1
DAFTAR GAMBAR
2
Gambar 45. V-block ....................................................................................... 42
Gambar 46. Vice/ Ragum ............................................................................... 43
Gambar 47. Swivel Vice ................................................................................. 43
Gambar 48. Rotary table (ragum putar).......................................................... 44
Gambar 49. Dividing head ............................................................................. 44
Gambar 50. Flat Endmill ................................................................................ 45
Gambar 51. Facemill cutter ............................................................................. 45
Gambar 52. Mantel Cutter ............................................................................. 45
Gambar 53. Cutter alur .................................................................................. 46
Gambar 54. Cutter modul .............................................................................. 46
Gambar 55. Ball endmill ................................................................................ 46
Gambar 56. Kemungkinan Bahaya yang Timbul dari Proses Menggerinda Alat . 49
Gambar 57. Bagian Mesin Gerinda ................................................................. 50
3
PROSES PEMESINAN DASAR
4
PROSES PEMESINAN DASAR
5
PROSES PEMESINAN DASAR
6
PROSES PEMESINAN DASAR
7
PROSES PEMESINAN DASAR
8
PRINSIP K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
9
PRINSIP K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
Contributing Causes
Immediate Causes
1. Supervisi
1. Unsafe acts
2. Kondisi mental/ fisik
2. Unsafe conditions
praktikan
Incident Case
1. Cidera
2. kerusakan asset/
lingkungan
3. Loss
10
TEKNIK PENGUKURAN
3. TEKNIK PENGUKURAN
3.1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memilih alat ukur sesuai dengan kebutuhan.
2. Mengukur berbagai bentuk/ dimensi dengan alat ukur dan alat bantu
pengukuran.
3.2. ALAT DAN BAHAN
1. Meja rata
2. Siku
3. Jangka sorong (veriner caliper)
4. Pengukur besaran sudut (bevel protactor)
5. Pengukur tinggi (height gauge)
6. Alat ukur banding (dial indicator)
7. Objek pengukuran.
3.3. KESELAMATAN KERJA
1. Peralatan ukur dan alat kerja tidak ditumpuk.
2. Peralatan ukur dan alat kerja diletakkan pada tempat yang aman.
3. Gunakan peralatan praktikum sesuai fungsinya.
3.4. DASAR TEORI PENGUKURAN
Kompetensi Pengukuran merupakan syarat utama diantara syarat-syarat yang lain
sebagaimana halnya membaca gambar yang harus dikuasai oleh seorang yang
berkecimpung di dunia rekayasa teknik apakah bidang permesinan , pengecoran
logam, pekerjaan plat, konstruksi, dan lain-lain. Pengukuran sering dimasukan
dalam divisi Quality Control (QC) yakni pengendalian kulaitas yang berhubungan
dengan kualitas dan dimensional geometris. Mengukur adalah proses
membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran
tertentu. Tanpa alat ukur, elemen produk tidak dapat dibuat cukup akurat untuk
menjadi mampu tukar (interchangeable). Pada waktu merakit, komponen yang
dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat ukur merupakan alat penting
dalam proses pemesinan dari awal pembuatan sampai dengan kontrol kualitas di
akhir produksi.
3.4.1. VERNIER CALIPER (MISTAR GESER)
Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel mesin. Jangka
sorong berfungsi sebagai alat ukur yang biasa dipakai operator mesin, yang dapat
mengukur panjang sampai dengan 200 mm, ketelitian 0,05 mm. Gambar 2 adalah
11
TEKNIK PENGUKURAN
12
TEKNIK PENGUKURAN
Panjang skala nonius pada rahang geser 9 mm yaitu, lurus pada setiap setrip ke 9
dari rahang tetap. Banyaknya setrip pada rahang geser 10, maka jarak setiap setrip
adalah 0,9 mm. Sedangkan 1 setrip pada rahang tetap adalah 1 mm, sehingga
selisihnya = 1 - 0,9 = 0,1 mm Jadi mistar geser tersebut mempunyai ketelitian 0,1
mm Jika panjang skala nonius 19 mm dan banyak setrip pada skala nonius 20,
maka jarak 1 setrip skala nonius 19/20mm, sedang jarak 1 setrip pada rahang tetap
1 mm. Maka ketelitian mistar geser tersebut adalah 1 – 19/20 mm = 1/20 mm atau
0,05 mm. Untuk mistar geser yang memiliki panjang skala nonius 40 mm dan
banyak setripnya 49 bagian, dimana ketelitian mistar geser tersebut adalah 1 –
49/50 mm = 1/50 mm atau 0,02 mm.
