2
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................3
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN, CETAKAN SAMPEL DAN
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN ................................................. 4
1.1. Tujuan Percobaan .......................................................................................4
1.2. Dasar Teori .................................................................................................4
1.3. Alat dan Bahan ...........................................................................................9
1.4. Prosedur Percobaan ..................................................................................11
1
DAFTAR ISI
(LANJUTAN)
Halaman
PENGUJIAN FILTRATION LOSS ....................................................................28
5.1. Tujuan Percobaan .....................................................................................28
5.2. Dasar Teori ...............................................................................................28
5.3. Alat dan Bahan .........................................................................................29
5.4. Prosedur Percobaan ..................................................................................29
2
PENDAHULUAN
3
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN, CETAKAN SAMPEL DAN
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN
4
meliputi kedalaman sumur, temperatur, tekanan dan kandungan yang terdapat
pada fluida formasi (seperti sulfat dan sebagainya). Klasifikasi semen yang
dilakukan API terdiri dari :
1. Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6000 ft.
Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja.
2. Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan tersedia
dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi
(moderate dan high sulfate resistant).
3. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan mempunyai
sifat high-early strength (proses pengerasan cepat). Semen ini tersedia dalam
jenis moderate dan high sulfate resistant.
4. Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 12000 ft dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen ini
tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
5. Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai 14000 ft, dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen ini
tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
6. Kelas F
Semen kelas F digunakan dari kedalaman 10000 ft sampai 16000 ft dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen ini
tersedia juga dalam jenis high sulfate resistant.
7. Kelas G
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan merupakan
semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk sumur
yang dalam dan range temperatur yang cukup besar. Semen ini tersedia dalam
jenis moderate dan high sulfate resistant.
5
8. Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan merupakan
pula semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder, semen ini
dapat digunakan pada range kedalaman dan temperatur yang besar. Semen ini
hanya tersedia dalam jenis moderate sulfat resistant.
Untuk mengkondisikan suspensi semen pada saat penyemenan pada
lubang bor, semen juga dapat diberi beberapa zat tambahan atau additive yang
memiliki fungsi bermacam-macam agar pekerjaan penyemenan dapat
memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sampai saat
ini lebih dari 100 additive telah dikenal, additive-additive tersebut
dikelompokkan dalam 8 kategori yaitu :
1. Accelerator
Yaitu additive yang dapat mempercepat proses pengerasan suspensi semen.
2. Retarder
Yaitu additive yang dapat memperlambat proses pengerasan suspensi semen.
3. Extender
Yaitu additive yang digunakan untuk mengurangi densitas dari suspensi
semen.
4. Weighting Agent
Yaitu additive yang dapat menambah densitas dari suspensi semen.
5. Dispersant
Yaitu additive yang dapat mengurangi viskositas suspensi semen.
6. Fluid Loss Control Agent
Yaitu additive yang digunakan untuk mencegah hilangnya fasa liquid
suspensi semen kedalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan pada
suspensi semen.
7. Lost Circulation Control Agent
Yaitu additive yang mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam formasi
yang lemah atau bergua.
8. Specially Additives
Yaitu additive khusus yang digunakan untuk suatu tujuan tertentu.
6
Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
berat bubuk semen, air pencampur dan additif terhadap jumlah volume bubuk
semen, air pencampur dan additif.
Dirumuskan sebagai berikut :
........................................................................................... (1-1)
Dimana :
ρ = Densitas suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wadd = Berat additif
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vadd = Volume additif
Vair = Volume air
7
a. Distribusi ukuran partikel dari material additif harus cocok
(compatible) dengan ukuran partikel semen. Ukuran partikel additif
yang lebih besar dari partikel semen akan cenderung mengendap
sedangkan partikel berukuran lebih kecil memiliki kecendrungan
menambah viskositas suspensi semen.
b. Kadar air yang terkandung dalam material additif tidak banyak
(unhidrous).
c. Material additif harus sukar bereaksi (inert) dengan semen, baik pada
saat pencampuran dalam suspensi maupun saat proses hidrasi semen
dan juga compatible dengan additif lain yang mungkin dicampurkan
dalam semen.
8
1.3 ALAT DAN BAHAN
1.3.1 Alat
1. Cement Blender
2. Timbangan digital
3. Plastik transparan
4. Alumunium foil
5. Gelas ukur
6. Cetakan sampel kubik dan silinder
7. Stopwatch
8. Mud balance
1.3.2 Bahan
1. Air
2. Semen portland
3. Grease
4. Additif
9
Gambar 1.1. Cement Blender
10
1.4 PROSEDUR PERCOBAAN
1.4.1. Pembuatan Suspensi Semen Dan Cetakan Sample
1. Menimbang bubuk semen sebanyak 350 gram dengan
timbangan digital.
2. Mengukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang
diinginkan. Nilai WCR tidak boleh melebihi kadar air
maksimum maupun kurang dari kadar air minimum.
3. Menimbang additive sebanyak yang ditentukan.
4. Mencampur bubuk semen dengan additive pada kondisi
kering.
5. Memasukkan air sebanyak ketentuan semen dan additive ke
dalam blender, kemudian menjalankan blender pada
kecepatan 4000 rpm dan memasukkan campuran semen dan
additive kedalamnya tidak lebih dari 15 detik, lanjutkan
pengadukan pada kecepatan tinggi 12000 rpm selama 35
detik.
6. Mengoleskan grease kedalam cetakan kubik sedangkan untuk
cetakan silinder casing tidak diolesi grease.
7. Menuangkan sampel suspensi semen dari mixer kedalam
cetakan yang telah tersedia untuk kemudian digunakan dalam
pengujian compressive strength dan shear bond strength.
8. Membungkus cetakan sampel dengan plastik transparan,
memberi label lalu merendamnya dalam water bath.
11
c) Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan
semula.
d) Menempatkan rider pada posisi skala 8,33 ppg (densitas
air).
e) Meneliti nuvo glass, bila tidak seimbang
mengkalibrasikan screw sampai seimbang.
2. Memasukkan suspensi semen kedalam cup mud balance,
kemudian cup ditutup dan semen yang melekat pada dinding
bagian luar dibersihkan.
3. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian
atur rider hingga seimbang.
4. Membaca skala sebagai densitas suspensi semen pengukuran.
5. Membandingkan hasil pengukuran dengan perhitungan
densitas suspensi semen dengan menggunakan rumus :
Dimana :
ρ = Densitas suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wadd = Berat additif
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vadd = Volume additif
Vair = Volume air
12
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
13
Alat yang digunakan untuk mengetahui sifat rheologi adalah Rheometer
yang dilengkapi dengan cup heater untuk menaikkan temperatur suspensi semen.
Suspensi semen yang akan dites ditempatkan sedemikian rupa sehingga mengisi
ruang antar bob dan rotor sleeve. Pada saat rotor berputar, maka suspensi semen
akan menghasilkan torque pada bob sebanding dengan parameter Shear Stress dan
Shear rate suspensi semen.
14
dimana :
= shear stress, dyne/cm2
= shear rate, detik-1
C = dial reading, derajat
RPM = revolution per minute dari rotor
2.2.2. Viskositas
Viskositas adalah tahanan fluida terhadap aliran atau gerakan yang penting
untuk laminar flow. Viscositas plastik (plastic viscosity) seringkali digambarkan
sebagai bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi
mekanik. Viscositas nyata (a) untuk setiap harga shear rate dihitung berdasarkan
hubungan :
a = x 100 .................................................................................................... (2-3)
300
a = /RPM ............................................................................................... (2-4)
C
dimana :
15
2.2.3. Yield Point
Yield Point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik-
menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebabkan oleh muatan-muatan
pada permukaan partikel yang didispersi dalam fasa fluida. Adapun korelasi untuk
menentukan plastic viscosity (p) dan yield point (Yp) dalam field unit digunakan
persamaan Bingham plastic berikut :
600 300
p = ..................................................................................... (2-5)
600 300
Dengan memasukkan persamaan (2-1) dan (2-2) ke persamaan (2-5) maka
didapat korelasi :
Gambar 2.2. Korelasi antara Plastic Viscosity (PV) dan Yield Point (YP) pada
model Rheologi Bingham Plastic (Schlumberger 2015)
16
2.3 Alat dan Bahan
2.3.1 Alat
1. Timbangan
2. Cement Blender
3. Rheometer
4. Gelas ukur
5. Stopwatch
2.3.2 Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. Additif
17
2.4 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Membuat suspensi semen dengan komposisi yang telah ditentukan
(lihat modul 1)
2. Mengisi bejana dengan suspensi semen yang telah disiapkan sampai
batas yang telah ditentukan.
3. Meletakkan bejana pada tempatnya, mengatur skala kedudukan
sehingga rotor dan bob tercelup kedalam semen menurut batas yang
telah ditentukan.
4. Menggerakkan rotor dengan kecepatan rotor pada 600 rpm. Mencatat
hasil pembacaan 600 rpm.
5. Menurunkan kecepatan menjadi 300 rpm dan mencatat hasil
pembacaan 300 rpm.
