ii | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Panduan Perencanaan
Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat
iv | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Panduan Perencanaan
Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat
READ Indonesia | v
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PANDUAN PERENCANAAN
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Langkah-Langkah dalam Menyusun Cetak Biru (Blue Print) dan Rencana Induk
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat untuk
Perusahaan Mineral dan Batubara
Diterbitkan oleh:
READ Indonesia
Jl. Kenari No. 47, Sukabumi 43114
Email: wahjudin.sumpeno@gmail.com
Telp: 081382233066
vi | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DAFTAR
ISTILAH
KATA
PENGANTAR
P
engembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) merupakan paya dalam
rangka mendorong peningkatan perekonomian, pendidikan, sosial budaya,
kesehatan, dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang, baik secara
individual maupun kolektif agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar tambang menjadi
lebih baik dan mandiri. Kebijakan tersebut dirasakan dapat menjadi solusi konkrit untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah terdampak operasi
perusahaan. Hal ini penting dilakukan perusahaan untuk mendorong penguatan
kelembagaan dan kemandirian masyarakat. Kegiatan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk memperkuat meningkatkan kontribusinya
dalam perekonomian, baik dalam penganggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan
kerja, maupun dalam peningkatan nilai tambah perekonomian yang menyokong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Buku Panduan perencanaan PPM dimaksudkan untuk memandu perusahaan dan
pemangku kepentingan terkait dalam memfasilitasi proses penyusunan dokumen
rencana induk dan rencana kerja tahunan yang mengacu pada Keputusan Menteri ESDM
Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk menyusun sebuah
panduan teknis operasional yang dapat membantu perusahaan dan pemangku
kepentingan lain dalam menyusun rencana pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat yang selaras dengan kebijakan pemerintah dan sesuai kebutuhan serta
kondisi lokal dimana perusahaan beroperasi.
Dalam penyusunan buku panduan ini, penulis telah bekerjasama dengan dunia
usaha dan lembaga swadaya untuk melakukan uji coba penerapan model perencanaan
sesuai core business dan komitmen masing-masing untuk mengembangkan program
sosial dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai tambahan dari panduan ini, ada beberapa
READ Indonesia | ix
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
contoh penerapan PPM bidang pendidikan dan kesehatan yang telah dilakukan
perusahaan, yang mungkin dapat dijadikan acuan untuk dipelajari lebih lanjut dalam
mengembangkan sebuah perencanaan PPM bidang pertambangan di perusahaan
masing-masing.
Kepada perusahaan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam
menerapkan gagasan perecanaan dan rekan-rekan yang telah membantu hingga buku
ini diterbitkan, disampaikan terima kasih, semoga upaya ini menjadi salah satu kontribusi
kita untuk mendorong kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan swasta serta
sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Wahjudin Sumpeno
x | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DAFTAR
ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran 1
B. Maksud dan Tujuan 3
C. Manfaat Panduan 3
D. Dasar Hukum 3
E. Sistematika Penulisan 5
F. Beberapa Istilah 7
READ Indonesia | xi
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Dasar Pemikiran
Program PPM merupakan salah satu upaya serius dari pemerintah untuk menjabarkan
secara lebih luar konsep corporate social responsibility (CSR) di dunia tambang, dengan
tujuan untuk lebih mendorong perekonomian, pendidikan, sosial budaya, kesehatan, dan
lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang, baik secara individual maupun
secara kolektif, agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar tambang menjadi lebih baik
dan mandiri.
PPM merupakan bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap
lingkungan disekitarnya. Kegiatan ini dilakukan di berbagai bidang, mulai dari
pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan bahkan sosial budaya. Konsep PPM sebagai
salh satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan sudah mulai dikenal semenjak tahun
1970an, namun mulai berkembang pesat di Indonesia sejak tahun 2000. Di Indonesia
kegiatan ini dilaksanakan dalam berbagai pendekatan antara lain seperti pemberian amal
perusahaan (corporate giving/charity), kedermawanan perusahaan (corporate
philanthropy), relasi kemasyarakatan perusahaan (corporate community/publicrelation),
dan pengembangan masyarakat (community development).
Kegiatan community development atau dikenal juga dengan ComDev merupakan
bentuk pelaksanaan tanggungjawab sosia perusahaan yang paling banyak dilakukan
oleh perusahaan di Indonesia saat ini bahkan ComDev sudah diidentikkan dengan CSR.
Sebenarnya CSR bukanlah semata-mata commununity development (Ambadar,2008).
Kegiatan community development (ComDev) ini dalam beberapa aspek sebenarnya
masih diwarnai oleh konsep filantropi yang lebih bersifat doing good to look good dan
READ Indonesia | 1
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
bersifat ad hoc. Dalam perkembangannya cara ad hoc sudah mulai ditinggalkan oleh
sebagian besar perusahaan. Sebagian mulai menyadari bahwa ujung tombak inovasi dan
mendapatkan manfaat dari kegiatan sosial perusahaan dengan berpartisipasi dalam
menanggulangi permasalahan sosial dan lingkungan sebagai kegiatan yang
diintegrasikan sejak awal kedalam bisnis perusahaan
Beberapa perusahaan sudah mulai merintis kegiatan sosial dan lingkungan sebagai
bagian dari kinerja perusahaan dengan mengungkapkannya dalam berbagai cara, baik
melalui pelaporan khusus dan terpisah, maupun menjadi bagian dari laporan tahunan.
Memperhatikan hal tersebut, maka penyampaian kinerja perusahaan terkait
tangungjawab sosialnya secara sederhana, informatif dan mudah dimengerti kepada
publik sangat dibutuhkan.
Hal terpenting lainnya, agar masyarakat disekitar operasi perasi perusahaan dapat
merasakan hasil dan dampaknya dalam jangka pendek maupun jangka panjang, maka
perusahaan perlu memiliki kerangka acuan kerja dalam bentuk rencana strategis
pengelolaan sosial melalui penguatan peran pemerintah, swasta dan masyarakat secara
terpadu dengan menjaga prinsip sustainability (keberlanjutan).
Merespon permasalahan tersebut, Kementerian ESDM mengeluarkan kebijakan
bagi perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan mineral dan batubara untuk
melakukan peran sosial perusahaan berupa kegiatan pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat. Kebijakan tersebut didasaekan kepentingan yang lebih strategis agar
investasi sosial yang diwujudkan dengan menerapkan kepatuhan terhadap regulasi juga
diikuti penyelarasan dengan program pembangunan lain yang dilakukan oleh
pemerintah dan lembaga lainnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 41 Tahun 2016 tentang
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara, maka setiap Badan Usaha Pertambangan diwajibkan untuk
menyusun dan memiliki Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
(PPM).
Peraturan ini, kemudian diperjelas secara lebih operasional melalui Keputusan
Menteri ESDM Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kepmen ini memuat dua point utama,
yaitu Pedoman Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) dan Pedoman Penyusunan Rencana
Induk PPM. Dengan keluarnya pedoman ini, diharapkan tidak ada lagi perusahaan
pertambangan yang asal-asalan dalam penyusunannya. Sehingga program PPM yang
dijalankan bisa lebih terukur, terarah, tepat guna dan tepat sasaran.
Pedoman ini bertujuan memberikan panduan bagi perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, sekaligus
memberi informasi tentang alternatif program dan kegiatan yang adptif dan aplikatif
yang dapat dipilih oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan core
competence perusahaan masing-masing.
Keberadaan peraturan ini diharapkan dapat mendorong perusahaan lebih efektif
dan efisien dalam melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Agar
2 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
C. Manfaat Panduan
Panduan Perencanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat ini diharapkan
memberikan manfaat bagi:
1. Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM sebagai salah satu
rujukan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pembinaan kepada daerah
melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan Rencana Induk PPM;
2. Satuan kerja atau organisasi perangkat daerah sebagai acuan teknis operasional
untuk mengarahkan dan melakukan pembinaaan dan monitoring terhadap
pelaksanaan proses dan pencapaian hasil dari Rencana Induk PPM yang telah
disusun;
3. Perusahaan atau Badan Usaha Pertambangan sebagai acuan teknis pelaksanaan
penyusunan rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat;
4. Tenaga ahli, konsultan, profesional dan lembaga lain sebagai acuan dalam
memberikan pendampingan kepada perusahaan atau masyarakat dalam
menyusun rencana kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
D. Dasar Hukum
Dasar hukum sebagai landasan dalam Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
(PPM), sebagai berikut:
READ Indonesia | 3
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
4 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
11. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Nomor 1824 K/30/
MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
E. Sistematika Penulisan
Ruang lingkup pembahasan buku panduan perencanan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat meliputi:
READ Indonesia | 5
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
F. Beberapa Istilah
Dalam buku panduan Perencanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
terdapat beberapa istilah yang digunakan:
1. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta pascatambang.
2. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat PPM
adalah upaya dalam rangka mendorong peningkatan perekonomian, pendidikan,
sosial budaya, kesehatan, dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang,
6 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
baik secara individual maupun kolektif agar tingkat kehidupan masyarakat sekitar
tambang menjadi lebih baik dan mandiri.
3. Cetak Biru (Blue Print) PPM adalah dokumen yang berisi perencanaan strategis
pembangunan terpadu yang memuat arah kebijakan PPM di wilayah Provinsi.
4. Rencana Induk PPM adalah dokumen yang memuat rencana program PPM yang
disusun berdasarkan Cetak Biru (Blue Print) PPM.
5. Program PPM Tahunan adalah rencana pelaksanaan program PPM tahun berjalan
sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran biaya yang telah disetujui sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Badan Usaha Pertambangan adalah pemegang Izin Usaha Pertambangan dan
pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus.
7. Masyarakat Sekitar Tambang adalah individu atau kolektif yang terkena dampak
langsung kegiatan Usaha Pertambangan atau berada di sekitar area kegiatan
Usaha Pertambangan berdasarkan dokumen lingkungan yang telah disetujui sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan nasihat, saran, dan
kesimpulan yang sebaik-baiknya terkait Rencana Induk PPM atau Program PPM
Tahunan.
9. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya adalah suatu dokumen mengenai rencana kerja
dan anggaran biaya dari Badan Usaha Pertambangan untuk 1 (satu) tahun ke
depan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Kontrak Karya yang selanjutnya disingkat KK adalah perjanjian antara pemerintah
Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka
penanaman modal asing untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan mineral.
11. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang selanjutnya disebut
PKP2B adalah perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan
perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha
pertambangan batubara.
12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan mineral dan batubara.
13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang mempunyai tugas menyelenggara-
kan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian,
dan pengawasan kegiatan mineral dan batubara.
14. Visi adalah rumusan umum berupa gambaran mental berkaitan keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan.
15. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya yang akan dilaksanakan oleh seluruh
perangkat organisasi untuk mewujudkan visi.
READ Indonesia | 7
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
16. Strategi adalah langkah-langkah yang akan ditempuh oleh seluruh perangkat
organisasi yang berisi program indikatif untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan
yang telah ditetapkan.
17. Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah di
tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan untuk
mencapai tujuan pembangunan.
18. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.
19. Kinerja adalah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai secara terukur baik kuantitas maupun kualitas berkaitan dengan
penggunaan anggaran.
20. Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif
untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang
menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.
21. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
22. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
8 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
2
PEMAHAMAN DASAR
PERENCANAAN
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai tujuan
yang diinginkan secara tepat; terarah dan efisien sesuai dengan sumberdaya yang
tersedia. Dengan demikian, secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau
teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai
dengan kondisi negara atau daerah bersangkutan. Sedangkan ujuan pembangunan pada
umumnya adalah untuk mendorong proses pembangunan secara lebih cepat guna
mewujudkan masyarakat yang maju, makmur dan sejahtera.
Arthur W. Lewis (1965) mendifinsisikan perencanaan adalah suatu kumpulan
kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta
untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia secara lebih produktif. Sedangkan
rangsangan tersebut diberikan dalam bentuk insentif-insentif ekonomi baik secara mikro
maupun makro yang dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara lebih produktif
sehingga proses pembangunan akan menjadi lebih meningkat.
M. L. Jhingan (1984) seorang ahli perencanaan dari India mendefinisikan
perencanaan merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja
oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapal suatu sasaran dan tujuan
tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.
Osborne dan Gaebler (1992) melihat perencanaan strategis sebagai suatu proses
untuk menguji situasi sebuah organisasi atau komunitas pada saat ini dan
READ Indonesia | 9
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
B. Fungsi Perencanaan
Perencanaan berfungsi sebagai panduan bagi masyarakat atau pemangku kepentingan
terkait dalam merumuskan visi, misi, tujuan, strategi dan program secara partisipatif.
Secara rinci fungsi perencanaan sebagai berikut;
1. Mengakomodasikan aspirasi pemangku kepentingan (pemerintah dan non-
pemerintah) ke dalam kebijakan organisasi;
2. Panduan kerangka keterpaduan bagi kebutuhan kelompok sasaran, kebijakan
pemerintah, dan kepentingan perusahaan sebagai proses bisnis. Dalam konteks ini
akan menjadi dasar bagi perumusan program investasi, pengembangan institusi
dan pembiayaan;
3. Kajian isu-isu strategis, yang digali dari berbagai sumber atau pemanfaatan media
baik formal maupun nonformal. Dimana isu-isu tersebut menjadi bagian dari upaya
mewujudkan visi dan misi organisasi. Isu strategis menjadi landasan dalam
menentukan dan merumuskan strategi dan kebijakan organisasi ke depan.
10 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
C. Manfaat Perencanaan
Perencanaan dalam program pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh
organisasi pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan lembaga sosial lain mutlak
dibutuhkan dan disusun secara jelas. Bahkan, pada unit-unit kerja yang lebih kecil
perencanaan harus dilakukan untuk mendukung keberlanjutan program, penguatan tim,
optimalisasi sumber daya dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Pengalaman para praktisi lapangan dalam mengembangkan program pengentasan
kemiskinan menunjukkan perlunya suatu perencanaan yang terpadu melibatkan
sebanyak mungkin stakeholders untuk mengidentifikasi masalah, menetapkan alternatif
pemecahan masalah serta menentukan peran dan kontribusi apa yang akan diberikan
oleh setiap pelaku yang terlibat. Pemerintah dan LSM tidak mungkin merancang program
hanya melihat dari kacamatanya sendiri tentang aspek pentingnya kelompok sasaran
tanpa menggali lebih dalam siapa saja yang harus terlibat dan bagaimana keputusan itu
ditetapkan.
Terkadang karena keterbatasan biaya, beberapa kalangan LSM atau lembaga
lainnya membuat perencanaan terbatas pada tingkat desa atau kelompok pemanfaat
langsung. Orientasi perencanaan lebih terfokus pada pengembangan sektor ekonomi
dibanding non ekonomi. Kurangnya pemahaman tentang pendekatan tata ruang,
wilayah pengembangan dan tantangan sosial ke depan mengakibatkan hasil yang
dicapai tidak optimal dan tidak berkesinambungan. Seharusnya para pelaksana dan
pengambil kebijakan perlu mempertimbangkan fungsi yang lebih luas dengan
memperhitungkan interaksi sosial, pasar dan hubungan antardesa dalam satu daerah
(kabupaten atau kota). Persoalan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan tidak
dipahami sebagai persoalan lokal saja tetapi mencakup kondisi ekonomi dan politik
nasional, regional dan global. Persoalan ini hanya dapat dijawab melalui perencanaan
pembangunan yang baik dan terpadu serta ketepatan dalam pelaksanaan di lapangan.
READ Indonesia | 11
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
D. Prinsip-Prinsip Perencanaan
Kerangka konseptual yang menjadi panduan dalam perencanaan terpadu dibangun atas
dasar lima prinsip yaitu;
1. Menyeluruh (comprehensive), yaitu suatu kerangka analisis yang memandang
perencanaan pembangunan sebagai keseluruhan aspek kehidupan yang
berdampak pada perubahan. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan
dinamis yang melibatkan berbagai sumber daya dan tingkatan (structures) dalam
masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Kesalingtergantungan (interdependency), bahwa pembangunan merupakan proses
membangun hubungan atau interaksi antara masyarakat, peran dan kegiatan
secara alamiah. Satu kegiatan atau sektor akan berpengaruh terhadap sektor
lainnya. Perencanaan pembangunan merupakan alat untuk memperkuat jalinan-
keterkaitan antarsektor, kelembagaan dan masyarakat dalam mencapai tujuan dan
perubahan.
