peserta didik dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir
berdasarkan sumber pendanaan baik APBN, APBD atau sumber lainnya.

Tabel 6.50: Perkembangan Jumlah Peserta Didik Program Kesetaraan


Jumlah Peserta Didik Program Kesetaraan
Program Trend
No 2009 2010 2011
Kesetaraan (+/-)
APBN APBD APBN APBD APBN APBD
(1) (2) (3) (4)
1. Paket A
2. Paket B
3. Paket C

78 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

67. Disamping perkembangan jumlah peserta didik untuk program pendidikan


kesetaraan menurut jenis kelamin, informasi lain yang dibutuhkan berupa data
tentang jumlah sasaran pada masing-masing paket program. Informasi ini penting
untuk menetapkan target atau sasaran program 5 (lima) tahun ke depan.

Tabel 6.51: Jumlah Sasaran Pendidikan Kesetaraan berdasarkan Jenis Kelamin


Sasaran menurut Rata-Rata Nilai Ujian Sekolah tahun ke
No
Jenis Kelamin Paket A Paket B Paket C
(1) (2) (3)
1. Laki-laki
2. Perempuan
Total

68. Profil layanan pendidikan keterampilan hidup dilakukan untuk menggambarkan


kinerja pemerintah kabupaten/kota yang dianalisis berdasarkan informasi dan data
perkembangan jumlah peserta didik yang mengikuti pendidikan keterampilan
hidup menurut sumber dana baik APBN, APBD, masyarakat atau sumber lainnya.

Tabel 6.52: Perkembangan Jumlah Peserta Didik Program Keterampilan Hidup


menurut Sumber Dana 3 (Tiga) Tahun Terkakhir

Jumlah Peserta Didik Program Kesetaraan


Program
No 2009 2010 2011
Keterampilan Hidup
APBN APBD APBN APBD APBN APBD
(1) (2) (3)
1. Otomotif/perbengkelan
2. Pertukangan
3. Tata rias
4. Akuntansi/Bisnis
5. Elektronik/Komputer
6. Lain-lain
Total

69. Disamping perkembangan jumlah peserta didik untuk program pendidikan


keterampilan hidup menurut jenis kelamin, Informasi ini penting untuk menetap-
kan target atau sasaran program 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana
digambarkan pada tabel berikut:

READ Indonesia | 79
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.53: Jumlah Sasaran Pendidikan Kesetaraan berdasarkan Jenis Kelamin


Program Jenis Kelamin
No
Keterampilan Hidup Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3)
1. Otomotif/perbengkelan
2. Pertukangan
3. Tata rias
4. Akuntansi/Bisnis
5. Elektronik/Komputer
6. Lain-lain
Total

Langkah 7: Pendidik dan Tenaga Kependidikan


70. Langkah penyusunan profil tenaga pendidik dan kependidikan dimaksudkan untuk
memberi-kan gambaran tentang kinerja kabupaten/kota khususnya OPD
pendidikan dalam meningkatkan mutu dan profesionalitas tenaga pendidik dan
kependidikan. Hal ini terkait dengan diterapkannya Undang-Undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dalam pengelolaan SDM di tingkat daerah secara
efektif.
71. Profil pendidikan dan tenaga pendidikan dilakukan untuk mengetahui kualifikasi
dan sebaran dalam memberikan layanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota
sebagai informasi penting penyusunan rencana strategis Dinas Pendidikan di
daerah.
72. Tabel berikut digunakan untuk mengukur jumlah guru menurut jenjang
pendidikan, status dan jenis kelamin yang tersebar di tingkat kabupaten/kota.

Tabel 6.54: Jumlah Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan,


Status Guru dan Jenis Kelamin
Jenjang dan SD SMP SMA/SMK Jumlah
No
Status Guru L P L P L P L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. PNS
2. Non PNS
Total

73. Berdasarkan data tersebut gambarkan distribusi tingkat pendidikan guru untuk
membantu perencanaan pendidikan guru ke depan.

80 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.55: Distribusi Tingkat Pendidikan Guru

Pendidikan Jumlah %
No Catatan
Guru Guru (Persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. SLTA
2. D1
3. D2
4. D3/Sarjana Muda
5. S1/D4
6. S2/Pascasarjana
7. S3/Pascasarjana
Total

74. Berdasarkan tabel di atas identifikasi distribusi usia guru untuk mengetahui umur
guru dengan proyeksi kebutuhan guru akibat memasuki masa pensiun.

Tabel 6.56: Distribusi Usia Guru


Jumlah %
No Usia Guru (%) Catatan
Desa (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 40
2. 40 – 45
3. 46 – 50
4. 51– 55
5. > 55
Total 100 %

75. Khusus bagi guru yang berusia lebih dari 55 tahun yang akan memasuki pensiun
empat tahun ke depan. Tersedianya data jumlah guru yang akan memasuki masa
pensiun sangat penting untuk mengantisipasi kekosongan guru secara mendadak.
Guru dalam kelompok ini perlu di catat menurut sekolah, masa kerja, golongan,
status kepegawaian, dan alamat lengkap.
Tabel 6.56: Daftar Guru dengan Usia > 55 Tahun
Usia Guru Masa Jumlah
No Catatan
> 55 Tahun Pensiun Guru
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 60 Tahun Pensiun Tahun ini
2. 59 Tahun Pensiun satu tahun ke depan
3. 58 Tahun Pensiun dua tahun ke depan
4. 57 Tahun Pensiun tiga tahun ke depan
5. 56 Tahun Pensiun empat tahun ke depan
Total 100 %

READ Indonesia | 81
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

76. Identifikasi masa kerja guru berkaitan dengan program pengembangan personil
terkait peluang dan kesempatan mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan
pengembangan profesi lainnya.

Tabel 6.57: Distribusi Masa Kerja Guru


Rata-rata Jumlah %
No Masa Kerja sebagai Guru
Masa Kerja Guru (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. <5
2. 5–9
3. 10 – 14
4. 15 – 19
5. 20 – 24
6. > 55
Total

77. Pada umumnya distribusi guru disusun berdasarkan pangkat atau golongan dari
yang terendah hingga yang tertinggi yang dianalisis dengan tabel berikut:

Tabel 6.58: Distribusi Pangkat/Golongan Guru


Pangkat dan Rata-rata Jumlah %
No
Golongan Masa Kerja Guru (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. IIa – IIb
2. IIc – Iid
3. IIIa – IIIb
4. IIIc – IIId
5. IVa – IVb
Total

78. Rincian data guru yang akan ditetapkan sebagai prioritas dan kelayakan
peningkatan kualifikasi guru yang belum S1/D4, perlu dianalisis secara lengkap
datanya dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.59: Daftar Guru dengan Pendidikan < S1/D4


Tempat Golongan
No Nama Guru Pendidikan Usia
Tugas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

82 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

79. Pada jenjang SMP/SMA/SMK, selain tingkat pendidikan, perlu ditelaah kesesuaian
antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang menjadi
tugasnya. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan sebaran guru dengan
kesesuaian beban tugas mengajar mata pelajaran dengan latar belakang
pendidikan atau kompetensinya. Untuk keperluan tersebut perlu dilakukan
penjaringan informasi melalui instrumen khusus dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 6.60: Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan Guru dengan


Bidang Studi yang Diajarkan

Jumlah Guru Tidak Rasio Guru yang


No Guru Mata Pelajaran
Guru Sesuai Tidak Sesuai
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Agama
2. PPKn
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Fisika
7. Biologi
8. Kimia
9. Geografi
10 Sejarah Budaya
11 Ekonomi
12 Sosiologi
13 Seni
14 Penjaskes
15. ICT
16 Muatan Lokal

Langkah 8: Manajemen Pelayanan Pendidikan


80. Langkah penyusunan profil pelayanan pendidikan memberikan gambaran tentang
kinerja kabupaten/kota khususnya OPD pendidikan dalam pengelolaan sumber
daya, kinerja organisasi dan keuangan daerah untuk kepentingan pendidikan
secara efektif dan efisien;
81. Profil pendidikan dan tenaga kependidikan dilakukan untuk mengetahui kinerja
komite sekolah dan dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota sebagai
informasi penting penyusunan rencana strategis Dinas Pendidikan di daerah. Hal
ini berkaitan dengan praktek manajemen yang berorientasi pada masyarakat
dengan memberikan kesempatan kepada mereka dalam pengambilan keputusan,
praktik manajemen yang transparan, mekanisme akuntabilitas dan aspiratif;
82. Lakukan analisis kinerja Komite Sekolah dengan mengukur tingkat capaian
terhadap target layanan yang telah ditetapkan.

READ Indonesia | 83
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 6.61: Kinerja Komite Sekolah


Jumlah %
No Tingkat Kinerja Komite Sekolah Skor
Sekolah (Persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Sangat Rendah 2
2. Rendah 4
3. Cukup 6
4. Tinggi 8
5. Sangat Tinggi >10
Total

Keterangan:
Apakah sekolah telah memiliki Komite Sekolah:
a. Terbentuk (2 Poin)
b. Bertemu minimal 4 kali setahun (2 Poin)
c. Terlibat aktif dalam perencanaan sekolah (RPS/RKS dan/atau RAPBS) (4 Poin)
d. Terlibat aktif dalam pengawasan dan implementas perencanaan (4 Poin)

83. Lakukan analisis kinerja Dewan Pendidikan dengan mengukur tingkat capaian
terhadap target layanan yang telah ditetapkan.

Tabel 6.62: Kinerja Dewan Pendidikan


Jumlah %
No Tingkat Kinerja Komite Sekolah Skor
Sekolah (Persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Sangat Rendah 4
2. Rendah 6
3. Cukup 8
4. Tinggi 10
5. Sangat Tinggi >10
Total
Keterangan:
Apakah kabupaten/kota telah memiliki Dewan Pendidikan:
a. Terbentuk (2 Poin)
b. Bertemu minimal 6 kali setahun (2 Poin)
c. Terlibat aktif dalam perencanaan pendidikan (4 Poin)
d. Terlibat aktif dalam pengawasan dan implementas perencanaan (4 Poin)
e. Terlibat dalam persiapan kebijakan pendidikan (2 Poin)

84 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Langkah 9: Menyusun Laporan Profil Wilayah Bidang Pendidikan


84. Langkah terkahir menyusun resumu hasil analisis terhadap bidang pendidikan
dengan menentukan pokok-pokok gagasan atau topik yang perlu dimasukkan
sebagai gambaran wilayah terdampak operasi perusahaan terkait kondisi
pendidikan;
85. Perencana dapat menentukan kedalam analisis yang akan dimasukkan dalam profil
bidang pendidikan dengan menggunakan format laporan hasil kajian sebagai
berikut:

Contoh Format Laporan Profil Wilayah Pengembangan dan


Pemberdayaan Masyarakat

LAPORAN
PROFIL WILAYAH PPM

Nama Perusahaa : ...................................................................................


Kabupaten/Kota : ...................................................................................
Bulan : ...................................................................................
Tahun : ...................................................................................

Sumber data yang digunakan untuk mengisi data Profil Wilayah PPM

1. ..........................................................................................................
2. ..........................................................................................................
3. ..........................................................................................................
4. ..........................................................................................................
5. ..........................................................................................................

Direktur
Perusahaan ..........................

Nama, tanda tangan & cap


................................................

READ Indonesia | 85
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

OUTLINE
LAPORAN KAJIAN PROFIL WILAYAH PPM
Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota ...................

BAB I: DATA POTENSI


A. Potensi Daerah (terkait sektor pelayanan publik)
B. Potensi Sumber Daya Manusia
C. Potensi Manajemen dan Kelembagaan
D. Potensi Sarana dan Prasarana

BAB II: ANALISIS POTENSI


A. Tingkat Potensi
B. Potensi Pengembangan
C. Kapasitas Kelembagaan

BAB III: PROFIL WILAYAH


Dalam bab ini duraikan tentang beberapa aspek bidang PPM (misalnya bidang
Pendidikan, kesehatan, ekonomi dll) 1
A. Pendidikan
B. Kesehatan
C. Peningkatan Pendapatan Riil dan Pekerjaan
D. Kemandirian Ekonomi
E. Sosial Budaya
F. Lingkungan
G. Infrastruktur.

BAB IV: ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH


A. Laju Perkembangan Tahunan
B. Masalah yang Dihadapi
C. Indikasi Program Tahun Depan

1Tajuk atau indikator ini diadaptasi untuk membantu dalam merumuskan kerangka isi dari laporan kajian
profil wilayah dengan mengidentifikasi aspek-apsek khusus secara rinci. Untuk mempermudah kajian
dapat menggunakan dokumen yang dikeluarkan oleh masing-masing OPD sesuai Tupoksinya. Informasi
dan data pendukung dapat diambil dari berbagai sumber termasuk hasil kajian dan penelitian atau laporan
berkala yang dikeluarkan oleh kementerian dan badan terkait.

86 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

7
KONSULTASI
PEMANGKU KEPENTINGAN

A. Pengertian
Pemangku Kepentingan adalah orang atau kelompok yang secara langsung atau tidak
langsung dipengaruhi oleh keberadaan perusahaan, serta mungkin memiliki
kepentingan di dalamnya atau kemampuan untuk mempengaruhi hasilnya. Minat dari
setiap individu atau kelompok yang dimiliki dalam suatu proyek atau investasi akan
bervariasi. Masyarakat dan pemerintah yang terletak di sekitar tambang akan terkena
dampak langsung kegiatan operasi, tetapi khalayak internasional juga dapat
menyuarakan kekhawatiran tertentu sehubungan dengan dampak operasi terhadap
lingkungan dan sosial. Operasi perusahaan tentunya sedikit banyak menimbulkan
berbagai dampak tidak langsung dan kumulatif, kadang-kadang untuk masyarakat tidak
berbatasan langsung dengan fasilitas proyek. Memprediksi dan berencana untuk
dampak tidak langsung tersebut adalah aspek yang sangat sulit dari perencanaan sosial,
tetapi juga salah satu yang semakin penting secara internasional.
Konsultasi pemangku kepentingan merupakan salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk melibatkan publik dalam penyusunan Rencana Induk PPM. Bentuk
komunikasi dua arah antara Tim Penyusun dengan masyarakat atau pemangku
kepentingan lain terhadap suatu rancangan Rencana Induk PPM, yang berlangsung
dalam setiap tahapan perencanaaan, yang bertujuan untuk mengumpulkan saran, kritik
dan pendapat atas materi dan usulan program yang dibahas dalam Rencana Induk PPM.
Proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna
mencapai kesepahaman dan kesepakatan alam perencanaan pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.