13
TEKNIK PENGUKURAN
14
TEKNIK PENGUKURAN
((a)) ((b))
15
TEKNIK PENGUKURAN
16
TEKNIK PENGUKURAN
Dial Indikator atau juga dikenal dengan Dial Gauge ialah alat ukur dengan skala
pengukuran yang sangat kecil, contohnya pada pengukuran pergerakan suatu
komponen (backlash, endplay) dan pengukuran kerataannya (round out). Dial
gauge ini merupakan tools yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya harus
dipasangkan pada suatu alat bantu yang disebut: Magnetic Base, sebagai pemegang
dial gauge dan berfungsi mengatur posisi dari dial gauge (tinggi-rendahnya,
kemiringannya) pada tempat atau permukaan benda yang diukur.
Kegunaan/ fungsi Dial Indicator
1. Mengukur kerataan permukaan bidang datar.
17
TEKNIK PENGUKURAN
Cara Menggunakan/Mengukur
Pasang contact point pada dial indikator.
Pasang dial indicator pada standnya.
Tempelkan contact point pada benda kerja yang akan diukur.
Kendorkan screw pengikat pada skala dan posisikan angka nol sejajar
dengan jarum penunjuk. lalu kencangkan lagi screw pengikat.
Gerakkan benda kerja sesuai kebutuhan.
Baca nilai penyimpangan jarum penunjuk pada skala.
Untuk mendapatkan hasil yang benar, harus diketahui ketelitian skala
pada dial tersebut.
Bagian-Bagian Dial Indicator
Jarum Panjang
Jarum panjang ini akan langsung bergerak jika bagian bidang sentuh tertekan
oleh benda kerja. Nilai pergerakan dari jarum panjang tersebut tergantung
pada hasil kali antara skala dengan angka yang di tunjuk jarum panjang dial
gauge tersebut. contohnya : dial gauge skala 0,01 mm, apabila jarum panjang
menunjuk angka 10 berarti 0,01 x 10 = 0,1 mm.
Jarum Pendek
Jarum pendek akan bergerak satu step/ruas, jika jarum panjang berputar dari
angka nol sampai angka nol lagi (satu putaran). contohnya : nilai pergerakan
18
TEKNIK PENGUKURAN
satu ruas dari jarum pendek adalah 0,01 mm x 100 = 1 mm (ini jika nilai skala
0,01 mm).
Jadi, jika jarum pendek berputar sampai satu putaran berarti 1 x 10 = 10 mm.
Bidang sentuh benda kerja
Bagian ini akan bergerak naik atau turun jika bersentuhan dengan permukaan
benda kerja saat benda kerja bergerak terhadap bidang sentuh tersebut.
Jarum panjang akan bergerak kearah kanan jika bidang sentuh bergerak
kearah atas. Jarum panjang akan bergerak kekiri jika bidang sentuh bergerak
ke bawah.
Cara Kalibrasi
Letakkan dial indikator pada tempat yang datar.
Lihatlah skala utama dan skala nonius.
Jika di skala utama tidak menampilkan angka 0 (nol), maka putar skrup
pengkalibrasi searah jarum jam atau sebaliknya, tergantung pada
keperluan, sampai jarum skala utama menunjukkan angka 0 (nol).
Lakukan hal yang sama pada skala nonius.
Cara Merawat
Bersihkan dial indikator dari debu atau kotoran pada poros peraba atau
batang pengukur sebelum dan sesudah pemakaian.
Dial indikator sebaiknya disimpan pada tempat yang aman dan jauh dari
getaran-getaran, karena dial indikator mudah pecah/rusak.
19
TEKNIK PENGUKURAN
Height Gauge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
benda atau membuat garis berupa goresan sebagai penanda ketinggian pada suatu
benda sebelum dilakukan proses pemesinan.