3. Keberlanjutan (sustainable). Perencanaan harus diletakkan dalam kerangka
pembangunan jangka panjang. Pembangunan adalah ‘perubahan itu sendiri’, yang
berdampak positif dalam mengangkat derajat kehidupan masyarakat dari generasi
ke generasi berikutnya. Rencana pembangunan harus mempertimbangkan aspek
metodologis, nilai-nilai manusia, kelestarian lingkungan hidup dan peningkatan
kapasitas kelembagaan.
4. Strategis (strategic). Perencanaan pembangunan membutuhkan pandangan yang
komprehensif, program aksi yang spesifik untuk merespon hal-hal yang bersifat
strategis. Perencanaan pembangunan tidak hanya merespon hal-hal yang bersifat
kekinian tetapi melihat dalam kerangka pengembangan yang luas dan global.
Perencanaan strategis akan memandu masyarakat untuk menetapkan visi, misi dan
pendekatan yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan, mengantisipasi
perubahan serta upaya mencapai harapan melalui identifikasi, penetapan sasaran,
lokasi, waktu dan bagaimana kegiatan dilaksanakan secara terprogram.
5. Tersedianya infrastruktur (infrastructure) yang memadai mencakup, ruang sosial,
mekanisme organisasi, nilai-nilai, kelembagaan dan kapital sosial yang dapat
menopang kebutuhan pembangunan. Infrastruktur merupakan landasan bagi
masyarakat dalam mendorong transformasi nilai dan institusionalisasi proses
perubahan dan pembelajaran masyarakat. Pembangunan membutuhkan
dukungan agar terjadi proses perubahan dalam upaya mencapai visi, misi dan
tujuan.
12 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
E. Arah Perencanaan
Penyusunan rencana induk bagi perusahaan mendasarkan pada beberapa teori
diantaranya manajemen strategik, pengembangan wilayah (Regional Development),
pengembangan masyarakat (community development). Namun, tidak semua persoalan
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang menjadi bagian dari tanggung-
jawab sosial perusahaan mampu dipahami dari perspektif manajemen strategik saja.
Beberapa literatur manajemen strategik di perusahaan telah mengidentifikasi model
perencanaan bagi pengembangan program sosialnya.
Pengembangan dan implementasi rencana pengelolan sosial perlu membedakan
antara tujuan strategis untuk tingkat korporasi dan tingkat fungsional khususnya dalam
aspek layanan publik. Perbedaan tingkat tujuan strategis akan mempermudah dalam
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang ada di perusahaan yang berorientasi
keuntungan kemungkinan berbeda dengan konteks perusahaan yang memiliki
komitmen terhadap lingkungan, investasi sosial dan partisipasi masyarakat.
Dalam menentukan unsur-unsur perencanaan pengembangan suatu wilayah, maka
arah kebijakan dan unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai berikut;
1. Analisis kependudukan, untuk mengetahui struktur penduduk, sebaran penduduk,
ciri dan faktor yang mempengaruhi faktor pergerakan atau migrasi, dan
produktivitas penduduk.
2. Analisis sosial budaya, untuk memahami faktor-faktor pembentukan pola dan
pandangan hidup serta adat istiadat masyarakat.
3. Analisis ekonomi, untuk mengetahui kondisi perkembangan ekonomi meliputi
usaha, kesempatan kerja, tingkat produksi, sektor unggulan dan pasar. Disamping
itu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kegiatan ekonomi, sebaran kegiatan ekonomi serta keterkaitan kegiatan produksi
intra dan antardaerah.
4. Analisis potensi sumber daya alam, untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan
penggunaan sumber daya alam (mineral, air, hutan, tanah, dll) serta kemungkinan
pengembangannya.
5. Analisis potensi sumber daya buatan, untuk mengetahui tingkat ketersediaan,
tingkat pelayanan, sebaran dari prasarana yang ada, dan hal lain yang berkaitan
dengan teknologi serta biaya pembangunan prasarana spesifik sesuai dengan
kondisi geografis wilayah itu.
6. Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang, untuk mengetahui sifat keterkaitan
kegiatan produksi, sosial, pemukiman dalam wilayah, hirarki keterkaitannya serta
karakteristik khusus dikaitkan dengan kondisi geografis wilayah.
READ Indonesia | 13
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan,
target dan sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Jenis rencana induk (master plan) terdiri dari:
1. Rencana induk komprehensif;
2. Rencana induk untuk kawasan kecil;
3. Rencana induk fungsional;
4. Rencana induk strategis, dan
5. Rencana induk ringkas.
Rencana Induk komprehensif biasanya diterapkan pada perencanaan komplek
bangunan atau kota baru secara fisik. Dibandingkan dengan perencanaan komprehensif
yang dilakukan secara multi-disiplin, maka perencanaan induk umumnya dilakukan
secara satu disiplin, yaitu arsitektur. Keduanya, perencanaan induk dan perencanaan
komprehensif, mempunyai kesamaan dalam sifat produk akhir rencana yang jelas, rinci,
end-state, tidak fleksibel—seakan masa depan sangat pasti. Rencana induk komprehensif
memiliki tiga karakteristik pokok:
(1) Mencakup berbagai unsur rencana induk;
(2) Meliputi kawasan yang luas, seluruh provinsi atau seluruh kabupaten/kota, dan
(3) Dengan rentang waktu yang panjang (biasanya 10 sampai 20 tahun ke depan).
Kelemahan rencana induk komprehensif diantaranya:
(1) Memerlukan waktu yang lama, mahal, dan memerlukan berbagai macam data dan
informasi yang harus dinalisis,
(2) Proses partisipasi publik dapat mengambil waktu yang lama untuk menyelesaikan
dan mungkin sulit mengaturnya,
(3) Sulit untuk menjamin komitmen dan partisipasi yang terus menerus untuk proyek
jangka panjang, dll.
Rencana induk untuk kawasan kecil merupakan jenis perencanaan untuk
membantu dalam menentukan jenis kawasan tertentu berdasarkan pembagian
administrasi, ekonomi dan sumber daya alam, dan budaya. Karakteristik rencana induk
ini ditujukan untuk kawasan yang luasannya lebih kecil dari kabupaten/kota, seperti
kecamatan atau desa. Rencana induk disusun untuk jangka waktu menengah (biasanya
5 sampai 10 tahun), dan mencakup beberapa topik.
Rencana induk untuk kawasan kecil dapat dilakukan apabila:
(1) Rencana untuk kawasan yang lebih besar (kabupaten/kota) tidak tersedia atau
kurang layak;
(2) Belum tersediannya rencana untuk pengembangan kawasan dengan tujuan
tertentu;
14 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(3) Ada kepemimpinan lokal dan dukungan untuk perencanaan dalam setiap wilayah
geografis;
(4) Komunitas Anda sangat terfragmentasi (terbagi baik secara fisik dan sosial), dan
(5) Kawasan tertentu area tertentu berubah lebih cepat daripada yang lain.
Rencana induk fungsional merupakan jenis perencanaan yang dikembangkan
untuk menjabarkan secara rinci kebutuhan satu unsur atau bagian dari sebuah rencana
komprehensif. Biasanya rencana fungsional dibuat untuk kebutuhan sektoral misalnya
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pertanian. Karakteristik rencana induk fungsional
ditunjukan hanya untuk satu unsur atau bagian dari rencana induk komprehensif pada
suatu waktu, meliputi sebagian atau seluruh masyarakat, rencana jangka pendek maupun
jangka panjang, dan menjadi bagian tersendiri maupun bagian dari rencana induk
kawasan yang lebih besar.
Kelemahan rencana induk fungsional diantaranya:
(1) Proses yang lambat dan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya;
(2) Tidak dapat merespon perubahan, permasalahan atau isu yang konsisten terjadi
pada masyarakat dan atau kebutuhan masyarakat luas;
(3) Hanya memfokuskan pada masalah atau topik khusus.
Rencana induk strategis atau biasa disebut rencana strategis organisasi biasanya di
bentuk dari visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan yang berorientasi pada
apa yang hendak di capai dalam kurun waktu tertentu sehubungan dengan tugas pokok
dan fungsi (Tupoksi) Intansi/Lembaga, disusun dengan mempertimbangkan
perkembangan lingkungan strategik. Rencana ini merupakan produk atau dokumen
perencanaan yang menjadi acuan bagi lembaga, organisasi, perusahaan, dinas, badan
atau unit kerja dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Karakteristik rencana induk strategis fokus pada masalah yang sangat penting yang
terjadi pada masyarakat, rencana jangka pendek (2-5 tahun) atau jangka panjang (10-20
tahun), dan rencana meliputi seluruh kawasan kabupaten/kota maupun provinsi bahkan
negara. Kelemahan rencana induk strategis adalah bukan merupakan rencana
komprehensif yang sesungguhnya karena hanya memfokuskan pada suatu masalah,
sektoral atau bidang pengembangan saja.
Rencana induk ringkas merupakan rencana sederhana yang menggambarkan
permasalahan atau isu-isu pokok dan penting untuk dilaksanakan oleh organisasi atau
masyarakat. Karakteristik rencana induk ringkat diantaranya: (1) memuat hanya dua
bagian yang sangat diperlukan saja, (2) mencakup seluruh kawasan, dan (3) berupa
rencana jangka menengah (5-10 tahun).
Berbeda dengan rencana induk startegis tang tidak komprehensif. Sedangkan
kelebihan dari rencana induk ringkas diantaranya:
(1) Relatif sangat mudah dibuat dan tidak berbiaya mahal;
READ Indonesia | 15
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(2) Tidak perlu menyusun seluruh bagian seperti yang terdapat dalam Rencana Induk
Komprehensif;
(3) Perecanaan bersifat jangka pendek atau menengah;
(4) Dapat dilaksanakan oleh masyarakat bersama lembaga pemerintah yang
menangani perencanaan
(5) Dapat dilakukan pemutakhiran.
Berdasarkan penjelasan tersebut, perbedaan masing-masing rencana induk dapat
diuraikan sebagai berikut:
16 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
3
CETAK BIRU (BLUE PRINT)
PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Pengertian
Cetak Biru (Blue Print) PPM adalah dokumen yang berisi perencanaan strategis
pembangunan terpadu yang memuat arah kebijakan PPM di wilayah Provinsi. Gubernur
menyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM secara transparan, responsif, efisien, efektif,
akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, berwawasan lingkungan serta sesuai dengan
norma dan budaya kearifan lokal.
Cetak Biru (Blue Print) PPM merupakan kerangka atau arah kebijakan yang
ditetapkan oleh gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dari Direktur Jenderal.
Cetak Biru (Blue Print) PPM dapat dievaluasi dan diubah 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun.
Perubahan Cetak Biru (Blue Print) PPM ditetapkan setelah mendapatkan pertimbangan
Direktur Jenderal.
B. Ruang Lingkup
Cetak Biru (Blue Print) PPM paling sedikit memuat:
1. Peningkatan indeks pembangunan manusia provinsi dan/atau kabupaten/kota
setempat;
2. Pembangunan ekonomi masyarakat sekitar tambang sampai dengan pelaksanaan
kegiatan pasca tambang;
3. Pengembangan sosial budaya dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar
Tambang yang berkelanjutan;
READ Indonesia | 17
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
C. Kedudukan
Cetak Biru (Blue Print) PPM menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi dalam memberikan
arah kebijakan bagi perusahaan atau Badan Usaha Pertambangan pemegang IUP atau
IUPK dalam melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
sekitar tambang. Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM mengacu pada kebijakan
nasional yang tertuang dalam RPJMN, kebijakan daerah yang tertuang dalam RPJM
Provinsi dan prinsip pengembangan wilayah yang dituangkan dalam RTRW serta
perundang-undangan yang berlaku.
Kedudukan Cetak Biru (Blue Print) PPM berada dibawah kebijakan spasial di
masing-masing daerah baik pada skala Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Kedudukan-
nya sebagai acuan kebijakan sekaligus petunjuk teknis dalam penyusunan strategi PPM
di wilayah pembangunan atau kawasan usaha pertambangan.
Secara tidak langsung Cetak Biru (Blue Print) PPM akan berpengaruh juga terhadap
rencana program investasi sosial, ekonomi dan infrastruktur di daerah. Oleh karena itu,
penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM harus membangun keselarasan dengan
mempertimbangkan dokumen perencanaan lain, sehingga tidak terjadi tumpang tindih
kewenangan antara pemerintah dan pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha
pertambangan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Keselarasan kebijakan yang tertuang dalam Cetak Biru (Blue Print) PPM diharapkan
mampu mendorong optimalisasi sumber daya dan keuangan juga dapat menjadi sarana
(tools) untuk memperkuat kelembagaan dan kerjasama lintas sektor dan wilayah melalui
penguatan masyarakat di sekitar tambang. Gambar berikut menjelaskan kedudukan
Cetak Biru (Blue Print) dengan kebijakan dan rencana pembangunan lainnya.
18 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
D. Pemangku Kepentingan
Penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM dilakukan dengan:
1. Melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemegang IUP/IUPK, akademisi, dan
masyarakat;
2. Mempertimbangkan hasil Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
(Musrembang);
3. Mempertimbangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional
dan Daerah, Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Nasional dan Daerah.
A. Periode Perencanaan
Cetak Biru (Blue Print) PPM sebagai dokumen perencanaan jangka panjang agar
direncanakan untuk periode perencanaan 20 tahun, dihitung dengan mempertimbang-
kan penetapan oleh kepala daerah sesuai dengan kewenangannya. Periode perencanaan
dalam penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM ini dibagi menjadi tiga tahap sesuai urutan
prioritas, yaitu:
1. Perencanaan PPM Jangka Pendek atau tahap mendesak dilaksanakan dalam satu
sampai dua tahun anggaran, dengan memprioritaskan pada hal-hal yang
mendesak untuk dilaksanakan.
READ Indonesia | 19
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Cetak Biru (Blue Print) PPM harus dievaluasi setiap 5 tahun untuk disesuaikan dengan
perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan kebijakan dan rencana
pembangunan di tingkat pusat dan daerah baik dari sektor pertambangan dan sektor
terkait lainnya (misalnya pendidikan, kesehatan, pertanian, infrastruktur, dll), strategi
bidang lingkungan (Local Environment Strategy) serta tata ruang wilayah, ataupun
kebijakan lainnya.
Pemerintah Provinsi dapat melakukan evaluasi Cetak Biru (Blue Print) PPM dan
diubah 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun. Perubahan atas dokumen Cetak Biru (Blue Print)
PPM perlu mendapatkan pertimbangan Direktur Jenderal sebelum ditetapkan dan
disosialisasikan kepada pemangku kepentingan terkait khusunya dunia usaha untuk
menyesuaikannya.
20 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
4. Tenaga Ahli. Tenaga ahli yang diperlukan untuk penyusunan Cetak Biru (Blue Print)
PPM antara lain tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup kegiatan
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan bidang keahliannya
seperti, perencanaan wilayah, sosial, ekonomi pembangunan, hukum, budaya dan
infrastruktur.
Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM diharapkan melakukan kegiatan
sosialisasi dan persiapan teknis dalam rangka menyamakan pemahaman tentang konsep
Cetak Biru (Blue Print) PPM kepada pemangku kepentingan terkait. Keluaran yang
diharapkan dari kegiatan ini diantaranya:
1. Terbentuknya Tim Penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM (melalui SK Gubernur);
2. Disepakatinya konsep dan paradigma dalam penyusunan Cetak Biru (Blue Print)
PPM Provinsi;
3. Disepakatinya cakupan perencanaan yang akan disusun dan menjadi dokumen
tidak terpisahkan dari Cetak Biru (Blue Print) PPM (Outline Plan);
4. Disepakatinya proses penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM dan tugas-tugas tim
penyusun;
5. Dituliskannya input/masukan untuk Cetak Biru (Blue Print) PPM;
6. Finalisasi dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM untuk dikonsultasikan kepada
Diektorat Jenderal sebelum ditetapkan oleh Gubernur
Pembentukan tim penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM dimulai dari penyiapan
rancangan Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pembentukan tim penyusun Cetak
Biru (Blue Print) PPM provinsi. Susunan keanggotaan tim berasal dari pejabat dan staf
OPD bersangkutan yang memiliki kemampuan dan kompetensi di bidang perencanaan
dan penganggaran.
Anggota tim penyusun yang dilibatkan harus siap bertugas secara penuh dalam
menyiapkan dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM. Dengan demikian perlu dipilih orang-
orang yang mempunyai kesiapan waktu dan kemampuan teknis yang cukup. Sedapat
mungkin anggota tim menguasai substansi fungsi dan tugasnya. Tim penyusun terdiri
atas perwakilan dari setiap unit kerja (bagian/bidang/subdin/ atau sebutan lain) yang ada
di masing-masing OPD terkait dan dapat melibatkan tenaga ahli (profesional) sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan.