READ Indonesia | 87
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Bentuk konsultasi kepada masyarakat itu bisa berupa: berdialog, berunding,


musyawarah, meminta nasehat atau saran, atau melaporkan kebijakan apa yang sudah
atau akan dilakukannya kepada masyarakat. Bagi perusahaan, konsultasi pemangku
kepetingan sangat penting dan harus dilaksanakan sebagai salah satu alat legitimasi
kebijakan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan PPM tentunya berkaitan langsung dengan kepentingan publik, oleh
karena itu, perusahaan tidak bisa langsung memutuskan sendiri berbagai kebijakan yang
dituangkan dalam Rencana Induk PPM tetapi perlu mendapat dukungan bahkan
persetujuan dari publik terutama yang terkena dampak langsung dari operasi
perusahaan. Masyarakat berhak dimintai pendapat, memperoleh penjelasan,
mengajukan usulan, dan mengoreksi setiap keputusan, kebijakan dan program PPM yang
akan dilaksanakan.
Dalam proses pengembangannya perlu keterlibatan dan dukungan secara penuh
3 (tiga) stakeholder inti yaitu; perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Program PPM
dapat berjalan secara efektif, akuntabel dan berkelanjutan, jika ketiga elemen tersebut
menjalankan perannya secara benar, berpartisipasi dalam setiap tahapan program,
membuka ruang dialog yang positif dalam mendukung tujuan pembangunan itu sendiri.
Melalui pelibatan dan partisipasi aktif para pemangku kepentingan diharapkan
kebijakan, rencana, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban PPM akan
menjadi bangun kemitraan startegis antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

B. Tujuan
Tujuan konsultasi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Induk PPM, yaitu:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat terkait adanya Rencana Induk PPM yang
akan/sedang disusun;
2. Memperoleh masukan dan tanggapan dari masyarakat terkait substansi Rencana
Induk PPM yang sedang dibuat;
3. Agar masyarakat memahami dampak dari perencanaan tersebut

C. Manfaat
Manfaat konsultasi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Induk PPM,
yaitu:
1. Meningkatkan legitimasi dan efektifitas penyusunan Rencana Induk PPM sebagai
bagian penting dari tanggungjawab sosial perusahaan, karena rencana yang
dihasilkan memperoleh dukungan dari berbegai pihak karena terlibat dalam
penyusunannya;
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat;

88 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

3. Mengurangi konflik kepentingan terhadap obyek atau substansi yang terdapat


dalam Rencana Induk PPM, sekaligus mengurangi biaya sosial yang mungkin
timbul akibat konflik atau penolakan kepada perusahaan;
4. Meningkatkan kualitas Rencana Induk PPM;
5. Meningkatkan kepercayaan Masyarakat kepada Perusahaan.

D. Prinsip-Prinsip
Prinsip-prinsip konsultasi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Induk
PPM :
1. Berpihak kepada kelompok marjinal. Seringkali berbagai forum atau pertemuan
yang mempertemukan para pengambil keputusan dan masyarakat hanya diikuti
kelompok laki-laki, kelompok kaya/mampu, dan kelompok terdidik. Konsultasi
harus didorong menjadi forum yang menempatkan masyarakat miskin,
perempuan, dan kelompok rentan sebagai peserta yang utama. Konsultasi
hendaknya melibatkan pihak yang paling terkena dampak dari PPM yang akan
direncanakan.
2. Melibatkan semua pihak terkait. Keterlibatan semua pihak terkait akan dapat
memetakan berbagai kepentingan dan aspirasi yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan RUU,sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejutankejutan dalam
pelaksanaannya;
3. Sistematis. Semua pihak yang kepentingan terhadap Rencana Induk PPM
memahami konsep dan program secara keseluruhan dan terlibat mulai dari tahap
persiapan, pengumpulan data, diskusi, analisis hingga penyepakan dokumen
perencanaan;
4. Transparan. Proses pelaksanaan konsultasi harus dilakukan secara transparan,
termasuk kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam konsultasi pubik sehingga
masyarakat percaya bahwa konsultasi publik tidak semata dilakukan untuk
memenuhi persyaratan formal prosedur saja;
5. Musyawarah dan mufakat. Pengambilan keputusan bersama berdasarkan
mufakat (konsensus). Keputusan dalam PPM memerlukan cukup waktu yang
memungkinkan munculnya berbagai pertimbangan dan usulan, terutama pihak
yang terkena dampak, baik langsung maupun tidak langsung atas sebuah
kebijakan. Isu-isu kontroversial perlu dibuka sejak awal disertai ekspose data yang
memadai beserta pilihan kebijakan yang tersedia. Setiap pilihan perlu disertai
dengan argumen dan data-data akurat, sehingga semua pihak dapat belajar
memahami pendapat pihak lain dan pilihan kebijakan yang mungkin diambil;
6. Inklusif. Proses penyepakatan atau konsensus benar-benar dilakukan bersama,
dimana semua pemangku kepentingan yang merasa memiliki keputusan tersebut,
termasuk pihak yang sebenarnya berbeda pendapat dengan keputusan yang
dibuat.

READ Indonesia | 89
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

7. Akuntabilitas. Proses dan hasil konsultasi pemangku kepentingan harus dapat


dipertanggungjawabkan kepada publik yang lebih luas, Misalnya dalam bentuk
penyebarluasan dokumen kesepakatan yang dihasilkan melalui berbagai saluran
komunikasi.

E. Materi Konsultasi
Bahan-bahan yang akan dikonsultasikan oleh perusahaan terkait Rencana Induk PPM
disesuaikan dengan kewenangannya mencakup dua isu pokok atau substansi kebijakan
PPM khususnya untuk masyarakat sekitar tambang. Ruang lingkup materi Rencana Induk
PPM yang harus dikonsultasikan oleh perusahaan dalam konteks perencanaan kepada
masyarakat disekitar tambang tertera pada tabel berikut:

Tabel 7.1: Contoh Materi Konsultasi Pemangku Kepentingan PPM


Materi Ruang Lingkup Materi Waktu Pelaksanaan
Kebijakan Penyusunan  Sosialisasi Kebijakan Januari - Februari
Rencana Induk PPM Penyusunan Rencana
Induk PPM (Permen dan
Kepmen ESDM)
 Pembahasan dokumen
pendukung AMDAL dan
Rencana Penutupan
Tambang (RPT);
 Sosialisasi Cetak Biru
(Blue Print) PPM;
 Pemenuhan terhadap
standar pengelolaan
sosial dan lingkungan.
 Fasilitasi Pembentukan
Tim Penyusun Rencana
Induk PPM (Wakil
Pemerintah, Masyarakat
dan Perusahaan)
Review Pelaksanaan PPM  Kajian kondisi masyarakat, Maret - April
kinerja, dan permasalahan
PPM;
 Arah, tujuan, dan prioritas
program PPM tahun
berjalan;
 Program dan kegiatan
PPM tahun berjalan;

90 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Materi Ruang Lingkup Materi Waktu Pelaksanaan


 Anggaran program dan
kegiatan PPM tahun
berjalan.
 Input usulan program dan
kegiatan PPM tahun
rencana dan Rencana
Induk PPM.
Penyusunan Rencana  Pemetaan sosial; Mei – Juli
Induk PPM  Penyelarasan PPM
dengan Arah kebijakan
Pemerintah (Pusat,
Daerah dan Desa)
 Penyelarasan dengan
Cetak Biru (Blue Print)
PPM;
 Roadmap PPM
 Formulasi tujuan, sasaran,
program utama dan
kegiatan pendukung
PPM;
 Pengelolaan sumber
daya;
 Keterlibatan pemangku
kepentingan;
 Sumber pendanaan
Finalisasi dan Kesepakatan  Rancangan akhir Rencana Agustus -Oktober
Rencana Induk Induk PPM;
 Konsultasi dengan
pemerintah daerah
 Konsultasi dengan Dirjen
 Dokumen Final Rencan
Induk PPM dan komitmen
pemangku kepentingan.

F. Standar Pengaturan
Salah satu pengaturan standar perusahaan dalam membangun kerjasama pemangku
kepentingan dengan disepakatinya ISO (International Organization for Standardization)
sebagai induk organisasi standarisasi internasional untuk tanggung jawab sosial yang
diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. Pengaturan untuk
kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada pemahaman umum bahwa
keberadaan pemangku kepentingan adalah sangat penting untuk kelanjutan suatu
organisasi. Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu Rio Earth Summit on

READ Indonesia | 91
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

the Environment tahun 1992 dan World Summit on Sustainable Development


(WSSD) tahun 2002 yang diselenggarakan di Afrika Selatan.
Sejak tahun 2010 Badan Standarisasi Internasional ISO telah mengeluarkan ISO-
26000 sebagai panduan tentang praktek Tanggung Jawab Sosial, yang bukan
dimaksudkan sebagai sebuah ‘standar’ atau kebutuhan sertifikasi, tetapi benar-benar
sebuah ‘guidance’ atau panduan yang dapat ‘memandu’ penerapan Tanggung Jawab
Sosial oleh organisasi apapun.
Indonesia sebagai salah satu dari 157 negara yang meratifikasi ISO-26000, telah
menjadikan ISO 26000 sebagai acuan penerapan CSR. ISO 2600 sebagai pedoman ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh semua jenis organisasi, baik itu sektor swasta
maupun pelayanan masyarakat, di negara maju maupun negara berkembang. Namun
yang terpenting, 7 (tujuh) prinsip nilai yang terkandung di dalamnya yang harus
diterjemahkan di lapangan secara kreatif dan kontekstual.

G. Identifikasi Pemangku Kepentingan


Landasan dalam menjalankan praktek sosial perusahaan dengan meningkatkan
pemahaman tentang situasi sosial dan identifikasi pemangku kepentingan yang terlibat.
Pemangku kepentingan adalah orang-orang, kelompok atau pemangku kepentingan
yang dipengaruhi oleh tindakan dari perusahaan termasuk di dalamnya pekerja,
pemasok, warga masyarakat, konsumen, dan investor. Identifikasi pelibatan pemangku
kepentingan dalam PPM dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan;
 kepada siapa saja organisasi memiliki kewajiban hukum;
 siapa saja yang potensial terkena dampak positif dan negatif dari keputusan dan
aktivitas organisasi;
 siapa saja yang biasanya dilibatkan ketika suatu isu muncul; siapa yang bisa
membantu organisasi dalam; mengelola dampak yang ditimbulkannya;
 siapa saja yang akan dirugikan kalau mereka tidak diikutsertakan dalam pembinaan
hubungan (engagement); dan
 siapa saja dalam value chain yang terkena dampak.
Penyelenggara konsultasi harus memastikan bahwa para pemangku kepentingan
yang akan terlibat dalam penyusunan Rencana Induk PPM merupakan orang, komunitas,
kelompok atau lembaga kunci yang berkaitan dan atau terkena dampak, langsung atau
tidak langsung dari sebuah kebijakan pengelolaan sosial perusahaan. Penyelenggara
konsultasi publik harus menerapkan mekanisme seleksi dan identifikasi peserta secara
obyektif.
Kategori Pemangku Kepentingan. Dalam konteks penyusunan kebijakan atau
peraturan-peraturan di daerah, penentuan pihak atau pemangku kepentingan yang akan
terlibat dalam konsultasi pemangku kepentingan dapat dilakukan dengan memetakan
berdasarkan kategori tertentu. Mekanisme dan tatacara penyusunan Rencaa Induk PPM

92 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

dapat menjadi salah satu rujukan dalam memetakan dan mengkategorikan pemangku
kepentingan.

Gambar 7.1: Pemetaan Peserta Konsultasi Pemangku Kepentingan PPM

H. Komunikasi dengan Pemangku Kepentingan


Komunikasi dengan pemangku kepentingan dalam rangka penyusun Rencana Induk
PPM, baik internal maupun eksternal, memiliki banyak manfaat bagi perusahaan,
diantaranya:
1. Meningkatkan kepedulian pemangku kepentingan tentang PPM;
2. Menunjukkan bagaimana perusahaan memenuhi komitmennya tentang PPM;
3. Memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang dampak dari
kegiatan, produk, dan jasa organisasi;
4. Membantu pelibatan para karyawan perusahaan untuk mendukung program PPM;
dan
5. Meningkatkan reputasi organisasi tentang upaya-upaya tanggung jawab sosialnya,
keterbukaan organiasi, dan tanggung gugatnya untuk memperkuat kepercayaan
para pemangku kepentingan terhadap perusahaan.
Umumnya, dari sisi pemangku kepentingan, komunikasi dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal

READ Indonesia | 93
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

dilakukan kepada para pemangku kepentingan internal, misalnya komunikasi kepada


para karyawan dan staf manajemen perusahaan. Komunikasi eksternal dilakukan kepada
pemangku kepentingan yang berada di luar perusahaan. Komunikasi eksternal dapat
dilakukan kepada masyarakat sekitar, konsumen, pihak media, legislator, pemerintah
daerah, atau pihak eksternal lainnya.

I. Metode dan Tingkat Pelibatan


Berikut diuriakan tingkat pelibatan dan metode yang dapat digunakan dalam
mendorong pemangku kepentingan dalam penentuan kebijakan:

Tabel 7.2 Tingkat dan Metode Pelibatan Pemangku Kepentingan


TINGKAT PENJELASAN TUJUAN STRATEGI METODE/
KOMUNIKASI TEKNIK
Pertukaran Pertukaran Penyadaran Komunikasi Opinion poll/
informasi informasi untuk warga. tertulis. survey.
(information mengkondisikan Mengumpulkan Komunikasi Komentar
exchange): partisipasi opini publik. elektronik. publik. Dengar
warga terdampak warga. Membangun Komunikasi pendapat
menyampaikan momentum bagi lisan. umum. Poster
informasi dan penyusunan Komunikasi dan media
memperoleh kebijakan. visual. kampanye.
informasi.
Konsultasi Penggunaan Pendidikan Pertemuan Pertemuan
(consultation): alat-alat untuk warga. tatap muka warga (public
Warga dimintai memproses Mendorong dengan warga. meeting).
masukannya informasi. debat publik. “Pertemuan” Konsultasi on-
dalam Adanya forum/ Menjabarkan online dengan line (e-
menganalisis, lembaga yang nilai-nilai. warga. consultation)
menyusun memproses Memperluas
alternatif dan input. penyediaan
mengambil informasi.
keputusan. Memperbaiki
keputusan.
Pelibatan Penggunaan Melibatkan Pertemuan Musyawarah
(engagement): alat-alat untuk warga dalam tatap muka warga (public
Perusahan memproses penyelesaian dengan warga. deliberation)
bekerja dengan informasi. masalah. “Pertemuan” Musyawarah
warga di dalam Pengambilan Melibatkan online dengan online (online
keseluruhan keputusan warga dalam warga. deliberation)
proses bersama. pengambilan Pendelegasian
penyusunan keputusan. kewenangan.
kebijakan agar Mengembangkan
aspirasi warga kapasitas dalam
selalu melaksanakan
dipertimbangkan. PPM.

94 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

TINGKAT PENJELASAN TUJUAN STRATEGI METODE/


KOMUNIKASI TEKNIK
Memperbaiki
hasil pelaksanaan
PPM.
Kolaborasi Proses Mewakili Membangun Musyawarah
(collaboration): penguatan berbagai Komite multipihak.
Perusahaan dan kapasitas untuk pemangku Penasihat. Proses
warga menjadi membangun kepentingan. Merancang konsensus
mitra (partner) kerjasama Melibatkan proses. kebijakan dan
dalam proses berkelanjutan pakar. Pengambilan program PPM
penyusunan antara Mengurangi keputusan
program PPM. perusahaan konflik bersama (share
dengan kepentingan. decision
kelompok Memperbaiki making).
kepentingan program.
dan pelaksanaan Mengembangkan
PPM. kapasitas dalam
pelaksanaannya.

