Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA SEMEN PEMBORAN


“PRIMARY CEMENTING & SECONDARY CEMENTING”

DISUSUN OLEH :
NAMA : INDRA WAHYU KRISNA
NIM : 113210139
PLUG : PLUG A

LABORATORIUM ANALISA SEMEN PEMBORAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA SEMEN PEMBORAN

Disusun oleh Indra Wahyu Krisna untuk memenuhi persyaratan Praktikum


Analisa Semen Pemboram Primary cementing & secondary cementing tahun
akademik 2023/2024, Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

DISUSUN OLEH:
NAMA: INDRA WAHYU KRISNA
NIM : 113210139
PLUG : PLUG A

Yogyakarta, 15 November 2023


Disetujui untuk Laboratorium
Analisa Semen Pemboran
Oleh:
Asisten Praktikum

(RAFLY BUDIANTA)
113200139
10.3. PEMBAHASAN
Praktikum Analisa Semen Pemboran minggu kelima acara berjudul
“Primary Cementing dan Secondary Cementing”. Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk memahami konsep primary cementing & secondary cementing dan
memahami tahapan-tahapan pelaksanaan primary cementing dan secondary
cementing. Penyemenan sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Primary Cementing dan
Secondary Cementing. Primary Cementing merupakan penyemenan yang pertama
kali dilakukan setelah casing diturunkan ke dalam sumur. Kegiatan penyeman ini
dimulai dari penyemenan pada conductor casing, surface casing sampai ke
production casing ataupun liner. Untuk secondary cementing sendiri merupakan
penyemenan ulang yang bertujuan untuk menyempurnakan primary cementing atau
memperbaiki penyemenan yang rusak.
Penyemenan conductor casing bertujuan mencegah terjadinya kontaminasi
fluida pemboran (lumpur pemboran) terhadap lapisan tanah permukaan.
Penyemenan surface casing bertujuan melindungi air tanah agar tidak tercemar dari
fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface casing sebagai tempat BOP,
menahan beban casing yang terdapat di bawahnya dan untuk mencegah terjadinya
aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface casing.
Penyemenan intermediate casing menutup tekanan formasi abnormal atau
mengisolasi daerah lost circulation. Penyemenan production casing untuk
mencegah terjadinya aliran antar sumur formasi ataupun aliran fluida formasi yang
tidak diinginkan yang akan memasuki zona produktif, mengisolasi zona produktif
yang akan di produksikan fluida formasi (perforated completion), dan mencegah
terjadinya korosi pada casing yang di sebabkan oleh material-material korosif.
Dalam melaksanakan operasi primary cementing dan secondary cementing
terdapat beberapa metode. Untuk primary cementing memiliki 4 metode yaitu,
liner, single stage, stab-in, multi-stage. Kemudian untuk secondary cementing
memiliki 3 metode yaitu, squeeze cementing, re-cementing, plug-back cementing.
Single Stage Cementing dan Multi Stage Cementing. Single Stage
Cementing biasanya penyemenan ini dilakukan untuk kolom penyemenan yang
tidak terlalu panjang seperti conductor casing dan surface casing. Sedangkan Multi
Stage Cementing diterapkan pada penyemenan rangkaian casing yang panjang
seperti intermediate casing dan production casing. Penyemenan bertahap ini
dilakukan untuk memungkinkan penyemenan total keseluruhan panjang casing
tersebut. Pada tahap ini terdapat alat stage collar yang ditempatkan pada posisi
tertentu dalam rangkaian casing. Tahap pertama penyemenan dilakukan seperti
pada single stage cementing, akan tetapi bagian top kolom semen berakhir tepat di
bawah stage cementer. Tahap kedua diawali dengan menjatuhkan sebuah opening
bomb dari permukaan sehingga memungkinkan untuk jatuh pada opening seat pada
stage collar. Saat bomb telah ditempatkan, tekanan pemompaan sebsar 1200 – 1500
psi diatas tekanan sirkulasi diterapkan pada penyeretan pin panahan dan
memungkinkan sebuah bottom sleeve bergerak turun. Gerakan sleeve akan
membuat terminal, sehingga menetapkan hubungan antara bagian dalam casing
dengan annulus. Volume semen diperlukan untuk tahap kedua lalu dipompakan dan
diikuti dengan sebuah closing plug. Bubur semen melewati terminal dari stage
cementer dan akan ditempatkan pada annular area. Jika plug telah mencapai stage
cementer maka tekanan sebesar 1500 psi diatas tekanan yang diperlukan untuk
mensirkulasikan semen diterapkan pada closing plug sehingga mendorong upper
sleeve turun dan dengan demikian akan menutup terminal dan menyekat ruang
antara casing dengan annulus, sehingga dengan demikian keseluruhan rangkaian
casing telah disemen.
Secondary Cementing merupakan penyemenan ulang yang bertujuan untuk
menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak.
Secondary cementing terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Squeeze
cementing, Re-cementing dan Plug-back cementing. Squeeze cementing memiliki