Tim penyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM dipersiapkan oleh Kepala OPD dan
diusulkan kepada kepala daerah untuk ditetapkan dengan surat keputusan kepala daerah
(Gubernur).
READ Indonesia | 21
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Masyarakat Sekitar Tambang; (5) Perumusan Kebijakan dan Strategi PPM; (6) Roadmap
dan Prioritas Kebijakan/Program PPM. Proses penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM
dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
22 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
READ Indonesia | 23
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Format Keterangan
Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN Berisikan tentang gambaran umum mengenai
1.1. Latar Belakang profil perusahaan, dengan melampirkan struktur
1.2. Maksud dan Tujuan organisasi (head office dan site) mulai dari
1.3. Dasar Hukum managemen sampai bawah.
BAB II CETAK BIRU (BLUE PRINT) PPM
SEKITAR PERTAMBANGAN MINERAL
DAN BATUBARA
3.1. Visi dan Misi PPM Provinsi
3.1.1. Visi PPM Provinsi
3.1.2. Misi PPM Provinsi
3.2. Kondisi Saat Ini
3.2.1. Indeks pembangunan
manusia Provinsi dan /atau
kabupaten/kota setempat
3.2.2. Ekonomi masyarakat sekitar
tambang
3.2.3. Sosial budaya dan
lingkungan kehidupan
masyarakat sekitar tambang
24 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Format Keterangan
3.2.4. Kelembagaan komunitas
masyarakat sekitar tambang
3.2.5. Infrastruktur sekitar tambang
3.3. Cetak Biru (Blue Print) PPM Cetak Biru (Blue Print) PPM berisi Goals
pemerintah provinsi untuk program-program
PPM yang dibuat oleh Badan Usaha
Pertambangan termasuk di dalamnya rencana
kerja dan penanggung jawab kegiatan yang
disinkronkan dengan dokumen Rencana
Pascatambang (RPT) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
3.3.1. Peningkatan Indeks Data yang dimiliki oleh provinsi dan/atau
pembangunan manusia kabupaten/ kota setempat (BPS Provinsi
Provinsi dan /atau dan/atau BAPPEDA)
kabupaten/kota setempat
3.3.2. Pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi masyarakat sekitar
masyarakat sekitar tambang tambang sampai dengan pelaksanaan kegiatan
sampai dengan pelaksanaan pascatambang berdasarkan produk domestic
kegiatan pascatambang regional bruto sebelum adanya kegiatan usaha
pertambangan.
3.3.3. Pengembangan Sosial Program ini mengacu pada kearifan lokal yang
budaya dan lingkungan sekurang-kurangnya terdiri atas adat istiadat,
kehidupan masyarakat sekitar keagamaan, olahraga dan seni, dan/atau
tambang yang berkelanjutan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan
3.3.4. Kelembagaan komunitas Bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
masyarakat dalam pertanian, peternakan dan perikanan.
menunjang kemandirian PPM
3.3.5. Pembangunan infrastruktur Sarana prasarana pendidikan, keagamaan,
yang menunjang PPM kesehatan, pertanian dan peternakan,
pemberdayaan ekonomi, umum lain
BAB III KESIMPULAN
READ Indonesia | 25
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
26 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
4
RENCANA INDUK
PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Pengertian
Rencana Induk PPM merupakan bagian penting dari strategi perusahaan atau Badan
Usaha Pertambangan dalam mengelola berbagai isu terkait kondisi sosial masyarakat
disekitar wilayah operasi dengan menerapkan prinsip keberlanjutan.
Rencana Induk PPM dalam penyusunannya merujuk kepada Cetak Biru (Blue Print)
yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Namun
karena belum semua daerah mempunyai Cetak Biru, maka setidaknya Rencana Induk
PPM yang disusun bisa merujuk kepada dokumen RPJM, RPJP dan RTRW Daerah
(kabpaten/kota) serta hasil konsultasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Badan Usaha Pertambangan wajib menyusun Rencana Induk PPM yang dilakukan
bersamaan dengan penyusunan studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
B. Ruang Lingkup
Secara umum, Rencana Induk PPM sekurang-kurang memuat:
1. Program pada tahap kegiatan operasi produksi termasuk pascatambang;
2. Waktu pelaksanaan program; dan
3. Rencana pembiayaan.
Dalam Rencana Induk PPM terdapat pembahasan terkait tujuh program utama
yang harus dirumuskan oleh perusahaan, yaitu:
READ Indonesia | 27
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
C. Kedudukan
Penyusunan Rencana Induk PPM mengacu pada Cetak Biru (Blue Print) yang diterbitkan
oleh Pemerintah Provinsi, dimana Cetak Biru tersebut telah mempertimbangkan kajian
terkait pengembangan wilayah; RPJMN, RPJM Provinsi, dan RUTRW/K, termasuk
perundang-undangan yang berlaku. Kedudukan Cetak Biru (Blue Print) PPM berada
dibawah kebijakan spasial di masing-masing daerah baik pada skala Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Demikian demikian, Rencana Induk PPM yang dikembangkan oleh
28 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
D. Periode Perencanaan
Program yang disusun diselaraskan dengan fase operasional tambang mulai dari fase
operasi produksi sampai hingga fase penutupan tambang. Periode perencanaan untuk
sebuah Rencana Induk PPM dapat disusun dalam jangka panjang selama 20 tahun
kedepan atau hingga fase penutupan tambang. Target utamanya agar Badan Usaha
READ Indonesia | 29
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
E. Rencana Pembiayaan
Rencana Induk PPM didalamnya memuat besaran biaya yang dianggarkan oleh Badan
Usaha Pertambangan untuk mendukung pelaksanaan program yang ditetapkan. Khusus
untuk penentuan besaran biaya yang dianggarkan dapat disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing perusahaan. Sampai saat ini belum ada aturan yang
menetapkan berapa besaran biaya yang harus disisihkan oleh perusahaan swasta untuk
program PPM. Berbeda dengan perusahaan plat merah (BUMN) yang dalam Peraturan
Menteri Negara BUMN No. 4 Tahun 2007 dipatok untuk menyisihkan 2 persen dari
labanya untuk membiayai kegiatan CSR (PKBL).
F. Proses Perencanaan
Melalui pendekatan keterpaduan, sistem PPM harus diawali dengan kajian kebutuhan
dan proses perencanaan yang memadai. Hal ini untuk menjamin program yang
dihasilkan benar-benar berdampak terhadap kesejahteraan dan perubahan masyarakat.
Perencanaan dibuat tidak dalam konteks ketersediaan anggaran dan pemenuhan
regulasi saja, lebih dari itu perusahaan dapat menjadi sebagai upaya membangun
reputasi dan keberlanjutan. Perencanaan dimulai dengan pendekatan strategis yang
mengerucut menjadi lebih operasional dan praktis.
Rencana Induk PPM disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Visi, Misi dan Kebijakan Perusahaan;
(2) Pemetaan Sosial (Social Mapping);
(3) Proses Bisnis dan Analisa Dampak;
(4) Konsultasi Pemangku Kepentingan;
(5) Komplemen dengan Program Pemerintah;
(6) Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan
30 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
READ Indonesia | 31
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
nilai, sikap dan tradisi maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan
perubahan.
Pemetaan sosial merupakan langkah awal dalam menemukenali kondisi
masyarakat sekitar tambang sebagai bahan kajian dalam mengidentifikasi masalah,
merumuskan isu-isu strategis dan pola perubahan yang diperlukan ke depan termasuk
keberlanjutan paska tambang. Dalam rentang waktu tertentu setiap individu dan
kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan
dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan
menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
Prinsip utama bagi perusahaan ketika akan melakukan pemetaan sosial bahwa
kegiatan ini diharapkan dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu
wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu
keputusan terbaik dalam membangun kemandirian masyarakat dan keberlanjutan.
Secara khusus pembahasan tentang pemetaan sosial dapat dipelajari pada Bab 5 buku
ini.
32 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(8) Jika diperlukan, perusahaan atau Badan Usaha Pertambangan dapat membuat
urutan prioritas tingkat besarnya dampak tersebut.
Pada saat yang sama, perusahaan dapat memperluas rentang pengaruh atas
dampak yang ditimbulkannya. Umumnya perusahaan membatasi lingkup analisis
dampak hanya pada proses produksi atau jasa. Rentang pengaruh dapat diperluas
sampai mencakup seluruh rantai nilai (value chain) perusahaan, mulai dari pengadaan
bahan baku, pengangkutan bahan baku, proses produksi, pengelolaan limbah, distribusi
produk atau jasa perusahaan, sampai penggunaan produk atau jasa perusahaan.
Semakin luas lingkup analisis, akan semakin tinggi tanggung jawab perusahaan terhadap
dampak yang ditimbulkannya.
Berdasarkan luasan, dampak juga dapat dianalisis berdasarkan lingkup lokal,
nasional, regional, atau global. Selain menggunakan proses di atas, untuk melakukan
analisis dampak, perusahaan dapat menggunakan berbagai kajian yang dilakukan terkait
dengan lingkungan, misalnya:
(1) Environmental Base Assessment (EBA);
(2) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);
(3) Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL);
(4) Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup dan Dokumen Pengelolaan Lingkungan
Hidup (DELH dan DPLH);
(5) dan kajian lingkungan lainnya.
READ Indonesia | 33
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
34 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
READ Indonesia | 35
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Format Keterangan
Kata Pengantar
Intisari
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
36 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Format Keterangan
a. Latar Belakang 1. Identitas pemegang IUP atau IUPK (nama
badan usaha/koperasi/perseroan, alamat
lengkap, penanggung jawab rencana atau
kegiatan);
2. Uraian singkat mengenai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan
dengan PPM;
3. Uraian singkat mengenai status perizinan
(nomor, tanggal diterbitkannya, masa
berlaku, status PMA/PMDN IUP atau IUPK).
b. Maksud dan Tujuan
c. Dasar Hukum
BAB II PROFIL WILAYAH Uraian singkat mengenai lokasi WIUP/WIUPK
(desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan
posisi geografi).
BAB III HASIL KONSULTASI DENGAN Uraian rinci mengenai konsultasi (nasihat, saran,
PEMANGKU KEPENTINGAN dan kesimpulan) dengan pihak yang
(STAKEHOLDERS) berkepentingan terkait Rencana Induk PPM.
READ Indonesia | 37
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Format Keterangan
kabupaten yang sama dengan wilayah ring I;
dan
3. Ring 3: Wilayahnya terkena dampak
lingkungan langsung dari kegiatan
pertambangan, merupakan lokasi dari
keberadaan fasilitas utama perusahaan,
dimana masyarakat memiliki frekuensi
hubungan rendah dengan perusahaan.
Lingkupnya adalah satu atau beberapa
kabupaten yang area dimana terdapat
kelompok masyarakat yang terkena dampak
tidak langsung dari operasional perusahaan
dalam lingkup Provinsi yang sama dengan
wilayah ring I dan ring II atau lingkup
nasional.
b. Program pada tahap kegiatan operasi Format Rencana Induk disusun dengan tabel
produksi termasuk pascatambang sebagaimana terlampir dalam SK Menteri
tersebut.
c. Lokasi Kegiatan PPM
d. Waktu Pelaksanaan PPM Tahunan uraian mengenai rencana waktu pelaksanaan
dapat dibuatkan grand design sampai dengan
pascatambang (program PPM pada tahap
pascatambang disesuaikan dengan dokumen
Rencana Pascatambang yang telah disetujui oleh
Pemerintah). Program PPM tahunan yang belum
terlaksanakan pada akhir tahun berjalan, maka
program PPM dilanjutkan pada program PPM
tahun berikutnya.
e. Rencana Pembiayaan PPM 1. Pembiayaan PPM Tahunan berasal dari biaya
operasional Badan Usaha Pertambangan
yang tercantum pada RKAB;
2. Pembiayaan Program PPM Tahunan wajib
dikelola langsung oleh Badan Usaha
Pertambangan;
3. Dalam terdapat sisa pembiayaan program
PPM Tahunan pada akhir tahun berjalan, sisa
pembiayaan program PPM dapat digunakan
sebagai pembiayaan program PPM Tahun
berikutnya; dan
4. Pembiayaan Program PPM Tahunan dilarang
tumpang tindih dengan pembiayaan yang
berasal dari APBN atau APBD.
f. BAB V KRITERIA KEBERHASILAN Uraian mengenai kriteria keberhasilan yang akan
PPM dicapai dalam melaksanakan program PPM yang
meliputi standar keberhasilan pada setiap
programnya
38 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
5
PEMETAAN
SOSIAL (SOCIAL MAPPING)
A. Pengertian
Pemetaan Sosial (Social Mapping) adalah satu metode visual yang menunjukkan lokasi
relatif suatu komunitas atau kelompok yang dilakukan untuk menemukenali dan
mendalami kondisi sosial komunitas tersebut. Pemetaan sosial merupakan salah satu
cara untuk membuat gambar kondisi sosial ekonomi masyarakat, misalnya gambar posisi
pemukiman, sumber-sumber mata pencaharian, jalan, pelayanan kesehatan dan sarana-
sarana umum.
Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1)
didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own
communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan
sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geografi. Salah satu bentuk atau
hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik
masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak
terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya.
Hasil gambaran ini berupa peta umum sebuah lokasi yang menggambarkan
keadaan masyarakat maupun lingkungan fisik, sehingga dapat digunakan untuk
menganalisa dan mendalami bersama masyarakat di sekitar tambang mengeal
kebutuhan dan memunculkan topik-topik dan tema-tema tertentu terkait PPM.
Pemetaan sosial sebagai salah satu alat analisis sosial (Ansos) disamping analisis lain
seperti spasial, dan sektoral untuk pembuatan profil wilayah merujuk pada Netting,
READ Indonesia | 39
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial disebut juga sebagai social profiling atau
pembuatan profil suatu masyarakat di sekitar tambang.
Pemetaan sosial dimaksudkan untuk mengenal lebih dalam tentang kondisi eksisting
wilayah terdampak operasi perusahaan atau lokasi sasaran baik sosial, ekonomi, budaya,
sarana prasarana, dan pola perubahan yang terjadi sebagai informasi dasar dalam
merumuskan kebijakan, strategi dan program strategis PPM. Secara khusus tujuan
pemetaan sosial yaitu:
1. Memberikan dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan dalam menemukenali
kondisi sosial masyarakat atau komunitas di sekitar tambang;
2. Menjadi acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan
perilaku pada masyarakat sasaran.
3. Membentuk opini perusahaan terhadap masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya;
4. Memberikan dasar informasi dan masukan dalam penyusunan Rencana Induk PPM
dan Rencana Kegiatan yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi;
Beberapa obyek yang dipetakan dalam kegiatan pemetaan sosial antara lain:
1. Letak geografis wilayah calon sasaran program;
40 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
READ Indonesia | 41
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Apa batas wilayah geografis dimana intervensi terhadap populasi sasaran akan
dilaksanakan?
Dimana anggota-anggota populasi sasaran berlokasi dalam batas wilayah
geografis?
Apa hambatan fisik yang ada dalam populasi sasaran?
Bagaimana kesesuaian batas-batas kewenangan program-program kesehatan dan
pelayanan kemanusiaan yang melayani populasi sasaran?
Tugas 3: Menggambarkan masalah-masalah sosial
Apa permasalahan sosial utama yang mempengaruhi populasi sasaran pada
masyarakat ini?
Adakah sub-sub kelompok dari populasi sasaran yang mengalami permasalahan
sosial utama?
Data apa yang tersedia mengenai permasalahan sosial yang teridentifikasi dan
bagaimana data tersebut digunakan di dalam masyarakat?
Siapa yang mengumpulkan data, dan apakah ini merupakan proses yang
berkelanjutan?
Tugas 4: Memahami nilai-nilai dominan
Apa nilai-nilai budaya, tradisi, atau keyakinan-keyakinan yang penting bagi
populasi sasaran?
Apa nilai-nilai dominan yang mempengaruhi populasi sasaran dalam masyarakat?
Kelompok-kelompok dan individu-individu manakah yang menganut nilai-nilai
tersebut dan siapa yang menentangnya?
Apa konflik-konflik nilai yang terjadi pada populasi sasaran?
Focus C: Pengakuan Perbedaan-Perbedaan
Tugas 5. Mengidentifikasi mekanisme-mekanisme penindasan yang tampak dan formal.
Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat diantara anggota-amggota populasi
sasaran?
Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat antara anggota populasi sasaran dengan
kelompok-kelompok lain dalam masyarakat?
Bagaimana perbedaan-perbedaan populasi sasaran dipandang oleh masyarakat
yang lebih besar?
Dalam cara apa populasi sasaran tertindas berkenaan dengan perbedaan-
perbedaan tersebut?