J. Pelibatan Pemangku Kepentingan


AA1000 Stakeholder Engagement Standard, 2011 telah memberikan acuan bagi
perusahaan dalam proses pelibatan pemangku kepentingan secara sistematis dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan
 Menentukan profil dan memetakan pemangku kepentingan;
 Menentukan tingkat dan metodologi pelibatan;
 Menentukan lingkup pelibatan;
 Merumuskan rencana pelibatan; dan
 Menetapkan indicator pelibatan.
2. Persiapan
 Mobilisasi sumber daya;
 Membangun kapasitas termasuk kelembagaan; dan
 Mengidentiikasi dan mempersiapkan risiko pelibatan.
3. Penerapan Rencana Pelibatan
 Mengajak pemangku kepentingan untuk dilibatkan;
 Memberi pemahaman pentingnya untuk terlibat;
 Melibatkan pemangku kepentingan;
 Mendokumentasi pelibatan dan keluarannya;

READ Indonesia | 95
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

 Merumuskan rencana aksi; dan


 Mengkomunikasikan keluaran dan rencana aksi pelibatan.
Dalam proses pelibatan pemangku kepentingan menghasilkan beberapa keluaran,
diantaranya: (1) profil dan peta pelaku kepentingan kelompok, pemimpin, kekuatan,
konlik, kelompok rentan, dan-lain-lain, (2) kepentingan, perhatian, harapan, dan persepsi
para pemangku kepentingan, (3) kesepakatan-kesepakatan, (4) isu-isu utama, dan/atau
(5) usulan, rekomendasi, dan rencana tindak action plan.

K. Tata Cara Konsultasi Pemangku Kepentingan


Konsultasi pemangku kepentingan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh
untuk melibatkan publik dalam penyusunan Rencana Induk PPM. Bentuk komunikasi dua
arah antara Tim Penyusun dengan masyarakat atau pemangku kepentingan lain terhadap
suatu rancangan Rencana Induk PPM, yang berlangsung dalam setiap tahapan
perencanaaan, yang bertujuan untuk mengumpulkan saran, kritik dan pendapat atas
materi dan usulan program yang dibahas dalam Rencana Induk PPM. Proses komunikasi
dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai
kesepahaman dan kesepakatan alam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum.
Masyarakat (orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai
kepentingan atas substansi Rancangan Rencana Induk PPM berhak memberikan
masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam bentuk usualan tanggapan atau catatan
penting lainnya. Masukan tersebut dapat dilakukan melalui rapat korrdinasi lintas
pemangku kepentingan, musyawarah perencanaan, rapat dengar pendapat umum;
kunjungan kerja; sosialisasi; seminar, lokakarya, dan/atau diskusi. Untuk memudahkan
masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis maka setiap
Rancangan Rencana Induk PPM harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Penyelenggaraan konsultasi pemangku kepentingan meliputi tiga tahapan utama,
yaitu:
1. Sebelum, yaitu tahapan persiapan dan rencana. Aktivitas utama dalam tahapan ini
adalah membangun kesepahaman awal antar pihak dan menyusun kerangka kerja
konsultasi penyusunan Rencana Induk PPM, serta melakukan evaluasi atas proses
persiapan dan perencanaan. Dalam membangun kesepahaman awal dilakukan
langkah-langkah membangun kepercayaan dengan lembaga kunci, berbagi peran
dan mengajukan gagasan inovatif. Sedangkan dalam menyusun kerangka kerja
konsultasi diawali dengan memetakan aktor dan isu strategis, kemudian melakukan
pertemuan persiapan, menyepakati target capaian, membentuk tim fasilitator dan
penyelenggara konsultasi publik, hingga menyusun skema pendanaan;
2. Selama, yaitu tahap pelaksanaan konsultasi publik. Aktivitas utama tahapan ini
adalah mengelola pelaksanaan konsultasi dengan pemangku kepentingan dan
menyusun masukan, serta mengevaluasi pelaksanaan konsultasi. Pengelolaan
meliputi logistik, hubungan dengan para pihak, kepentingan, media, data dan

96 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

informasi, serta waktu. Sedangkan proses menyusun masukan meliputi menelaah


rancangan Rencana Induk PPM, sharing gagasan, mengelaborasi gagasa, hingga
memetakan pencapaian target;
3. Setelah, adalah tahapan terakhir, yaitu tindak lanjut dari pelaksanaan konsultasi
pemangku kepentingan. Dalam tahapan ini, aktivitas utamanya adalah
merumuskan masukan dan mengevaluasi proses dan hasil konsultasi publik.
Perumusan masukan meliputi memeriksa konsistensi dan sinkronisasi atas
substansi materi, istilah dan antar dokumen perencanaan.

READ Indonesia | 97
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

98 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

8
PENGEMBANGAN
PROGRAM STRATEGIS

A. Pengertian
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi dalam hal ini Badan Usaha Pertambangan untuk mencapai
sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Sedangkan program strategis merupakan
penjabaran dari hasil temuan lapangan yang dirumuskan dalam beberapa aspek atau
isu-isu strategis sebagai suatu bentuk dukungan atau intervensi yang harus dilakukan
oleh organisasi dalam jangka panjang terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat.
Dalam proses perumusan program strategis, perusahaan dapat memfasilitasi Tim
atau pemangku kepentingan lain untuk mengkaji hasil pemetaan sosial (social mapping)
dan profil wilayah yang telah dibuat. Kedua sumber informasi ini sangat penting untuk
menentukan pola dukungan perusahaaan atau intervesi program sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat di sekitar tambang. Pada tahapan ini diperlukan kemampuan
analisis dari perencana untuk memeformulasikan isu-isu penting menjadi program yang
akan dimasukkan dalam Rencana Induk PPM.
Tahap ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan
menyangkut kekuatan, kelemahan internal serta peluang dan ancaman ekternal yang
akan dihadapi. Analisis lingkungan secara umum dibagi dalam dua kelompok. Pertama,
lingkungan internal yang sifatnya berada dalam jangkauan masyarakat desa. Kedua,
lingkungan ekternal desa mencakup lingkungan makro yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kinerja masyarakat dan kelompok yang ada.

READ Indonesia | 99
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

B. Tujuan
Secara umum tujuan pengembangan program strategis dalam Rencana Induk PPM, yaitu;
1. Melakukan penilaian terhadap alternatif pemecahan masalah berdasarkan
kelayakan teknis, tingkat kebutuhan dan aspirasi masyarakat;
2. Mengintegrasikan seluruh kebutuhan sektoral baik kelembagaan, lingkungan dan
sumber daya lain dalam suatu kemasan tindakan yang sistematis dan menyeluruh;
3. Menetapkan prioritas tindakan atau pola intervensi berdasarkan kebijakan,
kapasitas kelembagaan, sumber daya yang ada dan diletakkan dalam rangkaian
kegiatan berkelanjutan.
Melalui penetapan program strategis akan diperoleh usulan kegiatan masyarakat
dalam aspek kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan sektor (pendidikan, kesehatan,
kemandirian ekonomis dan lain-lain. Lihat ruang linkup PPM). Bahan rujukan untuk
memilih dan menetapkan berbagai kebutuhan serta penyiapan masyarakat dalam
melaksanakan program. Hasil penyusunan dan penetapan program yang dilakukan akan
menjadi dasar pelaksanaan kegiatan PPM secara terintegrasi.

C. Manfaat
Program strategis merupakan bagian penting dari Rencana Induk PPM untuk
menentukan prioritas program PPM berdasarkan kebutuhan dan masalah, sekaligus
menjadi panduan dalam pengelolaan sumber daya (fisik dan non fisik) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Konsep program investasi memberikan kemudahan bagi
masyarakat atau pelaksana dalam menentukan aturan dan pelaksanaan kegiatan yang
dirancang secara sistematis dengan memperhatikan dimensi keterpaduan—integrasi dan
pelibatan antarpelaku. Bagi masyarakat program strategis sebagai alat perencanaan dan
kontrol kualitas dalam menata lingkungan sesuai dengan visi dan misi yang diharapkan.
Masyarakat dapat mengetahui lebih jauh perubahan akibat pembangunan yang
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (5 tahun).
Program strategis berisi harapan dan tujuan masyarakat yang hendak dicapai
berdasarkan proses penilaian partisipatif terhadap kondisi, sumber daya dan peran
dalam proses pembangunan. Melalui program investasi diharapkan muncul rasa memiliki
(sense of belonging) dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap apa yang sudah
dinvestasikan atau dibangun. Atas tanggung jawabnya itu, masyarakat akan terdorong
untuk memelihara hasil pembangunan secara swadaya.

D. Pendekatan
Teknik yang digunakan untuk merumuskan program PPM dengan menggunakan kajian
potensi, masalah dan analisis internal dan eksternal yang dikenal dengan analisis SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, threats). SWOT merupakan salah satu teknik analisis
yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah (kekuatan, kelemahan,

100 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

peluang dan tantangan) dalam suatu wilayah atau daerah. Aspek kekuatan dan
kelemahan lebih mengarah pada potensi dan masalah yang dimiliki (intern factors),
sedangkan peluang dan tantangan datang dari luar komunitas atau daerah (extern
factors) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah itu. Umumnya informasi dan
data sebagai bahan analisis berasal dari dokumen rencana pembangunan, tata ruang,
profil wilayah, data pemerintah dan lembaga lainnya dengan sumber informasi penting
dikumpulkan dari masyarakat setempat.
Analisis SWOT bertumpu pada basis data tahunan dengan pola 3-1-5 tahun.
Artinya, data yang ada diupayakan mencakup data perkembangan organisasi dan
masyarakat pada tiga tahun sebelum analisis, apa yang ingin dilakukan pada tahun
pertama atau yang sedang berjalan serta harapan yang ingin dicapai atau
kecenderungan organisasi pada lima tahun ke depan. Hal ini dimaksudkan agar data dan
fakta benar-benar dapat menunjukkan kondisi yang sebenarnya serta dapat
dipertanggungjawabkan.

E. Program Strategis dan Investasi Sosial


Istilah investasi dapat merujuk pada suatu investasi keuangan (dimana investor
menempatkan uang ke dalam suatu sarana), investasi usaha atau waktu seseorang yang
ingin memetik keuntungan dari keberhasilan pekerjaannya (Kamus Istilah Keuangan dan
Investasi 1994).
Pengertian investasi dari sudut keuangan dapat diadaptasikan dalam bidang
pembangunan masyarakat. Konsep modal dalam perencanaan pembangunan memiliki
arti yang sangat luas, tidak hanya uang atau sumber daya alam termasuk di dalamnya
modal sosial, seperti nilai-nilai, kelembagaan, sumber daya manusia dan pendidikan.
Investasi pada prinsipnya dapat dipahami sebagai modal dasar pembangunan. Jika
dalam konteks keuangan hasil yang diharapkan berupa keuntungan (kapital) berupa
uang dan atau modal baru, maka dalam perencanaan partisipatif keuntungan yang
diharapkan berupa hasil dan kinerja pembangunan yang mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Investasi mengandung perspektif luas tentang upaya-upaya
inovatif dalam menggunakan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan dan manfaat
pembangunan secara optimal. Disisi lain, investasi mengandung makna kegiatan yang
dapat dikembangkan masyasrakat baik yang bersifat fisik dan nonfisik.
Istilah program dalam konteks pembangunan masyarakat diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang dirancang secara sistematis dan komprehensif untuk
merespon isu strategis, memecahkan masalah atau mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Program investasi disusun melalui proses partisipatif berdasarkan
perencanaan strategis yang melibatkan seluruh stakeholders dalam mencapai visi, misi,
tujuan, sasaran pembangunan.
Program investasi merupakan terminologi baru yang digunakan dalam
perencanaan pembangunan khususnya dalam penyusunan program pemberdayaan.
Istilah ini biasa dipakai di bidang ekonomi, bisnis dan keuangan. Investasi didefinisikan
sebagai penggunaan modal untuk menghasilkan uang baik melalui sarana yang

READ Indonesia | 101


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

menghasilkan pendapatan, maupun melalui ventura yang lebih berorientasi


pengurangan resiko yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa program investasi dalam Rencana Induk
PPM merupakan serangkaian program atau unit kegiatan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat jangka menengah yang disusun secara partisipatif, sistematis
dan komprehensif melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam rangka pemecahan
masalah dan peningkatan nilai tambah bagi penerima manfaat secara berkelanjutan
dengan mengoptimalkan sumber daya baik fisik dan non-fisik untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Program investasi merupakan rincian lebih lanjut dari rencana pembangunan
partisipatif yang bertumpu pada visi, misi, kebutuhan masyarakat, kemampuan
pendanaan dan kelembagaan. Dokumen program investasi merupakan salah satu bagian
dari dokumen perencanaan pembangunan yang berisi kebutuhan program investasi
daerah jangka menengah, yang disusun melalui pendekatan partisipatif. Penyusunan
program investasi diselaraskan dengan program kunci/strategis yang telah dirumuskan
pada tahap perumusan strategi program dalam rangka pencapaian visi-misi daerah.
Program investasi merupakan program pembangunan yang bertumpu pada masyarakat
yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan.

F. Tata Cara Perumusan Program Strategis


Identifikasi kondisi potensi dan masalah di wilayah terdampak operasi perusahaan
dilakukan untuk memberikan informasi lebih dalam terkait perumusan program/kegiatan
pengelolaan sosial sebagai bagian integral dari Rencana Induk PPM. Kegiatan ini
dilakukan melalui pendekatan penilaian cepat dan beberapa teknik analisis yang dapat
membantu memahami kondisi nyata dengan melibatkan pemangku kepentingan yang
lebih luas khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar tambang.
Proses pemetaan menggunakan beberapa teknik pengumpul data diantaranya;
1. Analisis Tata Ruang/Wilayah;
2. Analisis Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);
3. Analisis Masalah Sosial;
4. Analisis Pemangku Kepentingan;
5. Analisis Kapasitas Kelembagaan.
Kegiatan ini secara tidak langsung membantu dalam penyusunan profil dan
prioritas program dan kegiatan PPM. Meskipun masing-masing alat analisis memiliki
kekhususan dalam penggunaan dan prosesnya, namun dapat disesuaikan dengan tujuan
dan karakteristik data dan informasi yang hendak diperoleh.
Berikut beberapa langkah yang ditempuh dalam melakukan kajian potensi dan
masalah di wilayah terdampak operasi perusahaan.

102 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Langkah 1: Analisis Tata Ruang Wilayah


1. Langkah pertama melakukan analisis tata ruang daerah perencanaan yang menjadi
fokus program PPM. Dalam tahapan ini masyarakat diarahkan untuk mengenal
secara mendalam kondisi wilayah terdampak operasi yang akan mendapat
dukungan program mencakup kondisi geografis, karakteristik penduduk, distribusi,
pergerakan, sumber daya dan pusat pertumbuhan ekonomi;
2. Buatlah visualisasi telaah rencana tata ruang khususnya di wilayah terdampak
operasi yang ditujuan untuk membantu masyarakat mengidentifikasi implikasi
rencana struktur dan pola ruang terhadap kebutuhan peningkatan pelayanan
bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan dan
infrastruktur dengan membandingkan struktur dan pola ruang yang ada.
3. Identifikasikan arah (geografis) pengembangan pelayanan, perkiraan kebutuhan
pelayanan, dan prioritas wilayah pelayanan dalam 5 (lima) tahun mendatang.
Dikaitkan dengan indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah dalam
RTRW yang telah ditetapkan pemerintah daerah.
4. Buatlah rancangan program beserta targetnya yang sesuai dengan RTRW tersebut.

