Anda di halaman 1dari 38

UU MINERBA DAN UPAYA

PERCEPATAN INVESTASI
SEKTOR PERTAMBANGAN
FGD Peluang Investasi Sub Sektor Minerba
Dit. Pembinaan Program - DJMB

25 Agustus 2020
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 3
A. DAYA TARIK INVESTASI PADA USAHA PERTAMBANGAN
B. LATAR BELAKANG PERUBAHAN UU NO.4 TAHUN 2009
C. ISU POKOK-POKOK UU MINERBA
II. PENGELOMPOKAN SUBSTANSI UU MINERBA 8

III. UPAYA PERCEPATAN INVESTASI DI SEKTOR MINERBA 30

IV. PENUTUP 38

2
01
PENDAHULUAN

3
A. DAYA TARIK INVESTASI PADA USAHA PERTAMBANGAN
1 Kebijakan Pertambangan (Mining Policy)
2 Potensi Geologi

3 Kepastian Hukum dan Konsistensi Implementasi

4 Insentif/Kemudahan
➢ Pajak/Non Pajak
➢ Non Financial

4
B. LATAR BELAKANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
1 Terdapat ketentuan yang tidak dapat dilaksanakan/mengalami kendala:
• Masih terdapat permasalahan lintas sektor yang belum dapat diselesaikan, contoh Permasalahan Perizinan dengan KLHK,
KKP, serta umpang tindih perizinan dengan Kementerian Perindustrian (IUP OP Khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian
dengan Izin Usaha Industri)
• Perlu mengatur bentuk pengusahaan batuan skala kecil dan untuk keperluan tertentu (infrastruktur)
• Kebijakan peningkatan nilai tambah mineral dan batubara
• Perlu pengaturan terkait penyesuaian kontrak menjadi izin

2 Perbaikan Kebijakan dan Tata Kelola Pertambangan Mineral dan Batubara


• Peningkatan kegiatan eksplorasi untuk mendorong peningkatan penemuan deposit minerba
• Penguatan peran BUMN dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara
• Tersedianya Rencana Pengelolaan Minerba Nasional

3 Pelaksanaan Keputusan Mahkamah Konstitusi


• Penghapusan luas minimum WIUP eksplorasi
• Penetapan Wilayah Pertambangan oleh Menteri setelah ditentukan oleh Gubernur

5
C. ISU PENTING UU MINERBA
1) ISU POKOK
1 Penyelesaian Permasalahan Antar Sektor 8 Penyelesaian Permasalahan Hak atas Tanah

2 Penguatan Konsep Wilayah Pertambangan 9 Status Mineral dan Batubara dengan Keadaan Tertentu

3 Memperkuat Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah 10 Mengakomodir Putusan Mahkamah Konstitusi

Mendorong Kegiatan Eksplorasi untuk Penemuan Deposit Penguatan Peran BUMN


4 Minerba
11
Pengaturan Khusus Tentang Izin Pengusahaan 12 Kelanjutan Operasi KK/PKP2B
5 Batuan/Surat Izin Penambangan Batuan (SIPB)

Reklamasi dan Pascatambang 13 Izin Pertambangan Rakyat


6
Jangka Waktu Perizinan untuk IUP atau IUPK yang 14 Divestasi Saham
7 terintegrasi
15 Sanksi Administratif / Pidana
6
C. ISU PENTING UU MINERBA
2) ISU PENDUKUNG

1 Definisi 5 Sanksi Administratif/Pidana

Penyelenggaraan Penguasaan Mineral dan Tersedianya Rencana Pengelolaan Minerba


2 Batubara 6 Nasional
Pelaksanaan Pengutamaan Mineral dan/atau
3 Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri 7 Ketentuan Peralihan