Apa kekuatan-kekuatan populasi sasaran yang dapat diidentifikasi dan bagaimana
agar kekuatan-kekuatan tersebut mendukung pemberdayaan?
Tugas 6. Mengidentifikasi bukti-bukti diskriminasi
42 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
F. Pendekatan
Metode dan teknik pemetaan sosial yang dapat digunakan dalam mendukung informasi
penyusunan Rencana Induk PPM, meliputi: (1) survey formal, (2) penilaian cepat (rapid
appraisal) dan (3) metode partisipatoris (participatory method).
1. Survey Formal
Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel
orang atau rumahtangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang dapat dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relatif banyak pada
kelompok sasaran tertentu. Beberapa metode survey formal antara-lain:
READ Indonesia | 43
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi
mengenai pandangan dan masukan dari masyarakat di sekitar tambang dan pemangku
kepentingan lainnya mengenai kondisi geografis dan sosial-ekonomi. Metode penilaian
cepat meliputi:
1. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri
serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu
tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat
kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
44 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
3. Metode Partisipatoris
READ Indonesia | 45
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
2. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota
suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai
isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan
kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan.
Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan
suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.
3. Beneficiary Assessment. Mengidnetifikasi permasalahan sosial yang melibatkan
pendamping, tenaga ahli atau konsultasi secara sistematis dengan masyarakat di
sekitar tambang. Tujuan pendekatan ini untuk mengidentifikasi hambatan
partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-
masukan guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan
pembangunan.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation).
Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang
bekerjasama mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis
masalah, serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi.
G. Analisis Data
Analisis data hasil pemetaan sosial dilakukan untuk memperleh informasi secara utuh
dalam rangka pembuatan kesimpulan. Analisis data dilakukan melalui “triangulasi”
dengan cara check dan cross check atas informasi yang diterima untuk melihat persamaan
dan keselarasan, dan juga perbedaan. Hasil triangulasi kemudian dibuatkan rangkuman
secara deskriptif, dengan melihat persamaan dan perbedaan pendapat dan pandangan
yang ada di masyarakat.
Setelah deskripsi analisa disusun maka selanjutnya dilakukan pengambilan
kesimpulan dan rekomendasi (RKTL/Perumusan pendekatan, metode dan strategi
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
46 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(2) Menyiapkan perangkat atau alat penelitian (instrumen) atau panduan pelaksanaan,
antara lain: panduan wawancara berstruktur, panduan observasi, penetapan
kelompok sasaran, baik tujuan maupun respondennya;
(3) Melakukan uji coba instrumen secara terbatas di lingkungan internal perusahan
atau Tim dan penyempurnaan instrument;
(4) Menyepakati jadwal pelaksanaan pemetaan sosial.
READ Indonesia | 47
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
48 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
No Metode Penjelasan
Memfasilitasi masyarakat untuk
memperkirakan arah kecenderungan
dalam jangka panjang dengan cara
menggambar bagan.
3. Kalender Musim (Seasional Calendar) Pengertian: Teknik pengkajian kegiatan dan
keadaan yang terjadi berulang dalam suatu
kurun waktu tertentu (musiman) dalam
kehidupan masyarakat. Dituangkan ke dalam
'kalender' kegiatan atau keadaan, biasanya
dalam jarak waktu 1 tahun (12 bulan).
Jenis informasi: Pola kegiatan masyarakat
terutama pada kegiatan pertanian,
peternakan, perikanan dll.
Tujuan:
Mengkaji keadaan dan pola kegiatan
masyarakat, sehingga diperoleh profil
kegiatan utama mereka sepanjang tahun.
Mengkaji profil kegiatan masyarakat
berupa pola pemanfaatan waktu, yaitu
saat bekerja, saat sibuk dengan kegiatan
lain (sosial, agama, adat), dan saat
memiliki waktu luang
4. Peta Desa (Village Map) Pengertian: Teknik untuk mengkaji keadaan
ruang wilayah desa tersebut beserta
lingkungannya. Keadaan tersebut
digambarkan ke dalam peta atau sketsa desa.
Jenis informasi: Sarana prasarana, SDA,
akses desa, potensi usaha dan pemukiman.
Tujuan:
Memfasilitasi masyarakat untuk
mengungkapkan keadaan desa dan
lingkungannya sendiri, serta perubahan dari
sumberdaya yang tersedia, yaitu mengenai
sebab-sebab dan akibat-akibat dari
perubahan tersebut.
READ Indonesia | 49
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
No Metode Penjelasan
sumberdaya dengan cara mengamati
langsung hal yang didiskusikan di lokasinya.
6. Sketsa Kebun (Farm Sketch) Pengertian: Teknik pengkajian berbagai
aspek pengelolaan kebun di wilayah tertentu.
Hasil kajian digambarkan dalam bentuk
sketsa atau peta kebun yang meperlihatkan
berbagai aspek pengelolaan kebun tersebut.
Jenis informasi: Fisik misalnya pola tanam,
luas lahan, jenis tanaman, tata letak
bangunan dan sarana prasarana. Nonfisik
misalnya pendaptan, pemasaran, tenaga
kerja, penyuluhan, teknologi dan status
kepemilikan.
Tujuan: Mengkaji keadaan dan pengelolaan
kebun, mengenai: (a) Keadaan berbagai
aspek kebun (misalnya, kesuburan tanahnya,
ketersediaan airnya, pola tanamnya,
teknologi pengelolaannya, dsb; (b) Masalah
yang terjadi penyebab dan akibatnya; (c) Cara
petani mencari jalan keluar.
7. Bagan Hubungan Kelembagaan Pengertian: Memfasilitasi kajian hubungan
(Diagram Venn) antara masyarakat dengan lembaga-lembaga
yang terdapat di lingkungannya. Hasil
pengkajian dalam diagram Venn menunjuk-
kan besarnya manfaat, pengaruh dan
dekatnya hubungan suatu lembaga dengan
masyarakat.
Jenis informasi: Kelompok dan lembaga
secara umum saling berhubungan dengan
masyarakat desa serta lembaga khusus.
Tujuan:
Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai
keberadaan, manfaat dan peranan berbagai
lembaga di desa, hubungan diantara
lembaga tersebut, serta keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.
8. Kajian Mata Pencaharian (Livelihood Pengertian: Teknik yang memfasilitasi
Analysis) diskusi mengenai berbagai aspek mata
pencaharian masyarakat yang dituangkan
dalam diagram.
Jenis informasi: jenis-jenis kegiatan atau
keterampilan masyarakat yang dapat/telah
menjadi sumber mata pencaharian, baik
pertanian maupun bukan pertanian, ataupun
bidang jasa.
Tujuan:
Memfasilitasi diskusi masyarakat
mengenai berbagai aspek dari mata
50 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
No Metode Penjelasan
pencaharian masyarakat, baik yang
dilakukan di dalam desa maupun ke luar
desa.
Mengenal perubahan jenis pekerjaan
yang berkembang di masyarakat akibat
dinamika pembangunan.
READ Indonesia | 51
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Analisis terhadap data hasil pemetaan secara simultan dapat melakukan verifikasi
terkiat validitas informasi yang terkumpul dengan menggunakan metode triangulasi
yakni dengan cara melakukan konfirmasi ulang atas informasi yang diterima untuk
melihat persamaan, perberdaan dan keselarasan. Hasil validasi ini, selanjutnya disusun ke
dalam suatu rangkuman berupa gambaran atau deskripsi temuan lapangan dengan
melihat persamaan dan perbedaan pendapat dan pandangan yang ada di masyarakat.
Langkah 7: Pelaporan
Hasil analisis dari kegiatan pemetaan sosial kemudian dilaporkan kepada manajemen
perusahaan dan pemangku kepentingan terkait sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam pengelolan program ke depan. Kegiatan pelaporan hasil
pemetasan sosial yang dilakukan oleh Tim meliputi:
(1) Penyusunan laporan hasil pemetaan sosial yang dilaksanakan;
(2) Menyampaikan laporan hasil pemetaan sosial kepada pemangku kepentingan
terkait untuk baik perusahaan, pemerintah, dan forum musyawarah;
(3) Mendokumentasikan hasil pelaksana pemetaan sosial sebagai bahan
pertimbangan dan alat pemantauan perkembangan program.
(4) Menindaklanjuti hasil temuan sebagai dasar penyusunan Rencana Induk PPM.
52 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6
KAJIAN
PROFIL WILAYAH
A. Pengertian
Kajian profil wilayah merupakan pengenalan secara komprehensif terhadap kondisi
masyarakat dalam bidang utama PPM yaitu pendidikan, kesehatan, peningkatan
pendapatan riil atau pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan
Infrastruktur yang akan dijadikan informasi awal dalam memetakan isu strategis dan
prioritas program PPM. Profil wilayah merupakan Instrumen penting bagi perusahaan
dalam mengidentifikasi, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan informasi yang
digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan serta kebijakan PPM.
Perlu dipahami bahwa kajian profil wilayah sebagai bagian dari kajian sosial (social
mapping), khususnya berkaitan dengan identifikasi terhadap kebutuhan PPM yang
selaras dengan dinamika pembangunan sektoral di wilayah terdampak operasi. Kajian ini
biasa dilakukan sebagai input penysuunan rencana strategis lembaga layanan atau unit
kerja pemerintahan untuk mendeskripsikan situasi dan perkembangan layanan dan
dampaknya terhadap kepuasan pengguna layanan termasuk dalam penentuan isu-isu
strategis yang perlu masuk dalam perencanaan.
Demikian halnya, Badan Usaha Pertambangan menggunakan pendekatan berbasis
fakta (evidance based) agar Rencana Induk PPM yang dibuat benar-benar reliabel dan
valid sehingga informasi pokok yang diperoleh dapat dijadikan alat untuk pengambilan
keputusan. Hasil kajian profil wilayah berupa berupa deskripsi atau gambaran dasar yang
tentang kondisi bidang PPM di suatu wilayah perencanaan agar dapat membantu
perencana dalam menentukan tujuan, strategi, pola pengelolaan sumber daya dan
prioritas program PPM. Kajian profil wilayah mempertimbangkan keterkaitan dengan
READ Indonesia | 53
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
arah dan kebijakan pembangunan berdasarkan tingkat pengaruh atau dampak dari
beroperasinya perusahaaan.
Secara khusus bab ini menjelaskan bagaimana Tim Penyusun Rencana Induk PPM
melakukan kajian profil wilayah terdampak operasi yang masuk dalam katagori
pengelolaan sosial dan lingkungan yang dikenal dengan istilah Ring. Kajian lebih
difokuskan pada penelaahan kondisi dan perkembangan bidang utama PPM melalui
teknik pengumpulan data dan analisis dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu
kapasitas Tim dan sumber daya yang tersedia. Penggunaaan informasi pendukung
berupa hasil studi yang telah dilakukan di setiap sektor dapat membantu memetakan
kondisi dan situasi wilayah terdampak operasi perusahaan secara komprehensif.
54 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
D. Manfaat
Manfaat dari kajian profil wilayah terdampak operasi sebagai berikut:
1. Alat pendukung perencanaan dalam menentukan pola perubahan masyarakat
yang diharapkan dan intervensi program dengan informasi yang lengkap termasuk
gambaran yang dapat membantu menentukan tataruang, sumber daya, faslisitas
publik, sistem operasi, dan pola pengendalian PPM agar berjalan secara efektif
mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
2. Memberikan gambaran komprehensif setiap bidang perencanaan PPM yang
berpengaruh terhadap kebutuhan pelayanan publik;
3. Panduan bagi perusahaan, pemerintah, pemerintah daerah atau dinas terkait
dalam memberikan informasi tentang bidang atau sektor pengembangan dan
hubungannya antarsektor, dikompilasi dan diintegrasikan, sebagai dasar progam;
4. Alat pengambilan keputusan bagi perusahaan dan pemangku kepentingan lain
dalam pelaksanaan PPM melalui informasi yang akurat, Update, kontekstual;
5. Memberikan informasi tentang kondisi geografis, demografis, potensi dan sumber
daya, peta transportasi, data spatial, pertumbuhan ekonomi dan kondisi
masyarakat sebagai peta tematik, seperti peta rawan konflik, kemiskinan,
kerentanan sosial, bencana alam, komposisi penduduk, dll.
E. Ruang Lingkup
Profil wilayah tentunya akan berkaitan dengan aspek sektoral atau pelayanan publik yang
perlu dikaji sebagai dasar penentukan prioritas program. Dalam mengkaji profil wilayah
dengan maksud mendeskripsikan lokus layanan sesuai dengan bidang PPM, salah satu
rujukannya yang dapat digunakan yaitu Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang
Pelayaan Publik yang menjelaskan lima hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan profil wilayah:
1. Bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang secara utama menjadi
kewajiban dan beban pemerintah/pemerintah daerah, namun dalam perjalanannya
memungkinkan pemerintah memiliki keterbatasan dalam memberikan layanan
publik yang berkualitas bagi masyarakat. Hal penting bagi perbaikan kualitas
pelayanan publik yang diatur dalam pasal 13 tentang kerja sama penyelenggara
dengan pihak lain (perusahaan) dalam pemberian dukungan pelayanan.
2. Pengakomodasian hak dan kewajiban dalam pelayanan (pasal 14).
3. Penekanan perlunya Standar Pelayanan (Pasal 22) dan Juga maklumat Pelayanan
(pasal 22).
4. Pentingnya Dukungan Sistim Informasi dalam Pelayanan (Pasal 23).
5. Perlunya peranserta Masyarakat (Pasal 39).
READ Indonesia | 55
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
F. Pendekatan
Penyusunan profil layanan ini dapat menggunakan pendekatan, metode dan alat analisis
tertentu tergantung tujuan, karakteristik dan cakupan analisis yang dilakukan. Jika
cakupan kegiatan PPM sederhana atau terbatas dalam wilayah kecil seperti dalam dua
atau tiga desa saja, maka cukup dengan melakukan pendekatan Rapid Rural Appraisal
(RRA/PRA). Namun jika wilayah terdampak luas, tiga atau empat kecamatan lebih bahkan
kabupaten, maka perlu dilakukan kajian wilayah secara mendalam dan komprehensif.
Pendekatan Rapid District Appraisal (RDA diharapkan dapat membantu perencana untuk
kasus yang cukup kompleks dan wilayah jangkauan terdampakknya cukup luas. Berikut
beberapa pendekatan yang digunakan dalam menyusun profil wilayah:
1. Perspektif Sektoral
Kajian terhadap kondisi sosial, dan budaya masyarakat.
Kajian terhadap kinerja pelayanan sektoral (pendidikan, kesehatan, ekonomi,
sosial budaya, lingkungan dan infrastruktur).
Kajian terhadap permasalahan, potensi, peluang dan tantangan sektoral.
2. Perspektif Tata Ruang
Pengorganisasian wilayah dan ruang, baik daratan, lautan, maupun udara.
Wilayah, ruang dan lahan dan segala sesuatu yang berlangsung diatasnya.
Kajian terhadap bentang alam dan bentang sosial (kawasan).
Interaksi manusia dengan proses ekologis yang berada dalam wilayah dan
ruang.
3. Perspektif Lingkungan
Hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau (AMDAL) yang diatur pada PP No.
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Penataan
Ruang Wilayah Pembangunan
4. Perspektif Administrasi Kewilayahan
Mendorong tatakelola kepemerintahan yang baik (Good Governance).
Mendorong tatakelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
G. Batasan Wilayah
Wilayah yang menjadi sasaran PPM dibagi berdasarkan konsep Ring (Concept Ring) yang
melihat kedekatan lokasi dengan kegiatan operasional perusahaan. Meskpun, terdapat
batasan hingga radius tertertentu misalnya 5 km untuk Ring 1, namun pada dasarnya
batasan tersebut tidak bersifat kaku dan umumnya mengikuti wilayah administratif
(desa/kelurahan atau kecamatan). Secara umum kosep Ring diuraikan sebagai berikut
56 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Selain wilayah dalam Ring yag disebutkan di atas, terdapat beberapa wilayah yang karena
kondisi dan alasan tertentu perlu kontribusi dan kepedulian perusahaan. Misalnya
wilayah yang terkena dampak bencana alam dan bencana sosial sepeti konflik, atau
wilayah yang perlu pertimbangan layak untuk membangun citra atau reputasi
perusahaan.
READ Indonesia | 57
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PPM, bukan berdasarkan asumsi semata sehingga tidak salah dalam mengambil
keputusan.
Dalam bab ini secara khusus diberikan salah satu contoh bagaimana perencana
melakukan kajian profil wilayah dengan substansi pembahasan disesuaikan dengan
sektor atau bidang utama PPM. Berikut ini dijelaskan langkah-langkah penyusunan profil
wilayah yang dapat digunakan dalam melengkapi Rencana Induk PPM dengan
mengambil kasus bidang pendidikan.