Catatan: Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan kajian


tata ruang wilayah terdampak operasi perusahaan, diantaranya:
a. Rencana struktur tata ruang;
b. Struktur tata ruang saat ini;
c. Rencana pola ruang;
d. Pola ruang saat ini; dan
e. Indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah

5. Selanjutnya buatlah hasil resume pembahasan dengan mencatatnya dalam tabel


berikut;

Tabel 8.1: Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Terdampak Operasi


Perusaahaan

Indikasi Program Pengaruh


Arahan Lokasi
Rencana Struktur Pemanfaatan Rencana Struktur
Pengembangan
No Struktur Ruang Ruang pada Ruang terhadap
Pelayanan
Ruang Saat Ini Periode Kebutuhan
Publik
Perencanaan Pelayanan Publik
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

READ Indonesia | 103


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Catatan:
Kolom (1) Diisi dengan nomor urut sesuai dengan kebutuhan;
Kolom (2) Diisi dengan daftar pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW),
pusat kegiatan lokal (PKL) yang direncanakan di wilayah terdampak operasi
perusahaan, seperti: rencana bandara, pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan,
terminal, stasiun kereta, jaringan jalan primer/sekunder, jaringan prasarana sumber
daya air, jaringan prasarana energi/listrik, dan jaringan prasarana telekomunikasi;
Kolom (3) Diisi dengan daftar pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW),
pusat kegiatan lokal (PKL) yang telah ada di wilayah terdampak operasi, seperti:
ketersediaan bandara, pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, terminal, stasiun
kereta, jaringan jalan primer/sekunder, jaringan prasarana sumber daya air, jaringan
prasarana energi/listrik, dan jaringan prasarana telekomunikasi;
Kolom (4) Diisi dengan indikasi program pemanfaatan ruang untuk setiap rencana struktur
ruang;
Kolom (5) Diisi dengan perbandingan antara kondisi rencana dan kondisi saat ini, serta indikasi
program pemanfaatan ruang pada periode tahun perencanaan, lakukan identifikasi
apakah ada pengaruhnya kepada kebutuhan pelayanan publik di wilayah terdampak
operasi. Jika ada, identifikasikan bentuk kebutuhan tersebut, perkiraan besaran
kebutuhan, dan lokasinya; dan
Kolom (6) Diisi dengan daftar lokasi berdasarkan hasil pada kolom (5). Daftar lokasi ini menjadi
arahan lokasi pengembangan pelayanan publik (kesehatan dan ekonomi) untuk
mendukung perwujudan struktur ruang wilayah.

Tabel 8.2: Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Terdampak Operasi Perusahaan

Indikasi Program Pengaruh Rencana


Arahan Lokasi
Rencana Pola Pemanfaatan Pola Ruang
Pengembangan
No Pola Ruang Ruang Pada terhadap
Pelayanan
Ruang Saat Ini Periode Kebutuhan
Publik
Perencanaan Pelayanan Publik
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Catatan:
Kolom (1) Diisi dengan nomor urut sesuai kebutuhan;
Kolom (2) Diisi dengan daftar kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan strategis yang
direncanakan di wilayah terdampak operasi;
Kolom (3) Diisi dengan daftar kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan strategis yang
telah ada (eksisting) di wilayah terdampak operasi;
Kolom (4) Diisi dengan indikasi program pemanfaatan ruang untuk setiap rencana pola ruang;
Kolom (5) Diisi dengan perbandingan antara kondisi rencana dan kondisi saat ini, dan indikasi
program pemanfaatan ruang pada periode berkenaan dengan tahun perencanaan,
lakukan identifikasi apakah ada pengaruhnya kepada kebutuhan pelayanan publik

104 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(kesehatan dan ekonomi). Jika ada, identifikasilah bentuk kebutuhan tersebut,


perkiraan besaran kebutuhan, dan lokasinya;
Kolom (6) Diisi dengan daftar lokasi berdasarkan hasil pada kolom (5). Daftar lokasi ini menjadi
arahan lokasi pengembangan pelayanan publik (sesuai bidang PPM) untuk
mendukung perwujudan pola ruang wilayah.

Langkah 2: Analisis Lingkungan Hidup Strategis


6. Langkah berikutnya melakukan analisis lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk
memastikan agar prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi landasan
dalam penyusunan rencana pembangunan di wilayah terdampak operasi. Dalam
tahapan ini pemangku kepentingan diarahkan untuk mengenal secara mendalam
kondisi lingkungan daerah terkait dengan pola pelaksanaan PPM;
7. Telaah hasil dokumen kajian lingkungan untuk mengidentifikasi implikasi negatif
terhadap kemampuan daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup
terhadap kebutuhan pelayanan masyarakat di wilayah terdampak operasi;
8. Identifikasikan beberapa aspek penelaahan lingkungan terkait dengan
pengembangan pelayanan, perkiraan kebutuhan pelayanan, dan prioritas PPM
dalam lima tahun mendatang. Dikaitkan dengan indikasi program terhadap prinsip
pembangunan berkelanjut- an dan daya dukung lingkungan;
9. Buatlah rancangan atau catatan rumusan program sesuai dengan hasil kajian
lingkungan tersebut;

Catatan: Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan kajian


lingkungan hidup strategis di wilayah terdampak operasi, diantaranya:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan
dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya
tampung sudah terlampaui, maka:
1. kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki
sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan
2. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi

READ Indonesia | 105


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

10. Buatlah hasil resume hasil pembahasan dengan mencatatnya dalam tabel, sebagai
berikut.

Tabel 8.3: Hasil Analisis terhadap Dokumen KLHS di Wilayah


Terdampak Operasi Perusahaan

Catatan bagi
Implikasi
Ringkasan Perumusan
No Aspek Kajian terhadap
KLHS Program dan
Masyarakat
Kegiatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kapasitas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan
2. Perkiraan mengenai dampak dan
risiko lingkungan hidup
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya
alam
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim
6. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati

Keterangan:
Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai kebutuhan.
Kolom (2) diisi dengan aspek kajian KLHS.
Kolom (3) diisi dengan ringkasan KLHS untuk setiap aspek kajian berkenaan.
Kolom (4) diisi dengan pengaruh yang mungkin/dapat terjadi terhadap kebijakan pelayanan di
wilayah terdampak operasi.
Kolom (5) diisi dengan catatan yang harus diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan masyarakat agar tidak bertentangan dengan KLHS.

Langkah 3: Analisis Masalah


11. Berdasarkan hasil kajian profil pelayanan bidang PPM di wilayah terdampak operasi
perusahaan yang telah dilakukan, selanjutnya identifikasikan masalah yang
dihadapi dengan menggunakan teknik pohon masalah;
12. Buatlah gambar visual berupa peta permasalahan atau ’pohon masalah’;
13. identifikasikan pokok persoalan penting dibidang kesehatan dan ekonomi secara
terpisah untuk setiap sektor agar diperoleh informasi yang lebih mendalam

106 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

menetapkan masing-masing sebagai inti (core problems) masalah yang


digambarkan sebagai batang;
14. Berdasarkan masalah inti tersebut, lakukan pembahasan secara mendalam faktor-
faktor penyebabnya dan gambarkan sebagai akar masalah;
15. Telusuri secara mendalam akibat (dampak) yang ditimbulkan dari masalah yang
diperselisihkan dan gambarkan sebagai daun atau ranting;
16. Buatlah resume hasil pembahasan dengan mencatatnya dalam tabel, sebagai
berikut;

Tabel 8.4: Hasil Analisis Masalah Pelayanan Kesehatan dan Ekonomi


di Wilayah Terdampak Operasi Perusahaan

No Masalah Sebab Akibat Potensi


(1) (2) (3) (4) (5)
Pendidikan

Kesehatan

Tingkat Pendapatan Riil atau Pekerjaan

Kemandirian Ekonomi

Sosial dan Budaya

Kelembagaan

Infrastruktur

Keterangan:
Kolom (1) : Cukup jelas
Kolom (2) : Tuliskan masalah utama bidang kesehatan dan ekonomi yang dihadapi oleh
masyarakat terdampak operasi perusahaan. Kajilah sesuai dengan aspek-
aspek pengembangan di setiap subsektor.
Kolom (3) : Tuliskan faktor penyebab dari masalah.
Kolom (4) : Tuliskan potensi yang tersedia.
Kolom (5) : Tuliskan potensi atau sumber daya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

READ Indonesia | 107


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Langkah 4: Analisis Pemangku Kepentingan


17. Mengkaji kembali data pendukung profil wilayah terdampak operasi, layanan
sektoral atau bidang PPM serta hasil pemutakhiran informasi/data yang terkumpul;
18. Berdasarkan data tersebut identifikasikan pokok permasalahan yang menyebabkan
ketidakharmonisan dan ketegangan antarkelompok yang tercermin dalam data
gambaran umum wilayah terdampak operasi;
19. Menggali informasi langsung dari lapangan bersama masyarakat dengan membuat
sosiogram kelembagaan (antarkelompok/lembaga) secara grafis untuk memeta-
kan pengaruh dan kekuatan hubungan setiap unsur dalam masyarakat;
20. Merujuk pada hasil kajian bagan kelembagaan lakukan analisis lanjutan untuk
mengenal sejauhmana pengaruh dan kekuatan hubungan antarkelembagaan di
wilayah terdampak operasi;
21. Buatlah gambar visual berupa sosiogram kelembagaan dengan menunjukkan
tingkat kekuatan hubungan dan kerentanan antarkelompok/lembaga yang ada di
daerah,
22. Berdasarkan pembahasan tersebut, identifikasi masalah dan potensi yang dihadapi
tentang pengaruh dan kekuatan hubungan antarkelompok/lembaga masyarakat
dengan mengisi tabel sebagai berikut:

Tabel 8.5: Hasil Analisis Pemangku Kepentingan di Wilayah


Terdampak Operasi Perusahaan

No Kelembagaan/Pemangku Masalah Potensi


Kepentingan
(1) (2) (3) (4)

Keterangan:
Kolom (1) : Cukup Jelas.
Kolom (2) : Tuliskan daftar organisasi dan kelembagaan atau pemangku kepentingan
yang ada di wilayah terdampak operasi.
Kolom (3) : Tuliskan masalah terkait dengan konflik atau ketidakharmonisan.
Kolom (4) : Tuliskan potensi penyelesaan masalah yang tersedia di tingkat lokal.

108 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Langkah 5: Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal


23. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya lakukan analisis
lingkungan internal dan eksternal terhadap masyarakat di wilayah terdampak
operasi dengan menggunakan metode SWOT;
24. Identifikasikan hal-hal positif apa saja yang menjadi kekuatan (strength)--internal
di masing-masing wilayah terdampak operasi baik menyangku kelembagaan
maupun pelayanan publik dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
25. Identifikasikan faktor-faktor apa saja yang menjadi kelemahan (weakneses)--
internal yang dimiliki masyarakat di wilayah terdampak operasi dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan;
26. Identifikasikan hal-hal positif apa saja sebagai peluang (opportunities)--eksternal
yang dihadapi masyarakat di wilayah terdampak operasi dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan;
27. Identifikasikan hal-hal apa saja yang menjadi tantangan atau ancaman (treath) dari
luar yang dihadapi masyarakat di wilayah terdampak operasi dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan;
28. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk setiap langkah yang
akan dipilih melalui program PPM dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat;
29. Menentukan alternatif strategi pencapaian dari setiap indikator sasaran. Hasilnya
kemudian dituangkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 8.6: Analisis SWOT dan Penentuan Alternatif Strategi


Pencapaian Indikator Sasaran di Wilayah Terdampak Operasi Perusahaan

Peluang : Tantangan:
Faktor Eksternal 1. …………… 1. ………………
2. ……………… 2. ………………
3. dst … 3. dst …
Faktor Internal

Kekuatan : Alternatif Strategi : Alternatif Strategi :


1. ……………… 1. ……………… 1. ………………
2. ……………… 2. ……………… 2. ………………
3. dst …… 3. dst …… 3. dst ……

Kelemahan: Alternatif Strategi : Alternatif Strategi :


1. ……………… 1. ……………… 1. ………………
2. ……………… 2. ……………… 2. ………………
3. dst …… 3. dst …… 3. dst ……

READ Indonesia | 109


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Langkah 6: Perumusan Program Utama PPM


30. Mengkaji kembali data pendukung berdasarkan hasil kajian terhadap realisasi
pencapain target, pemasalahan, peluang dan tantangan di bidang PPM yang
dihadapi masyarakat di wilayah terdampak operasi;
31. Identifikasikan isu-isu penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari
berbagai pihak dengan melihat kerangka analisis masing-masing temuan
permasalahan, hambatan, peluang dan tantangan.
32. Rumuskan isu-isu penting untuk masing-masing bidang PPM yang relevan
mencakup organisasi, kapasitas SDM, manajemen dan sistem pelayanan, serta
mekanisme dan program;
33. Kemudian, analisis masing-masing masalah, hambatan dan tantangan yang
dihadapi masyarakat di wilayah terdampak operasi yang diformulasikan dalam
bentuk gagasan dan deskripsi situasi, sehingga tidak terlalu ‘sempit’ atau terlalu
‘luas’;
34. Tangani isu-isu penting dengan menetapkan pola intervensi berupa pernyataan
spesifik tentang program yang akan dilakukan untuk mengatasi isu tersebut dan
diperkirakan dapat diselesaikan melalui dukungan perusahaan;
35. Lakukan pembobotan dengan menentukan skor terhadap masing-masing kriteria
yang telah ditetapkan. Contoh pembobotan untuk kriteria yang akan dinilai dapat
dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 8.7: Contoh Skor Kriteria Penentuan Program Prioritas PPM di Wilayah
Terdampak Operasi Perusahaan

No Kriteria Bobot
1 Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian 20
SDGs, sasaran Renstra K/L atau Renstra kabupaten/kota
2 Merupakan peran dan tanggung jawab masyarakat (komunitas) 10
di wilayah terdampak operasi perusahaan.
3 Dampak terhadap kesejahteraan masyarakat 20
4 Memiliki daya ungkit dalam pembangunan di wilayah terdampak 10
operasi perusahaan
5 Kemungkinan atau kemudahan untuk ditangani oleh masyarakat 15
6 Prioritas kebutuhan pelayanan masyarakat yang perlu 25
diwujudkan
7. Dst.
Jumlah 100
Catatan: Urutan dan jumlah kriteria dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

37. Berdasarkan hasil pemeringkatan di atas lakukan penilaian isu-isu penting untuk
masing-masing bidang selanjutnya rumuskan tindakan berupa pernyataan yang

110 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

bersifat programatik dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan skala


tersebut dengan mengisi tabel sebagai berikut:

Tabel 8.8: Nilai Skala Kriteria Penilaian Program Utama PPM

Nilai Skala Kriteria ke- Total


No Program Strategis/Utama PPM
1 2 3 4 5 6 dst Skor
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Tingkat Pendapatan Riil atau


Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

5. Sosial dan Budaya

6. Lingkungan Hidup

7. Infrastruktur

Keterangan:
Kolom (1) : Cukup jelas.
Kolom (2) : Tuliskan program strategis PPM yang teridentifikasi.
Kolom (3) – (9) : Tuliskan total skor perkriteria.
Kolom(10) : Tuliskan total skor program strategis dari seluruh kriteria.