4 Usaha Jasa Pertambangan

7
02
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI UU MINERBA

8
SUBSTANSI POKOK-POKOK UU MINERBA
NO KLASTER SUBSTANSI ISU
1 PERBAIKAN a) Upaya meningkatkan Eksplorasi dan dana ketahanan cadangan
TATA KELOLA b) Rencana Pengelolaan Minerba
PERTAMBANGAN c) Pengaturan tentang SIPB dan IUP Batuan
NASIONAL d) Konsep Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia
e) Pendelegasian Kewenangan Perizinan pertambangan ke Daerah
2 KEBERPIHAKAN a) Divestasi 51%
PADA b) Konsistensi kebijakan PNT
KEPENTINGAN c) Penguatan BUMN
NASIONAL d) Pengendalian Produksi dan Penjualan
e) Peningkatan penerimaan negara di sektor pertambangan
3 KEPASTIAN a) Jaminan pemanfaatan ruang dan kawasan untuk kegiatan pertambangan
HUKUM DAN b) Perpanjangan kontrak menjadi IUPK dengan persyaratan yang ketat dan tidak otomatis
KEMUDAHAN c) Penyederhanaan perizinan / penggabungan IUP Eksplorasi dengan IUP OP
BERINVESTASI d) Pemberian insentif nonfiskal bagi perusahaan pertambangan yang melakukan hilirisasi
e) Penyelesaian Hak atas Tanah
4 PENGELOLAAN a) Kewajiban reklamasi dan pascatambang hingga tingkat keberhasilan 100%
LINGKUNGAN b) Ketentuan tentang keseimbangan antara pemenuhan lahan yang sudah dibuka dengan
HIDUP lahan yang sudah direklamasi
c) Sanksi pidana Khusus bagi pihak yang tidak melakukan reklamasi dan pascatambang
99
02
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI UU MINERBA

A. Perbaikan Tata Kelola Pertambangan Nasional

10
a. Upaya Meningkatkan Eksplorasi dan Dana Ketahanan Cadangan Minerba
1 Penugasan Penyelidikan dan Penelitian Pertambangan kepada Badan Usaha dalam rangka penyiapan
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).

2 Mendorong perusahaan spesialis eksplorasi (Junior Mining Company) untuk mengajukan permohonan
wilayah penugasan atau mengikuti lelang WIUP. (dapat mengalihkan kepemilikan kepada pihak lain dengan
persyaratan).

3 Pemegang IUP/IUPK yang telah menyelesaikan Kegiatan Eksplorasi dijamin untuk dapat melakukan
kegiatan Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya setelah memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4 Kewajiban Perusahaan untuk menyediakan Dana Ketahanan Cadangan (DKC) Mineral dan
Batubara. DKC digunakan oleh pemegang IUP/IUPK untuk melakukan Eksplorasi Lanjutan pada tahap
Kegiatan Operasi Produksi yang besarannya ditetapkan setiap tahun dalam RKAB.
5
Perluasan dalam rangka optimalisasi/konservasi bahan galian

11
c. Konsep Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia

1 Wilayah Hukum Pertambangan adalah seluruh wilayah hukum Indonesia yang meliputi
ruang darat, ruang laut, termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah yakni
kepulauan Indonesia, tanah di bawah perairan, dan landas kontinen.

2 Wilayah Hukum Pertambangan merupakan ruang untuk tujuan penyelidikan dan penelitian
dalam rangka mengetahui potensi mineral dan batubara (bukan untuk kegiatan
penambangan/eksploitasi). Apabila wilayah tersebut akan diusahakan maka harus terlebih
dahulu ditetapkan menjadi WP dan harus mengikuti ketentuan tata ruang.

3 Wilayah yang terdapat Potensi Mineral atau Batubara dalam Wilayah Hukum
Pertambangan dapat ditetapkan sebagai Wilayah Pertambangan.

12
02
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI UU MINERBA

B. Keberpihakan Pada Kepentingan Nasional

13
a. Kewajiban Divestasi 51%

1 Badan Usaha pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi yang sahamnya
dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham sebesar 51% (lima puluh satu persen)
secara berjenjang kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan/atau
Badan Usaha swasta nasional.