58 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Catatan: Data perbandingan kelompok penduduk menurut usia 0-6 tahun dengan kelompok 7-
12 tahun untuk mengetahuai, apakah kelompok penduduk usia 0-6 lebih besar dari kelompok
usia 7-12; Proyeksi berdasarkan kecamatan untuk mengetahui rasio kelompok usia tersebut. Jika
kelompok penduduk usia 0-6 tahun lebih besar dari kelompok usia 7-12 tahun, maka kecamatan
tersebut diprediksi mengalami penambahan anak usia sekolah dalam 6 tahun mendatang. Tetapi
jika lebih kecil, maka diprediksi mengalami penurunan jumlah anak usia sekolah 7-12 tahun.
READ Indonesia | 59
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Catatan: Identifikasikan nama desa yang masuk dalam katagori miskin, termasuk desa di
kecamatan dalam katagori tertinggal dan khusus. Kelas interval terdiri atas 5 (lima) kelas dan nilai
rata-rata data berada pada kelas interval ketiga agar terlihat sebaran kelompok di atas rata-rata
seimbang dengan kelompok di bawah rata-rata.
9. Buatlah resume terhadap hasil analisis yang telah dilakukan dengan memberikan
catatan penting terhadap gambaran kondisi penduduk dan indeks kemiskinan
suatu daerah (desa/ kecamatan).
Tabel 6.5: APK PAUD menurut Jenis Satuan Pendidikan Tiga Tahun Terakhir
Tahun Tahun Tahun
No Kecamatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1. TK/RA
2. KB/TPA
Total
60 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
13. Berdasarkan data tersebut, gambarkan keadaan APK PAUD dengan menghitung
besaran menurut tingkat desa/kecamatan dengan menggunakan tabel sebagai
berikut:
14. Identifikasi nama desa berdasarkan katagori APK PAUD untuk mengetahui apakah
gambaran tersebut ada kaitannya dengan tingkat kemiskinan masyarakat dengan
menggunakan tabel berikut:
Tabel 6.7: Daftar Desa dan APK PAUD menurut Indeks Kemiskinan
APK PAUD Indeks
No Kecamatan Jumlah Desa
< 20 Kemiskinan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kecamatan A Desa ....
Desa.....
2. Kecamatan B Desa ....
Desa ....
Total
15. Buatlah resume terhadap hasil analisis partisipasi masyarakat dalam mengikuti
jenjang PAUD dengan memberikan catatan penting terhadap gambaran indeks
kemiskinan suatu daerah (desa/kecamatan) kaitannya dengan partisipasi
masyarakat pada jenjang PAUD.
READ Indonesia | 61
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
lembaga satuan pendidikan dasar SD/MI dan Paket A dalam rentang waktu 3 (tiga)
tahun terakhir. Gunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 6.8: Jumlah Lembaga SD/MI dan Paket A dalam 3 Tahun Terakhir
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
No Satuan Pendidikan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5)
1. SD
2. MI
3. Paket A
Total
Tabel 6.9: APK, APM dan APS Tingkat Sekolah Dasar Tiga Tahun Terakhir
Tahun Tahun Tahun
No Kecamatan
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1. APM
2. APS
3. APK
Catatan: Posisi APS berada diantara APM dan APK dimana, penggunaan APK untuk mengukur
partisipasi pendidikan tidak dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya, karena semua anak
yang ada di jenjang SD, yang berusia 7-12 tahun, ditambah anak yang berusia di bawah 7 tahun
maupun di atas 12 tahun juga ikut dihitung, sehingga angkanya lebih besar dari 100 persen.
Demikian juga dengan APM, saat ini cenderung menurun, karena banyak peserta didik kelas 1 SD
berusia 6 tahun atau bahkan lebih muda lagi. Karena itu, tidak dapat dihitung dalam APM.
19. Lakukan kajian akses terhadap layanan sekolah dasar untuk mengetahui sejauh-
mana pemerintah daerah memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan
pendidikan kepada semua anak dengan menggambarkan kesiapan masuk sekolah,
bersekolah dan melanjutkan kejenjang SMP.
62 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
20. Hitunglah rata-rata usia masuk SD kelas 1 (satu) dengan melihat berapa persen (%)
anak kelas 1 (satu) yang berusia kurang dari 7 tahun berdasarkan jenis kelamin.
Hasilnya dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
21. Selanjutnya hitunglah berapa persen (%) anak kelas 1 (satu) SD yang berasal dari
TK/RA berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 6.11: Latar Belakang Masuk SD Kelas 1 (Satu) berdasarkan Jenis Kelamin
Latar Belakang Masuk SD
No. Jenis Kelamin Total
TK/RA (%) Non TK/RA (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Total
22. Identifikasi anak usia sekolah yang tidak bersekolah yang mengakibatkan APS
rendah. Fokus kajian dilakukan terhadap desa yang mempunyai APS rendah
mencakup dua aspek; ketersediaan layanan (supply side) dan kemampuan
masyarakat untuk mengaksesnya (demand side). Identifikasi layanan pendidikan
pada jenjang SD/MI dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
READ Indonesia | 63
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
23. Berdasarkan tabel tersebut, identifikasi sekolah yang jumlah muridnya kecil sebagai
dasar pertimbangan kebijakan penggabungan (regrouping) atau tetap dipertahan-
kan. Sedangkan untuk mengenal kemampuan masyarakat dalam menyekolahkan
anaknya dapat dianalisis dengan menggunakan indeks kemiskinan desa atau
kecamatan khususnya pada desa atau kecamatan dengan APM rendah.
24. Dalam melihat perkembangan tingkat transisi atau Angka Melanjutkan (AM) pada
tingkat kabupaten selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat digunakan tabel berikut:
25. Rendahnya AM disebabkan dua faktor yaitu ketersediaan layanan pendidikan pada
jenjang SMP/MTs dan faktor tingkat kemampuan masyarakat untuk mengakses
pendidikan pada jenjang SMP/MTs. Hal ini dapat diketahui dari tingkat partisipasi
siswa per kecamatan dalam melanjutkan ke jenjang SMP/MTs dengan mengguna-
kan tabel sebagai berikut:
Tabel: 6.14 Jumlah Siswa yang Melanjutkan Sekolah SMP/MTs Per Kecamatan
Jumlah Siswa Jumlah %
No Catatan
Per Sekolah Kecamatan (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 81
2. 81 – 85
3. 86 – 90
4. 91 – 95
5. > 95
Total 100 %
64 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
27. Identifikasi ketersediaan layanan pendidikan pada jenjang SMP/MTs yang disajikan
dalam tabel berikut:
28. Kajian terhadap mutu pendidikan dilakukan dengan mengukur angka mengulang
kelas (AMK), angka putus sekolah (APTS), input pendidikan bermutu dan mutu
lulusan.
29. Perkembangan tingkat mengulang kelas selama 3 (tiga) tahun terakhir dianalisis
sebagai berikut:
READ Indonesia | 65
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
31. Lakukan penilaian terhadap tingkat keseriusan putus sekolah pada setiap sekolah
dengan menggunakan tabel berikut:
32. Berdasarkan tabel di atas, identifikasikan sekolah dengan AMK tinggi meliputi
nama sekolah, lokasi, nama desa, nama kecamatan, nilai AMK dan kaitannya
dengan indeks kemiskinan desa atau kecamatan.
33. Perkembangan tingkat putus sekolah (APTS) selama 3 (tiga) tahun terakhir
digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
66 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
34. Selanjutnya lakukan analisis tingkat angkat putus sekolah menurut jenjang kelas
dan jenis pendidikan untuk mengetahui kecenderungan indeks peningkatan APTS
menggunakan tabel sebagai berikut:
35. Lakukan penilaian terhadap tingkat APTS pada setiap sekolah dengan
menggunakan tabel berikut:
36. Berdasarkan tabel di atas, identifikasikan sekolah dengan APTS tinggi meliputi
nama sekolah, lokasi, nama desa, nama kecamatan, nilai AMK dan kaitannya
dengan indeks kemiskinan desa atau kecamatan.
READ Indonesia | 67
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
37. Mutu input pendidikan terkait dengan kecukupan dan kelayakan sarana dan
prasarana belajar di sekolah. Kecukupan ruang kelas di setiap jenis pendidikan
selama 3 (tiga) tahun terakhir diukur dengan rasio ruang kelas terhadap
Rombongan Belajar (Rombel) pada tingkat kabupaten yang digambarkan sebagai
berikut:
38. Sedangkan distribusi rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar dianalisis
dengan tabel berikut:
68 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
39. Mutu input pendidikan terkait kelayakan ruang kelas dapat dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota dengan menerapkan manajemen asset secara
konsisten hingga satuan pendidikan sekolah. Dalam mengenal kelayakan kelas
dapat diukur dari kondisi ruang kelas menurut jenis pendidikan yang dianalisis
dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
40. Selanjutnya, lakukan analisis terhadap kondisi ruang kelas yang mengalami rusak
berat sebagai prioritas dalam penanganan pembangunan pendidikan selain
keselamatan murid dan kenyamanan belajar.
41. Kecukupan guru kelas dalam setiap jenis pendidikan di tingkat kabupaten/kota
digambarkan dengan rasio guru kelas terhadap rombongan belajar dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir:
READ Indonesia | 69
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
42. Selanjutnya, lakukan analisis terhadap distribusi rasio guru kelas terhadap
rombongan belajar secara keseluruhan untuk tingkat kabupaten/kota yang
digambarkan dalam tabel berikut:
43. Gambaran terkait kecukupan buku pelajaran pokok ditunjukkan dalam bentuk rasio
buku terhadap murid dengan menghitung perkembangan rasio buku selama 3
(tiga) tahun terakhir sebagai berikut:
44. Lakukan analisis buku menurut mata pelajaran pokok SD/MI. Hal ini digunakan
untuk melihat buku mata pelajaran atau bidang studi yang masih kurang, cukup
bahkan kelebihan buku. Berikut tabel yang menggambarkan kecukupan bukau
menurut mata pelajaran pokok SD/MI;
70 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
45. Lakukan penilaian terhadap tingkat kecukupan buku pelajaran berdasarkan rasio
buku siswa khusunya untuk katagori kurang, dengan menggunakan tabel berikut;
Tabel 6.33: Rasio Buku Pelajaran Tertentu terhadap Siswa Tingkat Sekolah
Rasio Kecukupan %
No Jumlah Sekolah Catatan
Buku (Rentangan) (persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. < 0.5
2. 0.5 – 0.9
3. 0.9 – 1.1
4. 1.1 – 1.5
5. > 1.5
Total 100 %
Tabel 6.34: Daftar Sekolah dengan Kecukupan Buku Pelajaran Sangat Kurang
Tingkat Nama
No Kecamatan Desa Jenis Status Skor
Kemiskinan Sekolah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Kecamatan A
2. Kecamatan B
3. Kecamatan C
dst.
47. Mutu lulusan dapat dilihat dari dua aspek yaitu rata-rata nilai ujian sekolah (US)
dan tingkat kelulusan. Gambaran terkait tingkat rata-rata nilai ujian sekolah dengan
READ Indonesia | 71
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
menghitung perkembangan atau trend nilai ujian selama 3 (tiga) tahun terakhir di
tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
48. Selain rata-rata ujian sekolah (US) seluruh mata pelajaran, lakukan analisis setiap
mata pelajaran dengan untuk melihat pelajaran yang memiliki kinerja rendah.
Analisis dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
49. Lakukan pengujian terhadap rata-rata nilai ujian sekolah dengan distribusi
prosentase setiap sekolah dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
50. Dari tabel di atas dapat ditelusuri sekolah mana saja yang memperoleh rata-rata
nilai ujian (US) < 6, serta dapat ditelusuri kaitannya dengan berbagai input
pendidikan, seperti digambarkan dalam tabel berikut:
72 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
51. Disamping nilai rata-rata US, mutu pendidikan dapat juga dilihat dari tingkat
kelulusan yang ditunjukkan oleh tingkat proporsi kelulusan berdasarkan distribusi
sekolah.
52. Lakukan identifikasi sekolah mana saja yang mempunyai tingkat kelulusan rendah
dengan menuliskan nama sekolah, lokasi, nama desa, nama kecamatan, indeks
kemiskinan dan tingkat kelulusan.
Tabel 6.40: Daftar Sekolah dengan Tingkat Kelulusan Rendah dan Indeks
Kemiskinan
READ Indonesia | 73
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
53. Disamping input pendidikan, analisis lebih lanjut menyangkut mutu pendidikan
dilakukan dengan melihat proses pendidikan untuk membantu mengidentifikasi
penyebab rendahnya kinerja kelulusan. Salah satu indikator yang dinilai, meliputi
tingkat kehadiran guru dan penilaian murid secara periodik.
54. Penilaian terhadap tingkat kehadiran guru di sekolah dapat dianalisis dengan
menggunakan tabel sebagai berikut:
55. Selanjutnya untuk mengetahui penilaian murid secara periodik dapat dilakukan
berdasarkan SPM yang menuntut penilaian siswa dalam mencapai kompetensi
yang dipersyaratkan. SPM menuntut agar 90 persen dari siswa yang mengikuti uji
sampel mutu pendidikan standar nasional mencapai nilai ”memuaskan” dalam
mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung untuk kelas 3 (tiga) serta mata
pelajaran matematika, IPA dan IPS untuk kelas 5 (lima). Hal ini dilakukan pengujian
terhadap sampel siswa terhadap mutu pendidikan dengan menggunakan tabel
berikut;
74 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sumber: Buku Panduan Penyiapan Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (Renstra
OPD). Decentralized Basic Education 1 Management and Governance Draft Versi: 25 Januari 2008,
hal 36.
57. Proses yang sama juga dilakukan dalam menganalisis profil pendidikan menengah
pertama (SMP/MTs). Tabel diatas dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
proses pengkajiannya.
READ Indonesia | 75
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
60. Analisis situasi SMK lebih rumit karena jumlah bidang studi didasarkan pada
keahlian khusus dengan unit analisis lebih banyak. Analisis yang paling
memungkinkan dapat dilakukan pada tingkat kelompok bidang keahlian seperti
SMK Teknologi, SMK Bisnis, SMK Pariwisata. Seluruh indikator dianalisis menurut
kelompok keahlian tersebut.
76 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Jrurusan
No Indikator
Teknologi Bisnis Pariwisaata Catatan
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
7. Rasio Siswa dengan Rombel
8. Rata-Rata UN
63. Berdasarkan tabel di atas identifikasi desa yang berada pada posisi tingkat buta
aksara (ABA) tinggi dengan menggunakan tabel berikut;
64. Fokuskan pada desa yang prosentase ABA tinggi dengan menuliskan nama desa,
nama kecamatan, angka penyandang buta aksara dan indeks kemiskinan.
READ Indonesia | 77
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Tabel 6.48: Daftar Desa dengan ABA Tinggi menurut Lokasi dan Tingkat
Kemiskinan
Angka
Tutor
No Kecamatan Pennyandang Buta PKBM TBM
Keaksaraan
Aksara (ABA)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
66. Profil pendidikan kesetaraan dianalisis berdasarkan informasi dan data per-
kembangan jumlah peserta didik dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir
berdasarkan sumber pendanaan baik APBN, APBD atau sumber lainnya.
78 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
READ Indonesia | 79
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
73. Berdasarkan data tersebut gambarkan distribusi tingkat pendidikan guru untuk
membantu perencanaan pendidikan guru ke depan.
80 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pendidikan Jumlah %
No Catatan
Guru Guru (Persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. SLTA
2. D1
3. D2
4. D3/Sarjana Muda
5. S1/D4
6. S2/Pascasarjana
7. S3/Pascasarjana
Total
74. Berdasarkan tabel di atas identifikasi distribusi usia guru untuk mengetahui umur
guru dengan proyeksi kebutuhan guru akibat memasuki masa pensiun.
75. Khusus bagi guru yang berusia lebih dari 55 tahun yang akan memasuki pensiun
empat tahun ke depan. Tersedianya data jumlah guru yang akan memasuki masa
pensiun sangat penting untuk mengantisipasi kekosongan guru secara mendadak.
Guru dalam kelompok ini perlu di catat menurut sekolah, masa kerja, golongan,
status kepegawaian, dan alamat lengkap.
Tabel 6.56: Daftar Guru dengan Usia > 55 Tahun
Usia Guru Masa Jumlah
No Catatan
> 55 Tahun Pensiun Guru
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 60 Tahun Pensiun Tahun ini
2. 59 Tahun Pensiun satu tahun ke depan
3. 58 Tahun Pensiun dua tahun ke depan
4. 57 Tahun Pensiun tiga tahun ke depan
5. 56 Tahun Pensiun empat tahun ke depan
Total 100 %
READ Indonesia | 81
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
76. Identifikasi masa kerja guru berkaitan dengan program pengembangan personil
terkait peluang dan kesempatan mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan
pengembangan profesi lainnya.