38. Menghitung rata-rata skor atau bobot setiap program strategis untuk masing-
masing bidang PPM dengan menghitung jumlah keseluruhan nilai setiap isu
tersebut dibagi jumlah peserta, yang dituangkan dalam tabel sebagai berikut:

READ Indonesia | 111


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 8.9: Rata-Rata Skor Program Utama PPM

No Program Utama PPM Total Rata-Rata


Skor Skor
(1) (2) (3) (4)
1
2
3
4
dst

Keterangan:
Kolom (1) : jelas.
Kolom (2) : Tuliskan sesuai program strategis PPM yang teridentifikasi.
Kolom (3) : Tuliskan total akumulasi nilai skor dari isu-isu pada kolom (2).
Kolom (4) : Tuliskan nilai rata-rata dari total skor program strategis PPM dari seluruh
kriteria.

39. Hasil analisis digunakan untuk menetapkan kembali susunan program


strategis/utama PPM dengan menggunakan Lampiran II Keputusan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 1824 K/30/MEM/2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat-Format Rencana Induk PPM;
40. Pada setiap masing-masing program strategis/utama dituliskan perkiraan
anggarannya sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan. Selanjutnya
dituliskan pada tabel berikut:

Tabel 8.10: Program Utama PPM

No Program Utama PPM Lokasi Waktu Rencana Ket.


Kegiatan Pelaksanaan PPM Pembiayaan PPM
(Tahun pertama (Tahun pertama
operasi produksi operasi produksi
s.d. pascatambang) s.d. pascatambang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pendidikan

2 Kesehatan

3 Peningkatan Pendapatan Riil


atau Pekerjaan

4 Kemandirian Ekonomi

112 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

No Program Utama PPM Lokasi Waktu Rencana Ket.


Kegiatan Pelaksanaan PPM Pembiayaan PPM
(Tahun pertama (Tahun pertama
operasi produksi operasi produksi
s.d. pascatambang) s.d. pascatambang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

5. Sosial dan Budaya

6. Lingkungan Hidup

7. Infrastruktur

41. Untuk mempermudah buatlah rincian untuk setiap program dan kegiatan PPM
dengan format sebagai berikut:

Tabel 8.11: Program Utama dan Kegiatan PPM

No Program dan Kegiatan Lokasi Sasaran Rencana Periode Ket.


PPM Biaya Pelaksanaan
1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pendidikan:

2. Kesehatan:

3. Peningkatan Pendapatan
Riil atau Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

5. Sosial dan Budaya

6. Lingkungan Hidup

7. Infrastruktur

READ Indonesia | 113


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Keterangan
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Tuliskan uraian/nama program dan kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan nama lokasi pelaksanaan PPM.
Kolom (4) Tuliskan sasaran penerima manfaat PPM.
Kolom (5) Tuliskan rencana pembiayaan (rupiah/dolar)
Kolom (6) Tuliskan periode pelaksanaannya selama tahun 1 s/d tahun ke 5
Kolom (7) Tuliskan keterangan lain sebagai penjelasan atau catatan tambahan terkait
rekomendasi terhadap rumusan program utama PPM.

Langkah 7: Roadmap PPM


36. Berdasarkan hasil analisis pada tahapan sebelumnya, selanjutnya buatlah kerangka
umum berupa peta jalan (Roadmap) PPM sebagai alat bantu untuk mendekripsikan
secara sederhana pentahapan pencapaian target sesuai dengan rencana operasi
tambang; Roadmap ini sebagai panduan dalam memantau target capai program
yang telah dirumuskan dan menjadi petunjuk dalam menentukan waktu
pelaksanaan program;
37. Berikut salah satu contoh format penentuan Roadmap PPM:

Gambar 8.1: Contoh Roadmap PPM

42. Deskripsikan program yang telah dirumuskan dalam bentuk periode usaha
tambang dan kerangka kerja PPM sebagai berikut:

114 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 8.12: Contoh Format Periode Usaha Tambang dan Kerangka Kerja PPM

READ Indonesia | 115


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

116 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

9
PROGRAM PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
TAHUNAN

A. Pengertian
Program PPM Tahunan merupakan bagian integral dari dokumen Rencana Induk PPM
yang berisi penjabaran arah kebijakan dan strategi perusahaan atau Badan Usaha
Pertambangan berdasarkan periode atau tahapan pencaian target yang bersifat jangka
pendek. Program PPM tahunan mengindikasikan program atau kegiatan prioritas serta
kebutuhan pendanaan yang akan dilaksanakan dalam tahun rencana.
Badan Usaha Pertambangan wajib menyusun Rencana Induk PPM yang dilakukan
bersamaan dengan penyusunan studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Program PPM Tahunan disusun
sebagai bagian dari Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya (RKAB).

B. Ruang Lingkup
Program PPM Tahunan paling sedikit memuat:
1. Rencana rincian kegiatan PPM Tahunan;
2. Waktu pelaksanaan program PPM Tahunan;
3. Pembiayaan program PPM Tahunan;
4. Kriteria keberhasilan; dan
5. Realisasi program PPM Tahunan tahun sebelumnya termasuk kendala yang
dihadapi dan upaya penyelesaiannya.

READ Indonesia | 117


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Masyarakat sekitar tambang dapat mengajukan usulan kegiatan dalam program


PPM Tahunan melalui Gubernur untuk diteruskan kepada Badan Usaha Pertambangan.
Dalam hal ini, Badan Usaha Pertambangan wajib melakukan konsultasi atas program
PPM Tahunan dengan Direktur Jenderal atas nama Menteri sesuai dengan
kewenangannya, Gubernur, serta melibatkan bupati/walikota setempat dan masyarakat
sekitar tambang.
Badan Usaha Pertambangan harus menyampaikan program PPM Tahunan yang
telah mempertimbangkan hasil konsultasi sebagai bagian dari RKAB kepada Menteri c.q.
Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya. Penyampaian program
PPM Tahunan dilakukan dengan disertai besaran pembiayaan program PPM Tahunan.
Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya
memberikan persetujuan program PPM Tahunan beserta besaran pembiayaannya
sebagai bagian dari persetujuan RKAB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

C. Pembiayaan
Sumber pendanaan perlu direncanakan oleh Badan Usaha Pertambangan untuk
memastikan berjalannya program PPM yang terintegrasi dalam RKAB. Besarnya alokasi
anggaran didasarkan pada besarnya cakupan program PPM. Anggaran rutin umumnya
telah dimasukkan secara terintegrasi sebagai biaya personil perusahaan yang terkait
dengan struktur organisasi PPM. Agar dapat terintegrasi dengan perencanaan bisnis
perusahaan, maka perencanaan dan penganggaran PPM dapat diselenggarakan
bersamaan dengan perencanaan dan penganggaran bisnis perusahaan.
Pembiayaan Program PPM Tahunan berasal dari biaya operasional Badan Usaha
Pertambangan yang tercantum dalam RKAB. Pembiayaan Program PPM Tahunan dapat
dilakukan berdasarkan tahun jamak. Pembiayaan Program PPM Tahunan wajib dikelola
langsung oleh Badan Usaha Pertambangan.
Dalam hal terdapat sisa pembiayaan Program PPM Tahunan pada akhir tahun
berjalan, sisa pembiayaan Program PPM Tahunan dapat digunakan sebagai pembiayaan
Program PPM Tahunan pada tahun berikutnya.
Pembiayaan Program PPM Tahunan dilarang tumpang tindih dengan pembiayaan
yang berasal dari anggaran penerimaan dan belanja negara atau anggaran penerimaan
dan belanja daerah (APBN dan APBD).

D. Pelaksanaan
Badan Usaha Pertambangan wajib melaksanakan sendiri Program PPM Tahunan yang
telah disetujui dalam RKAB. Dalam melaksanakan Program PPM Tahunan, Badan Usaha
Pertambangan wajib menyusun Standard Operating Procedure (SOP) yang wajib
disampaikan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.

118 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pelaksanaan Program PPM Tahunan oleh Badan Usaha Pertambangan dilakukan


oleh unit pelaksana yang dibentuk oleh Badan Usaha Pertambangan untuk melaksana-
kan Program PPM Tahunan. Unit pelaksana paling rendah dipimpin oleh level pimpinan
setingkat manajer. Pembiayaan tenaga unit pelaksana tidak termasuk dalam pembiayaan
Program PPM Tahunan.
Dalam hal terdapat kegiatan pada Program PPM Tahunan yang belum terlaksana
pada tahun berjalan, maka pembiayaan atas kegiatan yang belum terlaksana dialokasikan
pada pembiayaan Program PPM Tahunan pada tahun berikutnya.

E. Pelaporan
Badan Usaha Pertambangan wajib menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan Program
PPM Tahunan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai dengan
kewenangannya dengan tembusan disampaikan kepada bupati/walikota setempat
secara berkala setiap 6 (enam) bulan pada tahun berjalan. Penyampaian laporan realisasi
pelaksanaan Program PPM Tahunan secara berkala setiap 6 (enam) bulan dilakukan
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak berakhirnya periode
pelaksanaan Program PPM Tahunan setiap 6 (enam) bulan.
Laporan realisasi pelaksanaan Program PPM Tahunan disusun dengan menerapkan
prinsip:
1. Tepat dan akurat, dimana laporan harus memuat informasi yang lengkap dan
detail;
2. Jelas, dimana laporan harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan bisa
diakses;
3. Seimbang, dimana laporan harus mencerminkan aspek positif dan aspek negatif
dari kegiatan Program PPM yang dilakukan;
4. Dapat dibandingkan, dimana laporan harus konsisten dan terukur sehingga dapat
dibandingkan dari waktu ke waktu; dan
5. Metodologis, dimana laporan harus memuat informasi yang dikumpulkan, direkam,
dianalisis, dan disajikan berdasarkan cara atau metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Laporan realisasi pelaksanaan Program PPM Tahunan sekurang-kurangnya
memuat:
1. Rincian kegiatan dan pembiayaan Program PPM Tahunan;
2. Kriteria keberhasilan;
3. Kendala yang dihadapi dan penyelesaian permasalahan;
4. Kesimpulan; dan
5. Rencana Program PPM Tahunan periode tahun berikutnya untuk laporan realisasi
pelaksanaan Program PPM Tahunan semester kedua.

READ Indonesia | 119


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya
dapat meminta Badan Usaha Pertambangan untuk mempresentasikan laporan realisasi
pelaksanaan Program PPM Tahunan.

F. Tata Cara Perumusan Program PPM Tahunan


Tahapan perumusan program PPM Tahunan merupakan identifikasi dan penetapan
usulan kegiatan berdasarkan tingkat urgensi dan relevansi dengan kebutuhan
peningkatan pelayanan masyarakat sekitartambang serta keselarasan dengan rencana
pembangunan daerah dan rencana pembangunan desa. Kegiatan ini dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai usulan masyarakat dan analisis kebutuhan tujuan layanan
sektoral yang menjadi bidang utama PPM, selanjutnya diformulasikan dalam bentuk
program atau kegiatan prioritas untuk 1 (satu) tahun ke depan.
Rumusan program PPM Tahunan harus mencerminkan tingkat urgensinya
pencapaian tujuan dan sasaran serta keberpihakan terhadap masyarakat di sekitar
tambang khususnya kelompok miskin dan rentan. Hal ini dilakukan dengan
mengidentifikasi dan mengintegrasikan antara kebutuhan pembangunan baik di tingkat
kabupaten/kota maupun desa dengan seluruh usulan hasil konsultasi dengan pemangku
kepentingan terkait.
Kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu: (a) identifikasi kebutuhan program
dan kegiatan PPM tahunan; (b) penyelerasan program dan Kegiatan PPM dengan rencan
program/kegiatan pemerintah daerah/OPD dan lembaga lainnya; serta (c) menetapkan
pagu indikatif pendanaan PPM.
Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah yang dapat dilakukan perusahaan
dalam memfasilitasi perumusan program PPM Tahunan dengan beberapa perangkat
analisis (tools) yang digunakan.

Langkah 1: Identifikasi Kebutuhan Program dan Kegiatan PPM Tahunan


1. Pengumpulan informasi dan data berupa hasil kajian pemetaan kebutuhan tujuh
bidang PPM berdasarkan hasil kajian profil wilayah yang masuk dalam operasi
tambang dan usulan kegiatan dari masyarakat;
2. Pengumpulan informasi dan data berupa dokumen perencanaan di tingkat
komunitas, RPJM Desa dan RKP Desa yang telah dilakukan pada setiap tahapan
Musyawarah Desa yang mengindikasikan program dan kegiatan PPM
3. Teliti kembali kelengkapan informasi setiap usulan program dan kegiatan. Jika
belum lengkap terutama mengenai jenis kegiatan, indikator kinerja, lokasi, besaran
volume kegiatan dan skala pelayanan;
4. Bila belum lengkap lakukan konfirmasi (kalau memungkinkan) kepada dinas/unit
kerja terkait, atau beri catatan untuk dikonfirmasikan dengan pihak terkait lainnya;

120 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

5. Buatlah rekapitulasi usulan kegiatan PPM yang disajikan dalam tabel sebagai
berikut:

Tabel 9.1: Rekapitulasi Indikasi Program dan Kegiatan PPM Tahunan

Program/Kegiatan Indikator Besaran Skala


No Lokasi Catatan
Sesuai Bidang PPM Kinerja Volume Pelayanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. PENDIDIKAN
-
-
-
2. KESEHATAN

3. PENINGKATAN
PENDAPATAN DAN
LAPANGAN
PEKERJAAN

4. KEMANDIRIAN
EKONOMI

5, SOSIAL BUDAYA

6. LINGKUNGAN

7. INFRASTRUKTUR

1.
Keterangan:
Kolom (1) Tuliskan dengan nomor urut sesuai urutan program dan kegiatan.
Kolom (2) Tuliskan nama program dan kegiatan PPM yang diusulkan oleh masyarakat.
Kolom (3) Tuliskan lokasi kegiatan yang direncanakan.
Kolom (4) Tuliskan indikator kinerja program/kegiatan yang direncanakan.
Kolom (5) Tuliskan besaran volume program/kegiatan untuk tahun rencana.
Kolom (6) Tuliskan skala pelayanan (Desa, Kecamatan, kabupaten/kota, Provinsi, Pusat).
Kolom (7) Tuliskan catatan penting atas program/kegiatan yang diusulkan.

