MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada
Oleh
Universitas Trisakti
Jakarta
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 3
BAB IV ................................................................................................................... 5
iii
DAFTAR ISI
(lanjutan)
BAB V................................................................................................................... 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
4
BAB IV
PEMBAHASAN
5
6
Untuk memastikan bahwa perforasi telah terbuka dan siap dimasuki fluida
Untuk mendapatkan perkiraan injeksi bubur semen
Untuk memperkirakan tekanan ketika dilakukannya squeeze
Memperkirakan banyak bubur semen yang digunakan
Tes injeksi dilakukan dengan memompakan fluida (air atau mud flush) ke
dalam sumur dengan tekanan tertentu. Tes injeksi dapat mengidentifikasi
kecenderungan sifat formasi, seperti : loss circulation, partial loss circulation atau
tidak ada loss. Test injeksi dilakukan ke semua interval lubang perforasi yang akan
di squeeze, hasil yang didapat adalah injectivity profile dari interval perforasi yang
berupa tekanan (PSI) dan flowratr (BPM), setelah didapatkan nilai yang dibutuhkan
dapat didesain slurry cement yang digunakan saat squeeze cementing, untuk sumur
dengan multiple interval perforation menggunakan packer untuk menyekat masing
– masing interval sehingga dapat diketahui masing – masing injectivity profile
setiap interval perforasi.
ada lagi semen yang tertinggal di dalam tubing. Kemudian tubing di raise up dan
diujung tubing ditempatkan 50 – 100 ft dari TOC untuk menhindari tubing
tersemen.
Sirkulasi balik atau reverse out dilakukan untuk membersihkan tubing dari
sisa bubur semen yang menempel, dengan memompakan air dari annulus keluar
lewat tubing dan diteruskan ke tangka.
Pada Teknik pemompaan hestitasi, air yang digunakan sebagai media proses
ini untuk menempatkan semen secara bertahap sampai dengan tekanan yang
diinginkan. Hestitasi dilakukan dengan cara memompakan squeeze pressure secara
perhalan dan bertahap dengan membuka dan menutup valve, pada saat hestitasi
pertama, tekanan dipompakan kemudian valve ditutup kemudian tekanan ditahan
agar semen masuk ke formasi dan membentuk perlindungan terhadap kemungkinan
terjadinya rekahan di formasi. Sekitar 10 – 30 menit dan tidak adanya terjadi
penurunan tekanan maka di lanjutkan dengan hestitasi kedua. Valve kembali dibuka
dan dinaikkan tekanannya secara perlahan dan bertahap. Hal ini dilakukan sampai
mencapai tekanan puncak yang diinginkan sesuai program. Dengan proses hestitasi
ini dapat diketahui seberapa besar juman semen akhir yang masuk ke dalam
formasi.
tekanan dan temperature sumur, WCR, compressive strength dan adiktif – adiktif
lainnya yang dicampurkan ke dalam bubur semen. Setelah WOC maka akan
dilakukan bleed off, yaitu pengeluaran tekanan yang masih tersisa didalam well
atau string dengan cara membuka valve.
kondisi sumur, temperatur dan kedalaman. Berikut adalah kategori aditif yang
umum digunakan :
Retarder
Fungsi dari zat aditif ini adalah memperlambat proses pengerasan suspensi
semen, sehingga semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai kedalaman
target yang diinginkan atau tidak mengeras dan kering di tempat yang tidak
diinginkan atau saat pembuatan dan pemompaan, karena jika semen keras di tempat
yang tidak seharusnya dapat berdampak buruk pada pekerjaan penyemenan. Aditif
ini biasa digunakan untuk sumur yang dalam, bertempatur tinggi dan kolom
penyemenan yang Panjang. Contoh aditif adalah lignosulfonate dan senyawa asam
organik.
Accelerator
Accelerator adalah aditif yang dapat mempercepat proses pengerasan
suspense semen. Selain itu juga mempercepat naiknya strength cement dan
mengimbangi aditif lain agar tidak tertunda proses pengerasan suspense semennya.
Contoh aditifnya adalah kalsium klorida, sodium klorida, gypsum, sodium silikat
dan air laut
Extender
Aditif jenis ini berfungsi untuk menaikkan volume suspense semen, yang
berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen tersebut. Pada umumnya
penambahan aditif ini diikuti dengan penambahan air. Adapun yang termasuk
extender adalah bentonite, attapulgite, sodium silikat, pozzohan, perlite dan
gilsonit. Bentonie bersifat menyerap air sehingga volume semen bisa menjadi 10
kalinya. Selain itu pengaruh lainnya ialah yield point semen naik, kualitas perforasi
lebih baik, permeabilitas naik, viscositas naik dan biaya lebih murah
Dispersant
Aditif ini berfungsi untuk mengurangi kekentalan bubur semen, serta
membuat turbulensi aliran slurry cement pada laju pemompaan yang rendah. Aditif
yang termasuk adalah polymelamine sulfonate dan polynapthalene sulfonate.
Fluid loss control adalah aditif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa
liquid semen kedalam formasi, sehingga terjaga kandungan cairan suspensinya,
contoh dari aditif ini adalah : polymer dan latex
Cementing Unit
Flow Line
Cementing Head
Casing
Centralizer
Schratchers
Peralatan Floating
Shoe trach
11
Bottom plug
Top Plug
5.1 Kesimpulan
Dari paparan makalah diatas bahwa pengerjaan Squeeze Cementing, harus
dilakukan dengan teliti dan diperlukan pertimbangan yang matang agar tercapainya
recementing yang memuaskan atau mencapai target sehingga peralatan dan bahan
yang digunakan tidak sia – sia.
5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan lebih rinci dalam memaparkan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13