Kegunaan/Fungsi
Mengukur ketinggian suatu benda.
Membuat garis penanda ketinggian pada benda kerja
20
TEKNIK PENGUKURAN
21
TEKNIK PENGUKURAN
Cara Pembacaan
Perhatikan angka yang terdapat pada main scale/skala utama misalkan garis nol
pada vernier scale berada di antara garis ke 9 dan 10 pada main scale berarti
pengukuran menunjukan 9 mm, kemudian kita lihat ke vernier scale, garis yang
sejajar dengan garis pada main scale kemudian dikalikan dengan ketelitian yang
digunakan di alat ukur, misalkan garis pada vernier scale yang sejajar dengan garis
pada main scale adalah garis ke 14 dan ketelitian yang digunakan adalah 0,02
maka pengukuran menunjukan 14 x 0,02 = 0,28 mm. sehingga pengukuran akhir
menunjukan 9,28 mm.
Cara Perawatan
22
TEKNIK PENGUKURAN
Pastikan bagian slider bergerak dengan baik dan tidak lepas, jika dirasa
tidak normal atur locking screws dengan cara kencangkan baut tersebut
kemudian kendorkan lagi kurang lebih seperempat putaran
Ketika menyimpan alat usahakan scriber diangkat 2 sampai 20 mm dari
alasnya
23
BUBUT
4. BUBUT
4.1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui konstruksi, cara kerja, pengoperasian dan aspek keselamatan
kerja mesin bubut.
2. Mengetahui proses apa saja yang dapat dikerjakan dengan mesin bubut.
3. Mampu memilih jenis pahat yang akan digunakan untuk membuat produk
dengan proses tertentu.
4. Mengetahui parameter proses pada proses bubut dan cara menentukan
parameter tersebut pada mesin bubut.
5. Memahami gerak relative antar pahat dengan benda kerja dan
terbentuknya geram.
24
BUBUT
bubut, dilengkapi dengan daya putar dengan kecepatan yang sesuai dan perkakas
dihantarkan dengan kecepatan dan kedalaman potong tertentu.
25
BUBUT
(1) Headstock, terdiri atas unit penggerak, digunakan untuk memutar spindel
yang memutar bendakerja.
(2) Tailstock, terletak bersebrangan dengan headstock, yang digunakan untuk
menopang bendakerja pada ujung yang lain.
(3) Tool post, ditempatkan di atas peluncur lintang (cross slide) yang dirakit
dengan pembawa (carriage).
(4) Peluncur lintang (Cross side), berfungsi untuk menghantarkan pahat dalam
arah yang tegak lurus dengan gerakan pembawa.
(5) Pembawa (Carriage), dapat meluncur sepanjang batang hantaran (ways)
untuk menghan-tarkan perkakas dalam arah yang sejajar dengan sumbu
putar.
(6) Batang hantaran, merupakan rel tempat meluncurnya pembawa, dibuat
dengan akurasi kesejajaran yang relatif tinggi dengan sumbu spindel.
(7) Ulir pengarah (leadscrew), berfungsi untuk menggerakkan pembawa. Ulir
berputar dengan kecepatan tertentu sehingga dihasilkan hantaran dengan
kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
(8) Bangku (bed), berfungsi untuk menyangga komponen-komponen yang
lainnya.
Proses-proses yang dapat dibuat dengan mesin bubut antara lain :
26
BUBUT
27
BUBUT
28
BUBUT
3. Pahat HSS
Jenis ini setingkat dibawah carbide.
Twist drill alat potong ini mempunyai 2 sisi potong, yang berguna untuk
pembuatan diameter dalam.
Center drill berguna untuk pembuatan lubang tumpuan pencekaman.
NC drill berguna sebagai awalan lubang.
HSS undercut berguna untuk pembuatan alur dan profil.
HSS ulir berguna untuk pembuatan ulir dalam maupun luar.