Langkah 2 : Penyelarasan Program dan Kegiatan PPM dengan Rencana Program


Pemerintah/OPD/Lembaga terkait Lainnya
6. Pengumpulan informasi dan data berupa hasil kajian terhadap dokumen
perencanaan dan usulan program dan kegiatan PPM dari masyarakat;
7. Kaji kembali program dan kegiatan dari pemangku kepentingan lain baik yang
digagas (diindikasikan) secara partisipatif, teknokratis maupun aspiratif;

READ Indonesia | 121


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

8. Inventarisasi program dan kegiatan PPM indikatif yang telah dirumuskan dalam
RPJMD/Renstra OPD terkait pada tahun bersangkutan;
9. Inventarisasi program dan kegiatan indikatif yang telah dirumuskan dalam RPJM
Desa dan rancangan RKP Desa;
10. Inventarisasi usulan program dan kegiatan indikatif yang telah diusulkan
masyarakat yang diputuskan dalam Musyawarah Desa untuk didanai perusahaan;
11. Kaji program dan kegiatan tersebut berdasarkan tingkat kewenangannya (desa,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi atau pusat);
12. Identifikasikan program dan kegiatan yang dapat dimasukkan dalam Program PPM
Tahunan;
13. Identifikasikan usulan tersebut sesuai dengan sumber pendanaan misalnya, APB
Desa, APBD, APBN atau sumber lainnya (termasuk kemungkinan didanai melalui
perusahaan);
14. Rekapitulasi keseluruhan usulan program dan kegiatan PPM yang teridentifikasi
disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 9.2: Penyelarasan Program dan Kegiatan PPM

No Program/Kegiatan Indikasi Usulan Program dan Kewenangan Sumber Catatan


Sesuai Bidang PPM Kegiatan Tahun …….. Program Dana
RKPD/ RKP Desa Usulan
Renja Masyarakat
OPD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

5. Sosial Budaya

6. Lingkungan

7 Infrastruktur

122 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama bidang utama PPM beserta rincian program dan kegiatan
indikatif.
Kolom (3) Tuliskan indikasi usulan program atau kegiatan dalam RPJM Kab/Kota atau
Renstra OPD, untuk tahun atau periode rencana.
Kolom (4) Tuliskan indikatif usulan program atau kegiatan dalam RPJM Desa yang sesuai
untuk tahun atau periode rencana.
Kolom (5) Tuliskan indikatif usulan program atau kegiatan dari masyarakat.
Kolom (6) Tuliskan usulan program dan kegiatan masing-masing berdasarkan tingkat
kewenangan desa, kecamatan, provinsi atau kabupaten/kota serta tugas dan
fungsi OPD yang bersangkutan.
Kolom (7) Tuliskan perkiraan sumber pendanaan dari usulan program dan kegiatan
bersangkutan (APBN, APBD, APB Desa, Perusahaan).
Kolom (8) Tuliskan catatan penting tentang rekapitulasi usulan program dan kegiatan
yang akan dipertimbangkan dalam penetapan prioritas Rencana Kegiatan PPM
Tahunan.

Langkah 3: Menetapkan Rencana Pembiayaan PPM


15. Kaji kembali kelengkapan informasi setiap usulan program dan kegiatan PPM yang
telah dirumuskan pada langkah di atas terutama menyangkut jenis kegiatan,
indikator kinerja, lokasi, besaran dan volume kegiatan pada tahun rencana dengan
prakiraan maju pada tahun berikutnya;
16. Rekapitulasi kebutuhan program dan kegiatan PPM untuk prakiraan maju pada
tahun sesudah tahun rencana;
17. Hitung kebutuhan dana atau pagu indikatif untuk prakiraan maju untuk masing-
masing program dan kegiatan PPM dengan mempertimbangkan kemungkinan
angka inflasi;
18. Identifikasi sumber dana untuk melaksanakan program/kegiatan, baik pada tahun
rencana maupun untuk prakiraan maju;
19. Berikan catatan penting untuk jenis program/kegiatan yang direncanakan untuk
kelengkapan informasi bagi penentu kebijakan anggaran. Misalnya: (a) program
dan kegiatan lanjutan; (b) program penanggulangan kemiskinan; (c) program dan
kegiatan sesuai Rencana Induk PPM; dan (d) program dan kegiatan prioritas hasil
pemetaan dan analisis kebutuhan;
20. Lengkapi dengan rencana pembiayaan PPM dengan menggunakan format sebagai
berikut:

READ Indonesia | 123


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 9.3: Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya PPM

No Program Kegiatan Lokasi Waktu Rencana Realisasi Catatan


Utama Kegiatan Pelaksanaan Pembiayaan Pembiayaan
PPM Tahunan (Rp/$)
Triwulan Persen
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama PPM
Kolom (3) Uraian nama kegiatan PPM.
Kolom (4) Tuliskan lokasi kegiatan (nama dusun, desa, kecamatan, kabupaten/kota).
Kolom (5) Tuliskan waktu pelaksanaan kegiatan (bulan dan/atau tahun).
Kolom (6) Tuliskan perkiraan besaran rencana biaya kegiatan PPM.
Kolom (7) Tuliskan realisasi kegiatan PPM setiap triwulan 1-4 dalam setahun
Kolom (8) Tuliskan prosentase (%) realisasi pembiayaan pada setiap triwulan.
Kolom (9) Tuliskan catatan penting tentang rencana kerja dan anggaran biaya untuk
Kegiatan PPM Tahunan.

124 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

10
KRITERIA
KEBERHASILAN

A. Pengertian
Menentukan kriteria keberhasilan adalah cara untuk menentukan tujuan, sasaran,
indikator kinerja dan target capaian program dan kegiatan PPM berdasarkan standar
atau patokan nilai yang telah ditetapkan. Penentuan kriteria keberhasilan bukan
persoalan yang mudah bagi orang yang belum terbiasa dengan pennggunaan metode
pengujian (test) atau pengukuran (meansurment). Dalam penentuan kriteria keberhasilan
hal yang penting bagi perencana untuk mengenal terlebih dahulu gambaran menyeluruh
tentang kebijakan dan program utama PPM yang akan dijadikan acuan kerja bagi seluruh
pemangku kepentingan.
Menurut pandangan lama, sebuah program/proyek dikatakan berhasil jika
pembangunan diselesaikann tepat waktu, sesuai anggaran dan kualitas baik. Selain itu
juga memberikan kepuasan yang tinggi pada pelanggan. Untuk menentukan
keberhasilan proyek, menurut Chan dkk. (2002) pertama kali perlu dibuat review yang
komprehensif dari beberapa kriteria program yang berhasil. Setelah didapatkan kriteria
keberhasilan secara umum, selanjutnya dilakukan modifikasi kerangka kerja (framework)
untuk kriteria yang lebih spesifik dan terukur.
Kriteria adalah sekumpulan prinsip atau standar yang digunakan untuk penilaian
(Lim dan Mohamed, 1999). Keberhasilan program adalah goal atau tujuan dan kriteria
yang biasa digunakan untuk mencapai goal adalah budget, schedule dan quality. Masing-
masing proyek memiliki sekumpulan tujuan untuk dicapai dan menggunakan tujuan
tersebut sebagai standar untuk mengukur kinerja. Lebih dalam lagi, kriteria diperlukan
untuk membandingkan goal level dengan perfomance level, sedangkan keberhasilan

READ Indonesia | 125


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

proyek adalah untuk mencapai tujuan proyek dan kepuasan stakeholders. Pengelolaan
yang baik dari suatu proyek merupakan syarat tercapainya tujuan proyek. Tidak sedikit
permasalahan yang terdapat dalam suatu proyek menyebabkan terlambatnya jadwal
proyek, biaya proyek meningkat, kerugian proyek bahkan kualitas proyek yang menurun
dapat terjadi bila pengelolaan proyek kurang baik. Hal ini bisa mengakibatkan kegagalan
proyek atau terhambatnya keberhasilan proyek.
Memformulasikan Rencana Induk PPM merupakan pekerjaan yang tidak mudah,
rumit, membutuhkan keterampilan, memakan waktu, biaya dan tenaga. Oleh karena itu,
perencanaan model ini dirumuskan dalam jangka waktu yang cukup yang cukup
(menengah dan panjang) minimal 5 (lima) tahun hingga 20 tahunan. Proyeksi program
PPM yang hanya bersifat jangka pendek 1 atau 2 tahun disarankan menggunakan
metode yang sederhana saja dengan berpedoman pada hasil-hasil perencanaan jangka
pendek. Sedangan untuk perencanaan jangka panjang seperti Rencana Induk PPM
diperlukan formulasi program yang mempertimbangkan orientasi kebutuhan perubahan
dalam jangka panjang, kemampuan pembiayaan, tenaga dan tingkat kerumitan dalam
pengelolaannya. Dengan demikian, Rencana Induk PPM menjadi dokumen dan kebijakan
resmi perusahaan yang akan memandu penyelenggaraan operasi terkait tanggungjwab
sosialnya kepada masyarakat di sekitar tambang.

B. Karakteristik
Pada dasarnya ZOPP diadopsi dari berbagai teknik yang terlebih dahulu muncul. Jochen
Lochmeier (1995) mengemukakan ciri-ciri utama pendekatan metode ZOPP diantaranya;
1. Dikembangkan berdasarkan konsep Management by Objectives (MBO).
2. Memadukan pendekatan Logical Framework Analysis (LFA) dalam proses
analisisnya.
3. Terdiri dari unsur tambahan seperti analisis partisipatif, analisis masalah, analisis
tujuan, analisis alternatif dan menggabungkannya dengan teknik visualisasi atau
dokumentasi.
4. Mengklarifikasi perbedaan peran dan fungsi dari masing-masing stakeholders
berdasarkan kapasitas dan kompetensi aktual.
5. Memformulasikan suatu strategi berdasarkan hasil analisis yang mendalam dan
menghubungkan antara kebutuhan dengan kelompok sasaran potensial.
6. Memberikan panduan yang jelas dalam mengelola proses perubahan melalui fase-
fase proyek (project cycle).
7. Digunakan secara fleksibel, aktual dan disesuaikan dengan kebutuhan administratif
penggunanya.
8. Terbuka untuk metode tambahan yang mungkin diperlukan, seperti Cost Benefit
Analysis (CBA), Participatory Rural Appraisal (PRA) dan sebagainya.

126 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

C. Pendekatan
Salah satu metode cukup popular yang digunakan untuk mendesain suatu program
pembangunan atau pemberdahyaan masyarakat dikenal dengan istilah ZOOP
(Zielorientierte Projekt Plannung). Secara harfiah ZOPP diartikan sebagai metode
perencanaan yang berorientasi pada tujuan. Pada awalnya, metode ini dikembangkan
dari konsep Management by Objectives (MBO) dan pendekatan Kerangka Kerja Logis
(Logical Framework Approach/LFA). Metode ini pertama kali diterapkan di Jerman untuk
perencanaan proyek. Salah satu prinsip dasar ZOPP adalah tuntutan untuk
mengedepankan pertemuan kelompok melalui musyawarah dalam proses perencanaan
pembangunan. Menurut Frank Little (1995) dalam metode ZOPP terdapat satu
keterampilan sosial dan teknik pertemuan yang perlu dikuasai oleh orang-orang yang
terlibat terutama dalam memimpin diskusi perencanaan pembangunan (moderator).
Metode ini berkembang cukup luas dan digunakan oleh para perencana proyek
untuk kerjasama Pemerintah German Barat yang ditangani oleh GTZ. Oleh Pemerintah
German Barat, metode perencanaan ini disebut dengan ZOPP atau OOPP (Objective
Oriented Project Planning). Semua proyek Pemerintah German Barat yang ditangani GTZ
diharuskan menggunakan metode ZOPP sebagai pendekatan dalam melakukan
perencanaan. Metode ini dalam prakteknya mendukung partisipasi masyarakat dalam
merancang program pemberdayaan, karena secara kultural sangat sesuai dan cocok
dengan kondisi masyarakat perdesaan di Indonesia. Pada bagian ini akan dibahas
bagaimana merumuskan tujuan, sasaran dan strategi program melalui metode ZOPP dan
pendekatan kerangka kerja logis (logical framework).

D. Kerangka Kerja Logis (Logical Framework)


Kerangka kerja logis (logical framework/program framework) merupakan panduan
(kerangka pikir) untuk menentukan dan menggambarkan suatu ringkasan mengenai
rancangan atau desain program pembangunan dalam bentuk matrik dengan
memperhatikan sumber pembuktian, indikator dan sejumlah asumsi. Kerangka kerja
logis menunjukkan tingkatan tujuan dan hasil yang hendak dicapai. Pengkajian kerangka
kerja logis dalam perencanaan pembangunan wilayah/desa dilakukan dengan cara
menyesuaikan jenis-jenis kegiatan menjadi rangkaian kebijakan atau program yang
bersifat umum.
Dalam memahami kerangka kerja logis, perlu dipahami beberapa pengertian
sebagai berikut;
a. Tujuan/goal, merupakan capaian akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan atau
program pembangunan sebagai bentuk kesinambungan dari pencapaian maksud
program. Biasanya, tujuan/goal diletakkan dalam kerangka kebijakan yang lebih
luas berskala nasional yang dicapai melalui keterpaduan antara bidang atau sektor.
Tujuan dirumuskan dalam satu pernyataan.

READ Indonesia | 127


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

b. Sasaran/strategic objectives/Purpose/Outcome, merupakan perubahan yang


diharapkan akan dicapai melalui pelaksanaan program atau setiap aspek
pengembangan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan strategis dapat dicapai
apabila hasil antara/intermediate result telah tercapai. Sasaran merupakan target-
targat yang ingin dicapai dalam rangka pencapaian tujuan. Sasaran dapat
dinyatakan dalam beberapa rumusan.
c. Intermediate Result, merupakan capaian atau hasil-hasil perubahan perilaku yang
diharapkan dalam rangka pencapaian sasaran atau strategic objectives.
d. Hasil Kerja/Output menunjukkan apa yang harus dicapai dari pelaksanaan program
dalam rangka pencapaian maksud program. Biasanya output merupakan hasil-hasil
yang dicapai dari sejumlah atau serangkaian kegiatan yang dilaksanakan melalui
sejumlah program. Dengan kata lain output merupakan hasil langsung dari suatu
kegiatan.
e. Kegiatan/input/activities merupakan serangkaian kegiatan atau tindakan yang
perlu dilaksanakan untuk memperoleh atau mencapai hasil kerja/output. Pada
tingkat ini diuraikan aktivitas apa yang perlu dilakukan secara rinci dalam rangka
pencapaian hasil kerja terkait.
Kerangka kerja logis dimaksudkan untuk melakukan penilaian terhadap setiap
program pembangunan desa yang digambarkan secara logis berdasarkan kondisi yang
ada saat ini, kemudian dikaitkan dengan harapan atau dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan program di masa yang akan datang.
Kerangka kerja logis dapat memberikan suatu informasi mengenai program secara
umum terkait dengan tujuan dan dampak yang dimungkinkan sebagai hasil pelaksanaan
program. Bagi tim perencana dapat menjelaskan secara logis program dan
mempertimbangkan berbagai asumsi yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan.
Manfaat lain penggunaan kerangka kerja logis diantaranya;
1. Menjelaskan tujuan PPM yang dilaksanakan (Goal, srategic objectives).
2. Mengetahui hasil yang hendak dicapai dari pelaksanaan program PPM
(intermediate result dan output).
3. Menentukan bagaimana program PPM akan dilaksanakan untuk mencapai hasil
yang diharapkan (kegiatan dan program yang harus dilaksanakan).
4. Memahami faktor-faktor apa saja yang berada di luar pengendalian yang
berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan program PPM yang perlu
dikendalikan demi tercapainya tujuan (asumsi penting).
5. Menjamin keberhasilan program dapat dinilai secara objektif (indikator-indikator).
6. Mengetahui bagaimana sumber data diperoleh untuk kepentingan penilaian dan
pengukuran keberhasilan program PPM yang dilaksanakan (sumber pembuktian).
7. Mengetahui berapa sarana dan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil kerja
program PPM.

