KEHUTANAN
KELOMPOK 9
Diana Prafitasari (2016010008)
Siti Jamilatun (2016010081)
Hendi Rintoko (2016010106)
Aji Marpiandi (2017010115)
Andris Suhendra
Pengertian Tata Kelola
Kehutanan
Tata kelola hutan dan lahan mengacu pada proses, mekanisme,
aturan dan lembaga untuk memutuskan bagaimana lahan dan hutan
yang dikelola. Mekanisme tata kelola dapat bersifat top-down
dan bottom-up,
Sistem tata kelola hutan dan lahan di Indonesia saat ini
mengalokasikan tanggung jawab kabupaten, provinsi dan
pemerintah nasional untuk aspek perencanaan tata ruang, konsesi
lahan, perlindungan lingkungan, dan anggaran untuk pengelolaan
lingkungan.
Problem Forest in
01 Akibat Alam
Indonesia Letusan Gunung
Naiknya air permukaan laut dan tsunami
Serangan hama dan penyakit.
03 Akibat Kebijakan
Kebijakan pengelolaan hutan yang kurang tepat
Deforestasi yang direncanakan
Konflik kepemilikan lahan
Pengelolaan hutan yang kurang efektif
Rehabilitasi yang sebatas proyek
04 Lemahnya Penegakan
Hukum
Problem Forest in
05 Perubahan Politik
Indonesia Reformasi tahun 1998 mengubah pola pengelolaan
hutan dari pengelolaan hutan yang berbasis
perusahaan dan berskala besar menjadi pengelolaan
hutan berbasis masyarakat yang berskala lebih kecil.
06 Lemahnya Kelembagaan
Pembangunan Kehutanan
Lemahnya hubungan pusat-daerah
Lemahnya koordinasi antar embaga
Kurang berkembangnya lembaga lokal
07 Masalah Ketidakadiln
Kebijakan ekonomi dalam alokasi pengelolaan
kawasan hutan ebih memihak kepentingan investor
daripada kepentingan ekologis, dan social masyarakat
lokal
08 Kesejahteraan Masyarakat
Lokal Semakin Rendah
Strategi dalam Mendukung Tata Kelola Hutan
Perizinan dan Pengelolaan
Penegakan Hukum
sistem perizinan Anggaran
Pemantauan
Pengelolaan anggaran yg memastikan bahwa
Sistem perizinan agar transparan untuk
lahan hutan sesuai UU dan peraturan
pengelolaan hutan yg baik dipatuhi dan
rencana tat ruang, dan termasuk praktik
mematuhi UU, peraturan, ditegakkan
penyauluran alokasi dana
dan kewajiban yg tepat
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Forest Principle 19
Negara memiliki hak berdaulat dan tidak dapat dicabut untuk memanfaatkan,
mengelola dan mengembangkan hutan mereka sesuai dengan kebutuhan
pembangunan mereka dan tingkat pembangunan sosial-ekonomi dan berdasarkan
kebijakan nasional yang konsisten dengan pembangunan dan perundang-undangan
yang berkelanjutan, termasuk konversi wilayah tersebut untuk keperluan lain.
menggunakan dalam keseluruhan rencana pembangunan sosial ekonomi dan
berdasarkan pada kebijakan penggunaan lahan yang rasional (prinsip 2a).