2 Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah akan diatur kriteria:


a. Jangka waktu dimulainya kewajiban divestasi; dan
b. Besaran komposisi saham yang wajib didivestasikan setiap tahapnya,
dengan mempertimbangkan besaran investasi dan payback period dari kegiatan usaha
pertambangan.

14
b. Penguatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

1 Prioritas:
• Penugasan Penyelidikan dan Penelitian Right to Match
• Pemberian pada WIUPK IUPK; dan
• Penawaran Saham Divestasi.
2 Wilayah:
• Dapat dipertahankan semua rencana kerja seluruh wilayah jangka panjang; dan
• Dapat di split dalam rangka kerjasama penambangan dengan persyaratan kepemilikan
saham > 51%.
3 Insentif: fiskal/Non fiskal

4 Jangka waktu perizinan: mendapat perlakuan sama secara umum

15
c. Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara yang Konsisten

1 PNT dilaksanakan langsung 100% atas seluruh produk pertambangan mineral.

2 Pembangunan Smelter untuk pemegang Rekomendasi Ekspor diberikan jangka waktu


paling lama 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.
• Telah melakukan kegiatan pengolahan dan pemurnian;
• Dalam proses pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian.

16
Hilirisasi dalam UU Minerba
Kewajiban Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara
1. Kewajiban Peningkatan Nilai
Mineral Tambah bagi Pemegang IUP
Pasal 102 ayat (1) Operasi Produksi dan IUPK
Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi Operasi Produksi
wajib meningkatkan nilai tambah mineral dalam kegiatan 2. Peningkatan Nilai Tambah untuk
usaha pertambangan secara optimal melalui: mineral logam wajib dilakukan
a. pengolahan dan pemurnian untuk komoditas tambang dengan pengolahan dan
Mineral logam; pemurnian.
b. pengolahan untuk komoditas tambang Mineral bukan 3. IUP Operasi Produksi dan IUPK
logam; dan Operasi Produksi yang dimaksud
c. pengolahan untuk komoditas tambang batuan. dalam Pasal ini adalah IUP/IUPK
yang melakukan kegiatan usaha
pertambangan dari mulai
Batubara penambangan sampai dengan
Pasal 102 ayat (2) pengolahan dan pemurnian secara
Pemegang IUP dan IUPK dapat melakukan pengembangan dan
terintegrasi sesuai ketentuan Pasal
pemanfaatan batubara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
36 Undang-Undang ini.

17
Hilirisasi dalam UU Minerba
Kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian

Pasal 103) Penegasan kewajiban Pemegang


Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi IUP Operasi Produksi dan IUPK
Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 Operasi Produksi untuk
mineral wajib melakukan Pengolahan dan/atau melakukan pengolahan
Pemurnian mineral hasil Penambangan di dalam dan/atau pemurnian mineral di
negeri. dalam negeri.

18
Hilirisasi dalam UU Minerba
Demarkasi Kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian
1. Penggunaan frase “pengolahan
dan/atau pemurnian” untuk
Pasal 104 ayat (1) mengakomodir adanya komoditas
Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi mineral yang tidak melewati proses
Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 dapat pengolahan seperti Nikel dan
melakukan kerjasama pengolahan dan/atau pemurnian Bauksit (bijih hasil penambangan
sendiri secara terintegrasi atau bekerjasama dengan: langsung dimurnikan dalam
a. pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi smelter) dan komoditas mineral
Produksi lain yang memiliki fasilitas pengolahan dan bukan logam dan batuan tidak
pemurnian secara terintegrasi; atau memerlukan proses pemurnian.
b. pihak lain yang melakukan kegiatan usaha pengolahan 2. Dimuat dalam Penjelasan UU:
dan pemurnian yang tidak terintegrasi dengan kegiatan Yang dimaksud dengan pihak lain
penambangan yang perizinannya diterbitkan dalam Pasal ini adalah pihak yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mendapatkan perizinan untuk
di bidang perindustrian. kegiatan pengolahan dan
pemurnian yang diterbitkan
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
perindustrian.
19
Hilirisasi dalam UU Minerba
Insentif Non Fiskal Bagi IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang terintegrasi dengan
Fasilitas Pengolahan dan/atau Pemurnian