4.4.4. ALAT PENCEKAM PAHAT
1. tool holder
2. Drill chuck
3. V-block
4.4.5. ALAT PENCEKAM BENDA KERJA
1. Three jaws chuck alat pencekam yang terdiri dari 3 rahang yang bergerak
bersama-sama (konsentris) mencekam benda kerja. Digunakan untuk
mencekam benda silindris dan benda kerja dengan jumlah sisi kelipatan 3.
2. Four jaws chuck alat pencekam yang terdiri dari 4 rahag yang bergerak
bebas. Berguna untuk mencekam benda tidak silindris serta pembuatan
benda berdiameter eksentris.
4.5. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.5.1. PERSIAPAN PROSES BUBUT
1. Pastikan dan tanyakan kepada pengampu mesin yang mana yang akan
digunakan
2. Pinjam peralatan yang diperlukan untuk praktikum kepada petugas dan
periksa dengan teliti bahwa peralatan yang dipinjamkan benar-benar
dalam keadaan baik
3. Minta benda kerja yang dipakai utuk praktikum kepada petugas. Kartu
peminjaman harus ditandatangani oleh petugas dan praktikan.
4.5.2. PERSIAPAN MESIN, PEMASANGAN PAHAT DAN BENDA KERJA
1. Pengecekan kondisi mesin, setiap akan bekerja pada mesin dianjurkan
untuk tidak mencoba sebelum menguasai pengoperasiannya.
2. Melonggarkan chuck dengan menggunakan kunci chuck. Pemasangan
benda kerja pada chuck dan mengencangkan kembali menggunakan
kunci chuck dengan posisi self-centering
29
BUBUT
30
FRAIS (MILLING)
5. FRAIS (MILLING)
5.1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mengetahui definisi frais
2. Praktikan memahami proses pengefraisan
3. Praktikan dapat menggunakan perkakas frais
5.2. ALAT DAN BAHAN
1. Alat 2. Bahan
a) Mesin frais Benda kerja
b) Toolbox
c) Endmill
d) Palu malet
e) Kaca mata
f) Kuas
g) Penyiku
h) Jangka sorong
i) Besi parallel
j) Tuas
5.3. KESELAMATAN KERJA
1. Gunakan APD yang sesuai (Sepatu safety, kaca mata, masker)
2. Rambut panjang diikat kebelakang.
3. Tidak menggunakan sarung tangan.
4. Dilarang mengukur benda kerja dan memeriksa benda kerja pada mesin ketika
mesin masih beroperasi.
5. Pada waktu istirahat, tombol darurat diaktifkan, alat potong dalam kondisi
bebas.
5.4. DASAR TEORI FRAIS
5.4.1. DEFINISI FRAIS
Proses pemesinan frais (milling) merupakan proses permesinan yang pada
umumnya menghasilkan bentukan bidang datar dimana proses penyayatan/
pengurangan material benda kerja terjadi karena adanya kontak antara alat
potong (cutter) yang berputar pada spindle dengan benda kerja yang tercekam
pada meja mesin.
Bentuk yang bisa dibuat menggunakan mesin frais antara lain bentuk alur, lubang,
roda gigi, kolam, radius.
31
FRAIS (MILLING)
32
FRAIS (MILLING)
(a) Frais naik (up milling) disebut frais konvensional. Gerak putaran pisau
berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais. Sesuai dengan
mesin frais konvensional karena memiliki backlash ulir transportir relatif
besar dan tidak dilengkapi backlash compensation.
Gaya potong yang terjadi pada awal pemakanan kecil dan benda kerja
akan cenderung terangkat.
(b) Frais turun (down milling). Arah gerak cutter searah dengan gerakan
meka makan. Sesuai untuk mesin frais berbasis CNC karena dilengkapi
backlash compensation.
Gaya terbesar pada saat proses pemakanan benda. Mesin konvensional
tidak direkomendasikan frais turun karena benda akan tertekan dan
ditarik oleh cutter.
33
FRAIS (MILLING)
Mesin frais tegak adalah suatu mesin frais yang posisi arbornya tegak
(vertikal), sedang mejanya dapat bergerak ke arah longitudinal, melintang
/cross slide, naik dan turun.