128 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Dalam merumuskan kerangka kerja logis tidak semudah mengisi matrik, karena
dibutuhkan kemampuan analisis yang tajam dan komprehensif tentang masalah,
kebutuhan program dan kebijakan yang telah dirumuskan. Berikut ini diuraikan langkah-
langkah penyusunan kerangka kerja logis:
1. Kaji kembali permasalahan dan tujuan yang diharapkan dicapai dalam program
pembangunan yang telah dirumuskan dalam analisis masalah dan tujuan;
2. Rumuskan kembali tujuan dan sasaran program PPM secara rasional, realistis dan
logis untuk dicapai;
3. Tentukan apa saja yang harus dihasilkan dari tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan agar dapat dicapai;
4. Setiap hasil ditentukan oleh sejumlah kegiatan yang harus dilakukan;
5. Susunlah asumsi penting antara kegiatan, output, intermediate results, tujuan
strategis/sasaran dan goal;
6. Tentukan indikator yang dapat dibuktikan secara objektif setiap tingkat tujuan
hingga kegiatan untuk melihat tingkat keberhasilannya;
7. Tentukan sumber data yang dibutuhkan untuk setiap indikator yang akan diukur
secara objektif;
8. Prakiraan sarana dan biaya program yang mungkin dibutuhkan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan kerangka kerja program;


1. Penyusunan kerangka kerja program PPM merupakan suatu proses bertahap yang
biasanya dilakukan secara berulang-ulang (interactive process). Dalam
penyusunannya perlu didasarkan pada asas kelengkapan, logis dan realistis untuk
dilaksanakan dan dicapai;
2. Semua unsur dalam kolom saling berkaitan atau berhubungan (interelated);
3. Perubahan materi dari suatu deskripsi kerangka program mungkin mengharuskan
perubahan pada kotak atau tingkat yang lainnya (goal, strategic objectives,
intermediate result, output, activities) untuk menjamin sistematika, konsistensi dan
keterpaduan matrik;

READ Indonesia | 129


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 10.1: Matrik Kerangka Kerja Program (Program Framework)

METODE
INDIKATOR ASUMSI
DESKRIPSI (1) PENGUKURAN DAN
PENCAPAIAN (2) PENTING (4)
SUMBER DATA (3)

GOAL
(Tujuan pembangunan)

STRATEGIC OBJECTIVES
(Memberikan kontribusi Evaluasi dan
terhadap pencapaian Pembelajaran
tujuan program)

INTERMEDIATE RESULT
(Perubahan perilaku yang
telah diantisipasi dari
pencapaian hasil output
program)

OUTPUT/HASIL KERJA
(Hasil kerja yang Monitoring dan
diperlukan untuk mencapai
Pembelajaran
sasaran program)

ACTIVITIES/KEGIATAN
(Kegiatan dan program
pembangunan yang
diperlukan untuk mencapai
hasil/output)

Langkah-langkah pengisian dapat dilakukan dengan logika deduktif-induktif, yaitu


berfikir berdasarkan asumsi umum kemudian dilakukan spesifikasi (dari tujuan/goal
hingga kegiatan) atau dengan pola berfikir induktif–deduktif, yaitu dari hal-hal yang
bersifat khusus menuju arah yang lebih umum (dari kegiatan ke tujuan/goal).

Tahap 1 – Pengisian lajur 1 – Peryataan tujuan - deskrispsi


1. Kegiatan merupakan fungsi dari tindakan yang harus dilakukan dan dikelola untuk
mencapai output;
2. Output merupakan hasil-hasil kerja dari proyek atau program dalam bentuk
barang/material, jasa, pengetahuan, keterampilan dan lain-lain. Output muncul

130 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

secara langsung sebagai hasil dari pelaksanaan proyek. Manajemen proyek


bertanggung jawab dan harus mampu menjamin output tetap relevan dan sesuai;
3. Intermediate Results (IR) merupakan gambaran perubahan perilaku yang telah
diantisipasi sebagai hasil dari output kepada sasaran proyek atau pemanfaat. IR
menunjukkan bagaimana sasaran proyek menggunakan atau memanfaatkan
barang, jasa, pengetahuan dan/atau keterampilan yang diberikan proyek.
Perubahan perilaku ini bisa terjadi pada orang, sistem atau organisasi. IR biasanya
di luar kontrol manajemen proyek, tetapi tetap di bawah tanggung jawabnya;
4. Strategic objectives (SO) merupakan gambaran hasil atau dampak yang diharapkan
dari perubahan perilaku yang terjadi di tingkat IR. Hasil ditingkat SO secara realistis
dapat dicapai pada akhir proyek. Oleh karena itu, SO menjamin fokus proyek dan
menjadi alasan mengapa proyek tersebut perlu dilaksanakan. SO berada di luar
kontrol manajeman proyek dan mensyaratkan terjadinya perubahan perilaku di
tingkat IR;
5. Goal (tujuan) merupakan harapan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh masyarakat.
Goal menggambarkan tujuan pembangunan yang lebih luas dan untuk waktu yang
lebih lama dari proyek tersebut. Proyek bersangkutan hanya salah satu dari sekian
banyak faktor yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan.

Tahap 2 – Pengisian lajur 4: Asumsi Penting


Asumsi penting merupakan syarat-syarat (keadaan) yang penting dan dapat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu program. Syarat atau keadaan
tersebut merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol atau berada di luar pengendalian
pelaksana program, maksudnya sebagai isu-isu penting yang terkait langsung sebagai
akibat dari program atau kebijakan yang dilaksanakan dan berpengaruh terhadap
pencapaian hasil program.
Penelitian dan penetapan asumsi dimaksudkan untuk;
1. Menilai tingkat resiko pencapaian tujuan dari pelaksanaan kegiatan pembangunan
sejak awal perencanaan program PPM, Bila tingkat resiko kegagalan terlalu tinggi
program mungkin dapat diubah atau target/sasaran disesuaikan kembali sehingga
lebih realistis dan proporsonal dengan kemampuan atau input yang ada;
2. Mengurangi atau meminimalisasi resiko yang masih ada selama pelaksanaan
program. Hal ini dimungkinkan karena faktor resiko telah diperhitungkan secara
matang dan logis.
Menyusun asumsi penting dapat dilakukan dengan cara berikut;
1. Telaah keadaan yang bukan merupakan bagian tujuan dan kegiatan pembangunan
tetapi memiliki keterkaitan dan dapat mempengaruhinya. Manfaatkan informasi
yang tercantum dalam analisis sebelumnya;
2. Nilailah keadaan tersebut apakah penting untuk mencapai keberhasilan program;

READ Indonesia | 131


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

3. Tentukan asumsi–asumsi dan cantumkan dalam kolom 4;


4. Rumuskan asumsi dalam bentuk pernyataan positif (seperti tujuan);
5. Gunakan semua sumber informasi yang menerangkan keadaan lingkungan
program juga bermanfaat untuk mengetahui resiko yang akan dihadapi dari setiap
tingkatan;
6. Asumsi membantu dalam mengetahui resiko dan kesiapan untuk mengatasinya,
bukan untuk dijadikan alasan tidak tercapainya tujuan atau menghilangkan
tanggung jawab atas keberhasilan program PPM;
7. Agar mempermudah penyusunan asumsi penting, gunakan alur pernyataan
sebagai berikut;

Gambar 10.1: Alur Penyusunan Asumsi

Selanjutnya skema logika hubungan antara tujuan dan asumsi dalam kerangka kerja
program PPM digambarkan sebagai berikut;

132 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Gambar 10.2: Skema Logika Hubungan Tujuan Dengan Asumsi Penting

Tahap 3 – Pengisian lajur 2 : Indikator Pencapaian


Indikator pencapaian merupakan gambaran tujuan program (goal, strategic objectives,
intermediate result, output, activities). Menetapkan target yang dapat diukur untuk
mengetahui tercapainya tujuan. Menjadi dasar monitoring dan evaluasi. Cara yang dapat
ditempuh dalam menyusun indikator kinerja PPM, antara lain:
1. Rumuskan indikator untuk tujuan program PPM (goal, strategic objectives,
intermediate result, output, activities) yang digambarkan melalui pertanyaan
berikut;
a. Untuk siapa? (kelompok sasaran)
b. Berapa banyak? (jumlah)
c. Sebaik apa? (mutu)
d. Kapan? (waktu)
e. Dimana ? (tempat)
2. Sebuah indikator haruslah menggambarkan inti dari tujuan atau asumsi yang ingin
diukur secara tepat;
3. Indikator hanya mengukur satu tujuan atau asumsi saja;
4. Mudah diterapkan berdasarkan data yang tersedia;

READ Indonesia | 133


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

5. Apabila banyak indikator yang perlu diukur, tetapkanlah satu indikator saja;
6. Jika sumber data untuk mengukur sebuah indikator tidak ada, carilah indikator lain
atau rencanakan kegiatan program untuk memperoleh data yang diperlukan,
misalnya melalui survey mengenai keadaan awal (pemetaan sosial dan penyusunan
profil wilayah tambang;
7. Gunakan indikator penduga (proxy indicator) untuk memperlihatkan suatu
perubahan jangka panjang secara cepat.

Tahap 4 – Pengisian lajur 3 : Metode pengukuran dan sumber data


Metode pengukuran dan sumber data merupakan sumber pembuktian yang diperlukan
untuk mengukur tingkat pencapaian target yang tercantum dalam indikator. Sumber
data berupa, statistik, laporan kemajuan program, naskah atau notulen rapat, hasil survey
dan penelitian serta hasil studi lapangan.
Pengisian metode pengukuran dan sumber data dilakukan dengan cara sebagai
berikut
1. Tetapkanlah satu indikator atau lebih (kualitatif/kuantitatif) untuk setiap aspek
tujuan yang tercantum dalam kerangka kerja program PPM;
2. Carilah sumber data sebagai sumber pembuktian yang dapat dipercaya, tepat
waktu, sesuai keperluan, mudah dan murah;
3. Jika sulit ditemukan sumber pembuktian yang sesuai lakukan perubahan indikator.

Tabel 10.2: Contoh Kerangka Kerja Program (Program Framework)

METODE
INDIKATOR ASUMSI
DESKRIPSI PENGUKURAN DAN
PENCAPAIAN PENTING
SUMBER DATA
(1) (2) (3) (4)
GOAL Hingga tahun 2025, Data statistik
Kesejahteraan masyarakat jumlah keluarga Kabupaten Sumba
desa Kombapari miskin menurun Timur/NTT
meningkat. sebesar 5% dari total
populasi.
STRATEGIC OBJECTIVES
Pendapatan petani di desa Hingga tahun 2025, Data dinas pertanian Harga
Kombapari meningkat pendapatan petani Kab. Sumba Timur kebutuhan
desa Kombapari Hasil Survey pokok stabil dan
meningkat dari Rp. lapangan mudah diperoleh
75.000 menjadi Rp.
125.000.
INTERMEDIATE RESULT
Hasil survey

134 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

METODE
INDIKATOR ASUMSI
DESKRIPSI PENGUKURAN DAN
PENCAPAIAN PENTING
SUMBER DATA
(1) (2) (3) (4)
Petani di desa Kombapari Hingga tahun 2025, Data statistik Tersedia bibit
menerapkan keterampilan minimal 25% petani penggunaan lahan yang murah dan
tentang teknik budidaya di desa Kombapari kabupaten Sumba permintaan
jambu mete telah menanam Timur pasar
jambu mete
OUTPUT/HASIL KERJA
Petani desa Kombapari Kelompok tani desa Laporan petugas Bahan dan
memiliki pengetahuan Kombapari memiliki penyuluhan sumber bacaan
tentang teknik budidaya demplot jambu tersedia
jambu mete yang mete.
disarankan
ACTIVITIES/KEGIATAN
Penyuluhan pertanian Setiap 6 bulan Laporan kegiatan Dinas pertanian
tentang budi daya jambu petugas dinas memberikan
mete bagi petani di desa pertanian dukungan
Kombapari memberikan kepada petani
penyuluhan kepada melalui
petani. penyuluhan

READ Indonesia | 135


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Gambar 10.3: Contoh Bagan Penerapan Kerangka Kerja Program (Program


Framework) Bidang Kesehatan

E. Tata Cara Penentuan Kriteria Keberhasilan


Perumusan program strategis PPM dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan pelayanan program utama PPM di tingkat komunitas, desa atau lingkup
wilayah dampingingan berdasarkan hasil review terhadap pelaksanaan program tahun

136 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

sebelumnya, kemudian memformulasikan dalam isu-isu pokok yang akan menjadi


landasan dalam merumuskan tujuan, sasaran, program dan kegiatan tahun berikutnya.
Isu-isu pokok kesehatan den ekonomi yang dirumuskan menjadi dasar perumusan
program atau tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat dan pemangku
kepentingan terkait dalam menjawab berbagai permasalahan kesehatan dan ekonomi
yang menjadi dasar bagi masyarakat, pemerintah desa dan perusahaan untuk melakukan
tindakan dalam bentuk program PPM tahunan yang selaras dengan hasil kajian dan arah
kebijakan pembangunan daerah.
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penentuan kriteria atau tolak ukur
keberhasilan: (a) Sejauhmana Realisasi target kinerja program utama dengan target
kinerja yang telah ditetapkan: (b) Dampaknya terhadap pencapaian visi dan misi
perusahaan, terhadap capaian program nasional dan internasional, seperti SPM dan
SDGs (Sustainable Developmnet Goals); (c) Permasalahan dan hambatan yang dihadapi
dalam pelaksanaan PPM; (d) Tantangan dan peluang dalam meningkatkan reputasi
perusahaan melalui PPM; (e) Formulasi isu-isu penting berupa rekomendasi dan catatan
penting untuk di tindaklanjuti dalam perumusan program dan kegiatan PPM untuk tahun
yang di rencanakan.