Pasal 47 ayat (6)


IUP Operasi Produksi mineral yang terintegrasi dengan
fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian diberikan jangka
waktu selama 30 tahun dan dijamin memperoleh Pemberian insentif non fiskal
perpanjangan selama 10 tahun setiap kali perpanjangan berupa jangka waktu perizinan
setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
seumur tambang (life of mine)
IUP Operasi Produksi dan IUPK
Operasi Produksi mineral yang
Pasal 83 huruf h terintegrasi dengan fasilitas
IUPK Operasi Produksi mineral yang terintegrasi dengan
fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian diberikan jangka
pengolahan dan/atau pemurnian
waktu selama 30 tahun dan dapat diberikan perpanjangan
selama 10 tahun setiap kali perpanjangan

20
c. Peningkatan Penerimaan Negara di Sektor Pertambangan

1 Peningkatan Penerimaan Negara menjadi pertimbangan utama dalam perpanjangan KK


dan PKP2B menjadi IUPK.

2 Penyesuaian besaran Pemerintah (4%) dan pemerintah daerah (6%) atas keuntungan
bersih pemegang IUPK :
a. Pemerintah Daerah provinsi mendapat bagian sebesar 1,5%;
b. Pemerintah Daerah kab/kota penghasil mendapat bagian sebesar 2,5%; dan
c. Pemerintah Daerah kab/kota lainnya dalam provinsi yang sama mendapat bagian
sebesar 2%.

21
02
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI UU MINERBA

C. Kepastian Hukum dan Kemudahan Investasi

22
b. Perpanjangan KK/PKP2B Menjadi IUPK
1 Perpanjangan KK/PKP2B menjadi IUPK tidak diberikan secara otomatis, tetapi melalui persyaratan yang
ketat, termasuk mempertimbangkan rekam jejak kinerja perusahaan, serta peningkatan penerimaan negara.
2 Pemegang IUPK sebagai Kelanjutan Operasi/Kontrak komoditas Batubara wajib melakukan Peningkatan
Nilai Tambah (PNT) Batubara di dalam negeri baik secara sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain.
3 Bentuk dan jumlah produksi PNT Batubara yang wajib dilakukan didasarkan pada Studi Kelayakan yang
dievaluasi dan disetujui Pemerintah.

c. Penyederhanaan Perizinan/Penggabungan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi


Produksi
1 Bagi perizinan eksisting maka dilakukan penyesuaian IUP Eksplorasi, IUP Operasi Produksi tidak perlu
disesuaikan karena sudah memiliki hak OP dan Eksplorasi.

2 Untuk perizinan baru maka akan diberikan SK IUP yang merupakan penggabungan tahap eksplorasi
dan operasi produksi dengan ketentuan:
a. Masa berlaku diberikan dengan rincian jangka waktu;
b. Tahapan Operasi Produksi ditentukan berdasarkan surat persetujuan.
23
d. Pemberian Insentif Non Fiskal Bagi Pihak Yang Melakukan Hilirisasi
1 Bentuk Insentif Non Fiskal yang dapat diberikan kepada pemegang IUP/IUPK yang melakukan PNT secara terintegrasi:
a. Jangka Waktu IUP/IUPK diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun dan dijamin memperoleh perpanjangan selama 10
(sepuluh) tahun setiap kali perpanjangan; dan
b. Jangka waktu dimulainya pelaksanaan divestasi yang lebih lama.