6. Menghitung besarnya plastic viscosity dan yield point dengan
menggunakan persamaan :
Dimana :
= plastic viscosity, cp
YP = yield point, ⁄
18
PENGUJIAN THICKENING TIME SUSPENSI SEMEN
19
kedalam suspensi semen seperti Calcium Lignosulfonat, Carboxymethyl
Hydroxyethyl Cellulose dan senyawa-senyawa asam organik.
Pada sumur-sumur yang dangkal diperlukan thickening time yang tidak
terlalu lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu jauh juga untuk
mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat thickening time dapat ditambahkan
accelerator kedalam suspensi semen. Yang termasuk kedalam accelerator adalah
Calcium Chlorida, Sodium Chlorida, gypsum, Sodium Silikat, air laut dan additif
yang tergolong dispersant.
Berikut ini adalah beberapa macam dari additif yang berpengaruh terhadap
thickening time :
a. Accelerator adalah additif yang dapat mempercepat proses thickening
time. Contoh additif, antara lain :
1. Calcium Chlorida, umumnya penambahan additif ini antara 2 – 4%
kedalam suspensi semen, pengaruhnya dapat mempercepat
thickening time dan menaikkan compressive strength.
2. Sodium Chlorida dan NaCl, dengan kadar sampai 10% BWOMW
berlaku sebagai accelerator.
3. Gypsum
4. Silika
5. Air Laut
b. Retarder adalah additif yang dapat memperlambat proses pengerasan
suspensi semen, sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang
cukup untuk mencapai kedalaman yang diinginkan. Contoh additif
antara lain.
1. Lignosulfonat, efektif dicampurkan kedlam suspensi semen dengan
kadar 0,1 – 0,15% BWOC. Lignosulfonat tetap efektif sampai
temperatur 121 dan bila ditambahkan Sodium Barite maka akan
dapat bertahan sebagai retarder hingga temperatur 315 .
2. CMHEC (Carboxymethyl Hydroxymethyl Cellulose), merupakan
polisakarida yang terbentuk dari kayu dan tetap stabil hingga
temperatur 121 juga bila terdapat alkali pada suspensi semen.
20
Perencanaan besarnya thickening time tergantung pada kedalaman sumur
dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan disemen. Dilaboratorium,
pengukuran thickening time menggunakan alat High Pressure High Temperature
(HPHT) disimulasikan pada kondisi temperatur sampai 220 , BHT 500 dan
tekanan sirkulasi 2500 psi. Thickening time suspensi semen dibaca apabila pada
alat tes telah menunjukan 100 UC untuk standar API, namun ada perusahaan lain
yang menggunakan angka 70 UC (seperti Hudbay) dengan pertimbangan faktor
keselamatan, kemudian diekstrapolasi ke 100 UC.
Perhitungan konsistensi suspensi semen dilaboratorium ini dilakukan
dengan mengisi sampel kedalam silinder, lalu diputar konstan pada 150 rpm
kemudian dibaca harga torsinya. Dan harga konsistensi suspensi semen dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
-
....................................................................................................... (3-1)
Dimana :
Bc = konsistensi, UC atau BC
T = torsi, g-cm
21
3.3.2. Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. Additif
Gambar 3.2. Rangkaian Slurry Container : Container, Paddle dan Tutup (Lid)
22
3.4 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Membuat suspensi semen dengan komposisi yang telah ditentukan
(lihat modul 1).
2. Menghidupkan switch master dan set temperatur yang diinginkan pada
bagian SP 1 di alat consistometer.
3. Melapisi paddle dengan grease dan dimasukkan ke dalam container.
4. Menuangkan suspensi semen kedalam slurry container sampai
ketinggian yang ditunjukkan oleh garis batas.
5. Memasang tutup (lid) pada slurry container dan dimasukkan ke dalam
atmospheric consistometer.
6. Menghidupkan motor dan stopwatch.
7. Catat nilai konsistensi setiap 2 menit.
8. Mematikan alat setelah 50 menit atau saat konsistensi 70 Bc.
9. Buat plot antara konsistensi (sumbu y) dan waktu (sumbu x).
10. Tentukan nilai waktu saat konsistensi 100 Bc dengan ekstrapolasi.
23
PENGUJIAN INITIAL & FINAL SETTING TIME SUSPENSI
SEMEN
24
Apabila batas penetrasi initial setting time berada diatara dua titik waktu
pengamatan yang berbeda, maka untuk mengetahui waktu sebenarnya saat
tercapai initial setting time dapat dilakukan dengan interpolasi dari data yang
didapat.
25
Gambar 4.1. Vicat Apparatus, Mold, dan Jarum
26
4.4. Prosedur Percobaan
1. Membuat suspensi semen dengan komposisi yang telah ditentukan
2. Menyiapkan Vicat apparatus dan stopwatch sebelum melakukan
pengujian.