77. Pada umumnya distribusi guru disusun berdasarkan pangkat atau golongan dari
yang terendah hingga yang tertinggi yang dianalisis dengan tabel berikut:
78. Rincian data guru yang akan ditetapkan sebagai prioritas dan kelayakan
peningkatan kualifikasi guru yang belum S1/D4, perlu dianalisis secara lengkap
datanya dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
82 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
79. Pada jenjang SMP/SMA/SMK, selain tingkat pendidikan, perlu ditelaah kesesuaian
antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang menjadi
tugasnya. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan sebaran guru dengan
kesesuaian beban tugas mengajar mata pelajaran dengan latar belakang
pendidikan atau kompetensinya. Untuk keperluan tersebut perlu dilakukan
penjaringan informasi melalui instrumen khusus dengan tabel sebagai berikut:
READ Indonesia | 83
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Keterangan:
Apakah sekolah telah memiliki Komite Sekolah:
a. Terbentuk (2 Poin)
b. Bertemu minimal 4 kali setahun (2 Poin)
c. Terlibat aktif dalam perencanaan sekolah (RPS/RKS dan/atau RAPBS) (4 Poin)
d. Terlibat aktif dalam pengawasan dan implementas perencanaan (4 Poin)
83. Lakukan analisis kinerja Dewan Pendidikan dengan mengukur tingkat capaian
terhadap target layanan yang telah ditetapkan.
84 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
LAPORAN
PROFIL WILAYAH PPM
Sumber data yang digunakan untuk mengisi data Profil Wilayah PPM
1. ..........................................................................................................
2. ..........................................................................................................
3. ..........................................................................................................
4. ..........................................................................................................
5. ..........................................................................................................
Direktur
Perusahaan ..........................
READ Indonesia | 85
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
OUTLINE
LAPORAN KAJIAN PROFIL WILAYAH PPM
Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota ...................
1Tajuk atau indikator ini diadaptasi untuk membantu dalam merumuskan kerangka isi dari laporan kajian
profil wilayah dengan mengidentifikasi aspek-apsek khusus secara rinci. Untuk mempermudah kajian
dapat menggunakan dokumen yang dikeluarkan oleh masing-masing OPD sesuai Tupoksinya. Informasi
dan data pendukung dapat diambil dari berbagai sumber termasuk hasil kajian dan penelitian atau laporan
berkala yang dikeluarkan oleh kementerian dan badan terkait.
86 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
7
KONSULTASI
PEMANGKU KEPENTINGAN
A. Pengertian
Pemangku Kepentingan adalah orang atau kelompok yang secara langsung atau tidak
langsung dipengaruhi oleh keberadaan perusahaan, serta mungkin memiliki
kepentingan di dalamnya atau kemampuan untuk mempengaruhi hasilnya. Minat dari
setiap individu atau kelompok yang dimiliki dalam suatu proyek atau investasi akan
bervariasi. Masyarakat dan pemerintah yang terletak di sekitar tambang akan terkena
dampak langsung kegiatan operasi, tetapi khalayak internasional juga dapat
menyuarakan kekhawatiran tertentu sehubungan dengan dampak operasi terhadap
lingkungan dan sosial. Operasi perusahaan tentunya sedikit banyak menimbulkan
berbagai dampak tidak langsung dan kumulatif, kadang-kadang untuk masyarakat tidak
berbatasan langsung dengan fasilitas proyek. Memprediksi dan berencana untuk
dampak tidak langsung tersebut adalah aspek yang sangat sulit dari perencanaan sosial,
tetapi juga salah satu yang semakin penting secara internasional.
Konsultasi pemangku kepentingan merupakan salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk melibatkan publik dalam penyusunan Rencana Induk PPM. Bentuk
komunikasi dua arah antara Tim Penyusun dengan masyarakat atau pemangku
kepentingan lain terhadap suatu rancangan Rencana Induk PPM, yang berlangsung
dalam setiap tahapan perencanaaan, yang bertujuan untuk mengumpulkan saran, kritik
dan pendapat atas materi dan usulan program yang dibahas dalam Rencana Induk PPM.
Proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna
mencapai kesepahaman dan kesepakatan alam perencanaan pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.
READ Indonesia | 87
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
B. Tujuan
Tujuan konsultasi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Induk PPM, yaitu:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat terkait adanya Rencana Induk PPM yang
akan/sedang disusun;
2. Memperoleh masukan dan tanggapan dari masyarakat terkait substansi Rencana
Induk PPM yang sedang dibuat;
3. Agar masyarakat memahami dampak dari perencanaan tersebut
C. Manfaat
Manfaat konsultasi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Induk PPM,
yaitu:
1. Meningkatkan legitimasi dan efektifitas penyusunan Rencana Induk PPM sebagai
bagian penting dari tanggungjawab sosial perusahaan, karena rencana yang
dihasilkan memperoleh dukungan dari berbegai pihak karena terlibat dalam
penyusunannya;
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat;
88 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
D. Prinsip-Prinsip
Prinsip-prinsip konsultasi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Induk
PPM :
1. Berpihak kepada kelompok marjinal. Seringkali berbagai forum atau pertemuan
yang mempertemukan para pengambil keputusan dan masyarakat hanya diikuti
kelompok laki-laki, kelompok kaya/mampu, dan kelompok terdidik. Konsultasi
harus didorong menjadi forum yang menempatkan masyarakat miskin,
perempuan, dan kelompok rentan sebagai peserta yang utama. Konsultasi
hendaknya melibatkan pihak yang paling terkena dampak dari PPM yang akan
direncanakan.
2. Melibatkan semua pihak terkait. Keterlibatan semua pihak terkait akan dapat
memetakan berbagai kepentingan dan aspirasi yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan RUU,sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejutankejutan dalam
pelaksanaannya;
3. Sistematis. Semua pihak yang kepentingan terhadap Rencana Induk PPM
memahami konsep dan program secara keseluruhan dan terlibat mulai dari tahap
persiapan, pengumpulan data, diskusi, analisis hingga penyepakan dokumen
perencanaan;
4. Transparan. Proses pelaksanaan konsultasi harus dilakukan secara transparan,
termasuk kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam konsultasi pubik sehingga
masyarakat percaya bahwa konsultasi publik tidak semata dilakukan untuk
memenuhi persyaratan formal prosedur saja;
5. Musyawarah dan mufakat. Pengambilan keputusan bersama berdasarkan
mufakat (konsensus). Keputusan dalam PPM memerlukan cukup waktu yang
memungkinkan munculnya berbagai pertimbangan dan usulan, terutama pihak
yang terkena dampak, baik langsung maupun tidak langsung atas sebuah
kebijakan. Isu-isu kontroversial perlu dibuka sejak awal disertai ekspose data yang
memadai beserta pilihan kebijakan yang tersedia. Setiap pilihan perlu disertai
dengan argumen dan data-data akurat, sehingga semua pihak dapat belajar
memahami pendapat pihak lain dan pilihan kebijakan yang mungkin diambil;
6. Inklusif. Proses penyepakatan atau konsensus benar-benar dilakukan bersama,
dimana semua pemangku kepentingan yang merasa memiliki keputusan tersebut,
termasuk pihak yang sebenarnya berbeda pendapat dengan keputusan yang
dibuat.
READ Indonesia | 89
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
E. Materi Konsultasi
Bahan-bahan yang akan dikonsultasikan oleh perusahaan terkait Rencana Induk PPM
disesuaikan dengan kewenangannya mencakup dua isu pokok atau substansi kebijakan
PPM khususnya untuk masyarakat sekitar tambang. Ruang lingkup materi Rencana Induk
PPM yang harus dikonsultasikan oleh perusahaan dalam konteks perencanaan kepada
masyarakat disekitar tambang tertera pada tabel berikut:
90 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
F. Standar Pengaturan
Salah satu pengaturan standar perusahaan dalam membangun kerjasama pemangku
kepentingan dengan disepakatinya ISO (International Organization for Standardization)
sebagai induk organisasi standarisasi internasional untuk tanggung jawab sosial yang
diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. Pengaturan untuk
kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada pemahaman umum bahwa
keberadaan pemangku kepentingan adalah sangat penting untuk kelanjutan suatu
organisasi. Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu Rio Earth Summit on
READ Indonesia | 91
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
92 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
dapat menjadi salah satu rujukan dalam memetakan dan mengkategorikan pemangku
kepentingan.
READ Indonesia | 93
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
94 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
READ Indonesia | 95
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
96 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
READ Indonesia | 97
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
98 | READ Indonesia
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
8
PENGEMBANGAN
PROGRAM STRATEGIS
A. Pengertian
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi dalam hal ini Badan Usaha Pertambangan untuk mencapai
sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Sedangkan program strategis merupakan
penjabaran dari hasil temuan lapangan yang dirumuskan dalam beberapa aspek atau
isu-isu strategis sebagai suatu bentuk dukungan atau intervensi yang harus dilakukan
oleh organisasi dalam jangka panjang terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat.
Dalam proses perumusan program strategis, perusahaan dapat memfasilitasi Tim
atau pemangku kepentingan lain untuk mengkaji hasil pemetaan sosial (social mapping)
dan profil wilayah yang telah dibuat. Kedua sumber informasi ini sangat penting untuk
menentukan pola dukungan perusahaaan atau intervesi program sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat di sekitar tambang. Pada tahapan ini diperlukan kemampuan
analisis dari perencana untuk memeformulasikan isu-isu penting menjadi program yang
akan dimasukkan dalam Rencana Induk PPM.
Tahap ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan
menyangkut kekuatan, kelemahan internal serta peluang dan ancaman ekternal yang
akan dihadapi. Analisis lingkungan secara umum dibagi dalam dua kelompok. Pertama,
lingkungan internal yang sifatnya berada dalam jangkauan masyarakat desa. Kedua,
lingkungan ekternal desa mencakup lingkungan makro yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kinerja masyarakat dan kelompok yang ada.
READ Indonesia | 99
PANDUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
B. Tujuan
Secara umum tujuan pengembangan program strategis dalam Rencana Induk PPM, yaitu;
1. Melakukan penilaian terhadap alternatif pemecahan masalah berdasarkan
kelayakan teknis, tingkat kebutuhan dan aspirasi masyarakat;
2. Mengintegrasikan seluruh kebutuhan sektoral baik kelembagaan, lingkungan dan
sumber daya lain dalam suatu kemasan tindakan yang sistematis dan menyeluruh;
3. Menetapkan prioritas tindakan atau pola intervensi berdasarkan kebijakan,
kapasitas kelembagaan, sumber daya yang ada dan diletakkan dalam rangkaian
kegiatan berkelanjutan.
Melalui penetapan program strategis akan diperoleh usulan kegiatan masyarakat
dalam aspek kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan sektor (pendidikan, kesehatan,
kemandirian ekonomis dan lain-lain. Lihat ruang linkup PPM). Bahan rujukan untuk
memilih dan menetapkan berbagai kebutuhan serta penyiapan masyarakat dalam
melaksanakan program. Hasil penyusunan dan penetapan program yang dilakukan akan
menjadi dasar pelaksanaan kegiatan PPM secara terintegrasi.
C. Manfaat
Program strategis merupakan bagian penting dari Rencana Induk PPM untuk
menentukan prioritas program PPM berdasarkan kebutuhan dan masalah, sekaligus
menjadi panduan dalam pengelolaan sumber daya (fisik dan non fisik) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Konsep program investasi memberikan kemudahan bagi
masyarakat atau pelaksana dalam menentukan aturan dan pelaksanaan kegiatan yang
dirancang secara sistematis dengan memperhatikan dimensi keterpaduan—integrasi dan
pelibatan antarpelaku. Bagi masyarakat program strategis sebagai alat perencanaan dan
kontrol kualitas dalam menata lingkungan sesuai dengan visi dan misi yang diharapkan.
Masyarakat dapat mengetahui lebih jauh perubahan akibat pembangunan yang
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (5 tahun).
Program strategis berisi harapan dan tujuan masyarakat yang hendak dicapai
berdasarkan proses penilaian partisipatif terhadap kondisi, sumber daya dan peran
dalam proses pembangunan. Melalui program investasi diharapkan muncul rasa memiliki
(sense of belonging) dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap apa yang sudah
dinvestasikan atau dibangun. Atas tanggung jawabnya itu, masyarakat akan terdorong
untuk memelihara hasil pembangunan secara swadaya.
D. Pendekatan
Teknik yang digunakan untuk merumuskan program PPM dengan menggunakan kajian
potensi, masalah dan analisis internal dan eksternal yang dikenal dengan analisis SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, threats). SWOT merupakan salah satu teknik analisis
yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah (kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan) dalam suatu wilayah atau daerah. Aspek kekuatan dan
kelemahan lebih mengarah pada potensi dan masalah yang dimiliki (intern factors),
sedangkan peluang dan tantangan datang dari luar komunitas atau daerah (extern
factors) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah itu. Umumnya informasi dan
data sebagai bahan analisis berasal dari dokumen rencana pembangunan, tata ruang,
profil wilayah, data pemerintah dan lembaga lainnya dengan sumber informasi penting
dikumpulkan dari masyarakat setempat.
Analisis SWOT bertumpu pada basis data tahunan dengan pola 3-1-5 tahun.
Artinya, data yang ada diupayakan mencakup data perkembangan organisasi dan
masyarakat pada tiga tahun sebelum analisis, apa yang ingin dilakukan pada tahun
pertama atau yang sedang berjalan serta harapan yang ingin dicapai atau
kecenderungan organisasi pada lima tahun ke depan. Hal ini dimaksudkan agar data dan
fakta benar-benar dapat menunjukkan kondisi yang sebenarnya serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Catatan:
Kolom (1) Diisi dengan nomor urut sesuai dengan kebutuhan;
Kolom (2) Diisi dengan daftar pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW),
pusat kegiatan lokal (PKL) yang direncanakan di wilayah terdampak operasi
perusahaan, seperti: rencana bandara, pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan,
terminal, stasiun kereta, jaringan jalan primer/sekunder, jaringan prasarana sumber
daya air, jaringan prasarana energi/listrik, dan jaringan prasarana telekomunikasi;
Kolom (3) Diisi dengan daftar pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW),
pusat kegiatan lokal (PKL) yang telah ada di wilayah terdampak operasi, seperti:
ketersediaan bandara, pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, terminal, stasiun
kereta, jaringan jalan primer/sekunder, jaringan prasarana sumber daya air, jaringan
prasarana energi/listrik, dan jaringan prasarana telekomunikasi;
Kolom (4) Diisi dengan indikasi program pemanfaatan ruang untuk setiap rencana struktur
ruang;
Kolom (5) Diisi dengan perbandingan antara kondisi rencana dan kondisi saat ini, serta indikasi
program pemanfaatan ruang pada periode tahun perencanaan, lakukan identifikasi
apakah ada pengaruhnya kepada kebutuhan pelayanan publik di wilayah terdampak
operasi. Jika ada, identifikasikan bentuk kebutuhan tersebut, perkiraan besaran
kebutuhan, dan lokasinya; dan
Kolom (6) Diisi dengan daftar lokasi berdasarkan hasil pada kolom (5). Daftar lokasi ini menjadi
arahan lokasi pengembangan pelayanan publik (kesehatan dan ekonomi) untuk
mendukung perwujudan struktur ruang wilayah.
Tabel 8.2: Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Terdampak Operasi Perusahaan
Catatan:
Kolom (1) Diisi dengan nomor urut sesuai kebutuhan;
Kolom (2) Diisi dengan daftar kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan strategis yang
direncanakan di wilayah terdampak operasi;
Kolom (3) Diisi dengan daftar kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan strategis yang
telah ada (eksisting) di wilayah terdampak operasi;
Kolom (4) Diisi dengan indikasi program pemanfaatan ruang untuk setiap rencana pola ruang;
Kolom (5) Diisi dengan perbandingan antara kondisi rencana dan kondisi saat ini, dan indikasi
program pemanfaatan ruang pada periode berkenaan dengan tahun perencanaan,
lakukan identifikasi apakah ada pengaruhnya kepada kebutuhan pelayanan publik
10. Buatlah hasil resume hasil pembahasan dengan mencatatnya dalam tabel, sebagai
berikut.
Catatan bagi
Implikasi
Ringkasan Perumusan
No Aspek Kajian terhadap
KLHS Program dan
Masyarakat
Kegiatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kapasitas daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan
2. Perkiraan mengenai dampak dan
risiko lingkungan hidup
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya
alam
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim
6. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati
Keterangan:
Kolom (1) diisi dengan nomor urut sesuai kebutuhan.