2 Kriteria pemegang IUP/IUPK mineral terintegrasi yang dapat diberikan Insentif Non Fiskal:
a. Satu Entitas Perusahaan (legal entity) yang sama dengan yang melaksanakan kegiatan PNT;
b. Ketersediaan Cadangan untuk memenuhi kebutuhan operasional fasilitas PNT; dan
c. Jumlah produksi/prosentase Mineral yang akan dilakukan PNT 100%.

3 Kriteria pemegang IUP/IUPK batubara terintegrasi yang dapat diberikan Insentif Non Fiskal:
a. Satu Entitas Perusahaan (legal entity) yang sama dengan yang melaksanakan kegiatan PNT;
b. Ketersediaan Cadangan untuk memenuhi kebutuhan operasional fasilitas PNT;
c. Jumlah produksi/prosentase Batubara yang akan dilakukan PNT.

e. Penyelesaian Hak Atas Tanah


1 Penyelesaian hak atas tanah oleh Pemerintah Pusat dilakukan setelah musyarawarah mufakat antara pemegang IUP/IUPK dengan
pemegang hak atas tanah tidak mencapai titik temu.

2 Penyelesaian hak atas tanah oleh Pemerintah Pusat dilakukan melalui mediasi yang dikoordinasikan oleh KESDM Bersama dengan
Kementerian yang membidangi pertanahan.
24
02
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI UU MINERBA

D. Pengelolaan Lingkungan Hidup

25
a. Kewajiban Reklamasi dan Pascatambang Hingga Tingkat Keberhasilan 100%

1 Penciutan WIUP/WIUPK yang status lahannya terganggu wajib direklamasi hingga tingkat keberhasilan
100% termasuk lubang bekas tambang, dengan pengecualian bagi penciutan atas permintaan Pemerintah
atau Pemerintah Daerah, untuk kepentingan pembangunan/umum.

2 Eks pemegang IUP/K yang IUP/K-nya berakhir dan tingkat keberhasilan Reklamasi dan Pascatambang
belum 100%, wajib menempatkan dana Jaminan Pascatambang dan melaksanakan Reklamasi dan
Pascatambang hingga mencapai tingkat keberhasilan 100% termasuk lubang bekas tambang dengan
pengecualian bagi lahan Pascatambang yang diminta oleh Pemerintah atau pemerintah daerah untuk
kepentingan pembangunan/umum.

26
b. Keseimbangan Antara Pemenuhan Lahan Yang Sudah Dibuka dengan Lahan
Yang Sudah Direklamasi
1 Pemegang IUP/IUPK wajib memenuhi keseimbangan antara lahan yang akan dibuka dan lahan yang
sudah direklamasi dengan batasan tertentu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

2 Pemegang IUP/IUPK wajib melakukan pengelolaan lubang bekas tambang (void) akhir dengan batas paling
luas yang ditetapkan, sampai berakhirnya izin. Pengelolaan void termasuk didalamnya pengelolaan kualitas
air serta pengamanan void dalam bentuk pemasangan pagar dan rambu.

c. Sanksi Pidana Khusus Yang Tidak Melakukan Reklamasi dan Pascatambang


1 Sanksi Pidana bagi pemegang IUP atau IUPK yang dicabut atau berakhir dan tidak melaksanakan:
a. Reklamasi dan/atau Pascatambang; dan/atau
b. Penempatan dana Jaminan Reklamasi dan/atau Jaminan Pascatambang,
dipidana paling lama 5 tahun penjara dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00.