Langkah 1: Penetapan Target Kinerja Program Utama PPM


1. Mengkaji kembali data pendukung hasil evaluasi penyelenggaraan program PPM
di wilayah terdampak operasi perusahaan baik di tingkat komunitas, desa,
kecamatan bahkan kabupaten/kota pada tahun sebelumnya dan hasil
pemutakhiran informasi/data yang terkumpul;
2. Berdasarkan program utama PPM yang telah dirumuskan lakukan Identifikasi
indikator kinerja masing-masing program (outcome) dan kegiatan (output)
dikaitkan dengan target kinerja selama lima tahun;
3. Berikut contoh pengisian indikator kinerja dalam program PPM Kesehatan:

Tabel 10.3: Pengisian Indikator Kinerja Program Utama dan Kegiatan PPM

Tujuan Sasaran Program Indikator Kegiatan Indikator


Program Kegiatan
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
Mendukung Meningkatnya Program Jumlah Tersedianya Jumlah
program Status peningkatan kematian fasilitas PONEK fasilas
Indonesia Kesehatan Ibu keselamatan ibu kesehatan
sehat dengan dan Anak ibu melahir- melahirkan PONEK
meningkatkan kan dan
derajat anak

READ Indonesia | 137


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tujuan Sasaran Program Indikator Kegiatan Indikator


Program Kegiatan
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
kesehatan Tersedianya Tim Jumlah tim
dan gizi PONEK 24 jam PONEK 24
masyarakat jam
pada seluruh Program Jumlah Imunisasi bagi Jumlah
siklus peningkatan kematian anak balita cakupan
kehidupan pelayanan bayi baru imunisasi
baik pada kesehatan lahir dasar
tingkat anak balita lengkap
individu, Meningkatnya Program Jumlah Penanggulangan Jumlah gizi
keluarga, Status Gizi Perbaikan status gizi kurang energi buruk
maupun Masyarakat Gizi masyarakat protein (KEP),
masyarakat Masyarakat anemia gizi besi,
gangguan akibat
kurang yodium
(GAKY), kurang
vitamin A dan
kekurangan zat
gizi mikro
lainnya

Langkah 2: Realisasi Target Kinerja Program Utama PPM


4. Selanjutnya lakukan analisis terhadap implikasi target pencapaian kinerja PPM di
masing-masing program dan kegiatan terhadap target capaian program yang telah
ditetapkan dalam Rencana Induk PPM;
5. Hasil kajian tersebut dirumuskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10.4: Realisasi Capaian Target Kinerja PPM

No Program dan Kegiatan Indikator Target Target dan Realisasi Kinerja Catatan
PPM Kinerja Capaian Program dan Keluaran
Program Kinerja Kegiatan Tahun…
(outcome)/ PPM Tingkat
Kegiatan Tahun Target Realisasi Realisasi
(output) ........ (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan

2. Kesehatan

138 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

No Program dan Kegiatan Indikator Target Target dan Realisasi Kinerja Catatan
PPM Kinerja Capaian Program dan Keluaran
Program Kinerja Kegiatan Tahun…
(outcome)/ PPM Tingkat
Kegiatan Tahun Target Realisasi Realisasi
(output) ........ (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

5. Sosial Budaya

6. Lingkungan

7 Infrastruktur

Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM
Kolom (3) Uraikan Indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output) diisi dengan
uraian indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output). Khusus untuk
urusan wajib yang berbasis pada pelayanan dasar diwajibkan menggunakan
indikator SPM atau SDGs.
Kolom (4) Jumlah/besaran taget kinerja seluruh kegiatan pada program utama yang
direncanakan sesuai Rencana Induk PPM.
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran bidang kesehatan
yang akan dicapai pada akhir periode untuk setiap program.
Kolom (6) Tuliskan jumlah/besaran target program kesehatan dan ekonomi yang harus
dicapai pada akhir periode untuk setiap program dan keluaran.
Kolom (7) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai pada
akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentas sebagai berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil analisis
terhadap capaian kinerja tingkat desa. Kolom ini dapat digunakan untuk
menganalisis kemampuan pengelolaan program dan kegiatan, sehingga menjadi
pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan atau
mengurangi target kinerja capaian untuk program tahun berikutnya.

Langkah 2: Dampak terhadap Pencapaian SDGs


6. Mengkaji kembali data pendukung hasil evaluasi program PPM tahun sebelumnya
dan hasil pemutakhiran informasi/data yang terkumpul;

READ Indonesia | 139


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

7. Identifikasikan capaian kinerja pelayanan kesehatan dan ekonomi di tingkat desa


dikaitkan dengan target kinerja pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs).
8. Lakukan penelaahan dampak target pencapaian kinerja kesehatan dan ekonomi di
tingkat desa terhadap target capaian SDGs terkait berupa arah kebijakan, tindakan
perencanaan dan penganggaran serta koordinasi kelembagaan yang perlu
dilakukan sesuai temuan di lapangan;
9. Hasil kajian tersebut dirumuskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10.5: Realisasi Capaian Target Kinerja PPM dan Target Capaian SDGs

No Program dan Kegiatan Indikator Target Target dan Realisasi Kinerja Catatan
PPM Kinerja Capaian Program dan Keluaran
PPM SDGs Kegiatan Tahun…
Kegiatan Tahun Target Realisasi Tingkat
........ Realisasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

5. Sosial Budaya

6. Lingkungan

7 Infrastruktur

Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM
Kolom (3) Uraikan Indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output) diisi dengan
uraian indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output). Khusus untuk
urusan wajib yang berbasis pada pelayanan dasar diwajibkan menggunakan
indikator SPM.

140 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kolom (4) Jumlah/besaran taget kinerja seluruh kegiatan pada program yang direncanakan
sesuai dengan target capaian dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran yang akan dicapai
pada akhir periode untuk setiap program sesuai dengan target capaian dalam
SDGs.
Kolom (6) Tuliskan jumlah/besaran realisasi program yang teah dicapai pada akhir periode
untuk setiap keluaran dan program sesuai dengan target capaian dalam SDGs.
Kolom (7) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai pada
akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentase sebagai berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil
analisis terhadap capaian pelaksanaan PPM dengan target capaian dalam SDGs.

Langkah 3: Permasalahan dan Hambatan Pencapaian Kriteria Keberhasilan


10. Mengkaji kembali data pendukung berdasarkan hasil kajian terhadap realisasi
pencapaian target kesehatan dan ekonomi terhadap tujuan pembangunan daerah,
nasional dan global (SDGs);
11. Identifikasikan potensi yang menjadi faktor pendorong pencapaian target program
PPM di wilyah terdampak operasi perusahaan;
12. Identifikasikan permasalahan atau hambatan terkait dengan capaian pelaksanaan
PPM di wilayah terdampak operasi dikaitkan dengan target pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
13. Hasil kajian tersebut dirumuskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10.6: Permasalahan dan Hambatan PPM

No Bidang dan Kegiatan Target dan Realisasi Kinerja Potensi Masalah Cat.
PPM Program dan Keluaran
Kegiatan Tahun…
Target Realisasi Tingkat
Realisasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

READ Indonesia | 141


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

No Bidang dan Kegiatan Target dan Realisasi Kinerja Potensi Masalah Cat.
PPM Program dan Keluaran
Kegiatan Tahun…
Target Realisasi Tingkat
Realisasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
5. Sosial Budaya

6. Lingkungan

7 Infrastruktur

Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran yang akan
dicapai pada akhir periode untuk setiap program sesuai dengan target
capaian dalam SDGs.
Kolom (4) Tuliskan jumlah/besaran realisasi program yang telah dicapai pada akhir
periode untuk setiap keluaran atau PPM sesuai dengan target capaian dalam
SDGs.
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai pada
akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentase sebagai berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (6) Tuliskan kapasitas atau potensi yang dimiliki di tingkat desa terkait realisasi
dan capaian target PPM.
Kolom (7) Tuliskan masalah dan hambatan yang dihadapi terkait capaian target PPM.
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil
kajian terhadap potensi dan permasalahan yang dihadapi.

Langkah 4: Peluang dan Tantangan PPM


14. Mengkaji kembali data pendukung berdasarkan hasil kajian terhadap realisasi
pencapaian target kesehatan dan ekonomi terhadap tujuan pembangunan daerah,
nasional dan global (SDGs);
15. Identifikasikan peluang yang menjadi faktor eksternal yang berpengaruh secara
positif terhadap pencapaian target pelayanan kesehatan dan ekonomi;
16. Identifikasikan tantangan yang menjadi faktor eksternal yang berpengaruh secara
negatif terhadap pencapaian target PPM;
17. Hasil kajian tersebut dirumuskan dalam tabel sebagai berikut:

142 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 10.7: Peluang dan Tantangan Layanan Kesehatan dan Ekonomi

No Bidang dan Target dan Realisasi Kinerja Peluang Tantangan Catatan


Kegiatan PPM Program dan Keluaran
Kegiatan Tahun…
Target Realisasi Tingkat
Realisasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Peningkatan
Pendapatan Dan
Lapangan Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

5. Sosial Budaya

6. Lingkungan

7 Infrastruktur

Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran yang akan
dicapai pada akhir periode untuk setiap program sesuai dengan target
capaian dalam SDGs.
Kolom (4) Tuliskan jumlah/besaran realisasi program yang telah dicapai pada akhir
periode untuk setiap keluaran atau program kesehatan dan ekonomi sesuai
dengan target capaian dalam SDGs.
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai
pada akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentase sebagai
berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (6) Tuliskan peluang yang dimiliki masyarakat di tingkat desa terkait realisasi
dan capaian target pelayanan kesehatan dan ekonomi.

READ Indonesia | 143


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kolom (7) Tuliskan tantangan yang dihadapi masyarakat desa terkait capaian target
bidang kesehatan dan ekonomi.
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil
kajian terhadap peluang dan tantangan kesehatan dan ekonomi.

Langkah 5: Pemantauan Pencapaian Tolak Ukur Kinerja Program Utama PPM


18. Lakukan review terhadap program utama dan rincian kegiata PPM yang telah
dirumuskan sebelumnya;
19. Identifikasikan secara rinci program utama dan kegiatan prioritas PPM dalam
periode 5 (lima) tahun beserta tolak ukur kinerjanya;
20. Lakukan penilaian terhadap tingkat capaian dalam setiap periode perencanaan
dibandingkan dengan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan;
21. Berikan catatan, jika ditemukan permasalahan penyebab tidak tercapainya target
kinerja yang telah ditetapkan;
22. Hasil kajian dirumuskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10.8: Tolak Ukur Kinerja Program Utama PPM

Periode
Tolak Ukur Capaian
No. Program Utama PPM Pelaksanaan Sasaran Ket.
Kinerja RI PPM
1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Peningkatan
Pendapatan Dan
Lapangan Pekerjaan

4. Kemandirian Ekonomi

5. Sosial Budaya

6. Lingkungan

7 Infrastruktur

144 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Keterangan
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Tuliskan program utama dan Kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan periode pelaksanaannya selama tahun 1 s/d tahun 5.
Kolom (4) Tuliskan sasaran pemanfaat program untuk setiap program utama dan
kegiatan.
Kolom (5) Tuliskan tolok ukur atau capaian kinerja sebagaimana yang tercantum dalam
dokumen Rencana Induk untuk setiap program utama dan kegiatan.
Kolom (6) Deskripsikan hasil capain kinerja program PPM berdasarkan tolak ukur yang
telah di tetapkan dalam Rencana Induk PPM.
Kolom (7) Tuliskan keterangan lain sebagai penjelasan tambahan yang dianggap perlu.

READ Indonesia | 145


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

146 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAFTAR
PUSTAKA

Ali, P. Bahjuri, dkk (2016). Modul Sinkronisasi RPJMD dengan RPJMN Sub-Bidang
Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Jakarta: Bappenas.
Barney, J. B. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of
Management, Vol. 17, No. 1, pp. 99-120.
Barney, J. B. (2007). Gaining and Sustaining Competitive Advantage (Three Edition). New
Jersey: Pearson Education.
Campbell, A. dan Sally, Y. (1991). Creating A Sense of Mission. Long Range Planning, Vol.
24, No. 4, pp. 10-20.
Collins, J. C. dan Porras, J. I. (1996). Building Your Company’s Vision. Harvard Business
Review, September-October 1996, pp. 65-77.
David, F. R. (2006). Strategic Management: Manajemen Strategis Konsep (Edisi 10).
Diterjemahkan oleh: Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Salemba Empat.
David, F. R. dan David, F. R. (2014). Strategic Management: Concepts and Cases (Fifteenth
Edition). Edinburg: Pearson Education Limited.
Energy Equity EP-IC (Sengkang) Pty. Ltd. (2010). Masterplan Rencana Strategis Program
CSR 2011-2015. Jakarta: Institut Pengembangan Masyarakat (Community
Develapment Institute)
Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat Local Governance Support Program
(2009). Konsultasi Publik: Panduan untuk Pemerintah Daerah dan DPRD, Jakarta;
USAID.

READ Indonesia | 147


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Grant, R. M. (1991). The Resource-Based Theory of Competitive Advantage: Implications


for Strategy Formulation. California Management Review, 33, 3, pp. 114-135.
Hikmat, Harry (2001). Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama.
Hoelman, Mickael B. dkk (2016). Sustainable Development Goals-SDGs: Panduan Untuk
Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah,
Jakarta: Infid.
Indonesia Sanitation Sector development Program (2010). Buku Panduan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR): Sebuah Potensi
Alternatif Sumber Pendanaan Sanitasi. Jakarta: Bappenas.
Johnston, J. dan Marshall, N. (1995). Strategic Management in Australian Universities.
Public Productivity Through Quality and Strategic Management. A Halachmi and
Bouckaert (Eds.), pp. 197-211.
Kementerian Lingkungan Hidup (2006). Standard Operating Procedure Pelaksanaan
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup.
Netting, F. Ellen, Peter M. Kettner dan Steven L. McMurtry (1993), Social Work Macro
Practice, New York: Longman.
PT. Vale Indonesia Tbk., (2013). Rencana Pengelolaan Sosial Program Terpadu
Pengembangan Masyarakat Periode 2013-2017. Sorowako: PT Vale Indonesia.
PT. Vale Indonesia Tbk., (2018). Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat Periode 2018-2025. Sorowako: PT Vale Indonesia.
Suharto, Edi (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum
Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).
Sumpeno, Wahjudin (2011). Perencanaan Desa Terpadu; Panduan Perencanaan Berbasis
Masyarakat (Edisi Revisi). Sukabumi: Read Indonesia.
Sumpeno, Wahjudin (2011) Harmonisasi dan Integrasi Perencanaan Pembangunan
Daerah, Banda Aceh: The World Bank.
Sumpeno, Wahjudin (2012) Panduan Penyusunan Renstra SKPD. Kerjasama CPDA-BKPP,
Banda Aceh: The World Bank.
Sumpeno, Wahjudin (2013) Modul Pelatihan Program Mitra Desa Mandiri PT. Vale
Indonesia, Sorowako: Tim Koordinasi Kabupaten PTPM.
Sumpeno, Wahjudin (2013) Panduan Teknis Operasional Program Mitra Desa Mandiri PT.
Vale indonesia, Sorowako: Tim Koordinasi Kabupaten PTPM.
Sumpeno, Wahjudin (2017) Panduan Pelatihan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat-
Pendampingan Desa. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
Tim PPSML-Universitas Indonesia (2012). Petunjuk Pelaksanaan CSR Bidang Lingkungan
Hidup. Jakarta Kementerian Lingkungan Hidup.

148 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Twelvetrees, A. (1991). Community Work, London: McMillan.


Wirawan (2011). Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, Jakarta: Rajawali
Press.
World Bank (2002), Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods and Approaches,
Washington D.C.: The World Bank.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN).
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756);
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 49);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua
atasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
Peraturan Pemerintah No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 77 Tahun 2014 tentang perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
263, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597);
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

READ Indonesia | 149


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5141);
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 132);
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6/2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 41 Tahun 2016 tentang
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Kegiatan Usaha
Pertambang-an Mineral dan Batubara, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1879);
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang
Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 595);
SEB Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri
Dalam Negeri 0008/M.PPN/01/2007/050/264A/SJ tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Nomor 1824 K/30/ MEM/2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah/RPJMD). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.

150 | READ Indonesia


PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

READ Indonesia | 151

Anda mungkin juga menyukai