Kolom (2) diisi dengan aspek kajian KLHS.
Kolom (3) diisi dengan ringkasan KLHS untuk setiap aspek kajian berkenaan.
Kolom (4) diisi dengan pengaruh yang mungkin/dapat terjadi terhadap kebijakan pelayanan di
wilayah terdampak operasi.
Kolom (5) diisi dengan catatan yang harus diperhatikan dalam perumusan program dan
kegiatan masyarakat agar tidak bertentangan dengan KLHS.
Kesehatan
Kemandirian Ekonomi
Kelembagaan
Infrastruktur
Keterangan:
Kolom (1) : Cukup jelas
Kolom (2) : Tuliskan masalah utama bidang kesehatan dan ekonomi yang dihadapi oleh
masyarakat terdampak operasi perusahaan. Kajilah sesuai dengan aspek-
aspek pengembangan di setiap subsektor.
Kolom (3) : Tuliskan faktor penyebab dari masalah.
Kolom (4) : Tuliskan potensi yang tersedia.
Kolom (5) : Tuliskan potensi atau sumber daya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Keterangan:
Kolom (1) : Cukup Jelas.
Kolom (2) : Tuliskan daftar organisasi dan kelembagaan atau pemangku kepentingan
yang ada di wilayah terdampak operasi.
Kolom (3) : Tuliskan masalah terkait dengan konflik atau ketidakharmonisan.
Kolom (4) : Tuliskan potensi penyelesaan masalah yang tersedia di tingkat lokal.
Peluang : Tantangan:
Faktor Eksternal 1. …………… 1. ………………
2. ……………… 2. ………………
3. dst … 3. dst …
Faktor Internal
Tabel 8.7: Contoh Skor Kriteria Penentuan Program Prioritas PPM di Wilayah
Terdampak Operasi Perusahaan
No Kriteria Bobot
1 Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian 20
SDGs, sasaran Renstra K/L atau Renstra kabupaten/kota
2 Merupakan peran dan tanggung jawab masyarakat (komunitas) 10
di wilayah terdampak operasi perusahaan.
3 Dampak terhadap kesejahteraan masyarakat 20
4 Memiliki daya ungkit dalam pembangunan di wilayah terdampak 10
operasi perusahaan
5 Kemungkinan atau kemudahan untuk ditangani oleh masyarakat 15
6 Prioritas kebutuhan pelayanan masyarakat yang perlu 25
diwujudkan
7. Dst.
Jumlah 100
Catatan: Urutan dan jumlah kriteria dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
37. Berdasarkan hasil pemeringkatan di atas lakukan penilaian isu-isu penting untuk
masing-masing bidang selanjutnya rumuskan tindakan berupa pernyataan yang
2. Kesehatan
4. Kemandirian Ekonomi
6. Lingkungan Hidup
7. Infrastruktur
Keterangan:
Kolom (1) : Cukup jelas.
Kolom (2) : Tuliskan program strategis PPM yang teridentifikasi.
Kolom (3) – (9) : Tuliskan total skor perkriteria.
Kolom(10) : Tuliskan total skor program strategis dari seluruh kriteria.
38. Menghitung rata-rata skor atau bobot setiap program strategis untuk masing-
masing bidang PPM dengan menghitung jumlah keseluruhan nilai setiap isu
tersebut dibagi jumlah peserta, yang dituangkan dalam tabel sebagai berikut:
Keterangan:
Kolom (1) : jelas.
Kolom (2) : Tuliskan sesuai program strategis PPM yang teridentifikasi.
Kolom (3) : Tuliskan total akumulasi nilai skor dari isu-isu pada kolom (2).
Kolom (4) : Tuliskan nilai rata-rata dari total skor program strategis PPM dari seluruh
kriteria.
2 Kesehatan
4 Kemandirian Ekonomi
6. Lingkungan Hidup
7. Infrastruktur
41. Untuk mempermudah buatlah rincian untuk setiap program dan kegiatan PPM
dengan format sebagai berikut:
2. Kesehatan:
3. Peningkatan Pendapatan
Riil atau Pekerjaan
4. Kemandirian Ekonomi
6. Lingkungan Hidup
7. Infrastruktur
Keterangan
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Tuliskan uraian/nama program dan kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan nama lokasi pelaksanaan PPM.
Kolom (4) Tuliskan sasaran penerima manfaat PPM.
Kolom (5) Tuliskan rencana pembiayaan (rupiah/dolar)
Kolom (6) Tuliskan periode pelaksanaannya selama tahun 1 s/d tahun ke 5
Kolom (7) Tuliskan keterangan lain sebagai penjelasan atau catatan tambahan terkait
rekomendasi terhadap rumusan program utama PPM.
42. Deskripsikan program yang telah dirumuskan dalam bentuk periode usaha
tambang dan kerangka kerja PPM sebagai berikut:
Tabel 8.12: Contoh Format Periode Usaha Tambang dan Kerangka Kerja PPM
9
PROGRAM PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
TAHUNAN
A. Pengertian
Program PPM Tahunan merupakan bagian integral dari dokumen Rencana Induk PPM
yang berisi penjabaran arah kebijakan dan strategi perusahaan atau Badan Usaha
Pertambangan berdasarkan periode atau tahapan pencaian target yang bersifat jangka
pendek. Program PPM tahunan mengindikasikan program atau kegiatan prioritas serta
kebutuhan pendanaan yang akan dilaksanakan dalam tahun rencana.
Badan Usaha Pertambangan wajib menyusun Rencana Induk PPM yang dilakukan
bersamaan dengan penyusunan studi kelayakan dan dokumen lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Program PPM Tahunan disusun
sebagai bagian dari Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya (RKAB).
B. Ruang Lingkup
Program PPM Tahunan paling sedikit memuat:
1. Rencana rincian kegiatan PPM Tahunan;
2. Waktu pelaksanaan program PPM Tahunan;
3. Pembiayaan program PPM Tahunan;
4. Kriteria keberhasilan; dan
5. Realisasi program PPM Tahunan tahun sebelumnya termasuk kendala yang
dihadapi dan upaya penyelesaiannya.
C. Pembiayaan
Sumber pendanaan perlu direncanakan oleh Badan Usaha Pertambangan untuk
memastikan berjalannya program PPM yang terintegrasi dalam RKAB. Besarnya alokasi
anggaran didasarkan pada besarnya cakupan program PPM. Anggaran rutin umumnya
telah dimasukkan secara terintegrasi sebagai biaya personil perusahaan yang terkait
dengan struktur organisasi PPM. Agar dapat terintegrasi dengan perencanaan bisnis
perusahaan, maka perencanaan dan penganggaran PPM dapat diselenggarakan
bersamaan dengan perencanaan dan penganggaran bisnis perusahaan.
Pembiayaan Program PPM Tahunan berasal dari biaya operasional Badan Usaha
Pertambangan yang tercantum dalam RKAB. Pembiayaan Program PPM Tahunan dapat
dilakukan berdasarkan tahun jamak. Pembiayaan Program PPM Tahunan wajib dikelola
langsung oleh Badan Usaha Pertambangan.
Dalam hal terdapat sisa pembiayaan Program PPM Tahunan pada akhir tahun
berjalan, sisa pembiayaan Program PPM Tahunan dapat digunakan sebagai pembiayaan
Program PPM Tahunan pada tahun berikutnya.
Pembiayaan Program PPM Tahunan dilarang tumpang tindih dengan pembiayaan
yang berasal dari anggaran penerimaan dan belanja negara atau anggaran penerimaan
dan belanja daerah (APBN dan APBD).
D. Pelaksanaan
Badan Usaha Pertambangan wajib melaksanakan sendiri Program PPM Tahunan yang
telah disetujui dalam RKAB. Dalam melaksanakan Program PPM Tahunan, Badan Usaha
Pertambangan wajib menyusun Standard Operating Procedure (SOP) yang wajib
disampaikan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
E. Pelaporan
Badan Usaha Pertambangan wajib menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan Program
PPM Tahunan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai dengan
kewenangannya dengan tembusan disampaikan kepada bupati/walikota setempat
secara berkala setiap 6 (enam) bulan pada tahun berjalan. Penyampaian laporan realisasi
pelaksanaan Program PPM Tahunan secara berkala setiap 6 (enam) bulan dilakukan
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak berakhirnya periode
pelaksanaan Program PPM Tahunan setiap 6 (enam) bulan.
Laporan realisasi pelaksanaan Program PPM Tahunan disusun dengan menerapkan
prinsip:
1. Tepat dan akurat, dimana laporan harus memuat informasi yang lengkap dan
detail;
2. Jelas, dimana laporan harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan bisa
diakses;
3. Seimbang, dimana laporan harus mencerminkan aspek positif dan aspek negatif
dari kegiatan Program PPM yang dilakukan;
4. Dapat dibandingkan, dimana laporan harus konsisten dan terukur sehingga dapat
dibandingkan dari waktu ke waktu; dan
5. Metodologis, dimana laporan harus memuat informasi yang dikumpulkan, direkam,
dianalisis, dan disajikan berdasarkan cara atau metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Laporan realisasi pelaksanaan Program PPM Tahunan sekurang-kurangnya
memuat:
1. Rincian kegiatan dan pembiayaan Program PPM Tahunan;
2. Kriteria keberhasilan;
3. Kendala yang dihadapi dan penyelesaian permasalahan;
4. Kesimpulan; dan
5. Rencana Program PPM Tahunan periode tahun berikutnya untuk laporan realisasi
pelaksanaan Program PPM Tahunan semester kedua.
Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya
dapat meminta Badan Usaha Pertambangan untuk mempresentasikan laporan realisasi
pelaksanaan Program PPM Tahunan.
5. Buatlah rekapitulasi usulan kegiatan PPM yang disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
3. PENINGKATAN
PENDAPATAN DAN
LAPANGAN
PEKERJAAN
4. KEMANDIRIAN
EKONOMI
5, SOSIAL BUDAYA
6. LINGKUNGAN
7. INFRASTRUKTUR
1.
Keterangan:
Kolom (1) Tuliskan dengan nomor urut sesuai urutan program dan kegiatan.
Kolom (2) Tuliskan nama program dan kegiatan PPM yang diusulkan oleh masyarakat.
Kolom (3) Tuliskan lokasi kegiatan yang direncanakan.
Kolom (4) Tuliskan indikator kinerja program/kegiatan yang direncanakan.
Kolom (5) Tuliskan besaran volume program/kegiatan untuk tahun rencana.
Kolom (6) Tuliskan skala pelayanan (Desa, Kecamatan, kabupaten/kota, Provinsi, Pusat).
Kolom (7) Tuliskan catatan penting atas program/kegiatan yang diusulkan.
8. Inventarisasi program dan kegiatan PPM indikatif yang telah dirumuskan dalam
RPJMD/Renstra OPD terkait pada tahun bersangkutan;
9. Inventarisasi program dan kegiatan indikatif yang telah dirumuskan dalam RPJM
Desa dan rancangan RKP Desa;
10. Inventarisasi usulan program dan kegiatan indikatif yang telah diusulkan
masyarakat yang diputuskan dalam Musyawarah Desa untuk didanai perusahaan;
11. Kaji program dan kegiatan tersebut berdasarkan tingkat kewenangannya (desa,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi atau pusat);
12. Identifikasikan program dan kegiatan yang dapat dimasukkan dalam Program PPM
Tahunan;
13. Identifikasikan usulan tersebut sesuai dengan sumber pendanaan misalnya, APB
Desa, APBD, APBN atau sumber lainnya (termasuk kemungkinan didanai melalui
perusahaan);
14. Rekapitulasi keseluruhan usulan program dan kegiatan PPM yang teridentifikasi
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
2. Kesehatan
3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan
4. Kemandirian Ekonomi
5. Sosial Budaya
6. Lingkungan
7 Infrastruktur
Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama bidang utama PPM beserta rincian program dan kegiatan
indikatif.
Kolom (3) Tuliskan indikasi usulan program atau kegiatan dalam RPJM Kab/Kota atau
Renstra OPD, untuk tahun atau periode rencana.
Kolom (4) Tuliskan indikatif usulan program atau kegiatan dalam RPJM Desa yang sesuai
untuk tahun atau periode rencana.
Kolom (5) Tuliskan indikatif usulan program atau kegiatan dari masyarakat.
Kolom (6) Tuliskan usulan program dan kegiatan masing-masing berdasarkan tingkat
kewenangan desa, kecamatan, provinsi atau kabupaten/kota serta tugas dan
fungsi OPD yang bersangkutan.
Kolom (7) Tuliskan perkiraan sumber pendanaan dari usulan program dan kegiatan
bersangkutan (APBN, APBD, APB Desa, Perusahaan).
Kolom (8) Tuliskan catatan penting tentang rekapitulasi usulan program dan kegiatan
yang akan dipertimbangkan dalam penetapan prioritas Rencana Kegiatan PPM
Tahunan.
Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama PPM
Kolom (3) Uraian nama kegiatan PPM.
Kolom (4) Tuliskan lokasi kegiatan (nama dusun, desa, kecamatan, kabupaten/kota).
Kolom (5) Tuliskan waktu pelaksanaan kegiatan (bulan dan/atau tahun).
Kolom (6) Tuliskan perkiraan besaran rencana biaya kegiatan PPM.
Kolom (7) Tuliskan realisasi kegiatan PPM setiap triwulan 1-4 dalam setahun
Kolom (8) Tuliskan prosentase (%) realisasi pembiayaan pada setiap triwulan.
Kolom (9) Tuliskan catatan penting tentang rencana kerja dan anggaran biaya untuk
Kegiatan PPM Tahunan.
10
KRITERIA
KEBERHASILAN
A. Pengertian
Menentukan kriteria keberhasilan adalah cara untuk menentukan tujuan, sasaran,
indikator kinerja dan target capaian program dan kegiatan PPM berdasarkan standar
atau patokan nilai yang telah ditetapkan. Penentuan kriteria keberhasilan bukan
persoalan yang mudah bagi orang yang belum terbiasa dengan pennggunaan metode
pengujian (test) atau pengukuran (meansurment). Dalam penentuan kriteria keberhasilan
hal yang penting bagi perencana untuk mengenal terlebih dahulu gambaran menyeluruh
tentang kebijakan dan program utama PPM yang akan dijadikan acuan kerja bagi seluruh
pemangku kepentingan.
Menurut pandangan lama, sebuah program/proyek dikatakan berhasil jika
pembangunan diselesaikann tepat waktu, sesuai anggaran dan kualitas baik. Selain itu
juga memberikan kepuasan yang tinggi pada pelanggan. Untuk menentukan
keberhasilan proyek, menurut Chan dkk. (2002) pertama kali perlu dibuat review yang
komprehensif dari beberapa kriteria program yang berhasil. Setelah didapatkan kriteria
keberhasilan secara umum, selanjutnya dilakukan modifikasi kerangka kerja (framework)
untuk kriteria yang lebih spesifik dan terukur.
Kriteria adalah sekumpulan prinsip atau standar yang digunakan untuk penilaian
(Lim dan Mohamed, 1999). Keberhasilan program adalah goal atau tujuan dan kriteria
yang biasa digunakan untuk mencapai goal adalah budget, schedule dan quality. Masing-
masing proyek memiliki sekumpulan tujuan untuk dicapai dan menggunakan tujuan
tersebut sebagai standar untuk mengukur kinerja. Lebih dalam lagi, kriteria diperlukan
untuk membandingkan goal level dengan perfomance level, sedangkan keberhasilan
proyek adalah untuk mencapai tujuan proyek dan kepuasan stakeholders. Pengelolaan
yang baik dari suatu proyek merupakan syarat tercapainya tujuan proyek. Tidak sedikit
permasalahan yang terdapat dalam suatu proyek menyebabkan terlambatnya jadwal
proyek, biaya proyek meningkat, kerugian proyek bahkan kualitas proyek yang menurun
dapat terjadi bila pengelolaan proyek kurang baik. Hal ini bisa mengakibatkan kegagalan
proyek atau terhambatnya keberhasilan proyek.
Memformulasikan Rencana Induk PPM merupakan pekerjaan yang tidak mudah,
rumit, membutuhkan keterampilan, memakan waktu, biaya dan tenaga. Oleh karena itu,
perencanaan model ini dirumuskan dalam jangka waktu yang cukup yang cukup
(menengah dan panjang) minimal 5 (lima) tahun hingga 20 tahunan. Proyeksi program
PPM yang hanya bersifat jangka pendek 1 atau 2 tahun disarankan menggunakan
metode yang sederhana saja dengan berpedoman pada hasil-hasil perencanaan jangka
pendek. Sedangan untuk perencanaan jangka panjang seperti Rencana Induk PPM
diperlukan formulasi program yang mempertimbangkan orientasi kebutuhan perubahan
dalam jangka panjang, kemampuan pembiayaan, tenaga dan tingkat kerumitan dalam
pengelolaannya. Dengan demikian, Rencana Induk PPM menjadi dokumen dan kebijakan
resmi perusahaan yang akan memandu penyelenggaraan operasi terkait tanggungjwab
sosialnya kepada masyarakat di sekitar tambang.