3. Oleskan grease pada dinding bagian dalam ring mould.
4. Pada bagian bawah ring mold diletakkan kaca sebagai alas agar slurry
tidak tumpah.
5. Isi ring mold dengan slurry dan tutup.
6. Masukkan kedalam water bath sesuai dengan temperatur reservoir.
7. Setelah mendekati waktu thickening time, ambil slurry dari water bath.
8. Letakkan alat (Base dan ring mould) pada vicat apparatus. Jarak antara
jarum dengan dinding ring mould = 1cm.
9. Jika jarum sudah tertancap hingga 5 mm di atas dasar mould, catat waktu
yang diperoleh sebagai initial setting time.
10. Balikkan posisi ring mould pada vicat apparatus.
11. Jatuhkan kembali jarum pada vicat apparatus secara berkala, jika sudah
tertancap 1 mm atau tidak ada penetrasi lagi dari jarum 5 mm, final
setting time telah berhasil.
27
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
28
Besarnya atau terjadinya filtration loss diketahui dari volume filtrate yang
ditampung dalam sebuah tabung atau gelas ukur selama 30 menit masa pengujian.
Apabila waktu pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss
dapat dihitung dengan menurunkan persamaan (5-1) menjadi:
................................................................................................ (5-2)
√
............................................................................................. (5-3)
√
dimana :
Q30 = fluid loss pada 30 menit, ml
F30 = filtrate pada 30 menit, ml
Ft = filtrate pada t menit, ml
t = waktu pengukuran, menit
Pada proses cementing, filtration loss yang diinginkan adalah sekitar 50
untuk sumur gas sampai dengan 200 cc untuk sumur minyak yang diukur selama
30 menit dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh yang didukung pada
saringan berukuran 60 mesh pada tekanan 1000 psi. Untuk mengontrol besar
kecilnya filtration loss dapat digunakan :
1. Fluid Loss Control Agents.
Yaitu additive yang berfungsi mencegah hilangnya fasa liquid semen kedalam
formasi sehingga terjaga kandungan cairan dalam suspensi semen. Additive-
additive yang termasuk kedalam fluid loss control agents diantaranya polymer,
CMHEC, dan latex.
2. Lost Circulation Control Agents.
Yaitu additive yang berguna mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam
formasi yang lemah atau bergua. Biasanya material loss circulation yang
dipakai pada pemboran digunakan pula dalam suspensi semen. Additive yang
termasuk dalam lost circulation control agents diantaranya gilsonite,
cellophane flakes, gipsum, bentonite, dan nut shells.
29
5.3. ALAT DAN BAHAN
5.3.1. Alat
1. Gelas ukur.
2. Timbangan digital.
3. Cement mixer
4. Stopwatch.
5. Filter Press Set:
Cell
Stand and Panel
Thermometer
5.3.2. Bahan
1. Semen Portland.
2. Air
3. Additive
Gambar 5.1. Filter Press Set Gambar 5.2. Stand, Panel, dan
Thermometer
30
Gambar 5.3. Cell dan Bagiannya
31
√
Dimana :
F30 = filtrate pada 30 menit, ml
Ft = filtrate pada t menit, ml
t = waktu pengukuran
9. Menghentikan penekanan udara atau gas N2, membuang tekanan udara
dalam silinder dan menuangkan sisa suspensi semen yang ke dalam
gelas kimia.
32
PENGUJIAN FREE WATER
33
6.3. ALAT DAN BAHAN
6.3.1. Alat
1. Cement Mixer
2. Gelas ukur
3. Timbangan
4. Stopwatch
6.3.2. Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. Additif
34
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH CETAKAN SEMEN
35
d) Menyekat lubang sumur dari fluida formasi yang korosif.
e) Menyekat antar lapisan yang permeabel.
36
7.3. ALAT DAN BAHAN
7.3.1. Alat
1. Hydraulic press.
2. Bearing block machine hydraulic mortar.
3. Jangka sorong.
4. Mold silinder.
7.3.2. Bahan
1. Semen yang telah dibuat dengan cetakan sampel.
37
9. Melakukan perhitungan compressive strength semen, dengan
menggunakan rumus :
( ⁄ ) ......................................................... (7-1)
dimana :
CS = compressive strength semen, psi
k = konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h)
terhadap diameter (d)
P = pembebanan maksimum oleh alat, psi
A1 = luas penampang block bearing dari hydraulic mortar,
inch2
A2 = luas permukaan sampel semen, inch2
38
DAFTAR PUSTAKA
39