27
03
UPAYA PERCEPATAN INVESTASI DI
SEKTOR MINERBA DALAM
UU MINERBA

28
UPAYA PERCEPATAN INVESTASI DALAM UU MINERBA
A. Jaminan Pemanfaatan Ruang dan Kawasan untuk Kegiatan Pertambangan

1 2
Pemerintah Pusat Pemberian jaminan dilakukan melalui:
dan Pemerintah a. Penetapan WIUP/WIUPK yang clear and clean (CnC) berdasarkan hasil
koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Instansi terkait, termasuk
Daerah menjamin
yang berasal dari eks wilayah IUP/IUPK yang diciutkan, dikembalikan,
tidak ada perubahan dicabut, atau berakhir;
pemanfaatan ruang b. WIUP/WIUPK yang ditetapkan telah sesuai dengan tata ruang,
dan kawasan pada kawasan dan zonasi
WIUP/WIUPK, dan c. Dalam penetapan WP oleh Pemerintah juga melibatkan usulan
WPR yang telah (penentuan) dari Pemerintah Daerah dan memperhatikan pendapat
ditetapkan. masyarakat terdampak, dengan batas waktu yang ditetapkan

29
UPAYA PERCEPATAN INVESTASI DALAM UU MINERBA
B. Jaminan Pemberian Jangka Waktu Perizinan
Jangka Waktu Tahap Kegiatan Eksplorasi untuk IUP dan IUPK diberikan untuk jangka waktu:
1
a. 8 Tahun untuk Pertambangan Mineral Logam
b. 7 Tahun untuk Pertambangan Mineral Bukan Logam Jenis Tertentu
c. 7 Tahun untuk Pertambangan Batubara
d. 3 Tahun untuk Pertambangan Mineral Bukan Logam
e. 3 Tahun untuk Pertambangan Batuan
Kegiatan Eksplorasi dengan kondisi tertentu dapat diperpanjang setiap tahun.
2 Jangka Waktu Kegiatan Operasi Produksi untuk IUP dan IUPK diberikan untuk :

JANGKA WAKTU JAMINAN PERPANJANGAN

Mineral Logam Paling lama 20 Tahun 2 kali masing-masing 10 tahun


Mineral Bukan Logam jenis tertentu Paling lama 20 Tahun 2 kali masing-masing 10 tahun

Batubara Paling lama 20 Tahun 2 kali masing-masing 10 tahun

Mineral Bukan Logam Paling lama 10 Tahun 2 kali masing-masing 5 tahun


Mineral Logam Paling lama 5 Tahun 2 kali masing-masing 5 tahun 30
UPAYA PERCEPATAN INVESTASI DALAM UU MINERBA
C. Pemberian Insentif Nonfiskal bagi Perusahaan yang melakukan Hilirisasi

Bentuk Insentif Non Fiskal yang dapat diberikan kepada pemegang IUP/IUPK
yang melakukan Peningkatan Nilai Tambah secara terintegrasi Jangka Waktu
IUP/IUPK diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun dan dijamin
memperoleh perpanjangan selama 10 (sepuluh) tahun setiap kali
perpanjangan.

Mineral : Badan hukum yang sama/pemegang IUP/IUPK;


Ketersediaan cadangan.
Batubara : Badan hukum yang sama/pemegang IUP/IUPK;
Ketersediaan cadangan;
Memenuhi kriteria tertentu.
31
UPAYA PERCEPATAN INVESTASI DALAM UU MINERBA
D. Perpanjangan KK/PKP2B Menjadi IUPK sebagai Kelanjutan Operasi/Kontrak
1 Perpanjangan KK/PKP2B menjadi IUPK tidak diberikan secara otomatis, tetapi melalui persyaratan yang ketat, termasuk
mempertimbangkan rekam jejak kinerja perusahaan, serta peningkatan penerimaan negara.

2 Pertimbangan Persetujuan atas Permohonan Perpanjangan IUPK sebagai Kelanjutan Operasi/Kontrak:


a. Optimalisasi potensi cadangan mineral atau batubara dari WIUPK Operasi Produksi tersebut,
b. Kinerja pengusahaan pertambangan dan keberlanjutan usaha/operasi PKP2B dan KK; serta
c. Memperhatikan kepentingan nasional.