beberapa tujuan diantaranya yaitu mengurangi water-oil ratio, water gas ratio atau
gas-oil ratio, menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif, memperbaiki
kebocoran yang terjadi di casing, memperbaiki primary cementing yang masih
kurang memuaskan. Re-Cementing memiliki tujuan untuk memperluas
perlindungan casing di atas top cement serta menyempurnakan penyemenan
pertama. Untuk Plug Back Cementing bertujuan menutup atau meninggalkan sumur
dan menutup zona air yang berada di bawah zona produksi minyak.
Metode yang biasanya digunakan dalam operasi pekerjaan squeeze
cementing terbagi dua, yaitu metode bradenhead squeeze cementing dan metode
bullhead squeeze cementing. Bradenhead squeeze cementing adalah suatu metode
pada pekerjaan squeeze cementing tanpa menggunakan packer pada tubing dalam
pengaplikasiannya. Metode ini biasanya digunakan pada sumur dengan batuan
formasi yang berupa batuan pasir atau sandstone. Sedangkan metode bullhead
squeeze cementing adalah suatu metode operasi pekerjaan squeeze cementing
dengan menggunakan packer pada tubing dalam pengaplikasiannya. Packer pada
tubing sendiri berfungsi agar tekanan pemompaan dari bubur semen yang diberikan
tersalurkan secara merata. Metode bullhead squeeze cementing biasanya digunakan
pada formasi yang permeabilitasnya rendah dengan tujuan agar bubur semen yang
dipompakan dapat masuk menutup formasi secara sempurna.
Dalam melaksanakan operasi squeeze cementing terdapat beberapa teknik
yang dapat digunakan. Berdasarkan besar kecilnya tekanan yang digunakan teknik
operasi squeeze cementing dibedakan menjadi dua yaitu low-pressure squeeze
cementing dan high-pressure squeeze cementing. Low-pressure squeeze cementing
adalah penyemenan dengan menggunakan tekanan pada bottomhole dibawah
tekanan rekah fomasi. Pemilihan kedua metode ini didasarkan oleh jenis dan tingkat
kekompakan formasi, dimana pada formasi yang tidak kompak digunakan teknik
low-pressure squeeze agar formasi tidak runtuh dan semen dapat masuk ke cela-
cela formasi yang belum tersemen sempurna. Sedangkan pada formasi yang
kompak digunakan teknik high-pressure squeeze cementing. High Pressure
Technique merupakan penyemenan yang dilakukan dengan cara menggunakan
tekanan pada bottom hole diatas tekanan rekah formasi. Teknik ini mencakup
perekahan formasi dan pemompaan bubur semen kedalam rekahan hingga tekanan
tertentu tercapai dan terlaksana tanpa kebocoran (bleed off). Biasanya digunakan
semen bersih (dengan fluid loss yang sangat tinggi). Teknik ini mempunyai
beberapa kerugian, hal mana diatasi dengan teknik tekanan rendah.
Teknik penyemenan squeeze cementing selanjutnya berdasarkan metode
pemompaan yang dibedakan menjadi dua yaitu Running Squeeze Pumping Methods
dan Hesitation Methods. Running Squeeze Pumping Methods yaitu selama prosedur
squeeze berjalan, cement slurry dipompakan secara terus menerus atau kontinyu
dengan tekanan konstan. Sedangakan Hesitation Methods merupakan salah satu
metode yang menggunakan mekanisme injeksi semen secara berkala dengan
tekanan tertentu.
Aplikasi lapangan dari praktikum ini yaitu adalah menentukan metode
penyemenan yang tepat. Apabila penyemenan pada primary cementing belum
sempurna, dapat dilakukan treatment berupa secondary cementing sesuai dengan
target yang diinginkan. Perencanaan dan pemilihan metode yang tepat merupakan
indikasi keberhasilan dari penyemenan dan diharapkan dapat mengatasi masalah-
masalah yang timbul karena tidak sempurnanya penyemanan tersebut.
Permasalahannya diantaranya yaitu microannulus, channeling, dan free pipe.
10.4. KESIMPULAN
1. Primary Cementing untuk penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah
casing diturunkan ke dalam sumur. Sedangkan secondary cementing jika
penyemenan pada primary cementing kurang sempurna maka akan
dilakukan penyemenan ulang untuk memperbaiki yang rusak.
2. Penyemenan casing terbagi menjadi 4 yaitu :
• Single Stage Cementing
• Multi Stage Cementing
• Liner
• Stab-in cementing
3. Metode yang biasanya digunakan dalam operasi pekerjaan squeeze
cementing terbagi dua, yaitu :
• Bradenhead squeeze
• Bullhead squeeze cementing
4. Berdasarkan metode pemompaan dibedakan menjadi dua, yaitu :
• Running squeeze pumping methods
• Hesitation methods
5. Aplikasi lapangan dari praktikum ini yaitu adalah menentukan metode
penyemenan yang tepat. Apabila penyemenan pada primary cementing
belum sempurna, dapat dilakukan treatment berupa secondary cementing
sesuai dengan target yang diinginkan. Perencanaan dan pemilihan metode
yang tepat merupakan indikasi keberhasilan dari penyemenan dan
diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul karena tidak
sempurnanya penyemanan tersebut. Permasalahannya diantaranya yaitu
microannulus, channeling, dan free pipe.

Anda mungkin juga menyukai