B. Karakteristik
Pada dasarnya ZOPP diadopsi dari berbagai teknik yang terlebih dahulu muncul. Jochen
Lochmeier (1995) mengemukakan ciri-ciri utama pendekatan metode ZOPP diantaranya;
1. Dikembangkan berdasarkan konsep Management by Objectives (MBO).
2. Memadukan pendekatan Logical Framework Analysis (LFA) dalam proses
analisisnya.
3. Terdiri dari unsur tambahan seperti analisis partisipatif, analisis masalah, analisis
tujuan, analisis alternatif dan menggabungkannya dengan teknik visualisasi atau
dokumentasi.
4. Mengklarifikasi perbedaan peran dan fungsi dari masing-masing stakeholders
berdasarkan kapasitas dan kompetensi aktual.
5. Memformulasikan suatu strategi berdasarkan hasil analisis yang mendalam dan
menghubungkan antara kebutuhan dengan kelompok sasaran potensial.
6. Memberikan panduan yang jelas dalam mengelola proses perubahan melalui fase-
fase proyek (project cycle).
7. Digunakan secara fleksibel, aktual dan disesuaikan dengan kebutuhan administratif
penggunanya.
8. Terbuka untuk metode tambahan yang mungkin diperlukan, seperti Cost Benefit
Analysis (CBA), Participatory Rural Appraisal (PRA) dan sebagainya.
C. Pendekatan
Salah satu metode cukup popular yang digunakan untuk mendesain suatu program
pembangunan atau pemberdahyaan masyarakat dikenal dengan istilah ZOOP
(Zielorientierte Projekt Plannung). Secara harfiah ZOPP diartikan sebagai metode
perencanaan yang berorientasi pada tujuan. Pada awalnya, metode ini dikembangkan
dari konsep Management by Objectives (MBO) dan pendekatan Kerangka Kerja Logis
(Logical Framework Approach/LFA). Metode ini pertama kali diterapkan di Jerman untuk
perencanaan proyek. Salah satu prinsip dasar ZOPP adalah tuntutan untuk
mengedepankan pertemuan kelompok melalui musyawarah dalam proses perencanaan
pembangunan. Menurut Frank Little (1995) dalam metode ZOPP terdapat satu
keterampilan sosial dan teknik pertemuan yang perlu dikuasai oleh orang-orang yang
terlibat terutama dalam memimpin diskusi perencanaan pembangunan (moderator).
Metode ini berkembang cukup luas dan digunakan oleh para perencana proyek
untuk kerjasama Pemerintah German Barat yang ditangani oleh GTZ. Oleh Pemerintah
German Barat, metode perencanaan ini disebut dengan ZOPP atau OOPP (Objective
Oriented Project Planning). Semua proyek Pemerintah German Barat yang ditangani GTZ
diharuskan menggunakan metode ZOPP sebagai pendekatan dalam melakukan
perencanaan. Metode ini dalam prakteknya mendukung partisipasi masyarakat dalam
merancang program pemberdayaan, karena secara kultural sangat sesuai dan cocok
dengan kondisi masyarakat perdesaan di Indonesia. Pada bagian ini akan dibahas
bagaimana merumuskan tujuan, sasaran dan strategi program melalui metode ZOPP dan
pendekatan kerangka kerja logis (logical framework).
Dalam merumuskan kerangka kerja logis tidak semudah mengisi matrik, karena
dibutuhkan kemampuan analisis yang tajam dan komprehensif tentang masalah,
kebutuhan program dan kebijakan yang telah dirumuskan. Berikut ini diuraikan langkah-
langkah penyusunan kerangka kerja logis:
1. Kaji kembali permasalahan dan tujuan yang diharapkan dicapai dalam program
pembangunan yang telah dirumuskan dalam analisis masalah dan tujuan;
2. Rumuskan kembali tujuan dan sasaran program PPM secara rasional, realistis dan
logis untuk dicapai;
3. Tentukan apa saja yang harus dihasilkan dari tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan agar dapat dicapai;
4. Setiap hasil ditentukan oleh sejumlah kegiatan yang harus dilakukan;
5. Susunlah asumsi penting antara kegiatan, output, intermediate results, tujuan
strategis/sasaran dan goal;
6. Tentukan indikator yang dapat dibuktikan secara objektif setiap tingkat tujuan
hingga kegiatan untuk melihat tingkat keberhasilannya;
7. Tentukan sumber data yang dibutuhkan untuk setiap indikator yang akan diukur
secara objektif;
8. Prakiraan sarana dan biaya program yang mungkin dibutuhkan.
METODE
INDIKATOR ASUMSI
DESKRIPSI (1) PENGUKURAN DAN
PENCAPAIAN (2) PENTING (4)
SUMBER DATA (3)
GOAL
(Tujuan pembangunan)
STRATEGIC OBJECTIVES
(Memberikan kontribusi Evaluasi dan
terhadap pencapaian Pembelajaran
tujuan program)
INTERMEDIATE RESULT
(Perubahan perilaku yang
telah diantisipasi dari
pencapaian hasil output
program)
OUTPUT/HASIL KERJA
(Hasil kerja yang Monitoring dan
diperlukan untuk mencapai
Pembelajaran
sasaran program)
ACTIVITIES/KEGIATAN
(Kegiatan dan program
pembangunan yang
diperlukan untuk mencapai
hasil/output)
Selanjutnya skema logika hubungan antara tujuan dan asumsi dalam kerangka kerja
program PPM digambarkan sebagai berikut;
5. Apabila banyak indikator yang perlu diukur, tetapkanlah satu indikator saja;
6. Jika sumber data untuk mengukur sebuah indikator tidak ada, carilah indikator lain
atau rencanakan kegiatan program untuk memperoleh data yang diperlukan,
misalnya melalui survey mengenai keadaan awal (pemetaan sosial dan penyusunan
profil wilayah tambang;
7. Gunakan indikator penduga (proxy indicator) untuk memperlihatkan suatu
perubahan jangka panjang secara cepat.
METODE
INDIKATOR ASUMSI
DESKRIPSI PENGUKURAN DAN
PENCAPAIAN PENTING
SUMBER DATA
(1) (2) (3) (4)
GOAL Hingga tahun 2025, Data statistik
Kesejahteraan masyarakat jumlah keluarga Kabupaten Sumba
desa Kombapari miskin menurun Timur/NTT
meningkat. sebesar 5% dari total
populasi.
STRATEGIC OBJECTIVES
Pendapatan petani di desa Hingga tahun 2025, Data dinas pertanian Harga
Kombapari meningkat pendapatan petani Kab. Sumba Timur kebutuhan
desa Kombapari Hasil Survey pokok stabil dan
meningkat dari Rp. lapangan mudah diperoleh
75.000 menjadi Rp.
125.000.
INTERMEDIATE RESULT
Hasil survey
METODE
INDIKATOR ASUMSI
DESKRIPSI PENGUKURAN DAN
PENCAPAIAN PENTING
SUMBER DATA
(1) (2) (3) (4)
Petani di desa Kombapari Hingga tahun 2025, Data statistik Tersedia bibit
menerapkan keterampilan minimal 25% petani penggunaan lahan yang murah dan
tentang teknik budidaya di desa Kombapari kabupaten Sumba permintaan
jambu mete telah menanam Timur pasar
jambu mete
OUTPUT/HASIL KERJA
Petani desa Kombapari Kelompok tani desa Laporan petugas Bahan dan
memiliki pengetahuan Kombapari memiliki penyuluhan sumber bacaan
tentang teknik budidaya demplot jambu tersedia
jambu mete yang mete.
disarankan
ACTIVITIES/KEGIATAN
Penyuluhan pertanian Setiap 6 bulan Laporan kegiatan Dinas pertanian
tentang budi daya jambu petugas dinas memberikan
mete bagi petani di desa pertanian dukungan
Kombapari memberikan kepada petani
penyuluhan kepada melalui
petani. penyuluhan
Tabel 10.3: Pengisian Indikator Kinerja Program Utama dan Kegiatan PPM
No Program dan Kegiatan Indikator Target Target dan Realisasi Kinerja Catatan
PPM Kinerja Capaian Program dan Keluaran
Program Kinerja Kegiatan Tahun…
(outcome)/ PPM Tingkat
Kegiatan Tahun Target Realisasi Realisasi
(output) ........ (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan
2. Kesehatan
No Program dan Kegiatan Indikator Target Target dan Realisasi Kinerja Catatan
PPM Kinerja Capaian Program dan Keluaran
Program Kinerja Kegiatan Tahun…
(outcome)/ PPM Tingkat
Kegiatan Tahun Target Realisasi Realisasi
(output) ........ (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan
4. Kemandirian Ekonomi
5. Sosial Budaya
6. Lingkungan
7 Infrastruktur
Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM
Kolom (3) Uraikan Indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output) diisi dengan
uraian indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output). Khusus untuk
urusan wajib yang berbasis pada pelayanan dasar diwajibkan menggunakan
indikator SPM atau SDGs.
Kolom (4) Jumlah/besaran taget kinerja seluruh kegiatan pada program utama yang
direncanakan sesuai Rencana Induk PPM.
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran bidang kesehatan
yang akan dicapai pada akhir periode untuk setiap program.
Kolom (6) Tuliskan jumlah/besaran target program kesehatan dan ekonomi yang harus
dicapai pada akhir periode untuk setiap program dan keluaran.
Kolom (7) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai pada
akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentas sebagai berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil analisis
terhadap capaian kinerja tingkat desa. Kolom ini dapat digunakan untuk
menganalisis kemampuan pengelolaan program dan kegiatan, sehingga menjadi
pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan atau
mengurangi target kinerja capaian untuk program tahun berikutnya.
Tabel 10.5: Realisasi Capaian Target Kinerja PPM dan Target Capaian SDGs
No Program dan Kegiatan Indikator Target Target dan Realisasi Kinerja Catatan
PPM Kinerja Capaian Program dan Keluaran
PPM SDGs Kegiatan Tahun…
Kegiatan Tahun Target Realisasi Tingkat
........ Realisasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan
4. Kemandirian Ekonomi
5. Sosial Budaya
6. Lingkungan
7 Infrastruktur
Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM
Kolom (3) Uraikan Indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output) diisi dengan
uraian indikator kinerja program (outcome) dan kegiatan (output). Khusus untuk
urusan wajib yang berbasis pada pelayanan dasar diwajibkan menggunakan
indikator SPM.
Kolom (4) Jumlah/besaran taget kinerja seluruh kegiatan pada program yang direncanakan
sesuai dengan target capaian dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran yang akan dicapai
pada akhir periode untuk setiap program sesuai dengan target capaian dalam
SDGs.
Kolom (6) Tuliskan jumlah/besaran realisasi program yang teah dicapai pada akhir periode
untuk setiap keluaran dan program sesuai dengan target capaian dalam SDGs.
Kolom (7) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai pada
akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentase sebagai berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil
analisis terhadap capaian pelaksanaan PPM dengan target capaian dalam SDGs.
No Bidang dan Kegiatan Target dan Realisasi Kinerja Potensi Masalah Cat.
PPM Program dan Keluaran
Kegiatan Tahun…
Target Realisasi Tingkat
Realisasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Peningkatan Pendapatan
Dan Lapangan Pekerjaan
4. Kemandirian Ekonomi
No Bidang dan Kegiatan Target dan Realisasi Kinerja Potensi Masalah Cat.
PPM Program dan Keluaran
Kegiatan Tahun…
Target Realisasi Tingkat
Realisasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
5. Sosial Budaya
6. Lingkungan
7 Infrastruktur
Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran yang akan
dicapai pada akhir periode untuk setiap program sesuai dengan target
capaian dalam SDGs.
Kolom (4) Tuliskan jumlah/besaran realisasi program yang telah dicapai pada akhir
periode untuk setiap keluaran atau PPM sesuai dengan target capaian dalam
SDGs.
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai pada
akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentase sebagai berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (6) Tuliskan kapasitas atau potensi yang dimiliki di tingkat desa terkait realisasi
dan capaian target PPM.
Kolom (7) Tuliskan masalah dan hambatan yang dihadapi terkait capaian target PPM.
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil
kajian terhadap potensi dan permasalahan yang dihadapi.
2. Kesehatan
3. Peningkatan
Pendapatan Dan
Lapangan Pekerjaan
4. Kemandirian Ekonomi
5. Sosial Budaya
6. Lingkungan
7 Infrastruktur
Keterangan:
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Uraian nama program utama dan kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan jumlah/besaran target kinerja program dan keluaran yang akan
dicapai pada akhir periode untuk setiap program sesuai dengan target
capaian dalam SDGs.
Kolom (4) Tuliskan jumlah/besaran realisasi program yang telah dicapai pada akhir
periode untuk setiap keluaran atau program kesehatan dan ekonomi sesuai
dengan target capaian dalam SDGs.
Kolom (5) Tuliskan jumlah/besaran tingkat realisasi pelaksanaan yang akan dicapai
pada akhir periode untuk setiap program dalam bentuk prosentase sebagai
berikut:
Kolom (7) = (kolom 6/kolom 5) x 100%
Kolom (6) Tuliskan peluang yang dimiliki masyarakat di tingkat desa terkait realisasi
dan capaian target pelayanan kesehatan dan ekonomi.
Kolom (7) Tuliskan tantangan yang dihadapi masyarakat desa terkait capaian target
bidang kesehatan dan ekonomi.
Kolom (8) Uraikan kesimpulan atau resume berupa saran atau rekomendasi dari hasil
kajian terhadap peluang dan tantangan kesehatan dan ekonomi.
Periode
Tolak Ukur Capaian
No. Program Utama PPM Pelaksanaan Sasaran Ket.
Kinerja RI PPM
1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Peningkatan
Pendapatan Dan
Lapangan Pekerjaan
4. Kemandirian Ekonomi
5. Sosial Budaya
6. Lingkungan
7 Infrastruktur
Keterangan
Kolom (1) Jelas.
Kolom (2) Tuliskan program utama dan Kegiatan PPM.
Kolom (3) Tuliskan periode pelaksanaannya selama tahun 1 s/d tahun 5.
Kolom (4) Tuliskan sasaran pemanfaat program untuk setiap program utama dan
kegiatan.
Kolom (5) Tuliskan tolok ukur atau capaian kinerja sebagaimana yang tercantum dalam
dokumen Rencana Induk untuk setiap program utama dan kegiatan.
Kolom (6) Deskripsikan hasil capain kinerja program PPM berdasarkan tolak ukur yang
telah di tetapkan dalam Rencana Induk PPM.
Kolom (7) Tuliskan keterangan lain sebagai penjelasan tambahan yang dianggap perlu.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, P. Bahjuri, dkk (2016). Modul Sinkronisasi RPJMD dengan RPJMN Sub-Bidang
Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Jakarta: Bappenas.
Barney, J. B. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of
Management, Vol. 17, No. 1, pp. 99-120.
Barney, J. B. (2007). Gaining and Sustaining Competitive Advantage (Three Edition). New
Jersey: Pearson Education.
Campbell, A. dan Sally, Y. (1991). Creating A Sense of Mission. Long Range Planning, Vol.
24, No. 4, pp. 10-20.
Collins, J. C. dan Porras, J. I. (1996). Building Your Company’s Vision. Harvard Business
Review, September-October 1996, pp. 65-77.
David, F. R. (2006). Strategic Management: Manajemen Strategis Konsep (Edisi 10).
Diterjemahkan oleh: Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Salemba Empat.
David, F. R. dan David, F. R. (2014). Strategic Management: Concepts and Cases (Fifteenth
Edition). Edinburg: Pearson Education Limited.
Energy Equity EP-IC (Sengkang) Pty. Ltd. (2010). Masterplan Rencana Strategis Program
CSR 2011-2015. Jakarta: Institut Pengembangan Masyarakat (Community
Develapment Institute)
Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat Local Governance Support Program
(2009). Konsultasi Publik: Panduan untuk Pemerintah Daerah dan DPRD, Jakarta;
USAID.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN).
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756);
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 49);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua
atasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
Peraturan Pemerintah No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 77 Tahun 2014 tentang perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
263, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597);
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Nomor 1824 K/30/ MEM/2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah/RPJMD). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.