3 Pemegang IUPK sebagai Kelanjutan Operasi/Kontrak komoditas Batubara wajib melakukan Peningkatan Nilai Tambah
(PNT) Batubara di dalam negeri baik secara sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain.
Ada 2 (dua) :
• Pengembangan : Batubara - coal;
Gasifikasi;
Likuifaksi.
• Pemanfaatan : PLTU;
Briket.
4 Bentuk dan jumlah produksi PNT Batubara yang wajib dilakukan didasarkan pada Studi Kelayakan yang dievaluasi dan
disetujui Pemerintah.
5 Evaluasi terhadap permohonan perpanjangan KK/PKP2B dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan independen.
32
POKOK-POKOK PENGATURAN DALAM RPP

33
POKOK-POKOK PENGATURAN DALAM RPP

1 2
Berdasarkan Pasal Saat ini sedang disusun 3 (tiga) Rancangan Peraturan
174 UU No. 3 Tahun Pemerintah (RPP) sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun
2020, Peraturan 2020 sebagai berikut:
Pelaksanaan UU No. a. RPP tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
3 Tahun 2020 harus Mineral dan Batubara
telah ditetapkan b. RPP tentang Wilayah Pertambangan
dalam waktu 1 (satu)
c. RPP tentang Pembinaan dan Pengawasan serta Reklamasi
tahun sejak Undang-
dan Pascatambang dalam Penyelenggaraan Pengelolaan
Undang berlaku
Usaha Pertambangan

34
34
POKOK-POKOK PENGATURAN DALAM RPP
1
1 RPP TENTANG PELAKSANAAN
KEGIATAN USAHA 2
1 RPP TENTANG WILAYAH
PERTAMBANGAN
3
1
RPP TENTANG PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN SERTA REKLAMASI DAN
PASCATAMBANG DALAM
PERTAMBANGAN MINERAL DAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
BATUBARA USAHA PERTAMBANGAN

Antara lain mengatur tentang: Antara lain mengatur tentang: Antara lain mengatur tentang:
• Penggolongan komoditas tambang • Wilayah Hukum Pertambangan • Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan
• Rencana Pengelolaan Minerba Nasional • Perencanaan Wilayah Pertambangan Usaha Pertambangan
• Perizinan Pertambangan • Penyelidikan dan Penelitian • Prinsip-prinsip Reklamasi dan
• Perluasan dan Penciutan WIUP/ WIUPK • Penugasan Penyelidikan dan Penelitian Pascatambang
• Pemindahtanganan IUP dan Pengalihan • Penetapan Wilayah Pertambangan • Pelaksanaan dan Pelaporan Reklamasi
Saham dan Pascatambang
• Perubahan Status WPN menjadi WUPK
• Divestasi Saham • Dana Jaminan Reklamasi dan
• Data dan Informasi Pertambangan
• Pengutamaan Kepentingan Dalam Negeri Pascatambang
• Pengendalian Produksi dan Penjualan • Reklamasi dan Pascatambang pada
• Peningkatan Nilai Tambah, termasuk WIUP/WIUPK yang memenuhi kriteria
kriteria Terintegrasi untuk diusahakan kembali
• Penyelesaian Hak atas Tanah • Reklamasi dan Pascatambang bagi
Pemegang IPR dan SIPB
• Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat • Penyerahan Lahan Pascatambang
35
35
04
PENUTUP

36
PENUTUP

1 UU Minerba No. 3 Tahun 2020 merupakan regulasi yang melengkapi dan menjawab
permasalahan regulasi/kebijakan UU No. 4 Tahun 2009.

2 Dengan terbitnya UU Minerba No. 3 Tahun 2020 diharapkan menjawab permasalahan


investasi pertambangan di Indonesia.
3 UU Minerba No. 3 Tahun 2020 diharapkan dapat meningkatkan peran pertambangan
dan pembangunan nasional antara lain melalui:
a. Peningkatan eksplorasi
b. Peningkatan produksi
c. Peningkatan penerimaan negara
d. Peningkatan nilai tambah minerba menuju industri berbasis sumber daya alam

37
THANKS
38

Anda mungkin juga menyukai