34
FRAIS (MILLING)
35
FRAIS (MILLING)
Mesin ini merupakan gabungan dari mesin frais horisontal dan vertikal,
akan tetapi tidak dapat digunakan secara bersamaan. mesin jenis ini adalah
mesin yang cukup banyak digunakan
5.4.5. BAGIAN- BAGIAN MESIN FRAIS
1. Spindle utama
Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat
potong atau bisa diartikan penghubung antara arbor dengan motor listrik.
36
FRAIS (MILLING)
2. Table/ meja
Merupakan bagian mesin milling, tempat untuk clamping device atau benda
kerja.
3. Motor drive
Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja mesin. Pada bagian
ini terdapat transmisi gerakan pemakanan ( feeding ).
37
FRAIS (MILLING)
5. Column/ tiang
38
FRAIS (MILLING)
Digunakan untuk mencekam Twist Drill yang memiliki bentuk tangkai taper
atau konus
4. Collet arbor
39
FRAIS (MILLING)
5. Stub arbor
40
FRAIS (MILLING)
41
FRAIS (MILLING)
9. Angle plate
42
FRAIS (MILLING)
Alat ini digunakan untuk mencekam benda kerja umumnya yang berbentuk
persegi.
12. Swivel vice
43
FRAIS (MILLING)
Salah satu perlengkapan pada mesin frais yang digunakan untuk membuat
radius luar pada saat pengerjaan benda kerja biasanya ditambahkan clamp
dan center pin untuk mencekam benda kerja.
14. Dividing head
– Salah satu alat yang bisa digunakan untuk membuat segi tertentu
seperti segitiga, segiempat, segilima dst. Selain itu alat ini juga
berfungsi untuk membuat roda gigi dan spiral
44
FRAIS (MILLING)
2. Facemill cutter
Cutter ini miring dengan endmill biasa tetapi karena ukuran permukaan
potongnya lebar sehingga alat ini sangat cocok buar proses milling dengan
benda kerja yang luas. Biasanya facemill ini dilengkapi dengan mata insert
3. Mantel cutter
45
FRAIS (MILLING)
4. Cutter alur
• Digunakan untuk membuat alur-alur pada batang atau permukaan benda lainnya.
5. Cutter modul
Cutter ini dalam satu set terdapat 8 buah. Cutter ini dipakai untuk membuat
roda-roda gigi.
6. Ball endmill
46
FRAIS (MILLING)
47
GERINDA
6. GERINDA
6.1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mengetahui definisi proses menggerinda.
2. Praktikan memahami proses menggerinda.
3. Praktikan dapat mengoperasikan mesin gerinda.
4. Praktikan dapat menggerinda pahat bubut
6.2. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Bevel protactor
- Masker
- Goggle
- Hold extension
- Palu
- Mesin gerinda
2. Bahan
- Benda kerja
- Coolant
6.3. KESELAMATAN KERJA
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar dalam melakukan
pengerjaan gerinda aman. Maksud aman di sini aman bagi operator mesin dan
mesin gerinda itu sendiri. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang perlu
diperhatiakan :
1. Periksa batu gerinda apakah ada retakan sebelum dipasang.
2. Lakukan pengetesan batu gerinda untuk kesenteran sumbunya.
3. Lakukan uji coba putaran sebelum digunakan.
4. Gunakan kacamata pengaman.
5. Saat menggerinda pada gerinda duduk, dudukan benda kerja harus berjarak
2 mm dari batu gerinda, jika tidak benda kerja akan masuk di antara
dudukan dan batu gerinda sehingga dapat merusak batu gerinda.
6. Selama melakukan penggerindaan kering, beram harus disingkirkan.
7. Jangan membuka tutup pengaman.
8. Jangan menyentuh batu gerinda yang berputar
48
GERINDA
Gambar 56. Kemungkinan Bahaya yang Timbul dari Proses Menggerinda Alat
49
GERINDA
50
REFERENSI LANJUT
REFERENSI LANJUT
Agus Kurniawan, dkk. 2007. Buku Pedoman Praktik Bengkel Tingkat 1. ATMI
Solo
Heinrich Gerling. 1982. All about machine tools – Dealing with machine tools.
Wiley Eastern Limited.
Nunung Gunung Riyadi. 1983. Teori Bengkel. ATMI Solo
51